Anda di halaman 1dari 4

Curhatanku Hari ini:

Hari ini, aku dan sahabat sekos, sekampus dan sekelasku bertengkar. Bagiku ini biasa saja. Tapi
baginya mungkin luar biasa. Aku sudah meminta maaf padanya tapi tak ada jawaban. Aku
menyapanya juga jawabannya hanya “Hm”. Aku berusaha agar aku tidak bertengkar hanya karena
soal ini. Aku tadi sore menceritakan kenapa aku ingin praktek sendiri kepada temanku, kupikir dia
tidak dikos. Ternyata dia sudah pulang. Akhirnya dia mungkin mendengarkan ceritaku semua. Aku
ingin praktek sendiri karena aku ingin benar-benar belajar. Bukan main-main. Aku tahu, pilihanku ini
akan sangat membuatnya marah dan sangat muak padaku. Tapi tidak ada jalan lain lagi. Menurutku
pilihanku ini sudah sangat ku nanti-nati. Bahkan aku harapkan. Karena memang aku tidak betah
tinggal seatap dengannya. Visiku dan visinya sangatlah berbeda. Meskipun tak jarang aku
menemaninya untuk main hingga tak kenal waktu. Itupun karena aku terpaksa. Sebab menurutku
itulah caraku berbuat baik untuknya (dalam pandangannya). Namun dalam pandanganku lain.
Menurutku, seorang teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak temannya pada kebaikan.
Bagaimana denganku?? Aku sudah berusaha membuatnya kearah yang baik. Tetapi dia itu keras
kepala, manja dan masih sangat kekanak-kanakan yang hanya tau senang saja. Aku tahu dia pasti
akan berpikir aku egois. Seandainya kata-kata itu terdengar ditelingaku akan kujawab “IYA” dengan
tegas. Lalu aku akan mengatakan bahwa iya aku memang JAHAT, aku juga memang EGOIS. Tapi
sejelek-jeleknya orang BAB itu juga tahu tempat!! Akan aku bilang dengan tegas seperti itu. Aku
pernah masak untuknya. Tak pernah dimakan. Melihatnya seperti jijik. Malah suka pesan online. Dia
itu sakit. Tapi dia tidak mau di bilang sakit. Aku ini hidupnya kalau dikosan tidak sehat. Sedangkan dia
sakit. Aku takut jika semua karena aku dan semuanya akan semakin bertambah parah karena aku.
Mangkannya aku lebih sering makan menyendiri dan tidak memperhatikannya. Karena aku ingin dia
sadar dan mandiri. Dia sangat minta sekali diperhatikan. Dia lo sudah pernah hidup mandiri.
Sedangkan aku tidak pernah sama sekali. Tetapi kenapa masih bisa mandirian aku ketimbang dia??
Ga malu apa?? Dan dia itu suka marah-marah sama orangtua. Tidak tau betapa susahnya orangtua
ketika mencari nafkah. Apa saja yang dipertaruhkan. Demi anaknya. Menurutku Allah memberinya
sakit akan bisa membuatnya jauh lebih baik lagi. Ternyata dugaanku salah. Malah tambah parah. Ya
Allah... bukakan pintu hatinya, sadarkanlah dia ya Allah.... Aku tahu aku salah memilih teman. Tapi
bisakah engkau hilangkan dia dari sisiku ya Allah...Aku tahu dia baik. Tapi sungguh dia tidak
membawaku menuju kepada jalanmu ya Raabb... aku sekarang tak punya teman yang banyak
mendukungku. Aku hanya punya Engkau ya Allah...bantulah hambamu ini untukmenunjukkan
padanya bahwa aku bisa! Bagiku kesehatan ibuku yang sudah mulai menurun itu sudah cukup untuk
mencambuk diriku untuk sadar bahwa aku tidak boleh main-main dan semakin mendekat kepada
Mu. Tapi baginya, kenapa penyakit yang seperti itu malah dia bangga-banggakan ya Allah.. tak ada
perubahan yang bisa kuliahat dengan jelas. Hanya Engkau yang Maha Mengetahui.

