KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah merupakan satu kata yang pantas untuk diucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang karena bimbingan-Nya maka kami dapat menyelesaikan sebuah
laporan pemetaan 2 yang berjudul busur lapangan
Laporan ini dibuat dengan berbagai pemikiran yang kami lakukan mengenai busur
lapangan, sehingga menghasilkan sebuah laporan yang dapat kami pertanggungjawabkan
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam laporan ini.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.
Terimakasih dan Semoga laporan ini dapat memberikan sumbangan positif bagi kita
semua.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lokasi Praktikum Busur Lapangan, Parkiran Mobil tamu ITS Manyar..................... 7
Gambar 2 Metode Pengukuan Busur Lapangan ............................................................................... 9
Gambar 3 Metode Perhitungan Selisih Busur sama Panjang ........................................................ 10
Gambar 4: Metode Perhitungan Selisih Busur sama Panjang ....................................................... 12
Gambar 5: Metode Perpanjangan Tali Busur ................................................................................. 14
Gambar 6 Metode Polar ..................................................................................................................... 15
Gambar 7 Metode Polygon ................................................................................................................ 17
Gambar 8 Theodolit............................................................................................................................ 19
Gambar 9 Tripod ................................................................................................................................ 19
Gambar 10 Payung ............................................................................................................................. 20
Gambar 11 Rollmeter ......................................................................................................................... 20
Gambar 12 Yalon ................................................................................................................................ 20
Gambar 13 Buku dan Alat Tulis ....................................................................................................... 21
Gambar 14 Contoh Tikungan Jalan Tampak 3D ............................................................................ 25
Gambar 15 Contoh Tikungan Jalan Tampak Atas ......................................................................... 25
Gambar 17 Contoh Busur pada Lapangan Olahraga ..................................................................... 26
Gambar 16 Contoh Busur pada Lapangan Olahraga ..................................................................... 26
Gambar 18 Contoh Busur Bundaran pada Tengah Kota ............................................................... 26
Gambar 19 Praktikum busur lapangan ............................................................................................ 28
Gambar 20 Praktikum busur lapangan ............................................................................................ 28
Gambar 22 Praktikum busur lapangan ............................................................................................ 29
Gambar 21 Praktikum busur lapangan ............................................................................................ 29
Gambar 23 Praktikum busur lapangan ............................................................................................ 29
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menghubungkan dua arah yang berpotongan supaya
perpindahan dari arah satu kearah yang lain dapat berjalan lancar.
2. Mahasiwa mampu mengolah data dan melakukan koreksi pada data itu sendiri.
3. Mahasiswa memahami cara pengoperasian dan pengukuran dengan menggunakan
alat theodolit dengan benar.
4. Mahasiswa mampu menguasai dalam pembacaan alat ukur theodolit.
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan pembacaan alat agar sesuai dengan data
1.4 Manfaat
1. Kita bisa mendapat ilmu dalam mempelajari pengukuran busur lapangan
2. Kita menjadi lebih tau akan teknik sipil
3. Kita dapat mengetahui cara mengolah data busur lapangan
4. Kita jadi lebih tahu pengoperasian alat dalam usur lapangan
Gambar 1 Lokasi Praktikum Busur Lapangan, Parkiran Mobil Tamu ITS Manyar
Sumber: Google Earth
BAB II
ISI
Misal :
2. Jalan raya
5. Lintasan udara
Titik perpotongan V disebut “Point of Intersection“ atau disingkat “PI“ mempunyai
besar sudut φ1 dan besar sudut φ2, Untuk membuat busur/lengkung lapangan tentunya
ada beberapa titik-titik utama dalam pembuatan lengkung/busur tersebut, diantaranya :
φ = φ2 – φ1 = ( jika sudut φ2>φ1) = adalah sudut perpotongan dari tangent I
dan tangent II.
φ = 180⁰ - ( φ1–φ2 ) = (jika sudut φ1>φ 2 ) = adalah sudut perpotongan dari
tangent I dan tangent II
Persamaan kedua tangent :
1
VT1 = VT2 = R.tg 2φ, dimana T1dan T2 adalah titik tangent dimulainya busur.
4. Putar sudut searah jarum jam sebesar (180 − 𝜑), ukur jarak dari titik V kearah
1
tersebut, sebesar VT1= R tan 2 𝜑, akan ketemu titik T1
Untuk mendapatkan perhitungan busur lapangan ada beberapa cara, yaitu sebagai
berikut:
X2 = R sin(2∆𝜑) Y2 = R - √𝑅 2 − 𝑋22
2. Buat sudut sebesar (180-φo), ukur jarak VT1 = R tan ⅟2φ o => ketemu titik T1
3. Pindahkan alat ke titik T1, sentring alat, arahkan dari T1 ke V, ukur jarak sebesar
X1, ketemu absis 1; ukur jarak sebesar X2, ketemu absis 2 dan seterusnya jarak
X3, X4 dst akan ketem absis 3, absis 4, dst. (di jalur T1V).
4. Dari titik titik absis-absis ini diletakkan alat theodolith, sentring, buat sudut siku-
siku terhadap jalur T1V, diukur jarak Y1, Y2, Y3 dst., akan ketemu titik-titik detail
1, detail 2 dan detail 3 dst. (di busur lingkaran).
5. Atau lakukan pengukuran seperti no. 3 sampai no. 4, jarak pada T1 jalur 2, ukur
jarak-jarak X1, X2,X3 dst. Maka akan ketemu titik detail 1, detail 2, detail 3 dst
pada busur lingkaran dari jalur 2 (di busur).
6. Jadi pelaksanaannya bisa dilakukan dari dua sisi, separoh titik detail dari T1 (jalur
1) dan separohnya lagi dari T2 (jalur 2)
Catatan :
2. Jika sudut 𝜑 < 90°, maka Xmaks = 𝑅 cos (90° − 𝜑), Ymaks < R
3. Jika sudut 𝜑 > 90°, Ymaks bias >𝑅, maka pengambilan detail bisa dilakukan dari
2 arah jalur masing-masing separoh titik detail
Perhitungan :
1. Besar sudut 𝜑°= sudut perpotongan dua arah = 𝜑1° − 𝜑2°
2. R = radius lingkaran (m)
1
3. VT1 = VT2 = R tan 2 𝜑°= dari titik potong 2 arah ke titik singgung 1 dan 2
Catatan :
2. Jika sudut 𝜑 < 90°, maka Xmaks = 𝑅 cos (90° − 𝜑), Ymaks < R
3. Jika sudut 𝜑 > 90°, Ymaks bias >𝑅, maka pengambilan detail bisa dilakukan dari
2 arah jalur masing-masing separoh titik detail
2. Buat sudut sebesar (180-φo), ukur jarak VT1 = R tan ⅟2 φ o => ketemu titik T1
3. Pindahkan alat ke titik T1, sentring alat, arahkan dari T1 ke V, ukur jarak sebesar
X1, ketemu absis 1; ukur jarak sebesar X2, ketemu absis 2 dan seterusnya jarak
X3, X4 dst akan ketemu absis 3, absis 4, dst. (di jalur T1V).
4. Dari titik-titik absis-absis ini diletakkan alat theodolith, sentring, buat sudut siku-
siku terhadap jalur T1V, diukur jarak Y1, Y2, Y3 dst., akan ketemu titik-titik detail
1, detail 2 dan detail 3 dst. (di busur lapangan).
5. Atau lakukan pengukuran seperti no. 3 sampai no. 4, jarak pada T1 jalur 2, ukur
jarak-jarak X1, X2,X3 dst. Maka akan ketemu titik detail 1, detail 2, detail 3 dst
pada busur lingkaran dari jalur 2 (di busur).
6. Jadi pelaksanaannya bisa dilakukan dari dua sisi, separoh titik detail dari T1 (jalur
1) dan separohnya lagi dari T2 (jalur 2)
Perhitungan :
1. Besar sudut 𝜑°= sudut perpotongan dua arah = 𝜑1° − 𝜑2°
2. R = radius lingkaran (m)
1
3. VT1 = VT2 = R tan 2 𝜑°= dari titik potong 2 arah ke titik singgung 1 dan 2
Perpanjangan Tali Busur dan Panjang Siku dari perpanjangan tali busur:
1 1
(T1-1’) = tb x cos 2 ∆𝜑 dan (1’-1) = tb x sin 2 ∆𝜑
2. Buat sudut sebesar (180-φo), ukur jarak VT1 = R tan ⅟2 φ o => ketemu titik T1
3. Pindahkan alat ke titik T1, sentring alat, arahkan dari T1 ke V, ukur jarak sebesar
X1, ketemu absis 1; ukur jarak sebesar X2, ketemu absis 2 dan seterusnya jarak
X3, X4 dst akan ketem absis 3, absis 4, dst. (di jalur T1V).
4. Dari titik titik absis-absis ini diletakkan alat theodolith, sentring, buat sudut siku-
siku terhadap jalur T1V, diukur jarak Y1, Y2, Y3 dst., akan ketemu titik-titik detail
1, detail 2 dan detail 3 dst. (di busur lapangan).
5. Atau lakukan pengukuran seperti no. 3 sampai no. 4, jarak pada T1 jalur 2, ukur
jarak-jarak X1, X2,X3 dst. Maka akan ketemu titik detail 1, detail 2, detail 3 dst
pada busur lingkaran dari jalur 2 (di busur).
6. Jadi pelaksanaannya bisa dilakukan dari dua sisi, separoh titik detail dari T1 (jalur
1) dan separohnya lagi dari T2 (jalur 2)
Perhitungan :
1. Besar sudut 𝜑°= sudut perpotongan dua arah = 𝜑1° − 𝜑2°
2. R = radius lingkaran (m)
1
3. VT1 = VT2 = R tan 2 𝜑°= dari titik potong 2 arah ke titik singgung 1 dan 2
dst... dst...
1 1
Δ φ-akhir = 2 (𝜑) tb-akhir = 2R 𝑠𝑖𝑛 2 (𝜑)
Catatan :
2. Jika sudut 𝜑 < 90°, maka Xmaks = 𝑅 cos (90° − 𝜑), Ymaks < R
3. Jika sudut 𝜑 > 90°, Ymaks bias >𝑅, maka pengambilan detail bisa dilakukan dari
2 arah jalur masing-masing separoh titik detail
7. Sebelum bertemu titik singgung T2, besar sudut yang searah jarum jam adalah =
(360° - (180° - ½ ∆𝜑°- ½ ∆𝜑°′)) = ( 180 + ½ ∆𝜑° + ½ ∆𝜑°′), ukur jarak tb’ dan
harus tepat daapt apda titik singgung T2 (kalau hitungan semua tepat)
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3. 1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum busur lingkaran dan diagonal eyepiece
adalah sebagai berikut:
1. Theodolit
Gambar 8 Theodolit
Sumber : Google
2. Tripod
Gambar 9 Tripod
Sumber : Google
3. Payung
Gambar 10 Payung
Sumber : Google
4.
4. Rollmeter
Gambar 11 Rollmeter
Sumber : Google
5. Yalon
Gambar 12 Yalon
Sumber : Google
BAB IV
4.1 Data
Tabel 1 Data
R Xp Yp Xq Yq φ1 φ2
12 100 -100 117,20 -83,26 45,7625 135,763
m1 = cotg φ1 m2 = cotg φ2
m1 = 0,97 m2 = -1,03
Yp = (m1.xp)+ p1 Yq = (m2.xq)+ p2
p1 = -197 p2 = 37,456
Mencari koordinat V
𝑃1−𝑃2 𝑚1𝑃2−𝑚2𝑃1
Xv = − 𝑚1−𝑚2 Yv = 𝑚1−𝑚2
−197−37,456 (0,97(37,456))−(−1,03(−197))
= − 0,97−(−1,03) = (0,97)−(−1,03)
Xv = 117,23 Yv = -83,29
Mencari Koordinat T
= 12 tan 45°
= 12 m
3. a (interval di sepanjang garis VT1) = 1,5 m(interval ditetapkan sendiri oleh
kelompok)
4. n = R/a
= 12/1,5 = 8
X1 =a X4 = 4a
X2 = 2a X5 = 5a
X3 = 3a X6 = 6a
X7 = 7a
= 7 x 1,5= 10,50 m
X8 = 8a
= 8 x 1,5 = 12,00 m
Y1 = R - √𝑅 2 − (𝑋1 )2 Y6 = R - √𝑅 2 − (𝑋1 )2
= 12 -14,92 = 4,06 m
= 0,09 m Y7 = R - √𝑅 2 − (𝑋7 )2
= 0,38 m Y8 = R - √𝑅 2 − (𝑋8 )2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum busur lapangan ini, kita dapat memahami fungsi dan tujuan
membuat busur lapangan dan juga metode busur lapangan apa yang cocok untuk
kondisi lapangan seperti apa. Contohnya membuat tikungan jalan. Untuk
menghubungkan dua arah jalan yang berpotongan menjadi sebuah busur lingkaran,
agar perpindahan dari arah satu ke arah yang lainnya berjalan lancar, aman, nyaman.
Metode paling cocok untuk membuat busur tikungan adalah Metode Polar, Polygon,
dan Perpanjangan tali busur. Karena metode tersebut hanya mendirikan alat di
sepanjang garis busur. Metode tersebut juga cocok untuk busur yang jaraknya sangat
jauh. Selain itu metode tersebut tidak perlu mendirikan alat di sepanjang garis VT1
atau pun VT2. Contoh seperti gambar tikungan di bawah ini, karena alat tidak bisa
didirikan di sepanjang garis VT1 atau pun VT2.
Gambar 15 Contoh Tikungan Jalan Tampak Atas Gambar 14 Contoh Tikungan Jalan Tampak 3D
Sumber : Dokumen Pribadi Sumber : Dokumen Pribadi
Contoh lainnya adalah membuat busur pada lapangan olahraga dan bunderan di
tengah kota. Untuk membuat busur atau lingkaran pada lapangan olahraga bisa
menggunakan Metode Selisih absis sama panjang dan Selisih busur sama
panjang. Karena busur/lingkaran yang dibuat memiliki jari-jari yang kecil tidak
sepanjang membuat tikungan jalan.
Gambar 17 Contoh Busur pada Lapangan Olahraga Gambar 16 Contoh Busur pada Lapangan Olahraga
Sumber : Google Sumber : Google
Metode selisih absis sama panjang mempunyai hitungan yang lebih simpel
dibanding dengan cara pengukuran yang lain, namun sayangnya metode ini kurang
efektif untuk membuat busur yang dengan jari-jari yang panjangnya lebih dari 100 m.
Letak titik-titik koordinat busur juga kurang akurat saat diterapkan di lapangan.
Karena semakin dekat jarak interval yang dipakai, maka ketelitian koordinat pada
busur akan semakin tinggi.
5.2 Saran
1. Sebelum praktikum sebaiknya membuat sketsa terlebih dahulu.
2. Mengikuti alur praktikum dengan baik sesuai prosedur.
3. Gunakan alat dengan baik dan teliti.
4. Gunakan baju atau perlengkapan praktikum dengan baik.
BAB VI
DOKUMENTASI
GLOSARIUM
Absis : unsur pertama dari pasangan terurut dari dua suku (x, y) pada sistem koordinat
Kartesius untuk mengalamatkan suatu titik, di dalam sumbu sistem koordinat tegak lurus
tetap.
Busur: garis lengkung yang merupakan bagian dari keliling lingkaran, maka untuk
menentukan panjang busur lingkaran digunakan perbandingan dengan keliling lingkarannya.
Jari – jari : garis lurus yang menghubungkan titik pusat dengan lingkaran.
Koordinat : suatu sistem yang menggunakan satu atau lebih bilangan, atau koordinat, untuk
secara unik menentukan posisi suatu titik atau unsur geometris lain pada manifold seperti
ruang Euklides.
Koordinat Polar : system koordinat kutub sistem koordinat 2-dimensi di mana setiap titik
pada bidang ditentukan dengan jarak dari suatu titik yang telah ditetapkan dan suatu sudut dari
suatu arah yang telah ditetapkan.
Sentring : mendirikan alat dengan posisi tegak lurus dengan muka tanah.
Tali Busur : garis lurus di dalam lingkaran yang memotong lingkaran pada dua titik yang
berbeda.
Theodolith : instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar
yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut
vertical.
Tripod : alat stan untuk membantu agar badan theodolite/ waterpass/ total station bisa berdiri
dengan tegak dan tegar
Waterpass : alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis
dalam posisi rata baik pengukuran secara horizontal
Yalon : batang bulat dengan diameter kurang lebih 1 inchi, terbuat dari aluminium atau besi
dan diberi warna merah putih. Panjang jalon biasanya 1m atau 2m. Yalon berfungsi untuk
menandai titik-titik tertentu yang akan diukur jarak atau ketiggiannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://engineersblogs.blogspot.com/2008/07/
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40499/mod_resource/content/1/6.1%20Busur%20lapangan%20
%28edit%20alfan%29.pdf