Anda di halaman 1dari 26

TUGAS FINAL

NAMA : REZKY NUR FAJRIALITA


NIM : 1615141002
PRODI : GEOGRAFI

1. Metode Sampling Lengkap dengan Contohnya


Secara garis besar ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengambilan sampel,
yaitu : Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Probability Sampling adalah
cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur
populasi untuk dipilih. Misalnya suatu populasi terdiri dari 1.000 orang mahasiswa FMIPA
jurusan Geografi UNM. Setiap unsur mempunyai kesempatan untuk dipilih 1/1.000 orang.
Probability Sampling terdiri dari :
 Sampel acak sederhana (Simple Random Sampling)
 Sampel sistematik (Systematic Sampling)
 Sampel acak sistematik (Systematic Random Sampling)
 Sampel acak berstrata (Stratified Random Sampling)
 Sampel gugus (Cluster Sampling)
 Sampel daerah (Area Sampling)
Non Probability Sampling adalah cara pengambilan sampel dengan tidak memberi
kemungkinan/kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih karena tidak
diketahui/dikenal jumlah populasi sebenarnya. Non Probability Sampling tidak bisa berlaku
untuk menggeneralisasikan suatu populasi. Non Probability Sampling antara lain terdiri dari :
 Sampel purposif
 Sampel kuota
 Sampel bola salju
 Sampel rute acak.
Pemilihan salah satu metode pengambilan sampel di atas sangat tergantung pada
beberapa faktor, yakni masalah yang dihadapi, tujuan penelitian, besarnya populasi dan
jumlah sampel yang diperlukan, waktu dan biaya yang tersedia, serta kemudahan untuk
memperoleh sampel.
Probability Sampling
a. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling.) Simpel acak sederhana adalah cara
mengambil sampel dengan memberi kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap
individu atau unit dalam keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dapat dilakukan dua
cara yaitu : Pertama, cara undian. Cara ini digunakan dengan mengacak semua
nomornomor sampel dalam populasi. Nomor yang keluar dianggap sebagai nomor
sampel yang dikehendaki. Pengocokan selesai setelah jumlah sampel yang dikehendaki
sudah cukup sesuai yang ditentukan. Kedua, penggunaan tabel random. Sebagai contoh :
apabila sampel yang mau diambil di bawah 100, kita bisa menggunakan dua angka dalam
tabel bilangan random pada suatu tabel yang bisa dibaca secara mendatar atau menurun.
Dengan pembacaan cara mendatar, kita dapat mengambil nomor 23, 15, 75, 48, 59, 01,
83, 72, 59, 93, 76, 24, 97, 08, 86, 95, 03 dan seterusnya sampei diperoleh jumlah sampel
yang diinginkan. Apabila ada sampel yang nomornya sama seperti 23, maka angka
tersebut dilangkahi atau tidak diambil. Jadi hanya cukup satu saja yang diambil.
Pengambilan sampel dengan cara menurun juga dilakukan seperti di atas, misalnya : 23,
15, 05, 54, 14, 87, 38, 97 dan seterusnya. Angka 00 dilangkahi karena tidak punya nomor
sampel 0. Apabila jumlah sampel yang diinginkan di bawah 1.000, kita dapat
menggunakan 3 angka dalam Tabel bilangan random. Caranya dengan membaca tabel
bilangan random (Tabel 2) secara mendatar, lalu mengambil nomor-nomor sampel yang
dikehendaki sebagai berikut : 231, 575, 485, 901, 837, 259, 937, 624, 970, 889 dan
seterusnya, sampai diperoleh jumlah sampel 49 telah ditentukan. Jika nomor-nomor yang
sama, hanya satu yang diambil yang lainnya ditinggalkan atau tidak diambil. Penggunaan
komputer untuk memilih sampel dapat dilakukan apabila jumlah sampel yang diperlukan
mencapai ribuan, misalnya 2500. Penggunaan cara manual (Tabel bilangan random) akan
memakan waktu lama. Keuntungan metode sampel acak sederhana adalah mudah
dilakukan dan baik untuk populasi yang seragam. Kelemahannya, adakala kalanya data
yang diperoleh tidak lengkap dan untuk populasi yang heterogen metode ini tidak bisa
digunakan.
b. Sampel Sistematik (Systematic Sampling.) Sampel sistematik adalah cara pengambilan
sampel dengan proses pemilihan secara sistematik. Caranya dengan memilih nomor-
nomor sampel secara sistematik. Misalnya jumlah mahasiswa FKIP jurusan Geografi
adalah 1.000 orang. Jumlah sampel yang kita ambil umpama hanya 50 orang. Untuk
mendapatkan jumlah sampel tersebut, mula-mula diambil satu nomor misalnya angka 5,
kemudian sistematik diambil kelipatan 5, sehingga nomor-nomor sampel yang diambil
adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40 dan seterusnya. Sampai diperoleh sampel sebanyak 50
orang. Cara sistematik lainnya dapat dilakukan dengan menentukan nomor tertentu,
misalnya nomor yang mempunyai angka 7, kemudian nomor berikutnya diambil nomor-
nomor yang mempunyai angka akhir 7. Dengan cara demikian nomor-nomor sampel
yang diambil terdiri dari 7, 17, 27, 37, 47, 57 dan seterusnya. Keuntungan dengan metode
ini adalah mudah dilakukan dan dapat digunakan untuk populasi yang seragam.
Kelemahannya, nomor-nomor sampel antara, yang seharusnya potensial diambil dapat
diabaikan.
c. Sampel Acak Sistematik (Systematic Random Sampling) Sampel acak adalah kombinasi
antara sampel sistematik dengan sampel random. Caranya, menggunakan sejumlah seri
permulaan random yang saling terpisah, dan memiliki interval k dari seri-seri tersebut :
Kita kemudian menentukan sejumlah nomor seri random sebagai awal pilihan misalnya
ada 5 nomor seri random. Sebagai awal pilihan yaitu 4, 26, 364, 505 dan 787. Dalam
pemilihan sampel, setiap seri random diberi interval 10. Contoh pemilihan sebagai
berikut : 4, 14, 24, dan 26, 36, 46, 56 dan seterusnya, 364, 374, 394, 404, 414 dan
seterusnya, 505, 515, 525, 535 dan seterusnya, 787, 797, 807, 817 dan seterusnya sampai
terpilih sejumlah sampel yang diinginkan, misalnya 50 sampel. Keuntungan metode ini
adalah bahwa pengambilan sampel dapat diatur sesuai dengan proporsi populasi.
Kelemahannya : jika pembagian populasi tidak diketahui dengan tepat, akan
menyebabkan proporsi sampel yang tidak seimbang.
d. Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling.) Sampel acak berstrara adalah cara
pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan populasi menurut
ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan lalu ditentukan jumlah sampel dengan
sistem pemilihan secara acak. Untuk mendapatkan gambaran mengenai cara
penggolongan dan pemilihan sampel dengan metode tersebut, dapat dibuat contoh
sebagai berikut: menyangkut penelitian petani di mana dalam satu kecamatan didapati
sejumlah 1.000 KK yang terdiri dari petani pemilik 300 KK, petani pemilik penggarap
200 KK, petani penggarap 150 KK, petani penyewa 250 KK dan buruh tani 100 KK.
Dalam penelitian tersebut diperlukan 50 sampel, maka proporsi jumlah sampel yang
diambil adalah sebagai berikut: Petani sample Setelah sampel digolongkan dan
jumlahnya sudah diketahui, baru kemudian dipilih secara acak. Keuntungan metode ini
adalah bahwa sampel yang diperoleh lebih representatif. Kelemahannya : peneliti harus
memperoleh keterangan lebih rinci tentang distribusi ciri populasi geografi.
e. Sampel Gugus (Cluster Sampling) Sampel gugus adalah cara pengambilan sampel
dengan membagi daerah/wilayah yang luas menjadi daerah/wilayah-wilayah yang lebih
kecil yang sama besarnya, akan tetapi wilayah-wilayah yang lebih kecil tersebut tidak
seluruhnya disampel. Metode sampel gugus ini hanya dipakai untuk suatu penelitian pada
wilayah yang luas, di mana kondisi daerahnya relatif homogen. Untuk penenlitian pada
wilayah yang sempit tidak diperlukan, metode sampel gugus. Caranya : wilayah yang
luas dibagi menjadi kotak-kotak sampel yang sama luasnya, kemudian sampel yang
diperlukan dipilih seraca random. Semua unsur dalam kotak/kelompok sampel tersebut
diusahakan dapat terwakili. Sebagai contoh kita ingin meneliti produksi padi pada daerah
irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan di dataran alluvial. Guna memperoleh
sampel pada setiap jenis wilayah pengairan dicari peta wilayah pengairan yang mencakup
ketiga jenis wilayah pengairan tersebut. Peta ini dibuatkan kotak-kotak yang sama
besarnya. Karena terdapat tiga jenis wilayah pengairan, kita mengambil satu (1) kotak
pada masing-masing wilayah. Semua petani yang termasuk dalam kotak sampel dijadikan
sebagai sampel penelitian. Dengan cara ini peneliti akan dapat mengetahui produktivitas
tanah pada masing-masing wilayah pengairan Keterangan : Daerah irigasi tadah hujan
Daerah irigasi setengah teknis Daerah irigasi teknis Sampel gugus penelitian Metode ini
dapat pula digunakan untuk penelitian tata guna lahan, kesuburan tanah, tipe/jenis tanah,
geomorfologi dan sebagainya. Misalnya : dengan menggunakan daftar halaman 37 pada
confidence level 95% dan confidence level 9%, kita mendapatkan sampel 119 pada
sampel acak sederhana, namun dalam sampel cluster diperoleh sampel 267. Angka ini
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: n Keuntungan metode sampel gugus yakni
waktu dan biaya penelitian dapat lebih hemat. Kelemahannya, untuk daerah yang kondisi
geografisnya tidak teratur atau heterogen, metode ini sulit digunakan.
f. Sampel Daerah (Area Sampling) Sampel daerah biasanya dipakai pada daerah penelitian
yang mempunyai populasi terbesar pada suatu wilayah seperti negara, propinsi,
kabupaten, kecamatan, wilayah aliran sungai, wilayah pertanian dan sebagainya.
Pengambilan sampel daerah biasanya digunakan untuk penelitian penggunaan lahan,
vegetasi, tanah, pertanian, geomorfologi, topografi dan sebagainya. Alat yang dipakai
untuk pengambilan sampel daerah adalah peta atau foto udara dengan menggunakan
sistem grid dan koordinat-koordinat. Untuk pengambilan sampel area, dapat digunakan
beberapa metode yaitu : 1) Metode Acak Sederhana Dalam metode acak sederhana
(Simple Random Sampling), digunakan titik sebagai unsur. Tabel bilangan random dapat
dipakai untuk menunjukkan koordinat pada kedua sumbu ( X dan Y). Hal ini bisa
dilakukan dengan mengambil 1 angka pertama merupakan sumbu X dan 1 angka
berikutnya merupakan sumbu Y. Dapat juga menggunakan dua angka pertama sebagai
sumbu X dan dua angka berikutnya sebagai sumbu Y. Dalam contoh berikut digunakan 1
angka pertama sebagai sumbu X dan 1 angka berikutnya sebagai sumbu Y (lihat tabel
bilangan random) dengan pembacaan cara mendatar. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 15 titik dengan ketentuan sampel yang jatuh di luar daerah studi misalnya laut
atau daerah lain di luar kawasan studi, kita tolak. Sehingga yang akan menjadi sampel
hanya 11 titik. Bentuk sampling seperti ini dapat dipakai untuk mengistimasi penggunaan
lahan dengan asumsi bahwa setiap titik akan mewakili propinsi penggunaan lahan secara
benar. Keuntungan : cepat dan mudah dilaksanakan Kelemahan : untuk wilayah sempit
sulit terjangkau/terwakili.
Non Probability Sampling
a. Sampel Purposif . Sampel purposif garis disebut juga judgement sampling – adalah
sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau obyek penelitian yang
selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri-ciri
yang khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup refresentatif ciri-ciri maupun
strata yang khusus tersebut sangat tergantung dari keinginan peneliti. Contoh sampel
purposif adalah studi kasus mengenai kenakalan remaja. Dalam studi kasus tersebut
sampel yang diambil menyangkut remaja yang nakal, orang tua remaja serta lingkungan
tempat remaja bergaul. Data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat dianalisis secara
kuantitatif. Keuntungan metode ini : sampel dipilih sedemikian rupa sehingga relevan
dengan desain penelitian serta murah dan mudah dilaksanakan. Kelemahannya : tidak ada
jaminan bahwa sampel refresentatif.
b. Sampel Kuota Sampel Kuota (Quota Sampling) adalah metode pengambilan sampel yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai dengan jumlah atau kuota yang diinginkan. Metode
ini biasanya digunakan pada sampel yang menyangkut orang, khususnya yang
menyangkut penelitian mengenai pasar, tetapi dapat juga digunakan untuk fenomena-
fenomena lainnya seperti penelitian pengangguran tenaga kerja dan sebagainya. Sampel
dapat distratifikasi sedemikian rupa berdasarkan ciri-cirinya, kemudian dipilih sampel
yang dianggap refresentatif sesuai dengan kuota dalam strata tersebut. Keuntungan
metode ini adalah pelaksanaannya mudah, murah dan cepat. Kelemahannya : ada
kemungkinan pemilihan sampel tidak sesuai dengan ciriciri yang digunakan dalam
populasi.
c. Sampel Bola Salju Salah satu cara untuk mengambil sampel yakni dengan menanyakan
sejumlah kecil orang ataukelompok untuk ditanyai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disiapkan. Kemudian individu atau kelompok tersebut diminta untuk menunjuk
kelompok lain yang bisa ditanyai dengan pertanyaan yang sama. Demikian seterusnya
sampai diperoleh sampel yang makin lamamakin besar. Cara seperti ini disebut sampel
bola salju (Snow Ball Sampling). Individu atau kelompok pertama dipilih secara acak dan
sample selanjutnya dipilih berdasarkan petunjuk dari individu atau kelompok pertama.
Demikian seterusnya. Cara seperti ini pernah dilakukan oleh Dixon dan B Leach untuk
penelitian orang-orang tuli dan pemain olah raga yang bersifat khusus. Keuntungannya :
metode ini sangat baik untuk memperoleh gambaran hubungan antara manusia dan
kelompok. Kelemahannya : ada kemungkinan sampel yang diambil hanya individu atau
kelompok tertentu yang bukan merupakan gambaran populasi sebenarnya.
d. Sampel Rute Acak (Random Routes Sampling) Sampel rute acak (Random Routes
Sampling) apabila penelitian ingin menyampel segala macam keadaan rumah tangga atau
banguan-bangunan yang disepanjang jalan, hal itu dapat dilakukan dengan cepat dan
murah dengan cara mengatur rute perjalanan di daerah penelitian. Rute pertama dipilih
secara random dengan memilih alamat sampel berdasar interval tertentu, misalnya nomor
rumah 1, 3, 5, 7 dan seterusnya. Penelitian akan mengambil rute dengan membuat in –
struksi jalan pertama kekanan, jalan pertama kekiri, kekanan lagi dan seterusnya.
2. Transformasi Data Disertai Contohnya
Transformasi akar
Transformasi jenis ini disebut juga dengan istilah transformasi akar kuadrat (square
root). Transformasi akar digunakan apabila data anda tidak memenuhi asumsi kehomogenen
ragam. Dengan kata lain transformasi akar berfungsi untuk membuat ragam menjadi
homogen. Kalau X adalah data asli anda, maka X’ (X aksen) adalah data hasil transformasi
anda. Jadi X = X’. Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 0 – 10, maka
anda gunakan transfromasi akar X + 0,5. Dan apabila nilai ragam data anda lebih kecil
gunakan transformasi akar X + 1. Transformasi akar ini dapat juga anda gunakan untuk data
persentase apabila nilainya antara 0 – 30%. Jika kebanyakan nilainya adalah kecil, khususnya
jika ada nilai 0, maka gunakan transformasi akar X + 0,5 daripada akar X.
Rumus Transformasi Akar
Rumus Excel Transformasi Akar adalah: =SQRT(Data Asli + 0,5). Apabila data asli
ada di Cell A4 maka rumusnya =SQRT(A4 + 0,5). Cara Compute Transformasi Akar Pada
SPSS adalah: Klik Menu, Transform, Compute Variabel, Pada Target Variabel Beri Nama
Misal “Transform” dan Pada Kotak Numeric Expression isi dengan: SQRT(Variabel Asli +
0,5). Apabila Variabel Asli memiliki nama (name) “Var1” maka: SQRT(Var1 + 0,5). Contoh
penggunaan transformasi akar ini dengan menggunakan data hasil pengamatan dari
percobaan pengobatan Bakteri Salmonella dengan 4 Jenis Antibiotik. Hasil percobaan berupa
banyaknya bakteri yang mati seperti pada tabel berikut ini:

Transformasi Data Akar


Hasil analisis ragam data asli sebagai berikut:
Hasil pengujian terhadap data asli di atas menunjukkan nilai F Hitung 19,407.
Kemudian lakukan transformasi akar dengan rumus akar X + 0,5. Hal ini karena
sebaran data tersebut kurang dari 10. Misalnya untuk data perlakuan A kelompok I, X = 2,
maka hasil transformasinya adalah akar 2 + 0,5 = 3,5 = 1,581. Dan selanjutnya hingga data
pada perlakuan D kelompok IV.
Berikut ini adalah data hasil transformasi akar dari data asli :

Dan hasil analisis ragam dari data transformasi adalah seperti di bawah ini :

Kesimpulan hasil Transformasi Akar: Hasil pengujian terhadap data transformasi di


atas menunjukkan nilai F Hitung 17,654. Perhatikan ternyata setelah data memenuhi asumsi
analisis ragam, terdapat perubahan nilai F hitung dari 19,407 menjadi 17,654.
Dari 2 hasil analisis di atas, manakah nilai p value atau signifikansi yang akan
dipakai? Tentu saja anda harus menggunakan hasil pada data transformasi karena hasil itulah
yang memberikan keadaan sesungguhnya dari percobaan anda.
Transformasi Logaritma
Beberapa buku ada yang menyebutnya dengan transformasi Log X. Transformasi
Logaritma digunakan apabila data anda tidak memenuhi asumsi pengaruh aditif. Kalau X
adalah data asli anda, maka X’ (X aksen) adalah data hasil transformasi anda dimana X’ =
Log X. Jadi X = X’. Ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan dalam penggunaan
transformasi logaritma ini yaitu:
 Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai kurang dari 10 atau nilai mendekati
nol, maka anda gunakan transfromasi log X + 1.
 Apabila data anda banyak mengandung nilai nol, maka sebaiknya gunakan transformasi
yang lain, misalnya transformasi akar.
 Apabila data anda banyak mendekati nol (misalnya bilangan desimal), maka semua data
dikalikan 10 sebelum dijadikan ke logaritma. Jadi X’ = log (10X). Misalnya X = 0,12
setelah di taransformasikan X’ akan menjadi X’ = log (10 x 0,12) = 0,079.
Rumus Transformasi Logaritma
Rumus Excel Transformasi Logaritma adalah: =Log(Data Asli). Apabila data asli ada
di Cell A4 maka rumusnya =Log(A4).
Cara Compute Transformasi Logaritma Pada SPSS adalah: Klik Menu, Transform,
Compute Variabel, Pada Target Variabel Beri Nama Misal “Transform” dan Pada Kotak
Numeric Expression isi dengan: Lg10(Variabel Asli). Apabila Variabel Asli memiliki nama
(name) “Var1” maka: Lg10(Var1). Contoh penggunaan transformasi akar ini dengan
menggunakan data hasil pengamatan dari percobaan pengobatan Bakteri Clostridium dengan
5 Jenis Antibiotik. Hasil percobaan berupa banyaknya bakteri yang mati seperti pada tabel
berikut ini:

Transformasi Data Logaritma


Dan hasil analisis ragam data asli adalah berikut ini :
Hasil pengujian terhadap data asli di atas menunjukkan nilai F Hitung 27,844.
Kemudian lakukan transformasi logaritma dengan rumus Log X. Misalnya untuk data
perlakuan Ha NPV-Asb kelompok I, X = 20, maka hasil transformasinya adalah Log 20 =
1,301. Dan selanjutnya hingga data pada perlakuan Kontrol kelompok IV.
Berikut ini adalah data hasil transformasi log X dari data asli :

Dan hasil analisis ragam dari data transformasi adalah berikut ini :

Kesimpulan Transformasi Logaritma : Hasil pengujian terhadap data transformasi di


atas menunjukkan nilai F Hitung 40,106.
Perhatikan ternyata setelah data memenuhi asumsi analisis ragam, terdapat
peningkatan nilai F hitung dari 27,844 menjadi 40,106.
Transformasi Arcsin
Transformasi ini disebut juga dengan transformasi Angular. Transformasi Arcsin
digunakan apabila data anda dinyatakan dalam bentuk persentase atau proporsi. Umumnya
data yang demikian mempunyai sebaran binomial. Bentuk transformasi arcsin ini biasa
disebut juga transformasi kebalikan sinus atau transformasi arcus sinus. Kalau X adalah data
asli anda, maka X’ (X aksen) adalah data hasil transformasi anda dimana X’ = Arcsin X. Jadi
X = X’. Namun, data dalam bentuk persentase tidak mesti harus menggunakan transformasi
arcsin. Ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan dalam penggunaan transformasi arcsin
ini yaitu:
 Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 30% – 70%, tidak memerlukan
transformasi.
 Apabila data asli anda menunjukkan sebaran nilai antara 0% – 30% dan 70% – 100%,
maka lakukan transformasi arcsin.
 Apabila data anda banyak yang bernilai nol, maka gunakan transformasi arcsin akar (% +
0,5).
Rumus Transformasi Arcsin
Rumus Excel Transformasi Arcsin adalah: =ASIN(SQRT(Data Asli/100))*180/PI().
Apabila data asli ada di Cell A4 maka rumusnya =ASIN(SQRT(A4/100))*180/PI(). Juga
boleh menggunakan rumus: =ASIN(SQRT(A4/100))*180/(22/7).
Cara Compute Transformasi Arcsin Pada SPSS adalah: Klik Menu, Transform,
Compute Variabel, Pada Target Variabel Beri Nama Misal “Transform” dan Pada Kotak
Numeric Expression isi dengan: =ASIN(SQRT(Variabel Asli))*180/(22/7) Apabila Variabel
Asli memiliki nama (name) “Var1” maka: =ASIN(SQRT(Var1))*180/(22/7). Contoh
penggunaan transformasi akar ini dengan menggunakan data hasil pengamatan dari
percobaan pengobatan Bakteri Shigella dengan 5 Jenis Antibiotik. Hasil percobaan berupa
banyaknya bakteri yang mati seperti pada tabel berikut ini:

Dan hasil analisis ragam data asli adalah berikut ini :

Kesimpulan Transformasi Arcsin : Hasil pengujian terhadap data asli di atas


menunjukkan F Hitung: 39,245. Karena data menyebar antara 4% – 29%, maka data
ditransformasi ke arcsin √ %. Misalnya untuk data perlakuan A kelompok I, X = 4% atau
0,04, maka hasil transformasinya adalah arcsin √0,04 = 11,537. Dan selanjutnya hingga data
pada perlakuan El kelompok IV. Berikut ini adalah data hasil transformasi arcsin dari data
asli :
Dan hasil analisis ragam dari data transformasi adalah berikut ini :

Hasil pengujian terhadap data transformasi di atas menunjukkan nilai F Hitung:


59,355. Perhatikan ternyata setelah data memenuhi asumsi analisis ragam, terdapat
peningkatan nilai F hitung dari 35,245 menjadi 59,355.
Ketiga Transformasi di atas: Square Root, Logaritma dan Arcsin adalah yang paling
sering digunakan. Tetapi masih ada alternatif transformasi yang lain, yaitu:
Transformasi Inverse
Transformasi ini dilakukan dengan membalik nilai asli, yaitu dengan rumus:
1/Variabel. Dalam excel rumusnya: =1/Var. Misal Nilai asli -1,4 maka nilai transformasi: 1/-
1,4 = -0,714. Apabila data anda ada nilai 0, maka tambahkan dengan konstanta, misal:
=1/(Var+1)
Transformasi Inverse Square
Transformasi ini dilakukan dengan membalik nilai kuadrat, yaitu dengan rumus:
1/Square(Variabel). Dalam excel rumusnya: =1/(Var^2) atau =1/(Power(Var;2)) Misal Nilai
asli -1,4 maka nilai transformasi: 1/(-1,4^2) = 0,510. Apabila data anda ada nilai 0, maka
tambahkan dengan konstanta, misal: =1/(Var^2+1)
Transformasi Inverse Square Root
Transformasi inverse square root adalah membalik akar kuadrat nilai asli, yaitu
dengan rumus: 1/Sqrt(Variabel). Dalam Excel rumusnya: =1/Sqrt(Var)
Misal: nilai asli 1,4 maka nilai transformasi adalah 1/Sqrt(1,4)=0,845.
Apabila data anda terdapat nilai 0, maka tambahkan dengan konstanta, misal:
=1/Sqrt(Var+1). Apabila data anda terdapat nilai negatif, sebaiknya pilih jenis transformasi
yang lain. Tetapi jika anda tetap ingin menggunakan transformasi ini, anda dapat melakukan
reverse score lebih dahulu. Cara untuk reverse score lihat di bawah sendiri artikel ini.
Transformasi Inverse Square
Transformasi ini dilakukan dengan membalik nilai kuadrat, yaitu dengan rumus:
1/Square(Variabel). Dalam excel rumusnya: =1/(Var^2) atau =1/(Power(Var;2))
Misal Nilai asli -1,4 maka nilai transformasi: 1/(-1,4^2) = 0,510
Apabila data anda ada nilai 0, maka tambahkan dengan konstanta, misal: =1/(Var^2+1)
Transformasi Cubic
Transformasi cubic adalah mengoperasikan pangkat tiga nilai asli. Misal: nilai asli 0,3
maka nilai transformasi adalah 0,3^3=0,027. Misal Nilai asli -0,3 maka nilai transformasi: -
0,3^3= -0,027. Dalam Excel rumusnya: =Var^3 atau =Power(Var;3)
Transformasi Inverse Cubic
Transformasi ini dilakukan dengan membalik nilai pangkat tiga, yaitu dengan rumus:
1/Cubic(Variabel). Dalam excel rumusnya: =1/(Var^3) atau =1/(Power(Var;3))
Misal Nilai asli -0,3 maka nilai transformasi: 1/(-0,3^3) = -37,037
Apabila data anda ada nilai 0, maka tambahkan dengan konstanta, misal: =1/(Var^3+1).
Transformasi Reverse Score
Transformasi ini dilakukan apabila dalam data anda terdapat nilai negatif dan anda
ingin menggunakan transformasi berikutnya seperti transformasi inverse square root atau
transformasi logaritma. Cara melakukan transformasi ini adalah dengan mengurangi nilai
terbesar atau maksimal dalam variabel dengan data asli. Misal pada variabel A, nilai tertinggi
adalah 2,5, sedangkan data asli adalah 1. Maka nilai transformasi: 2,5-1 = 1,5. Apabila anda
ingin menghindari nilai 0 oleh karena anda ingin melanjutkan dengan transformasi logaritma,
maka tambahkan dengan konstanta, misal nilai maksimal variabel 2,5 dan data asli 2, maka
nilai asli: 2,5 -2 + 1 = 1,5 atau 2,5 -2 + 2 = 2,5. Dalam Excel, misal variabel yang akan
ditransformasi berada dalam Array cell A1:A20 dan data asli berada pada cell A1, maka
rumusnya: =Max(A$1:A$20) – A1 atau =Max(A$1:A$20) – A1 + 1.
3. Pengertian Variabel dan Populasi Beserta Contohnya
Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.
Sering pula dinyatakan bahwa variabel peneliti:ui itu merupakan faktor-faktor yang berperan
dalam penstiwa atau gejala yang diteliti. Apa yang merupakan variabel dalam suatu
penelitian ditentukan oleh landasan teorinya dan oleh hipotesis penelitiannya. Kalau landasan
teoretisnya berbeda, variabelvariabel penelitian.yang juga akan berbeda. Contoh :pengaruh
jenis pendidikan (SMA & SMK) terhadap ketrampilan pemasaran, dengan variabel kontrol
yang ditetapkan sama (produk yang dipasarkan sama, lokasi pemasaran sama, alat promosi
yang sama) maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap kemampuan pemasaran dapat
diketahui dengan pasti.
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang benyaknya terbatas atau tidak
terbatas. Himpunan individu atau obyek yang terbatas adalah himpunan individu atau obyek
yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Misalnya jumlah
mahasiswa FKIP Jurusan Geografi pada Universitas Anu. Melalui daftar mahasiswa di
Fakultas kita dapat mengetahui atau menghitung berapa sebenarnya mahasiswa FKIP Jurusan
Geografi. Jadi wilayah kita batasan hanya pada FKIP Jurusan Geografi Anu, sedang
mahasiswa FKIP Jurusan Geografi pada Universitas lainnya kita tidak hitung.
4. Pengertian Penelitian, Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif
Pengertian mengenai penelitian secara teoritis menurut para ahli, ialah sebagai
berikut:
 Soerjono Soekanto: Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada
suatu analisis serta konstruksi yang dilakukan dengan secara sistematis, metodologis dan
juga konsisten serta bertujuan untuk dapat mengungkapkan kebenaran ialah sebagai salah
satu manifestasi keinginan manusia untuk dapat mengetahui mengenai apa yang sedang
dihadapinya.
 Sanapiah Faisal : Penelitian adalah suatu aktivitas didalam menelah suatu problem ialah
dengan menggunakan metode ilmiah dengan secara tertata serta sistematis untuk dapat
menemukan pengetahuan baru yang bisa diandalkan kebenarannya tentang dunia alam
serta juga dunia sosial.
 Soetrisno Hadi : Penelitian adalah usaha didalam menemukan segala sesuatu untuk
dapat mengisi kekosongan atau juga kekurangan yang ada, dan menggali lebih mendalam
apa yang sudah ada, mengembangkan serta memperluas, dan juga menguji kebenaran
dari apa yang sudah ada namun tetapi kebenarannya itu masih diragukan.
 Donald Ary :Penelitian adalah suatu penerapan dari pendekatan ilmiah disuatu
pengkajian masalah didalam memperoleh suatu informasi yang berguna serta hasil yang
didapat itu bisa dipertanggungjawabkan.
 John :Penelitian adalah pencarian fakta dengan menurut metode objektif yang jelas
didalam menemukan hubungan diantara fakta serta menghasilkan hukum tertentu.
 Woody : Penelitian merupakan suatu metode untuk dapat menemukan suatu pemikiran
yang kritis. Penelitian tersebut meliputi pemberian definisi serta juga redefinisi terhadap
suatu masalah, dan membuat formulasi hipotesis atau juga mengadakan suatu uji coba
yang harus sangat hati-hati atas semua kesimpulan yang diambil didalam menentukan
apakah kesimpulan itu sesuai dengan hipotesis.
 Hill Way : Dikemukakan didalam bukunya yang berjudul “Introduction to Research”
yang mendefinisikan ialah bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang sifatnya itu
mendalam serta penuh dengan kehati-hatian dari semua bentuk fakta yang dapat
dipercaya dari suatu masalah tertentu dalam upaya untuk membuat pemecahan suatu
masalah tersebut.
 Parson: Penelitian adalah suatu pencarian dari segala sesuatu yang dilakukan dengan
secara sistematis, yang dengan penekanan bahwa pencariannya itu dilakukan pada suatu
masalahmasalah yang bisa dipecahkan dengan penelitian.
Penelitian Kuantitatif (quantitative research) Penelitian kuantitatif ini adalah
penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang
cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang
dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang
dikumpulkan terutama data kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama
untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai
analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Contoh Judul Penelitian Kuantitatif:
a. Hubungan Antara Minat Baca Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar
b. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar
c. Pengaruh Bimbingan Belajar Dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar
d. Pengaruh Keluarga Dan Minat Baca Dengan Prestasi Belajar
e. Pengaruh Media Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar
f. Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar
g. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar
h. Pengaruh Motivasi Orang Tua Dan Intensitas Belajar Terhadap Hasil Belajar
i. Perbandingan Hasil Belajar Antara Pemberian Tugas Kooperatif Dengan Tugas Individu
j. Perbandingan Metode Pembelajaran Ditinjau Dari Minat Terhadap Hasil Belajar
Penelitian Kuliatatif (Qualitative Research) Penelitian kualitatif ini adalah penelitian
untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam
konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai
dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang
dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain
melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan
mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
Contohnya penelitian kualitatif antaran lain:
a. Riset motivasi yang bertujuan menginvestigasi alasan-alasan yang melatarbelakangi
perilaku manusia dengan wawancara mendalam (misalnya kenapa seseorang terkena
Narkoba)
b. Riset evaluatif terhadap program dan pelayanan kesehatan (UKS, UKK, KIA, VCT dan
sebagainya)
c. Uji hubungan kata (word association test), uji kelengkapan kalimat (sentence compeltion
test), uji kelengkapan riwayat (story completion test), riset sikap dan opini seseorang
(attitude or opinion research), dan sebagainya.
5. Draft Proposal Lengkap Sesuai dengan Rencana Peneltian