Cambuklah dia ya Allah, cambuklah dia agar hatinya menjadi lembut dan pikirannya menjadi terbuka
ya Allah.... sungguh benar Engkau telah menunjukkan padaku bahwa dia bukanlah yang terbaik
bagiku..

Bekerja sebagai penjual parfum pasti akan wangi. Berjualan ikan asin pasti akan bau tidak enak.

Aku ditawari berjualan minyak wangi, tapi aku malah memilih berjualan ikan asin. Sungguh aku ingin
mandi dengan sabun wangi kemudian ganti baju lalu ganti bekerja menjadi penjual minyak wangi.
Tolonglah hambamu ini ya Allah.... ku serahkan semuanya pada Mu HASBUNALLAH WANIKMAL
WAKIL, NIKMAL MAULA WANNIKMAL NASSIR....

Curhatanku pagi ini:

Sudah dua hari ini aku terus menangis. Entah aku tidak bisa menahan semua gejolak yang ada
didalam dadaku, yang tahu hanya aku dan Tuhan. Malam hari, pagi hari bahkan disiang haripun
terkadang aku meneteskan air mata. Hal yang paling menyentuh lubuk hatiku yang paling sensitive
adalah orangtua. Ya, kedua malaikat tak bersayap itu belakangan ini selalu ada di benakku bahkan
ketika aku membuka kudua bola mataku. Hal itu yang menyebabkanku menjadi berubah. Karena aku
tidak ingin menyia-nyiakan waktuku di akhir-akhir semester ini. Cobaan hidup yang diturunkan
begitu cepat kepada ibuku saja sudah cukup membuatku sadar betapa berharganya waktuku hidup
didunia ini. Dan apa yang telah merekaa lakukan takkan pernah bisa tergantikan. Waktu, tenaga,
pikiran semua diluangkan untuk buah hatinya. Aku tidak tahu harus membalas dengan apa, yang aku
tahu sebuah senyuman yang tersematkan diwajah mereka ketika melihatku sukses tepat waktu
adalah hal yang terbaik bisa kuberikan untuk mereka. Hal sekecil itu bisa membuat mereka bahagia.
Bukan harta bukan tahta atau apapun. Tapi hanya menjadi anak yang penurut, berbakti kepada
orangtua, sholeh dan sholehah itupun sudah cukup bagi mereka.

Mungkin orang-orang yang tidak tahu maksud dan tujuanku paasti berpikir bahwa aku ini sangat
egois dan suka menyendiri. Memang mungkin kelihatannya aku seperti itu. Tapi aku melakukan ini
semua karena aku berbeda dari yang lain. Karena aku tetaplah aku yang harus berjuang demi
orangtuaku bahagia. Menurutku orang egois didunia ini ada dua macam. Satu, orang yang egois
karena masalah dan dia harus menyelesaikan masalah itu yang menyebabkannya menjadi egois. Dan
kedua, adalah memang sifatnya egois. Meskipun tidak ada masalah didalam kehidupannya dia tidak
akan pernah bisa menghilangkan keegoisannya.

Dan aku termasuk kedalam macam yang pertama. Aku begini bukan tanpa sebuah alasan. Mungkin
akan terdengar klasik. Tapi memang begitu keadaannya. Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa
menyembunyikan semua maslaahku dihadapan orang. Aku bukan orang yang suka berbohong pada
dirinya sendiri. Hanya itu. Tujuanku hanya satu. Yaitu membuat ibuku bahagia. Begitupula ayahku.
Jerih payah mereka akan terbalaskan dengan melihatku sukses. Dan aku tidak ingin menyia-nyiakan
waktuku. Itu saja.

