Anda di halaman 1dari 3

Barang pubik

Mencegah setiap perusahaan untuk tidak membuang limbah dengan memberlakukan peraturan
memang bisa dilaksanakan, namun jauh lebih sulit bagi pemerintah untuk mendorong pihak swasta
meproduksi dan membangun barang-barang public (public goods) yaitu barang-barang yang digunakan
masyarakat secara bersama-sama. Ini merupakan kegiatan ekonomi yang penanganannya tidak dapat
diserahkan begitu saja kepada pihak swasta, baik memberikan keuntungan besar ataupun kecil ke
masyarakat. Contoh paling tepat barang public adalah penanganan pertahanan nasional, ketertiban
umum, pembangunan jaringan jalan raya, fasilitas penelitian ilmu pengetahuan dasar dan fasiitas
kesehatan. Penanganan produksi barang-barang ini oleh pabrik swasta tidak bisa diharapkan akan
muncul. Hal ini karena manfaat barang tersebut begitu tersebar luas, sehingga tidak ada perusahaan
atau konsumen secara individual terdorong melakukannya.

Karena alasan ini, pemerintahlah yang harus memasuki usaha produksi barang-barang public ini. Dalam
proses pembelian barang public seperti pertahanan nasional atau penerangan, pemerintah berperilaku
tepat sama dengan perusahaan besar lainnya. Dengan mengalirkan daya beli kea rah tertentu, berbagai
sumber daya ikut mengalir ke sana. Sekali daya beli tercipta, mekanisme pasar segera mengambil alih
dan menyalurkan sumber daya yang tersedia itu ke perusahaan-perusahaan, sehingga terciptalah
barang-barang publiik seperti penerangan umum dan jalan-jalan raya.

Pajak

Pemerintah harus memiliki sumber pendapat untuk membiayai pengadaan berbagai macam barang
public dan program-program redistribusi pendapatan. Sumber itu adalah pajak yang dipungut dari
pendapatan perorangan dan perusahaan, upah yang diterima setiap buruh, harga penjualan aneka
barang konsumsi, dll.

Pajak terkesan seperti “harga”, dalam hal ini harga yang harus kita bayarkan untuk menikmati barang-
barang public. Akan tetapi, ada satu perbedaan mencolok antara pajak dan harga. Yakni pajak tidak
bersifat sukarela, melainkan bersifat wajib. Setiap orang harus tunduk pada hukum perpajakan. Kita
semua berkewajiban memberi iuran untuk menutup biaya pengadaan barang-barang umum atau barang
publik. Tentu saja, melalui proses demokrasi, kita semua sebagai warga Negara berhak mengawasi dan
menikmati barang public sajian pemerintah yang turut kita biayai pengadaanya. Meskipun demikian,
hubungan yang sangat erat antara pembelanjaan dan konsumsi yang kita lihat pada konteks pajak dan
barang public.

Pemerataan

Pasar tidak pernah mempersoalkan bahwa distribusi yang dihasilkannya itu secara social adil atau tidak.
Perekonomian pasar yang murni bercorak laissez-fairen akan menciptakan tingkat pendapatan dan
konsumsi yang sangat timpang dan secara social jelas tidak bisa diterima. Masyarakat terbagi menjadi
kelompok kaya dan miskin, serta dipisahkan oleh jurang pendapatan yang sangat lebar dan dalam.
Mengapa mekanisme pasar tidak dapat memberi pecahan yang bisa diterima atas masalah untuk siapa?
Alasannya, tingkat pendapatan yang tercipta dalam mekanisme pasar sepenuhnya didasarkan pada hal-
hal yang berbau ekonomis, seperti nasib baik dalam usaha, kerja keras dan harga factor produksi.
Distribusi pendapatan yang muncul jelas tidak mempersoalkan keadilan.

Seringkali distribusi pendapatan dalam sistem pasar dipengaruhi oleh teknologi atau tingkat kelahiran.
Misalkan saja, penemuan robot menyebabkan harga tenaga kerja merosot rendah sekali, yang dengan
demikian mengikis pendapatan kerja, serta menggeser 95 persen pendapatan nasional kepada pemiik
robot.

Secara politis, ketimpangan pendapatan tidak bisa diterima atau dibiarkan, apalagi jika hal itu ditinjau
dari segi etika. Suatu bangsa tidak harus menerima begiu saja hasil-hasil yang dibuahkan oleh system
pasar yang kompetitif. Setiap orang agaknya memang berhak mengkaji distribusi pendapatan yang ada,
dan ia boleh saja menganggapnya tidak adil. Jika sebuah masyarakat demokratif, tidak menyukai
distribusi pendapatan yang begitu timpang yang dibuahkan oleh sistem pasar laissez faire, ia harus
mengambil langkah-langkah yang sekitarnya diperlukan untuk mengubah distribusi pendapatan
tersebut.

Misalkan para anggota DPR memutuskan untuk mengurangi ketimpangan pendapat. Cara apa saja yang
dapat mereka lakukan? Pertama, penetapan pajak progesif dengan membebani pajak yang lebih tinggi
pada orang kaya daripada orang miskin. Pajak pendapatan federal dan pajak warisan (di amerika serikat)
merupakan contoh perpajakan progesif yang bersifat redistributif.

