Makalah penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas penelitian mata kuliah Pengantar
Diplomasi Budaya
DOSEN PENGAMPU:
Oleh:
Lisni Liliyanti
FAKULTAS HUMANIORA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia saat ini
dipengaruhi oleh datangnya budaya asing dari luar. Tingkat apresiasi publik
terhadap seni yang cenderung dangkal menjadi faktor penyebab terjadinya hal
tersebut, bahkan jenis-jenis seni tradisional tertentu perlahan menghilang,
sementara sebagian lainnya semakin terpinggirkan. hal ini jugalah yang tampaknya
terjadi pada budaya karinding. budaya karinding merupakan seni budaya musik
yang berkembang didaerah Jawa Barat. Seni musik yang bahkan telah hadir
sebelum munculnya gamelan ini tengah mengalami kemunduran.
Karinding merupakan salah satu alat musik yang sempat populer di Jawa Barat.
Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir
hama di sawah, bunyinya yang low decible sangat merusak konsentrasi hama.
Karena ia mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia sebagai alat musik.
Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan
karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang pun
karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Karinding yaitu
alat untuk mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum
karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari gesekan
pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar
biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain.
Yang jaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik.
Dan istilah musik modern biasa menyebut karinding ini dengan sebutan harpa
mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara
memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di
sentir), di tap ( dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang.
Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda dimainkan dengan cara di tap
atau dipukul. Di kalangan rakyat umum, karinding adalah alat musik pertanian dan
alat ritual yang dimainkan dalam berbagai acara. Di kalangan para pemuda Tatar
Sunda, karinding populer sebagai alat musik pergaulan. Di Banten, karinding
dimainkan sebagai alat musik permainan anak-anak. Tahun 1990an, karinding
mulai meruyak ke permukaan. Sejak eksplorasinya oleh musisi-musisi Indonesia
karinding terus dimainkan bersama musik-musik yang lebih populer. Nama-nama
besar dalam dunia musik seperti Chrisye dan Harry Roesli pernah memasukan suara
karinding dalam lagu-lagu yang mereka mainkan.
Dari latar belakang masalah diatas, tulisan ini akan membahas mengenai sejarah
kebudayaan karinding, kemundurannya di era globalisasi, serta strategi
pengembangan kembali kebudayaan ini.
masalah kali ini mengungkap potensi budaya tradisional Sunda yang berupa alat
musik Karinding. Secara lebih rinci masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Budaya yang datang dari luar perlu di pertimbangkan sesuai dengan ajaran Islam.
Budaya pada dasarnya tumbuh di masyarakat melalui interaksi, komunikasi yang
dilakukan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan sosial budaya
adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Faktor pendukung kemunduran budaya:
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan
sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan
baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.
Setelah penelitian yang telah kami lakukan, kami mengajuka beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mempopulerkannya kembali seni musik karinding di
Indonesia. Adapun strategi yang kami ajukan sebagai berikut:
Upaya pertama yang akan kami lakukan adalah mensosialisasikan alat musik
karinding kepada masyarakat, terutama para pemuda agar mengenal kembali alat
musik ini.
Upaya ini kami lakukan dengan mengumpulkan beberapa para pemuda yang
memiliki minat terhadap alat musik. Komunitas inilah yang nantinya akan secara
konsisten dalam mengembangkan dan mengenalkan kembali alat musik ini.
KESIMPULAN