LANDASAN TEORI
2.1. Umum
Dimana :
∑ = Penjumlahan
Dimana ruas kiri mewakili resistensi (kekuatan) dari komponen atau sistem,
sedangkan ruas kanan mewakili beban yang diharapkan akan ditanggung sehingga
cenderung memberikan struktur yang lebih aman, Pada sisi kekuatan harga
nominasi resistensi Rn dikalikan dengan faktor resistensi (reduksi kekuatan) ϕ
untuk mendapatkan kekuatan desain. Pada sisi beban berbagai efek beban Qi
(seperti beban mati, beban hidup, dan beban salju) dikalikan dengan faktor-faktor
kelebihan beban γi untuk mendapatkan jumlah ∑ γi Qi dari beban-beban terfaktor.
4
5
LRFD (Load And Resistance Factor Design) adalah suatu metode dalam
perencanaan bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor
ketahanan material. Konsep desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi
dalam setiap elemen struktur harus lebih kecil dari tegangan yang di ijinkan.
Dengan pengertian lain, beban yang bekerja harus lebih kecil dari kapasitas
kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety factor.
dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di
dalam struktur tersebut, yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
1) 1.4D
2) 1.2D + 1.6L + 0.5 ( Lr atau R)
3) 1.2D 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4) 1.2D 1.0W + L + 0.5 (Lr atau R)
5) 1.2D 1.0E + L
6) 0.9D 1.0W
7) 0.9D 1.0E
Keterangan :
D = beban mati
E = beban gempa
L = beban hidup
R = beban hujan
W = beban angin
7
Ru ≤ ϕ Ru ........................................................................................................ ( 2.2)
Kuat perlu, Ru adalah nilai maksimum dari berbagai kombinasi beban terfaktor
yang dicari dengan bantuan analisis struktur. Untuk mencari kuat perlu , Ru untuk
tiap – tiap elemen struktur, maka diperlukan analisa struktur secara menyeluruh
(global). Faktor kombinasi beban disiaokan untuk analisis struktur cara elastis.
Jika alat analisis struktur dilengkapi opsi memperhitungkan efek P-∆ (nonlinier
geometri), maka ketentuan analisis stabilitas struktur selain memakai Efective
Length Method (ELM) juga dapat memakai Direct Analysis Method (DAM)
2) Kekuatan pasif dari profil deck yang beraksi seperti pratekan (tergantung
pada ketebalan plat dan bentuk profil
................................................................................................... (2.5)
Keterangan :
Untuk plat dengan tulangan lantai baja seperti ini, kondisi keseimbangan
didefinisikan sebagai keadaan dimana bagian atas dari lantai baja baru mencapai
tegangan lelehnya ketika regangan tekan beton mencapai harga ϵu = 0.003. Harga
perbandingan baja seimbang untuk kondisi yang dijelaskan tersebut (A.nilson)
adalah:
11
fc ' u yc hr
Pb 0.85.1
fy u y d .......................................................... (2.8)
fc ' 0.003.Es yc hr
Pb 0.85.1
fy 0.003.Es fy d ................................................... (2.9)
fc ' 600 yc hr
Pb 0.85. 1
fy 600 fy d ..................................................... (2.10)
Keterangan :
D : kedalaman efektif plat (jarak dari serat atas beton ke titik Pusat deck
baja (mm)
Persamaan ini sama dengan ρb pada plat biasa kecuali untuk bentuk terakhir
yang dapat di dalam kurung, seluruh lantai baja termasuk serat atasnya pada jarak
yc – hr dari bagian atas plat harus meleleh sedang gaya tarik total pada pusat
lantai baja terletak pada jarak d dari bagian atas plat.
12
Drec= tebal plat (h) = tebal selimut beton minimum – 1.2 Dtulrenc ................... (2.11)
.............................................................................................. (2.12)
Dari tabel istimawan (A-8 sampai A-37) dengan nilai k didapat ρ. Dengan nilai fc’
dan fy dari tabel istimawan (A-6) didapat nilai ρmin dan ρmax. Nilai ρmin<ρ <ρmax.
Apabila nilai ρ < ρmin maka yang dipakai dalam menentukan luas tulangan ada
ρmin.Untuk menentukan tulangan yang diapakai dalam perencanaan plat deck baja
ini memakai baja tulangan dengan leleh baja fy = 300 Mpa
Besar garis netral yang berjarak a terhadap serat tepi tersebut dilakukan
menggunakan persamaan keseimbangan momen statis. Luas efektif terhadap serat
tepi tersebut sebagai berikut :
L a
n .a. 2 As Z 0 ......................................................................................... (2.15)
L
a3 ( )
I cr n A Z I .................................................................................. (2.16)
s s
3n
14
I cr
S cr .................................................................................. (2.17)
h (hr / 2)
Keterangan :
h : slab depth
a : panjang beton equivalen
L : panjang suatu bagian floor deck
hr : tinggi floor deck
As : luas penampang satu bagian floor deck
N : modulus rasio,
Besar garis netral terhadap serat tepi atas dihitung menggunakan persamaan
keseimbangan momen statis sebagai berikut :
A. y
yuc ............................................................................................... (2.18)
A
Dimana momen inersia penampang uncracked :
L
d3( )
I uc n d . L .( y d ) 2 Is As.(h y hr ) 2
12 n uc 2 uc
2
L
hr 3 ( )
2n hr.( L ).(h hr y ) 2
12 2n 2
uc
15
Keterangan :
Jadi total momen inersia yang digunakan adalah momen inersia rata-rata dari
kedua kondisi.
I cr I uc
I av ................................................................................................. (2.19)
2
Perhitungan lendutan terbagi menjadi dua tahapan :
a. Lendutan seketika
4
Wu l n
maks ........................................................................................... (2.20)
185.Ec.Ic
Keterangan :
waktu yang cukup lama. Selanjutnya lendutan tersebut lendutan jangka panjang,
dan dihitung berdasarkan dua hal yakni besarnya beban mati dan beban hidup
yang menetap , dan rasio perbandingan tulangan desak terhadap tulangan tarik
pada plat. Nilai lendutan dinyatakan dalam perkalian suatu faktor dengan lendutan
seketika yang disebabkan oleh beban menetap (Istimawan Dipohusodo,1994)
......................................................................... (2.21)
LT 1 1 ( )
1 50 '
Keterangan :
berikut:
12 bulan = 1.4
6 bulan = 1.2
3 bulan = 1.0
Pada komposit dengan lantai baja biasa dipakai pada bentang statis tertentu
diantara gelagar baja maupun sebagai bentang menerus. Pada kasus pertama harus
diberikan tulangan negatif diatas perletakan untuk memperkecil retak pada bagian
atas plat. Untuk plat menerus, baguan yang memikul momen negatif direncanakan
secara konvensional seperti juga tulangan pada plat beton.
17
Titik titik penting ini membagi kurva tegangan –regangan menjadi beberapa
daearah sebagai berikut :
Daerah linier, Daerah plastis antara 0 dan fe , Daerah plastis yang dibatasi
oleh regangan antara 2% hingga 1,2-1,5%, Daerah penguatan regangan (strain –
hardening ) antara esh dan eu.
Daerah linier dalam hokum hooke ,kemiringan dari bagian kurva yang lurus
ini disebut modulus elastisitas.
Daerah plastis antara 0 dan fe pada daerah ini jika beban dihilangkan maka
benda uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda uji masih
bersifat elastis
Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2-1,5% pada
bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar fy.
.karena itu baja jenis ini tidak mempunyai daerah plastis yang benar-bnar datar
sehingga tak dapat dipakai dalam analisa plastis. Daerah penguatan regangan
18
(strain –hardening ) antara esh dan eu Daerah ini dinamakan daerah penguatan
regangan (strain –hardening), yang berlanjut hingga mencapai tegangan putus.