Curhatanku hari ini:

Di umurku yang akan menginjak 20 tahun, semua terasa berat. Bertambah 2 bata ku bawa
dipundakku. Antara masa depanku dan cinta. Banyak konflik yang ku ciptakan dalam perjalananku
menuju masa depan. Dan ada saja cobaan yang meniupku ke tepi. Membuatku semakin yakin bahwa
Tuhan belum mempertemukanku dengan orang yang baik dan ku butuhkan. 2 tahun aku dekat
dengan laki-laki yang masih menginjakkan kakinya menuju kedewasaan. Tapi egonya masih sama
saja dengan anak kecil. Sungguh! Aku sudah bertengkar dengannya. Aku mengalah dan mencoba
memberinya kesempatan. Sekarang masalah timbul lagi. Memangnya tidak boleh apa jika aku
menyukai drama dan film-film kesukaanku. Toh itu juga hiburanku. Malah dilarang-larang.
Memangnya kenapa??? Iri??? Aku tidak pernah sama sekali jatuh cinta dengan sosok yang hanya
hayalan saja disana. Lagipula mana mungkin dia akan jadi kekasihku itu sungguh mustahil!!. Para
cowok-cowok dimanapun kalian berada. Tolong inget baik-baik. Dan patri dalam hati sanubari
kalian!! Semua wanita itu pada dasarnya memiliki sisi kefeminiman masing-masing. Begitupula
dengan hobby, kesukaan dan favorit. Entah dalam bidang apa saja. Mereka menyukai drama korea
misalnya. Mereka suka hanya sebatas kagum saja. Tidak ada yang namanya CINTA bahkan
mengorbankan segala hidupnya demi seorang yang hanya sebuah khayalan di depan layar tak hidup
itu. Jadi, jangan dilarang-larang. Wanita itu butuh kebahagiaan. Karena wanita yang bahagia pasti
akan melahirkan anak-anak cerdas untuk masa depan bangsanya!. Jadi, kalau kalian melarang-larang
hobby mereka yang bukan dalam basis fatal. Mereka akan terkurung, hati mereka akan gundah
gulana dan tidak bahagia. Akibatnya apa?? Sakit, streess, suka bicarain orang lain. Loooh kan larinya
malah kearah yang negatif. Selama itu baik untuk mereka ya kenapa dilarang gitu looh. Jadi sebel
aku jadinya.

Curhatanku hari ini:

Kadang aku berpikir kenapa hidupku tidak pernah seberuntung orang-orang yang ada diluar sana.
Aku ini anak perempuan, satu-satunya. Tapi aku merasa aku hanyalah anak bawang yang asal ikut
saja dikeluarga ayahku. Diusia mudaku, aku tidak pernah merasakan indahnya hidup. Aku hanya
seorang perempuan biasa. Tidak ada yang istimewa. Meskipun hidupku sederhana, tapi aku ingin
sekali hidupku bahagia seperti yang lainnya. Dimanjakan. Atau setidakny aku dibebaskan dengan
duniaku sendiri tidak memihak apapun. Aku tidak pernah seperti itu. Semuanya harus satu persatu
kususun. Harus sabar. Kenapa masalah ini sama dengan msalahku yang dulu? Aku sekarang sudah
tingkat akhir. Banyak masala datang menghampiriku. Dulu juga begitu, aku kelas tiga banyak maslah
juga datang menghampiri. Memang ya aku harus meneteskan air mata seperti ini terus??? Masa-
masa SMA ku terlantar begitu saja. Aku sekarang semester 5 kurang satu semester aku lulus. Hanya
tidak ingin semuanya kelabu.. tapi jika Tuhan berkehendak lain. Apa mau dikata.

Curhatanku hari ini:

Persahabatan itu penting. Aku tahu itu. Aku berubah hanya karena ibuku. Tidak ada maksud lain.
Tapi sepertinya semua temanku yang dulu ceria bersamaku. Perlahan hilang entah kemana.. aku
tahu aku hanyalah aku. Biasa biasa saja. Juga tidak baik hati. Tidak pemberani. Hmmmm entahlah
aku masih mereka anggap manusia atau bukan. Mungkin aku hanya bayangan saja.