PROPOSAL PENELITIAN
“PEMETAAN PERKARA TINDAK KRIMINALITAS DI KOTA
MAKASSAR, SULAWESI SELATAN”

DI SUSUN OLEH:

REZKY NUR FAJRIALITA (1615141002)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kriminalitas merupakan semua perilaku masyarakat yang dimana sangat
bertolakbelakang dengan norma-norma hukum yang ada.Tingginya tingkat kriminalitas di
sebagian besar wilayah telah menuai banyak keresahan dalam masyarakat.Tindak kriminal itu
sendiri biasanya diberitakan pada siaran khusus kriminal yang biasa ditayangkan tiap hari di
televisi nasional.Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas/jumlah
kejahatan yakni semakin tingginya tingkat kemiskinan serta rendahnya tingkat pendidikan
(SDM). Namun di sisi lain, kebutuhan masyarakatkebutuhan primer maupun sekunder
menjadi sangat tinggi. Inilah yang akan mempelopori terjadinya tindak kriminal, baik itu
berupa pencurian, begal, penipuan, kenakalan remaja, pembunuhan, dll.
Kota Makassar merupakankota terbesar di Bagian TimurIndonesia.Kota ini terdiri dari
berbagai macam etnis, sebagaimana penduduk Makassar lebih banyak dari suku Makassar dan
bugis, kemudian lainnya berasal dari toraja, mandar, buton, dan lainnya.Berdasarkan data
badan pusat statistik(BPS) pertumbuhan ekonomi di kota Makassar cukup pesat.Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat perkembangan ekonomi Makassar berkembang pesat.
Jika melihat data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (2016) selama tiga tahun
terakhir, jumlah kejahatan yang dimasukkan dalam perkara tindak pidana mengalami
penurunan angka setiap tahunnya. Hal tersebut yang memotivaasi pihak pemerintahan kota
provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah Kota Makassar agar menaruh perhatian khusus
terkait masalahini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas/jumlah kejahatan
yakni semakin tingginya tingkat kemiskinan serta rendahnya kualitassumber daya
manusia(SDM).Namun disisilain ada tuntutan kebutuhan masyarakat baik itu kebutuhan
primer maupun sekunder menjadi sangat tinggi. Inilah yang akan mempelopori terjadinya
tindak kriminal, baik itu berupa pencurian, begal, penipuan, kenakalan remaja, pembunuhan,
dll.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan yaitu:
1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kriminalitas di Kota
Makassar ?
2. Bagaimana penyebaran tingkat kriminalitas di Kota Makassar ?
3. Bagaimana upaya untuk meminimalisir tingginya kriminalitas di Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan kita capai yaitu:
1. Mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat
kriminalitas di Kota Makassar;
2. Menjabarkan/menggambarkan penyebaran tingkat kriminalitas di Kota Makassar;
3. Mendeskripsikan upaya untuk meminimalisir tingginya kriminalitas di Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Penulis : Dengan adanya penelitian ini, penulis mampu untuk memahami serta
menganalisis tingkat kriminalitas dan bisa menyusun riset problem dengan baik dan
benar;
2. Pemerintah : Mampu membantu pemerintah agar dapat mencegah atau
menanggulangi kriminalitas di Kota Makassar;
3. Masyarakat :Agar kiranya dapat berpartisipasi dalam upaya mengurangi tindak
kriminal dantindakan yang dapat menimbulkan tindak kriminal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kriminalitas dapat diartikan sebagai segala perilaku yangtidak sesuai dengan norma-
norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.Tindakan kriminal sangat berdampak
negatif terhadap kehidupan bermasyarakat antara lainmenyebabkanperasaan kurang
aman,cemas, ketakutan dan panik.Disamping itu banyak materi yang terbuang sia-sia
(Kartono, 1999).Dalam aspek sosiologi, kejahatanmerupakan segala perilaku manusia yang
menyebabkan kerugian sosiologi danmenganggu kehidupan bersama.Kejahatan dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, kejahatan harus diperangi sebagaimana menurut ilmu hukum
karena karena kejahatan menyebabkan kerugian (Sosilo dalam Maulana, 2014).Menurut
Kartono dalam Arsono (2014) menyebutkan bahwa kejahatan secara yuridis merupakan
prilaku manusia yang menyimpang, merugikan dan bersifat asosiatif.
Dalamilmukriminologi,kejahatan merupakan suatu perilaku yangmencederai moral dasar
manusia seperti penghargaan terhadap property dan perlindungan terhadap penderitaan orang
lain. Meskipun begitu, moral dasar ini dapat berbeda berdasarkan waktu dan komunitas
(Adler, Mueller, dan Laufer dalam Arsono, 2014).Ilmuekonomi sendiri memandang
kejahatan merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan ketidakefisienan alokasi sumberdaya
dan mendistorsi harga sehingga jumlahnya harus ditekan.Ilmu ekonomi menggunakan
kerangka yang dimiliki dalam mengoptimalkan alokasi penggunaan sumber daya untuk
menekan angka kejahatan ke tingkat yang serendah-rendahnya.Dalam hipotesis Becker
(1974) bahwa kejahatan merupakan tindakan rasional yang memperhitungkan untung rugi
yang didapatkan dari melakukan tindakan illegal tersebut.Sedangkan, rasionalitas kejahatan
menurut Sullivan (2003) yaitu ada tiga alasan seseorang melakukan kejahatan, pertama
karena ia sangat pandai sehingga sulit untuk tertangkap sedangkan keuntungan yang didapat
sangat menguntungkan. Kedua karena opportunity cost yang didapatkan sangat rendah
sehingga melakukan kejahatan lebih menguntungkan. Ketiga karena pelaku tidak memiliki
rasa hormat kepada norma yang belaku sehingga menganggap kejahatan merupakan tindakan
yang legal.
B. Faktor –faktor penyebab kriminaliatas
Kriminalitas/tindak kejahatan atau pelanggaran merupakan perbuatan seseorang yang
dapat diancam hukuman berdasarkan KUHP atau Undang-undang serta peraturan lainnya
yang berlaku di Indonesia.Federal Bureau of Investigation menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat krimi-nalitas di suatu wilayah adalah:
1. Kepadatan penduduk dan tingkat urbanisasi.
2. Variasi komposisi penduduk khususnya konsentrasi pemuda.
3. Stabilitas populasi sehubungan dengan mobilitas penduduk.
4. Model transportasi dan sistem jalan raya.
5. Kondisi ekonomi termasuk pendapatan rata-rata, tingkat kemiskinan dan ketersediaan
lapangan kerja.
6. Faktor budaya dan karakteristik pendidikan, rekreasi dan agama.
7. Kondisi keluarga sehubungan dengan perceraian dan kekompakan keluarga.
8. Iklim atau kondisi geografis.
9. Kekuatan efektif dari lembaga penegak hukum.
10. Penegakan administrasi dan investigasi penegakan hukum.
11. Kebijakan komponen lain dari sistem peradilan pidana.
Jenis-jenis Kriminalitas Kriminalitas atau tindak pidana dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu:
a) Tindak kriminalitas terhadap fisik manusia yang meliputi pembunuhan, pemerkosaan,
penganiayaan ringan, penganiayaan berat, penculikan dan KDRT.
b) Tindak kriminalitas terhadap hak milik yang meliputi kebakaran, pencurian dengan
pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian
kawat telpon, pencurian kayu jati dan pencurian kendaraan bermotor.
c) Tindak kriminalitas jenis lainnya meliputi narkotika, uang palsu dan lainnya
Teori-teori tentang sebab-sebab kejahatan telah dikemukakan oleh para kriminolog.
Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi terus menimbulkan berbagai
pendapat dari berbagai pakar kriminologi dan pakar ilmu hukum, berikut ini teori penyebab
terjadinya kejahatan:
1. Prespektif Biologis. Pada teori prespektif biologis, beberapa ahli memiliki pandangan
penyebab terjadinya kejahatan, yaitu : Lahir sebagai penjahat, tipe fisik dan Eleanor
Glueck, disfungsi otak, dan faktor genetik.
a) Lahir sebagai penjahat dikemukakan oleh Lamborso. Pada dasarnya inti dari teori ini
yaitu kejahatan merupakan suatu keanehan atau ganjil secara fisik yang tidak sama
dengan non kriminal. Pada akhirnya perkembangan teori Lamborso menemukan fakta
bahwa manusia yang jahat bisa ditandai dari sifat fisiknya. Lamborso
mengklasifikasikan kejahatan dalam 4 golongan yaitu: 1. Born Criminal, yaitu orang
yang berdasarkan pada doktrin atavisme diatas 2. Insane Criminal, yaitu orang yang
menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang
menganggu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah.
Contohnya penjahat kambuhan (habitual criminals) 4. Criminal of passion, yaitu
pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya karena marah, cinta atau karena
kehormatan.
b) Tipe fisik, Ernest Kretchmer, William H. Sheldon dan Sheldon Glueck dan Eleanor
Glueck memberikan beberapa ciri fisik seseorang yang menjadi penyebabnya
melakukan kejahatan.
c) Disfungsi otak, di temukan pada mereka yang menggunakan kekerasan secara
berlebihan dibanding orang pada umumnya. Beberapa pelaku kriminal berupa
kekerasan terlihat memiliki cacat di dalam otak dan berkaitan dengan self-control
yang terganggu.
d) Faktor Genetik memiliki 4 jenis yaitu: 1. Twins Studies, pengaruh genetika
meningkatkan resiko kriminalitas, pada kembar identik apabila pasangannya
melakukan kejahatan, maka 50% pasangannya juga melakukan kejahatan sedangkan
pada kembar yang dihasilkan dari dua telur yang terpisah, keduanya dibuahi
bersamaan hanya 20%. 2. Addoption Studies, dimana orang tua asli pelaku kriminal
berpengaruh besar terhadap sang anak jika dibandingkan dengan orang tua angkat
3. The XYY syndrome, saat terjadi abnormalitas genetik dan menghasilkan kromosom
XYY pada laki-laki. Mereka yang memiliki kromosom XYY cenderung bertubuh
tinggi, secara fisik agresif, sering melakukan kekerasan.
2. Perspektif Psikologis .Teori Perspektif Psikologis menjelaskan tentang teori
psikoanalisis, kekacauan mental, pengembangan moral dan pembelajaran sosial.
a) Teori Psikoanalisis, Sigmud Freud (1856-1939), penemu dari psychoanalisis
berpendapat bahwa kriminalitas mungkin hasil dari “anoveractiveconscience” yang
menghasilakn perasaan bersalah yang tidak tertahankan untuk melakukan kejahatan
dengan tujuan agar ditangkap dan di hukum. Hukuman akan menimbulkan sifat jera
pada pelaku kriminal.
b) Kekacauan Mental (Mental Disoder), penyakit mental ini disebut antisocial
personality atau psychopathy. Para psycopthy tidak menghargai kebenaran, tidak
tulus, tidak merasa malu, bersalah atau terhina. Mereka berbohong, melakukan
kecurangan tanpa ada keraguan dan melakukan pelanggaran verbal maupun fisik
tanpa perencanaan.
c) Pengembangan moral, menurut Bowbly orang yang sudah biasa menjadi penjahat
umumnya memiliki ketidak mampuan membentuk ikatan kasih sayang.
d) Pembelajaran sosial, membagi tiga yaitu,: Observationlearning, Direct Experience,
dan Differentis AssociatonReinforcement, yang mempelajari tentang bagaimana
kekerasan itu tumbuh pada anak-anak melalui kekerasan dari keluarga, pergaulan dan
perlakuan sekitarnya kepada dirinya.
3. Perspektif Sosiologis. Pada teori kejahatan dari perspektif sosiologis berusaha mencari
alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Teori ini
dapat di kelompokkan menjadi tiga kategori umum yaitu :
a) Anomie (ketiadaan norma) atau strain (ketegangan). Dalam teori Durkheim, anomie
itu dapat diartikan hancurnya keteraturan sosial sebagai dampak dari hilangnya nilai-
nilai atau patokan. Durkheim juga memiliki pandangan bahwa anomie itu merupakan
kondisi yang mendukung sifat induvidualis / egois yang akhirnya pengendalian sosial
akan dilepas. Keadaan ini akan diikuti dengan perilaku menyimpang dalam pergaulan
masyarakat.
b) Cultural Deviance (penyimpangan budaya), memandang kejahatan sebagai
seperangkat nilai-nilai yang khas padalower class. Proses penyesuaian diri dengan
sistem nilai kelas bawah yang menentukan tingkah laku di daerahdaerah kumuh,
berbenturan dengan hukum-hukum masyarakat. Tiga teori utama dari Cultural
deviance adalah, yang pertama Social Disorganization Theory yang memfokuskan
perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan
disintegrasi nilainilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang cepat,
peningkatan imigrasi dan urbanisasi, hal ini dapat dilihat pada anak-anak yang di
besarkan di daerah pedesaan dengan budaya dan adat yang masih kental kemudian
melanjutkan sekolah ke daerah perkotaan yang penuh dengan kebebasan dan akhinya
memperkenalkan mereka dengan narkoba, minuman keras dan seks bebas, teori yang
kedua adalah Differential Assosiaciaton yang merupakan teori Sutherland, merupakan
pendekatan individu mengenai seseorang dalam kehidupan masyarakatnya, karena
pengalaman-pengalamannya tumbuh menjadi penjahat. Teori yang ketiga adalah
Culture Konflik Teori yang menyebabkan terjadinya kejahatan karena seringnya
terjadi pertemuan norma-norma dari berbagai daerah yang satu sama lain berbeda
bahkan ada yang saling bertentangan.
c) Teori Kontrol Sosial (Control Social Theory), pengertiannya merujuk pada setiap
prespektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu,
pengertian teori control sosial merujuk kepada pembahasan delinquency dan
kejahatan yang di kaitkan denganvariabelvariable yang bersifat sosiologis, antara lain
struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok dominan.
d) Perspektif Lain. (Alam, 2010, Pengantar kriminologi)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di Kota Makassar, dimana kita ketahui bahwasanya
di Makassar sendiri masih rawan dengan tindak kriminalitas utamanya yaitu kasus pencurian/
pembegalan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengkaji kasus kriminalitas baik itu dari
faktor penyebab sampai dampaknya bagi masyarakat.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan proposal ini yaitu
data sekunder. Dimana data ini diperoleh dari literature-literatur yang sudah ada
sebelumnya terutama data statistik dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
Metode dokumentasi, yaitu penulis mengambil data dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip
yang diberikan pihak yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.
D. Analisis Data
Data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dalam penelitian ini yakni data sekunder
merupakan data yang sifatnya kualitatit, sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis kualitatif, yaitu data tersebut diolah dan dianalisis secara dedukatif yaitu
berlandaskan kepada dasar-dasar pengetahuan umum kemudian meniliti persoalan yang
bersifat dari adanya analisi inilah ditarik suatu kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

A.S Alam, 1985 Kejahatan Dan Sistem Pemidanaan, Fakultas Hukum, UNHAS, Ujung
Pandang

A. S. Alam, dan Amir, Ilyas. 2010. Pengantar Kriminologi, Makassar: Pustaka Refleksi
Books.

Anugrah,P Dan Ratnasari V.2014. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS: Pemodelan
Persentase Kriminalitas Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Di Jawa Timur
Dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR). Vol. 3, No.1,
(2014) 2337-3520 (2301-928X Print)

Hurwitz, Stephen. 1986. Kriminologi. Terjemahan oleh Ny. L. Moeljatno, SH.. Jakarta: PT
Bina Aksara.

Kartono, Kartini. 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Raja grafindo Persada.

Kartono Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Anak, Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai

  • (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Dokumen20 halaman
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • BENUAEUROPA
    BENUAEUROPA
    Dokumen22 halaman
    BENUAEUROPA
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Anonim
    Anonim
    Dokumen2 halaman
    Anonim
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Genesa
    Genesa
    Dokumen2 halaman
    Genesa
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1
    Tgs 1
    Dokumen1 halaman
    Tgs 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Geo Sosial
    Geo Sosial
    Dokumen14 halaman
    Geo Sosial
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Fix Petr0 3
    Fix Petr0 3
    Dokumen34 halaman
    Fix Petr0 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2011
    Djauhari Noor 2011
    Dokumen46 halaman
    Djauhari Noor 2011
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2009
    Djauhari Noor 2009
    Dokumen13 halaman
    Djauhari Noor 2009
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    0% (1)
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Ipi 256767
    Ipi 256767
    Dokumen13 halaman
    Ipi 256767
    Margono Thok
    Belum ada peringkat
  • Gam Ping
    Gam Ping
    Dokumen9 halaman
    Gam Ping
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    Dokumen6 halaman
    SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 112
    Bab 112
    Dokumen35 halaman
    Bab 112
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Dokumen5 halaman
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen3 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen7 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen17 halaman
    Bab Iii
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Dokumen24 halaman
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat