Dan hasil analisis ragam dari data transformasi adalah seperti di bawah ini :
Dan hasil analisis ragam dari data transformasi adalah berikut ini :
PROPOSAL PENELITIAN
“PEMETAAN PERKARA TINDAK KRIMINALITAS DI KOTA
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN”
DI SUSUN OLEH:
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kriminalitas merupakan semua perilaku masyarakat yang dimana sangat
bertolakbelakang dengan norma-norma hukum yang ada.Tingginya tingkat kriminalitas di
sebagian besar wilayah telah menuai banyak keresahan dalam masyarakat.Tindak kriminal itu
sendiri biasanya diberitakan pada siaran khusus kriminal yang biasa ditayangkan tiap hari di
televisi nasional.Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas/jumlah
kejahatan yakni semakin tingginya tingkat kemiskinan serta rendahnya tingkat pendidikan
(SDM). Namun di sisi lain, kebutuhan masyarakatkebutuhan primer maupun sekunder
menjadi sangat tinggi. Inilah yang akan mempelopori terjadinya tindak kriminal, baik itu
berupa pencurian, begal, penipuan, kenakalan remaja, pembunuhan, dll.
Kota Makassar merupakankota terbesar di Bagian TimurIndonesia.Kota ini terdiri dari
berbagai macam etnis, sebagaimana penduduk Makassar lebih banyak dari suku Makassar dan
bugis, kemudian lainnya berasal dari toraja, mandar, buton, dan lainnya.Berdasarkan data
badan pusat statistik(BPS) pertumbuhan ekonomi di kota Makassar cukup pesat.Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat perkembangan ekonomi Makassar berkembang pesat.
Jika melihat data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (2016) selama tiga tahun
terakhir, jumlah kejahatan yang dimasukkan dalam perkara tindak pidana mengalami
penurunan angka setiap tahunnya. Hal tersebut yang memotivaasi pihak pemerintahan kota
provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah Kota Makassar agar menaruh perhatian khusus
terkait masalahini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas/jumlah kejahatan
yakni semakin tingginya tingkat kemiskinan serta rendahnya kualitassumber daya
manusia(SDM).Namun disisilain ada tuntutan kebutuhan masyarakat baik itu kebutuhan
primer maupun sekunder menjadi sangat tinggi. Inilah yang akan mempelopori terjadinya
tindak kriminal, baik itu berupa pencurian, begal, penipuan, kenakalan remaja, pembunuhan,
dll.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yaitu:
1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas di Kota
Makassar ?
2. Bagaimana penyebaran tingkat kriminalitas di Kota Makassar ?
3. Bagaimana upaya untuk meminimalisir tingginya kriminalitas di Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan kita capai yaitu:
1. Mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat
kriminalitas di Kota Makassar;
2. Menjabarkan/menggambarkan penyebaran tingkat kriminalitas di Kota Makassar;
3. Mendeskripsikan upaya untuk meminimalisir tingginya kriminalitas di Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis : Dengan adanya penelitian ini, penulis mampu untuk memahami serta
menganalisis tingkat kriminalitas dan bisa menyusun riset problem dengan baik dan
benar;
2. Pemerintah : Mampu membantu pemerintah agar dapat mencegah atau
menanggulangi kriminalitas di Kota Makassar;
3. Masyarakat :Agar kiranya dapat berpartisipasi dalam upaya mengurangi tindak
kriminal dantindakan yang dapat menimbulkan tindak kriminal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kriminalitas dapat diartikan sebagai segala perilaku yangtidak sesuai dengan norma-
norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.Tindakan kriminal sangat berdampak
negatif terhadap kehidupan bermasyarakat antara lainmenyebabkanperasaan kurang
aman,cemas, ketakutan dan panik.Disamping itu banyak materi yang terbuang sia-sia
(Kartono, 1999).Dalam aspek sosiologi, kejahatanmerupakan segala perilaku manusia yang
menyebabkan kerugian sosiologi danmenganggu kehidupan bersama.Kejahatan dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, kejahatan harus diperangi sebagaimana menurut ilmu hukum
karena karena kejahatan menyebabkan kerugian (Sosilo dalam Maulana, 2014).Menurut
Kartono dalam Arsono (2014) menyebutkan bahwa kejahatan secara yuridis merupakan
prilaku manusia yang menyimpang, merugikan dan bersifat asosiatif.
Dalamilmukriminologi,kejahatan merupakan suatu perilaku yangmencederai moral dasar
manusia seperti penghargaan terhadap property dan perlindungan terhadap penderitaan orang
lain. Meskipun begitu, moral dasar ini dapat berbeda berdasarkan waktu dan komunitas
(Adler, Mueller, dan Laufer dalam Arsono, 2014).Ilmuekonomi sendiri memandang
kejahatan merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketidakefisienan alokasi sumberdaya
dan mendistorsi harga sehingga jumlahnya harus ditekan.Ilmu ekonomi menggunakan
kerangka yang dimiliki dalam mengoptimalkan alokasi penggunaan sumber daya untuk
menekan angka kejahatan ke tingkat yang serendah-rendahnya.Dalam hipotesis Becker
(1974) bahwa kejahatan merupakan tindakan rasional yang memperhitungkan untung rugi
yang didapatkan dari melakukan tindakan illegal tersebut.Sedangkan, rasionalitas kejahatan
menurut Sullivan (2003) yaitu ada tiga alasan seseorang melakukan kejahatan, pertama
karena ia sangat pandai sehingga sulit untuk tertangkap sedangkan keuntungan yang didapat
sangat menguntungkan. Kedua karena opportunity cost yang didapatkan sangat rendah
sehingga melakukan kejahatan lebih menguntungkan. Ketiga karena pelaku tidak memiliki
rasa hormat kepada norma yang belaku sehingga menganggap kejahatan merupakan tindakan
yang legal.
B. Faktor –faktor penyebab kriminaliatas
Kriminalitas/tindak kejahatan atau pelanggaran merupakan perbuatan seseorang yang
dapat diancam hukuman berdasarkan KUHP atau Undang-undang serta peraturan lainnya
yang berlaku di Indonesia.Federal Bureau of Investigation menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat krimi-nalitas di suatu wilayah adalah:
1. Kepadatan penduduk dan tingkat urbanisasi.
2. Variasi komposisi penduduk khususnya konsentrasi pemuda.
3. Stabilitas populasi sehubungan dengan mobilitas penduduk.
4. Model transportasi dan sistem jalan raya.
5. Kondisi ekonomi termasuk pendapatan rata-rata, tingkat kemiskinan dan ketersediaan
lapangan kerja.
6. Faktor budaya dan karakteristik pendidikan, rekreasi dan agama.
7. Kondisi keluarga sehubungan dengan perceraian dan kekompakan keluarga.
8. Iklim atau kondisi geografis.
9. Kekuatan efektif dari lembaga penegak hukum.
10. Penegakan administrasi dan investigasi penegakan hukum.
11. Kebijakan komponen lain dari sistem peradilan pidana.
Jenis-jenis Kriminalitas Kriminalitas atau tindak pidana dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu:
a) Tindak kriminalitas terhadap fisik manusia yang meliputi pembunuhan, pemerkosaan,
penganiayaan ringan, penganiayaan berat, penculikan dan KDRT.
b) Tindak kriminalitas terhadap hak milik yang meliputi kebakaran, pencurian dengan
pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian
kawat telpon, pencurian kayu jati dan pencurian kendaraan bermotor.
c) Tindak kriminalitas jenis lainnya meliputi narkotika, uang palsu dan lainnya
Teori-teori tentang sebab-sebab kejahatan telah dikemukakan oleh para kriminolog.
Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi terus menimbulkan berbagai
pendapat dari berbagai pakar kriminologi dan pakar ilmu hukum, berikut ini teori penyebab
terjadinya kejahatan:
1. Prespektif Biologis. Pada teori prespektif biologis, beberapa ahli memiliki pandangan
penyebab terjadinya kejahatan, yaitu : Lahir sebagai penjahat, tipe fisik dan Eleanor
Glueck, disfungsi otak, dan faktor genetik.
a) Lahir sebagai penjahat dikemukakan oleh Lamborso. Pada dasarnya inti dari teori ini
yaitu kejahatan merupakan suatu keanehan atau ganjil secara fisik yang tidak sama
dengan non kriminal. Pada akhirnya perkembangan teori Lamborso menemukan fakta
bahwa manusia yang jahat bisa ditandai dari sifat fisiknya. Lamborso
mengklasifikasikan kejahatan dalam 4 golongan yaitu: 1. Born Criminal, yaitu orang
yang berdasarkan pada doktrin atavisme diatas 2. Insane Criminal, yaitu orang yang
menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang
menganggu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah.
Contohnya penjahat kambuhan (habitual criminals) 4. Criminal of passion, yaitu
pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya karena marah, cinta atau karena
kehormatan.
b) Tipe fisik, Ernest Kretchmer, William H. Sheldon dan Sheldon Glueck dan Eleanor
Glueck memberikan beberapa ciri fisik seseorang yang menjadi penyebabnya
melakukan kejahatan.
c) Disfungsi otak, di temukan pada mereka yang menggunakan kekerasan secara
berlebihan dibanding orang pada umumnya. Beberapa pelaku kriminal berupa
kekerasan terlihat memiliki cacat di dalam otak dan berkaitan dengan self-control
yang terganggu.
d) Faktor Genetik memiliki 4 jenis yaitu: 1. Twins Studies, pengaruh genetika
meningkatkan resiko kriminalitas, pada kembar identik apabila pasangannya
melakukan kejahatan, maka 50% pasangannya juga melakukan kejahatan sedangkan
pada kembar yang dihasilkan dari dua telur yang terpisah, keduanya dibuahi
bersamaan hanya 20%. 2. Addoption Studies, dimana orang tua asli pelaku kriminal
berpengaruh besar terhadap sang anak jika dibandingkan dengan orang tua angkat
3. The XYY syndrome, saat terjadi abnormalitas genetik dan menghasilkan kromosom
XYY pada laki-laki. Mereka yang memiliki kromosom XYY cenderung bertubuh
tinggi, secara fisik agresif, sering melakukan kekerasan.
2. Perspektif Psikologis .Teori Perspektif Psikologis menjelaskan tentang teori
psikoanalisis, kekacauan mental, pengembangan moral dan pembelajaran sosial.
a) Teori Psikoanalisis, Sigmud Freud (1856-1939), penemu dari psychoanalisis
berpendapat bahwa kriminalitas mungkin hasil dari “anoveractiveconscience” yang
menghasilakn perasaan bersalah yang tidak tertahankan untuk melakukan kejahatan
dengan tujuan agar ditangkap dan di hukum. Hukuman akan menimbulkan sifat jera
pada pelaku kriminal.
b) Kekacauan Mental (Mental Disoder), penyakit mental ini disebut antisocial
personality atau psychopathy. Para psycopthy tidak menghargai kebenaran, tidak
tulus, tidak merasa malu, bersalah atau terhina. Mereka berbohong, melakukan
kecurangan tanpa ada keraguan dan melakukan pelanggaran verbal maupun fisik
tanpa perencanaan.
c) Pengembangan moral, menurut Bowbly orang yang sudah biasa menjadi penjahat
umumnya memiliki ketidak mampuan membentuk ikatan kasih sayang.
d) Pembelajaran sosial, membagi tiga yaitu,: Observationlearning, Direct Experience,
dan Differentis AssociatonReinforcement, yang mempelajari tentang bagaimana
kekerasan itu tumbuh pada anak-anak melalui kekerasan dari keluarga, pergaulan dan
perlakuan sekitarnya kepada dirinya.
3. Perspektif Sosiologis. Pada teori kejahatan dari perspektif sosiologis berusaha mencari
alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Teori ini
dapat di kelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu :
a) Anomie (ketiadaan norma) atau strain (ketegangan). Dalam teori Durkheim, anomie
itu dapat diartikan hancurnya keteraturan sosial sebagai dampak dari hilangnya nilai-
nilai atau patokan. Durkheim juga memiliki pandangan bahwa anomie itu merupakan
kondisi yang mendukung sifat induvidualis / egois yang akhirnya pengendalian sosial
akan dilepas. Keadaan ini akan diikuti dengan perilaku menyimpang dalam pergaulan
masyarakat.
b) Cultural Deviance (penyimpangan budaya), memandang kejahatan sebagai
seperangkat nilai-nilai yang khas padalower class. Proses penyesuaian diri dengan
sistem nilai kelas bawah yang menentukan tingkah laku di daerahdaerah kumuh,
berbenturan dengan hukum-hukum masyarakat. Tiga teori utama dari Cultural
deviance adalah, yang pertama Social Disorganization Theory yang memfokuskan
perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan
disintegrasi nilainilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang cepat,
peningkatan imigrasi dan urbanisasi, hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang di
besarkan di daerah pedesaan dengan budaya dan adat yang masih kental kemudian
melanjutkan sekolah ke daerah perkotaan yang penuh dengan kebebasan dan akhinya
memperkenalkan mereka dengan narkoba, minuman keras dan seks bebas, teori yang
kedua adalah Differential Assosiaciaton yang merupakan teori Sutherland, merupakan
pendekatan individu mengenai seseorang dalam kehidupan masyarakatnya, karena
pengalaman-pengalamannya tumbuh menjadi penjahat. Teori yang ketiga adalah
Culture Konflik Teori yang menyebabkan terjadinya kejahatan karena seringnya
terjadi pertemuan norma-norma dari berbagai daerah yang satu sama lain berbeda
bahkan ada yang saling bertentangan.
c) Teori Kontrol Sosial (Control Social Theory), pengertiannya merujuk pada setiap
prespektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu,
pengertian teori control sosial merujuk kepada pembahasan delinquency dan
kejahatan yang di kaitkan denganvariabelvariable yang bersifat sosiologis, antara lain
struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok dominan.
d) Perspektif Lain. (Alam, 2010, Pengantar kriminologi)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di Kota Makassar, dimana kita ketahui bahwasanya
di Makassar sendiri masih rawan dengan tindak kriminalitas utamanya yaitu kasus pencurian/
pembegalan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengkaji kasus kriminalitas baik itu dari
faktor penyebab sampai dampaknya bagi masyarakat.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal ini yaitu
data sekunder. Dimana data ini diperoleh dari literature-literatur yang sudah ada
sebelumnya terutama data statistik dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
Metode dokumentasi, yaitu penulis mengambil data dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip
yang diberikan pihak yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dalam penelitian ini yakni data sekunder
merupakan data yang sifatnya kualitatit, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis kualitatif, yaitu data tersebut diolah dan dianalisis secara dedukatif yaitu
berlandaskan kepada dasar-dasar pengetahuan umum kemudian meniliti persoalan yang
bersifat dari adanya analisi inilah ditarik suatu kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
A.S Alam, 1985 Kejahatan Dan Sistem Pemidanaan, Fakultas Hukum, UNHAS, Ujung
Pandang
A. S. Alam, dan Amir, Ilyas. 2010. Pengantar Kriminologi, Makassar: Pustaka Refleksi
Books.
Anugrah,P Dan Ratnasari V.2014. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS: Pemodelan
Persentase Kriminalitas Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Di Jawa Timur
Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR). Vol. 3, No.1,
(2014) 2337-3520 (2301-928X Print)
Hurwitz, Stephen. 1986. Kriminologi. Terjemahan oleh Ny. L. Moeljatno, SH.. Jakarta: PT
Bina Aksara.
Kartono Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 2010.