Curhatanku hari ini:

Menjadi dewasa itu sungguh menakjubkan. Dimana masalahmu akan bertambah satu hingga dua
diatas pundakmu. Maslah mulai menyerangmu bertubi-tubi. Tinggal seberapa kuat dirimu mampu
tegap agar usahamu tidak rubuh dan impianmu hancur. Perhal ini itu. Aku adalah salah satu
korbannya. Masalahku mulai bertambah 2 balok dipundak. Satu balok masalah keluargaku balok dua
maslah kuliahku. Keluarga dapat ujian dari Allah dengan menurunkannya lewat ibuku. Ibuku sudah
sakit. Dan aku mau tidak mau harus mendampinginya merawatnya. Karena kakakku yang baru mulai
berkeluarga dan bekerja dikota seberang. Aku satu-satunya putri didalam keluarga ini. Adikku masih
8 tahun. Dan aku kuliah tentunya. Semua waktu dan tenaga kini beralih pada keluargaku. Aku
sebenarnya khawatir tentang bagaimana kuliahku. Tapi aku yakin, jika aku ikhlas sepenuh hati Allah
tidak pernah tidur dan akan menggantikannya dengan yang jauh lebih baik. Mungkin belum saatnya
aku fokus. Aku harus sabar. Di semester tua ini, aku mulai goyah dengan prinsip utamaku. Ucapan-
ucapan yang pernah aku katakan pada ayahku. Keinginanku dan kesungguhanku. Jika aku
mematahkan tujuan yang sebentar lagi akan segera selesai ini. Tentu aku akan mulai dari awal lagi.
Ya, aku harus ikhlas dan sabar. Hasbunallah ya Allah...

Dan, aku sebenarnya dari dulu sudah tahu jika kakakku adalah orang yang paling disayang ibu.
Sakitnya selama ini mungkin hanya memikirkan dan menanti anak pertamanya itu. Aku pulang,
hanya untuk ibu. Pikiranku buyar saat aku tahu ibu masuk rumah sakit. Rasanya saat itu juga aku
akan pulang. Kepulanganku hanya untuk ibu. Aku ingin membuatnya sedikit berwarna. Setidaknya
ada senyum di bibirnya ketika melihatku datang. Aku pikir itu akan membuatnya tenang dan perlaan
menyembuhkan luka hatinya. Waktu dan tenaga aku habiskan hanya untuknya. Aku membantu
ayah, merawat ibu dan adik. Semua itu aku lakukan karena aku tahu tiada yang lebih berharga dari
keluarga. Aku sekolah yang membiayai mereka. Aku tidak ada didunia jika tidak ada mereka. Aku
tidak akan tumbuh sampai sebesar ini jika tidak ada mereka. Aku hanya ingin membalas semua apa
yang telah mereka lakukan dan berikan untukku. Meskipun itu tak sebanding. SAMA SEKALI TIDAK.
Tapi, jika selama ini yang ibu inginkan hanya putra pertamanya. Aku mau buat apalagi. Sepertinya
keberadaanku tidak berguna sama sekali kupikir. Tapi aku ikhlas lillaitaala.. hanya Engkau yang tahu.
Meskipun aku tidak di cintai 100% dan mungkin kebahagiaan ibuku 1.000.000 lebih bahagia dengan
putra pertamanya. Tapi aku akan tetap berusaha merebut hatinya. Aku juga ingin membuat hatinya
bahagia.

Curhatanku hari ini:

Pilihanku salah. Aku pikir aku akan bisa dengan mudah belajar dan menyelesaikan tugasku di tempat
praktek istri kakakku. Ternyata aku salah. Hmmm.. aku sama sekali tidak mendapatkan apa yang
seharusnya aku dapatkan. Dan.. tugasku tidak bisa segera terselesaikan dengan cepat. Aku BT.
Semua yang aku rencanakan ternyata tidak seperti yang telah aku bayangkan. Aku tidak tahu aku
harus bagaimana lagi.

Anda mungkin juga menyukai