Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENELITIAN

Alat Musik Karinding: Melestarikan Kembali Seni Budaya Tradisional yang


Hampir Hilang

Makalah penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas penelitian mata kuliah Pengantar
Diplomasi Budaya

DOSEN PENGAMPU:

Novi Rizka Amalia, MA

Oleh:

Lisni Liliyanti

Siti Latifah Azzahra

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia mempunyai berbagai macam daerah yang masing-masing


mempunyai berbagai macam kebudayaan yang dipadukan sehingga disebut sebgai
budaya nasional. Kebiasaan bangsa merupakan gambaran dari bangsa itu dalam
menghadapi kehidupannya. Kebudayaan menurut bahasa Belanda dan Inggris
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan.Dari sudut
bahasa Indonesia yaitu bentuk jamak dari buddhi yang bararti budi atau akal.

Budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya,


yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan budaya dengan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.Masyarakat yang
dikelilingi oleh beberapa benda-benda dan merasakan kehampaan hidup dan
kekosongan jiwa akan makna-makna spiritualitas dan moralitas kemanusiaan.

Indonesia sebagai negara multikulutural memiliki berbagai macam kebudayaan


yang turun temurun, atau yang biasa disebut dengan kebudayaan tradisional.
adapun kebudayaan tradisional sendiri terdiri dari seni budaya tari, musik, kuliner,
dan lain sebagainya. pada era globalisasi ini, kebudayaan tradisional di Indonesia
mengalami kemunduran. kemunduran ini ditandai dengan berkembangnya budaya
popular atau pop culture di dunia saat ini. Pop culture adalah budaya yang
dipopulerkan. Dalam hal ini, pop culture dipraktekan oleh berbagai macam actor
termasuk pekerja seni seperti penyani, penari, dan lain sebagainya.

Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia saat ini
dipengaruhi oleh datangnya budaya asing dari luar. Tingkat apresiasi publik
terhadap seni yang cenderung dangkal menjadi faktor penyebab terjadinya hal
tersebut, bahkan jenis-jenis seni tradisional tertentu perlahan menghilang,
sementara sebagian lainnya semakin terpinggirkan. hal ini jugalah yang tampaknya
terjadi pada budaya karinding. budaya karinding merupakan seni budaya musik
yang berkembang didaerah Jawa Barat. Seni musik yang bahkan telah hadir
sebelum munculnya gamelan ini tengah mengalami kemunduran.

Karinding merupakan salah satu alat musik yang sempat populer di Jawa Barat.
Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir
hama di sawah, bunyinya yang low decible sangat merusak konsentrasi hama.
Karena ia mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia sebagai alat musik.
Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan
karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang pun
karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Karinding yaitu
alat untuk mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum
karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari gesekan
pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar
biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain.
Yang jaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik.

Dan istilah musik modern biasa menyebut karinding ini dengan sebutan harpa
mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara
memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di
sentir), di tap ( dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang.
Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda dimainkan dengan cara di tap
atau dipukul. Di kalangan rakyat umum, karinding adalah alat musik pertanian dan
alat ritual yang dimainkan dalam berbagai acara. Di kalangan para pemuda Tatar
Sunda, karinding populer sebagai alat musik pergaulan. Di Banten, karinding
dimainkan sebagai alat musik permainan anak-anak. Tahun 1990an, karinding
mulai meruyak ke permukaan. Sejak eksplorasinya oleh musisi-musisi Indonesia
karinding terus dimainkan bersama musik-musik yang lebih populer. Nama-nama
besar dalam dunia musik seperti Chrisye dan Harry Roesli pernah memasukan suara
karinding dalam lagu-lagu yang mereka mainkan.

Dari latar belakang masalah diatas, tulisan ini akan membahas mengenai sejarah
kebudayaan karinding, kemundurannya di era globalisasi, serta strategi
pengembangan kembali kebudayaan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, perumusan

masalah kali ini mengungkap potensi budaya tradisional Sunda yang berupa alat
musik Karinding. Secara lebih rinci masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah minat seni budaya tradisional pada era Global?


2. Apakah faktor pendukung kemunduran budaya seni Karinding?
3. Bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk mempopulerkan kembali
budaya tersebut?
1.3 Metode Penelitian

Sesuai dengan hakikat ilmu humaniora, objektivitas hasil penelitian tidak


didasari atas pembuktian, generalisasi, melainkan pemahaman sebagai konstruksi
transferabilitas. Oleh karena itulah penelitian ini tidak menggunakan hipotesis dan
variabel yang dirinci secara eksplisit. Penelitian dirancang dengan pengumpulan
data berupa data lapangan, dengan, menggunakan sampel purposif (Ratna & Kutha,
2010). Secara eklektik penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan. Sesuai dengan hakikat metode kualitatif, penelitian dengan
memberikan intensitas data secara ilmiah. Adanya perubahan sosial sebagai
dampak populernya karinding terhadap masyarakat maka penelitian ini juga
mempertimbangkan secara intensif unsur-unsur kemasyarakatan sebagai
pendekatan sosiologis dan antropologis.

1.4 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa narasumber untuk mendapatkan


informasi yang diharapkan. Narasumber disini adalah :
1. Lina Herlina (Dinas pariwisata Kabupaten Bekasi)
2. Ropik Gustia (Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
3. Sayyidah Nidaul Haq (Mahasiswi Fakultas Humaniora UNIDA Gontor)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Minat Seni Budaya Tradisional di Era Global

Seiring berjalannya waktu, telah terjadi banyak perubahan di dunia ini.


Waktu berubah begitupun cara manusia mengekspresikan dirinya, menelusuri jejak
pencarian makna tentang siapa dirinya, orang lain, dan dirinya bersama orang lain.
Jika ada istilah tidak ada yang tetap di dunia ini, berarti semua hal di dunia ini
bersifat dinamis (berubah) adapun yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Begitu
juga dengan budaya, kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan tidak dapat
bertahan menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh modernisasi (Sutrisno &
Putranto, 2005).

Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia


saat ini dipengaruhi oleh datangnya budaya asing dari luar. Tingkat apresiasi publik
terhadap seni yang cenderung dangkal menjadi faktor penyebab terjadinya hal
tersebut, bahkan jenis-jenis seni tradisional tertentu perlahan menghilang,
sementara sebagian lainnya semakin terpinggirkan. Sumardjo (2000),menyatakan
bahwa perhatian kaum terpelajar Indonesia terhadap kesenian bangsanya masih
amat tipis. Kesenian belum menjadi bagian dari kecendekiawanannya. Kesenian
masih diletakkan fungsinya sebagai rekreasi, kesenangan sesaat, dan dipandang
sebagai hiburan atau barang konsumsi yang kedudukannya sama seperti sebuah
sinetron. Kendati demikian, dalam jenis seni populer, seni masa, dan seni rakyat
yang apresiatornya cukup signifikan di Indonesia, pengaruh seni atas kehidupan
cukup terasa. Wawasan seniman cepat sampai dan mempengaruhi perubahan
perilaku mereka. Dikarenakan karakter seni jenis ini kurang memiliki perenungan
mendalam atas isi dan bentuknya maka pengaruh itu juga hanya terbatas pada segi
permukaan kehidupan saja seperti gaya hidup, gaya pakaian, gaya bicara, gaya
berpikir, dan perilaku masyarakat (Sumardjo, 2000).

Globalisasi memberikan banyak pengaruh terutama pada perkembangan


seni budaya tradisional Indonesia. kemunculan budaya-budaya populer yang
terbawa arus globalisasi ini hampir mengikis sebagian besar nilai seni budaya
tradisional indonesia. Minat para kawula muda saat ini juga lebih terfokus pada
kebudayaan-kebudayaan populer yang sedang berkembang. sehingga diperlukan
adanya upaya pengembangan dan pengenalan kembali nilai seni budaya tradisional
Indonesia saat ini. berkurangnya minat tersebut yang akhirnya menyebabkan
kemunduran yang siginifikan pada pelestarian seni budaya tradisional Indonesia.
salah satu bukti kongkrit yang dapat kita temukan saat ini adalah mulai hilangnya
seni budaya alat musik karinding. para kawula muda saat ini bahkan banyak yang
tidak mengetahui alat musik asal Jawa Barat tersebut. hal inilah yang perlu
diperhatikan untuk dapat menjaga kelestarian nilai busaya tradisional Indonesia.

2.2 Faktor Pendukung Kemunduran Budaya Karinding

Budaya yang datang dari luar perlu di pertimbangkan sesuai dengan ajaran Islam.
Budaya pada dasarnya tumbuh di masyarakat melalui interaksi, komunikasi yang
dilakukan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan sosial budaya
adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Faktor pendukung kemunduran budaya:

1. Masuknya budaya luar

Bertemunya budaya yang berbeda, menyebabkan manusia saling berinteraksi


dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari
budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat
mendorong terjadinya perubahan budaya dan tentu akan memperkaya kebudayaan
yang baru.

2. Penduduk yang heterogen

Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan
sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan
baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.

3. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu


Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidak puasan
menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan
revolusi untuk mengubahnya.

2.3 Strategi yang harus dilakukan untuk mempopulerkannya kembali Budaya


Karinding

Setelah penelitian yang telah kami lakukan, kami mengajuka beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mempopulerkannya kembali seni musik karinding di
Indonesia. Adapun strategi yang kami ajukan sebagai berikut:

1. Penyuluhan dan Sosialisasi

Upaya pertama yang akan kami lakukan adalah mensosialisasikan alat musik
karinding kepada masyarakat, terutama para pemuda agar mengenal kembali alat
musik ini.

2. Membentuk suatu komunitas seni musik Karinding

Upaya ini kami lakukan dengan mengumpulkan beberapa para pemuda yang
memiliki minat terhadap alat musik. Komunitas inilah yang nantinya akan secara
konsisten dalam mengembangkan dan mengenalkan kembali alat musik ini.

3. Internet dan Media Sosial

Perkembangan teknologi informasi juga dianggap sebagai sesuatu yang mampu


mengubah kebiasaan dan sikap masyarakat dunia global. Tanpa sadar kini kita
dapat mengamati bahwa masyarakat telah hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata
dan dunia maya (cyber community). Masyarakat tidak lagi berinteraksi dengan
secara langsung tetapi menggunakan media sosial, yaitu sebuah alat bantu yang
ditata dan dibentuk sedemikian rupa agar memudahkan penggunanya melakukan
interaksi sosial berdasar pada teknologi internet. Maka dengan media inilah, kami
akan mencoba memperkenalkan kembali seni musik karinding dengan membuat
beberapa iklan yang promosikan alat musik tersebut.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan adanya globalisasi membuat beberapa budaya yang ada di


Indonesia mulai hilang. Globalisasi memberikan banyak pengaruh terutama
pada perkembangan seni budaya tradisional Indonesia. kemunculan budaya-
budaya populer yang terbawa arus globalisasi ini hampir mengikis sebagian
besar nilai seni budaya tradisional indonesia. Untuk menghadapi tantangan
era globalisasi terutama yang terjadi pada kemunduran nilai-nilai seni
budaya tradisional Indonesia. Diperlukan adanya beberapa strategi seperti,
penyuluhan, sosialisasi dan membuat beberapa iklan di media sosial. Selain
itu, memerlukan komunitas peminat seni budaya tertentu dapat menjadi
salah satu faktor pendukung dalam pelestarian seni budaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Daryana, H. A. (2016). Pergeran Fungsi Instrumen Karinding di Jawa Barat. Jurnal


Pendidikan dan Kajian Seni, 1.
Hakim, A. A. (2012). Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan di
Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi. Mahasiswi Universitas
Padjadjaran, 1.
Irianto, A. M. (2017). Kesenian Tradisional Sebagai Sarana Strategi Kebudayaan
di Tengah Determinasi Teknologi Komunikasi. NUSA, 12.
Ratna, & Kutha, N. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, J. (2000). Filsafat seni. Bandung: ITB.
Sutrisno, & Putranto, H. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai