Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Bitumen atau aspal
merupakan campuran hidrokarbon yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Rasio persentase antara komponen bervariasi, sehubungan dengan asal-usul
minyak mentah dan metode distilasi. Bahkan, aspal sudah dikenal sebelum awal
eksploitasi ladang minyak sebagai produk asal alam, yang disebut dalam hal ini adalah
aspal asli. Bitumen adalah produk alami tidak lagi digunakan dalam industri. Bitumen
diperoleh sebagai produk sampingan dari penyulingan minyak bumi yang mengalami
proses fisik dan kimia yang mengubah komposisi dalam rangka untuk memberikan
sifat tertentu. Proses yang terjadi adalah proses oksidasi dan pencampuran dengan
polimer yang berbeda.

Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80%
massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering
dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa
molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian
besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

Keuntungan yang dimiliki oleh aspal, yaitu jalan lebih halus, mulus dan tidak
bergelombang sehingga nyaman dalam berkendara, warna hitam aspal mempengaruhi
psikologi pengendara menjadi lebih teduh dan nyaman, untuk penggunaan pada jalan
dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan
beton, proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area jalan aspal
yang rusak saja, dengan cari menggali dan mengganti dengan yang baru pada area
jalan yang rusak.

4
Sedangkan kerugian yang dimiliki aspal, yaitu tidak tahan terhadap genangan air,
sehingga memerlukan saluran drainase yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal
pasca hujan atau banjir, pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan
tanah terlebih dahulu sebelum ditumpangi oleh konstruksi jalan aspal.
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: subgrade, sub base course,
base course, dan surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan
juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua.
Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran
harus memperhatikan karakteristik campuran aspal beton, yang meliputi:
1.Stabilitas
Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban
lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari
bgaya gesekan antar partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking),
dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut
dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran,
kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2.Durabilitas
Aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap cuaca
dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung
durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat
kepadatan yang sempurna.
3.Fleksibilitas.
Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi
lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa mengalami perubahan
bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan menggunakan gradasi yang
relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah
ketahanan terhadap pembebanan.

5
2.2 Jenis Aspal

Berdasarkan cara mendapatkannya dapat dibedakan seperti berikut :

1. Aspal alam
Aspal alam diperoleh dari gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan
ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam
terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki
aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal
Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan
jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional.
Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan
material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang
dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.

2. Aspal buatan atau aspal minyak merupakan hasil destilasio minyak bumi.

- Berdasarkan jenis bahan dasarnya, aspal dapat dibedakan seperti berikut :

 Asphaltic base crude oil


 Bahan dasar dominan aspaltic
 Parafin base crude oil
 Bahan dasar dominan parafin
 Mixed base crude oil
 Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin

- Berdasarkan bentuknya

 Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang
berbentuk padat.
1. Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
2. Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasannya)
3. Aspal keras yang biasa digunakan :

6
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80–100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras penetrasi antara 200-300
4. Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas,
volume lalu lintas tinggi.
5. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
dingin, lalu lintas rendah.
6. Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan
80/100.

 Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)

Aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair pada suhu ruang
berbentuk cair. Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan
bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Pada suhu ruang
berbentuk cair.
Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan cutback aspal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt digunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak
tanah (Kerosine). MC merupakan cutback aspal yang kecepatan
menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan
cutback aspal yang paling lama menguap.

7
SC Cutback asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cutback aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600
(makin kental)
ex :
RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140

 Aspal emulsi (Emulsion Asphalt)

Aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dan digunakan dalam


kondisi dingin dan cair. Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal
dengan air dan bahan pengemulsi. Emulsifer agent merupakan ion
bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Anni. Emulsifer agent
berfungsi sebagai stabilisator. Partikel aspal melayang-layang dalam air
karena partikel aspal diberi muatan listrik.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas :
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat
menguap, digunakan Sebagai Prime coat.

8
2.3 Bahan-Bahan Pembentukan Aspal

a. Aspal Minyak (ASMIN) / Aspal Cement (AC)

- Bagian padat (Asphaltane), sebagian besar berupa bahan butimen, berwarna

hitam.

- Bagian cair (Maltene), berupa minyak berat dengan titik didih > 3000 C.

Komposisi maltene menurut Rostler & White (1962) terdiri dari : Acidatif I

(A1), Acidatif II (A2), Acidatif III (A3), Parafin (P).

Makin besar kadar asphaltene viscositas aspal tinggi (nilai Pen rendah)

Makin kecil kadar maltene

Makin besar kadar maltene viscositas aspal rendah (nilai Pen tinggi)

Makin kecil kadar asphaltene

Sebab – Sebab Perubahan Viscositas ASMIN

Kalau dibiarkan di lapangan bertahun-tahun, aspal akan mengeras, hal ini

disebut sebagai proses “ageing” dari aspal. Ageing process ini disebabkan

terutama karena 3 hal :

1. Penguapan dari Bahan Maltene

- biarpun titik didih rata-rata > 3000 C, tetapi sesudah bertahun-tahun akan

menguap juga (perlahan-lahan sekali).

- karena kadar maltene berkurang, viscositas bertambah.

- perubahan viscositas ASMIN karena penguapan maltene ini kecil artinya

bagi perubahan viscositas secara total.

- Penguapan sangat tergantung dari temperatur udara rata-rata.

- Faktor ini diperkirakan berkontribusi sekitar 25% dari proses ageing.

9
2. Reaksi Kimia dalam Asmin

- Ini yang paling utama penyebab perubahan viscositas

Oksigen Polimer resin Sinar Ultra Violet

(dari matahari) (dari udara + air hujan) pada maltene

berubah (lambat laun) menjadi asphaltene

- Jadi kadar asphaltene meningkat dengan waktu dan kadar maltene

berkurang. Faktor ini diperkirakan memberi kontribusi sekitar 70% dari

proses ageing aspal.

3. Hardening (Pengerasan)

Pengerasan dari molekul-molekul penyusun bahan-bahan pada asphaltene

dan maltene. Hal ini tidak terlalu berarti dalam merubah viscositas dari

bahan ASMIN. Faktor ini diperkirakan memberi kontribusi hanya sekitar 5

% dari proses ageing. Perubahan Penetrasi (viscositas) dan Daktilitas

(ductility) menyebabkan :

- Bahan ASMIN lebih keras dan lebih rapuh (mudah pecah akibat

benturan dan geseran).

- Berkurangnya daya elastis dari ASMIN, mudah retak karena perubahan

bentuk.

- Kalau pada perkerasan jalan, hal ini akan menyebabkan terjadinya

retak, lepas dan lubang-lubang (mudah sekali terjadi bila penetrasi aspal

turun < 20).

10
b. Aspal Buton (ASBUTON)

Aspal Buton merupakan campuran antara batu kapur (lime stone) dan aspal.

Tabel 2.1. Jenis Produk ASBUTON Berdasarkan Kadar Bitumen

JENIS KADAR BITUMEN


ASBUTON B-10 9 - 11 %
ASBUTON B-13 11,5 - 14,5 %
ASBUTON B-16 15 - 17%
ASBUTON B-20 17,5 - 22,5 %
ASBUTON B-25 23 - 27%
ASBUTON B-30 27,5 - 32,5 %
ASBUTON B-35 33 - 37%

Asbuton pada temperatur biasa berwujud batu batu bongkahan (seperti batu

kapur) berwarna hitam. Karena bahan dasarnya berupa batu kapur yang

berpori-pori maka :

- Asbuton mudah di pecah-pecah menjadi kerikil dan bubuk.

- Bila bahan bitumen di “extract” (dipisahkan dari batunya dengan

menggunakan larutan kimia) maka bahan mineralnya (agregat) akan terpisah

sendiri-sendiri dengan gradasi pasir (sebagian besar tertahan ayakan #200)

dan sebagian kecil bergradasi lanau-lempung.

- Jadi bahan dasar dari mineral asbuton pada asalnya berwujud pasir, kemudian

akibat ikatan oleh bahan bitumen + tekanan, menjadi batu aspal.

11
Tabel 2.2. Kandungan Mineral ASBUTON

MINERAL KANDUNGAN

CaCO3 limestone 81,62 - 85,27 %


MgCO3 (batu kapur) 1,98 - 2,25 %
CaSO4 1,25 - 1,70 %
CaS 1,17 - 0,33 %
Air Hablur 1,30 - 2,16 %
SiO2 6,95 - 8,25 %
Al2O3 + FeO3 2,15 - 2,84 %
Sisa 0,83 - 1,12 %
- Jadi kalau bahan bitumen di ”extract” maka batuan asbuton berubah menjadi

pasir (pasir kapur). Catatan : gradasi yang dominan adalah pasir, tetapi

asbuton juga mengandung kerikil dan gradasi lempung-lanau (sampai 10%

lolos ayakan # 200).

- Bila di “extract”, bahan bitumen dari asbuton mempunyai nilai penetrasi

hanya sekitar 0 – 10 (jadi bersifat getas dan kurang fleksibel, sehingga sebagai

bahan jalan tidak baik, jalan mudah retak- retak, rapuh).

- Dengan kenaikan suhu, nilai penetrasi bahan bitumen naik sehingga aspal

menjadi lebih fleksibel dan lunak, batuan asbuton menjadi lebih plastis.

12
Tabel 2.3. Pengaturan Suhuh Terhadap ASBUTON

SUHU (Co) SIFAT

30o Rapuh dan mudah dipukul pecah

30 – 60o Agak plastis dan sukar dipukul pecah

60 – 100o Bahan bitumen dari asbuton mulai meleleh (hancur)

 280o Asbuton akan terbakar

PERSYARATAN MODIFIER

(untuk campuran dingin saja)

• Jumlahnya maksimum hanya sampai menyebabkan Pen bitumen asbuton mencapai


MINYAK BERAT
> 60.

• Jumlahnya cukup untuk membuat sebagian bitumen asbuton terencerkan

(termobilisir) dalam waktu singkat.


MINYAK RINGAN
• Harus dapat menguap sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat.

• Sebaiknya sudah menguap 100% pada saat jalan dibuka untuk trafik.

• Jumlahnya memenuhi persyaratan minimal initial stability (2% jumlah berat

agregat).
ASMIN
• Jumlahnya memenuhi kekurangan bitumen yang dibutuhkan (karena jumlah

bitumen asbuton dibatasi akibat adanya maximum filler content.

ANTI-STRIPPING • Menguatkan daya lekat bitumen pada agregat.

ADDITIVE

13
2.4 Pengujian dan Percobaan di Laboratorium
a. Klasifikasi Agregat Halus dan Kasar

(http://komunitas-sipilmenulis.blogspot.co.id/2011/10/pertemuan-5-

rekayasa-bahan-dan-tebal.html)

Klasifikasi agregat adalah mengelompokkan agregat berdasarkan sifat-sifat

teknik dan karakteristiknya. Sifat dan karakteristik agregat itu bermacam-

macam, baik menurut susunan butiran tertentu dan ukurannya. Ada yang suka

air (hidrophilic), agregat jenis ini mudah mengembang jika kena air, dan

menyebabkan stabilitasnya terganggu. Ada juga yang hidrophobic (benci air).

 Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami bantuan

atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai

ukuran butir terbesar 5,0 mm.

 Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan

atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan

mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat kasar, adalah agregat

dengan ukuran butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan

saringan No.88 (2,36 mm).

b. Berat Jenis Agregat Halus dan Kasar

(https://ikanbodoh.wordpress.com/2014/04/16/pemeriksaan-berat-jenis-

dan-penyerapan-agregat-kasar-2/)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat

jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD) berat

jenis semu (apparent) dari agregat kasar.

14
 Berat jenis (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat agregat

kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam

keadaan jenuh pada suhu tertentu.

 Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat

agregat kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang isinya sama

dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.

 Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara

berat agregat kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi

agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.

 Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap

berat agregat kering.

c. Penetrasi Bitumen

(http://tebeceria09.blogspot.co.id/2013/10/uji-penetrasi-

aspalbitumen.html)

Pemeriksaan penetrasi bahan-bahan bitumen dimaksudkan untuk

menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid)

dengan memasukkan jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu

5 detik dengan beban 100 gram pada suhu 25˚C (SNI 06 – 2456 – 1991).

Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan suatu

aspal. Tingkat kekerasan aspal AC 60/70. Semakin besar angka penetrasi

makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi

maka aspal tersebut semakin keras.

15
d. Daktilitas Butimen (http://em-ridho.blogspot.co.id/2012/01/laporan-

praktikum-pengujian-daktilitas.html)

Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal

apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan

cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu

25˚C dengan dengan toleransi ± 5 %.

Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal

terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan

daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya

karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh

karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi.

Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa

hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang

dipakai adalah 100 – 200 cm.

Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik

antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.

Adapun tingkat kekenyalan dari aspal adalah :

 < 100 cm = getas

 100 - 200 cm = plastis

 > 200 cm = sangat plastis liat.

Sifat daktilitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan

senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa

prakin dengan senyawa panjang, maka daktalitas rendah. Demikian aspal

didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang

16
mudah menyusut sedangkan yang banyak mengandung parakin karena susunan

rantai hidrokarbonya dan kekuatan strukturnya kurang plastis.

e. Mix Design

(https://r4ss.wordpress.com/2011/04/17/mix-%E2%80%93-design-aspal/)

Campuran untuk lapisan aspal beton pada dasarnya terdiri dari agregat

kasar, agregat halus, dan aspal. Masing – masing agregat diperiksa gradasinya

dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang akan menghasilkan

agregat campuran yang memenuhi persyaratan. Perencanaan campuran aspal

beton yang digunakan adalah metode Marshall, dengan metode ini kita dapat

menentukan jumlah pemakaian aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan

komposisi yang baik antara agregat dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis

perkerasan jalan yang ditentukan.

f. Titik Nyala dan Bakar

(https://laporantekniksipil.wordpress.com/2012/06/29/titik-nyala-dan-

titik-bakar/)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar

dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya

yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79 o C.

 Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik

diatas permukaan aspal.

 Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5

detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.

17
g. Titik Lembek Aspal

(https://laporantekniksipil.wordpress.com/2012/06/29/titik-lembek-

aspal/)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter

yang berkisar antar 30 o C sampai dengan 200 o C. Titik lembek adalah suhu

pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal

atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter

tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu

akibat pemanasan tertentu.

h. Ketahanan Campuran Aspal

(http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20130926132405.pdf)

Fungsi perkerasan jalan ialah untuk menyebarkan beban dari roda

kendaraan ke lapaisan tanah dasar, sehingga kekuatan tanah dasar tidak

dilampaui, disamping untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna

kendaraan itu sendiri. Efektivitas perkerasaan jalan ini, tergantung pada jenis

dan sifat dari perkerasan tersebut, dimana salah satunya ialah sifat dari

campuran beraspal sebagai lapisan permukaan atau sebagai lapisan pondasi.

18

Anda mungkin juga menyukai