2.4.1. Umum
Sistem struktur komposit terbentuk dari adanya interaksi antara komponen-
komponen struktur baja dan beton yang masing-masing karateristik dasar
materialnya dimanfaatkan secara optimal.(Salmon, 1995:345)
Konsep perilaku komposit, pertama-tama ditinjau pada balok non komposit
dimana bila slib diantara pelat dan balok diabaikan, balok dan pelatnya masing-
masing memikul beban secara terpisah. Bila pelat mengalami deformasi karena
beban vertical, permukaan bawahnya berada dalam keadan tarik dan mengalami
perpanjangan,sedangkan permukaan atas balok bajanya tertekan dan mengalami
perpendekan. Sehingga terjadi diskontinuitas pada bidang kontaknya, karena
gesekan diabaikan, hanya gaya-gaya vertical saja yang bekerja diantara slab dan
balok
Sedangkan pada balok komposit tidak akan terjadi slip di antara pelat dan
balok. Gaya-gaya horizontal (geser) terjadi dan bekerja pada permukaan bawah
pelat tersebut sehingga menekan dan membuatnya menjadi pendek, sementara
gaya-gaya tersebut juga bekerja pada permukaan atas balok dan membuatnya
lebih panjang. .(Salmon, 1995:348)
Aksi balok komposit terbentuk dengan adanya transfer geser antara pelat
beton dan balok baja dapat terjadi melalui:
1) Mekanisme interlocking (menahan) antar penghubung geser mekanis
dan pelat beton
2) Mekanisme lekatan dan friksi disepanjang permukaan atas profil baja
yang terkekang didalam beton dan mekanisme tahanan pada bidang
antara beton dan selubung beton sekitar profil baja.
Dimana :
Ac : luas pelat beton efektif = bE x tebal plat
E
n : rasio modulus = S
EC
ES : modulus elastisitas baja (200000 MPa)
bE
ec fc
AC AC/n f st y
yt
yb
ey f sb
Gambar 2.7 Diagram tegangan dan regangan pada balok komposit dengan
luas penampang pelat beton yang telah ditranformasikan (Sumber: Perencanaan Struktur
Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiawan)
Setelah didapatkan luas transformasi kita dapat mencari nilai titik berat dan
momen inersia yang ada, sehingga besarnya tegangan yang terjadi bisa diketahui.
Besarnya suatu tegangan pada penampang adalah sebagai berikut :
M yt
f st
I ............................................................................................... (2.27)
M yb
f sb
I ...............................................................................................
(2.28)
My
fC
n I .............................................................................................. (2.29)
Dimana :
M : momen yang terjadi
I : momen inersia penampang
yb : jarak titik berat penampang dengan tepi bawah penampang baja
yt : jarak titik berat penampang dengan tepi atas penampang baja
a) Untuk ≤ 3.76 √
bE 0,85.f 'c
ts a C
d1
d/2
d titik berat T
Gambar 2.8 Diagram tegangan dengan sumbu plastis jatuh pada pelat beton
(Sumber: Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiawan)
.......................................................................................... (2.32)
Jika dari hasil perhitungan ternyata , maka asumsi harus diubah. Hasil ini
menyertakan bahwa pelat beton tidak cukup kuat untuk menggimbangi gaya tarik
yang timbul pada profil baja.
25
bE 0,85.f 'c
ts ts Cc
Cs d''
d/2 d'
d titik berat T
fy fy
Gambar 2.9 Diagram tegangan dengan sumbu plastis jatuh pada profil baja
(Sumber: Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD, Agus Setiawan)
Apabila ke dalam balok tegangan beton a, ternyata melebihi tebal pelat beton,
gaya tekan, Cc yang bekerja pada beton adalah sebesar :
T’ = Cc + Cs ................................................................................................... (2.35)
T’ = As . fy – Cs .............................................................................................. (2.36)
Kuat lentur rencana untuk daerah momen negatif b .Mn , dengan b = 0,90
Gaya tekan pada balok baja yang dihasilkan oleh bagian balok dibawah garis
netral sebagai Cs.
As. fy Ts
Cs
2 .................................................................................... (2.40)
( As. fy ) Ts'
Ts ........................................................................................... (2.41)
2
Sesuai dengan SNI 1729 – 2015 pasal I8.2 menyatakan bahwa panjang dari
angkur steel headed stud tidak boleh lebih kecil dari empat kali diameter batang
dari dasar angkur steel headed stud pada bagian atas dari kepala batang sesudah
pemasangan.
Kekuatan geser nominal satu angkur steel headed stud yang ditanamkan pada
suatu pelat beton solid atau pada suatu pelat komposit dengan dek harus
ditentukan sebagai berikut :
Keterangan :
Fu : kekuatan tarik minimum yang diisyaratkan dari suatu angkur steel headed
stud (Mpa)
28
Kekuatan geser nominal satu angkur kanal canai panas yang ditanam pada
pelat beton solid harus ditentukan sebagai berikut :
Keterangan :
N= ............................................................................................................ (2.44)
Keterangan :
2.4.10. Lendutan
Lendutan ditinjau akibat pengaruh beban mati dan beban hidup.
( DL) l 4
max
384.EI ........................................................................................ (2.45)
( DL) l 2
x l x 2
24.EI
....................................................................................
(2.46)
Gambar 2.12 Balok Statis Tak Tentu Dengan Beban Merata dan Terpusat
30
Lendutan akibat pengaruh beban merata dan beban terpusat (Yun C.Ku,1984)
Pl 3 ............................................................................................. (2.47)
max
192.EI
L Px 3
x x 3l.4 x) ........................................................................... (2.48)
2 48.EI
(Wl 4
max
8.EI .............................................................................................. (2.49)
w
x
24 EI
x 4 4l 3 x 3L3 ......................................................................... (2.50)
Pl 3
max
3EI ............................................................................................... (2.51)
p
x
6 EI
2l 3 3l 2 x Tx 3
.............................................................................
(2.52)
31
2.5.1. Umum
Kolom komposit didefinisikan sebagai ”kolom baja yang dibuat dari
potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau
terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural.
Ada dua tipe koom komposit, yaitu
1) Kolom komposit yang tetbuat dari profil baja yang diberi selubung beton di
sekelilingnya (Kolom baja berselubung beton).
2) Kolom komposit terbuat dari penampang baja berongga (Kolom baja
berintikan beton).
Nilai terkecil dari dua tinjauan batas keruntuhan yang terjadi pada penampang
utuh dan penampang berlubang (tempat sambung). Kuat tarik penampang utuh
terhadap keruntuhan leleh (yield) :
Pn : Fy . Ag ...................................................................................................... (2.53)
Dimana :
Pn = Fu . Ae = Fu . An . U ................................................................................ ( 2.54)
Dimana :
Nilai Fy dan Fu tergantung dari mutu material, yaitu kuat leleh dan kuat tarik
minimum (kuat batas) dari bahannya. Keruntuhan leleh tingkat daktilitasnya lebih
tinggi dari keruntuhan frakur, oleh sebab itu maka faktor ketahanan tarik (ϕt)
antara keduanya berbeda. Faktor keamanan untuk fraktur tentunya lebih tinggi.
Selain material batang tekan juga dipengaruhi oleh parameter lain, yaitu
konfigurasi bentuk fisik atau geometri.
Gambar 2.16 Panduan memprediksi nilai K (Sumber: Struktur Baja Perilaku, Analisis
& Desain – AISC 2010,Wiryanto Dewobroto)
1) Tekuk lentur
Tekuk lentur yang dimaksud adalah fenomena tekuk global pada penampang
dengan klasifikasi elemen tidak langsing. Beban kritis yang menyebabkan tekuk
tersebut telah dirumuskan oleh Euler. Sampai saat ini rumus tersebut tetap
dijadikan dasar menentukan kual nominal batang tekan (P n). Agar berkesesuaian
dengan cara perencanaan batang tarik, maka luas penampang utuh atau gross (A g)
dijadikan konstanta tetap. Adapun variabelnya adalah tegangan kritis (Fcr) yang
dituliskan dalam format berikut :
Fe = 2 ......................................................................................................... (2.59)
Fenomena tekuk, selain lentur ada lagi yaitu puntir (tekuk torsi) atau
gabungan keduanya yaitu tekuk lentur-torsi. Biasa terjadi pada penampang dengan
kekakuan torsi yang relatif kecil atau pusar geser dan pusat beratnya tidak
berhimpit. Kapasitas tekan nominal penampang kolom tidak-langsing terhadap
tekuk torsi dan lentur-torsi adalah sebagai berikut.
(b) Untuk penampang yang lain Fcr tetap dengan rumus tekuk lentur tetapi
tegangan tekuk elastis Fe dihitung dengan memasukan pengaruh kekakuan torsi
batangnya sebagai berikut.
Fe = ( ). ................................................................................. (2.62)
2.6.1. Umum
Untuk waktu yang cukup lama metode penghubung/sambungan dengan rivet
struktur baja banyak digunakan. Sekarang ini penggunaan rivet berkurang karena
keunggulan metode sambungan las dan baut mutu tinggi.
Penggunaan baut pada sturktur baja dapat mempercepat proses pelaksaan dan
tidak memerlukan kemampuan tinggi bagi pekerja dibanding dalam sambungan
rivet dan las. Hal ini menyebabkan struktur baja dengan sambungan baut lebih
ekonomis.
2
0.8743
As db ................................................................................... (2.64)
4 n
Dengan :
Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mutu tinggi mula-mula
dipasang kencang tangan, dan kemudian diikuti ½ putara lagi (turn-of-the-nut
method). Dalam tabel 2.4 ditampilkan tipe-tipe baut dengan diameter, proof load
dan kuat tarik minimumnya
Sambungan baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe friksi (jika
dikehendaki tak ada slip) atau juga sambungan tipe tumpu.
Dengan :
Ab : luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir (mm 2)
Fn : tegangan tarik nominal, Fnt, atau tegangan geser, Fnw ksi (Mpa)
Dengan:
F’nt : tegangan tarik nominal yang dimodifikasi mencakup efek tegangan geser,
ksi (Mpa)
2.7.1. Umum
Suatu proses penyambungan bahan logam yang menghasilkan peleburan
bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian
tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi.
Las sudut, tipe las ini paling banyak dijumpai dibandingkan tipe las yang lain,
80% sambungan las menggunakan tipe las sudut. Tidak memerlukan presisi tinggi
dalam pengerjaannya.
Las baji dan pasak, jenis las ini biasanya digunakan bersama-sama dengan las
sudut. manfaat utamanya adalah menyalurkan gaya geser pada sambungan
lewatan bila ukuran panjang las sudut.
ɸ.Rnw ≥ Ru ........................................................................................................(2.67)
dengan: ɸ adalah faktor tahanan
Rnw adalah tahanan nominal per satuan panjang las
Ru adalah beban terfaktor per satuan panjang las
Kuat rencana per satuan panjang las sudut,ditentukan sebagai berikut:
ɸ.Rnw = 0.75 . te (0,6 . fuw) (las) .........................................................................(2.68)
ɸ.Rnw = 0.75 . te (0,6 . fu) (bahan dasar) ............................................................(2.69)
40
2.8.1. Umum
Sesuai SNI 1729 - 2015 kolom dengan ujung dan titik – titik terbreis
menengah didesain memenuhi persyaratan dalam pasal 6.2 boleh didesain
berdasarkan panjang tanpa dibreis, L, antara titik – titik terbreis dengan faktor
panjang efektif, K = 1.0 . Balok dengan titik – titik terbreis menengah didesain
memenuhi persyaratan dalam pasal 6.3 boleh didesain berdasarkan panjang tanpa
dibreis,Lb , antara titik – titik terbreis.
Bila breising tegak lurus terhadap komponen struktur yang akan dibreis,
persamaan dalam SNI 1729 – 2015 Pasal 6.3 dan 6.3 harus digunakan langsung
tanpa penyesuaian.
1) Breising relatif
Kekuatan perlu :
Kekakuan perlu :
br = ( ) .................................................................................................. (2.71)
2) Breising nodal
Kekuatan perlu :
Kekakuan perlu :
br = ( ) ................................................................................................... (2.73)
1) Breising lateral
Breising lateral harus ditempatkan pada atau dekat sayap tekan balok, kecuali
sebagai berikut :
2.9.1. Umum
Setiap struktur dianalisis untuk pengaruh gaya lateral statik yang
diaplikasikan secara independen di kedua arah ortogonal. Pada setip arah yang
ditinjau, gaya lateral statik harus diaplikasikan secara simultan di tiap lantai.
Untuk tujuan analisis, gaya lateral di tiap lantai dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
Wx : bagia beban mati total struktur (D) yang bekerja pada lantai x
Keterangan :
Keterangan :
pendek
periode Pendek
..................................................................................................... (2.78)
Keterangan :
Fx = Cvx.V......................................................................................................... (2.79)
Keterangan :
V : gaya lateral desai total atau geser didasar struktur, dinyatakan dalam
(kN)
45
wi dan wx : bagian dari berat seismik efektif total struktur (W) yang
hi dan hx: tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam
meter(m)
Vx = ∑ ..................................................................................................... (2.81)
Keterangan :
: bagian dari geser dasar seismik (V) yang timbul di tingkat i, dalam (kN)
Geser tingkat desai gempa tingkat (Vx) (kN) harus didistribusikan pada
berbagai elemen vertikal sistem penahan gaya gempa ditingkat yang ditinjau
berdasarkan pada kekauan lateral relatif elemen penahan vertikal dan diafragma.
46