Kedua, karena tariff pajak yang rendah tidak akan bisa membantu golongan yang sama sekali tidak
memperoleh penghasilan, maka banyak pemerintah selama puluhan tahun belakangan ini menerapkan
sistem transfer payments (subsidi pendapatan), yakni berupa pembayaran uang (nominal) secara
langsung kepada masyarakat. Transfer tersebut meliputi, tunjangan hari tua, tunjangan cacat, dan
perlindungan bagi anak-anak atau asuransi pengangguran bagi yang tidak memilliki pekerjaan. Sistem
pembayaran transfer ini memberikan “jala penyelamat” untuk melindungi golongan lemah dari
kekejaman pasar.

Melalui proses pertumbuhan ekonomi dan berbagai progam kesejahteraan yang mengangkat standar
hidup minimum, kemelaratan yang parah pada zaman kapitalisme abad 19 yang dihapuskan. Akan
tetapi, kemiskinan tersebut justru terus meningkat sebagai akibat adanya perubahan-perubahan dalam
struktur keluarga.

Ilmu ekonomi mampu menganalisis biaya atau manfaat ekonomi dari berbagai sistem redistribusi. Para
pakar ekonomi telah menghabiskan waktu yang tidak terhitung banyaknya untuk menganalisis apakah
cara-cara pemerataan pendapatan (misalnya perpajakan dan subsidi), menyebabkan pemborosan social
(misalnya orang bekerja lebih lambat atau membeli minuman keras daripada makanan). Para pakar
ekonomi juga telah mempelajari apakah memberikan uang kepada orang miskin dan bukannya barang-
barang, merupakan cara menurunkan kemiskinan yang efisien. Ilmu ekonomi tidak mampu menjawab
pertanyaan sejauh mana kemiskinan itu bisa diterima dan bisa dianggap sebagai sesuatu yang wajar.
Meskipun demikian, ilmu ekonomi dapat membantu menciptakan desain progam yang lebih efektif
untuk meningkatkan pendapatan kaum miskin.

Stabilitas dan pertumbuhan makroekonomi

Selain meningkatkan efisiensi dan pemerataan atau keadilan, pemerintah berkewajiban menjalankan
fungsi-fungsi makroekonomi dan meningkatkan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi secara
keseluruhan.

Sejak kelahirannya, kapitalisme berulangkali mengalami ujian berupa hantaman inflasi (lonjakan harga-
harga) secara periodic serta pukulan depresi (lonjakan tingkat pengangguran). Terkadang, seperti yang
pernah terjadi pada masa depresi besar (great depression), masa sulit itu berlarut-larut hingga satu
dasawarsa karena pemerintah sendiri tidak tahu pasti bagaimana menggairahkan kembali
perekonomiannya.

Sekarang kita tahu bahwa pemerintah bisa mempengaruhi tingkat output, employment dan inflasi
melalui pemanfaatan kebijakan fiscal dan moneter secara cermat dan hati-hati. Kekuasaan atau
kebijakan fiskal adalah wewenang pemerintah untuk mengenakan pajak dan mengadakan
pembelanjaan. Sedangkan kebijakan moneter adalah wewenang pemerintah untuk menetapkan jumlah
uang beredar yang dapat mempengaruhi suku bunga, investasi dan konsumsi. Melalui penggunaan
kedua kebijakan itu (secara keseluruhan keduanya disebut sebagai kebijakan makroekonomi),
pemerintah mampu mempengaruhi tingkat pembelanjaan (konsumsi) total, laju pertumbuhan dan
output, tingkat employment (ketenagakerjaan dan pengarahan faktor-faktor produksi lainnya) dan
pengangguran, tingkat harga,serta laju inflasi dalam perekonomiannya.

Pemerintah Negara-negara industri maju berhasil menerapkan pelajaran revolusioner Keynes selama
setengah abad terakhir ini. Terdorong oleh kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansioner,
perekonomian pasar mereka mengalami pertumbuhan paling cepat dibanding masa sebelumnya sejak
berakhirnya perang dunia kedua. Akan tetapi, ketika kesulitan ekonomi mulai melilit pada dasawarsa
1970an berpuncak pada fenomena stagflasi, dimana laju inflasi dan pengangguran melonjak, sementara
pertumbuhan ekonomi terus merosot berbagai kalangan mulai skeptis atas keampuhan kebijakan fiskal
dan moneter dalam menstabilkan perekonomian.

Ada dua tujuan utama yang menjadi focus kebijakan makroekonomi jangka panjang, yakni laju
pertumbuhan ekonomi dan tingkat produktivitas yang pesat. Pertumbuhan ekonomi artinya sama
dengan pertumbuhan tingkat output suatu Negara secara keseluruhan. Sedangkan tingkat produktivitas
adalah rasio antara output dengan input (faktor-faktor produksi) yang dipakai untuk menghasilkannya.

Kebijakan-kebijakan makroekonomi untuk menciptakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi meliputi


kebijakan fiskal, (yakni melalui pajak serta pembelanjaannya) dan kebijakan moneter ( untuk
mempengaruhi suku bunga dan kondisi-kondisi perkreditan). Jika dikembangkannya makroekonomi
pada tahun 1930an, pemerintah telah berhasil meredam berbagai akses negatif dari perekonomian
pasar, yakni inflasi dan pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai