Anda di halaman 1dari 91

RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN PADA HELM

MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN DENGAN


KONTROLER ATMEGA 8

SKRIPSI

TOBY EXAUDY LUMBAN BATU


120801040

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN PADA HELM
MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN DENGAN
KONTROLER ATMEGA 8

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

TOBY EXAUDY LUMBAN BATU


120801040

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

PERNYATAAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN PADA HELM


MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN DENGAN KONTROLER
ATMEGA 8

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2018

TOBY EXAUDY LUMBAN BATU


120801040

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

PENGHARGAAN
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
kasih karunia dan penyertaan-Nya selama penulis melaksanakan studi hingga
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dengan judul
: “Rancang Bangun Sistem Pendingin Pada Helm Menggunakan Elemen
Pendingin Dengan Kontroler Tmega8. Selama kuliah sampai penyelesaian tugas
akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dalam moril, materi, dorongan,
serta bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu dengan sepenuh hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis Paido Parulian Lumban Batu dan Esnan Sagala yang
telah sabar dan penuh dukungan doa, moral , material dan perhatian sehingga
penulis bisa melanjutkan studi sarjana sampai menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Junaidi Ginting S.Si, M.Si dan Bapak Drs. Takdir Tamba M.Eng.Sc
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ferdinan Sinuhaji M.S selaku Ketua Departemen Fisika, dan
Drs.Syahrul Humaidi, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU,
Kak Tini, Bang Johaidin dan Kak Yuspa selaku staf Departemen Fisika,
seluruh dosen, staf dan pegawai Departemen Fisika FMIPA USU yang telah
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kakak dan adik penulis Nikson Panahatan Lumban Batu, Vandedi Abineno
Lumban Batu, Judika Estomihi Lumban Batu dan Krissy Lumban Batu
mendoakan, membantu, dan memberi semangat kepada penulis.
5. Keluarga besar Op. Panahatan Lumban Batu dan keluarga besar Op. Resmon
Sagala yang telah memberikan dukungan dan warna di kehidupan penulis
6. Teman-teman keluarga Fisika yang telah memberikan partisipasi , semangat
dan dukungan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan dalam suka dan duka Agung Silaban, Sumarto
Manurung, Martin Panggabean, Anwar Silaban, Chandra Simatupang, Reijo
Manurung, Sunaryo Manurung, Dodi Simamora, Johanes Hutagalung, Simon
Aritonang, Melki Hutagalung, Saur Silalahi, Fernando Lumban Gaol, Christian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

Banjarnahor, Salpriando Manihuruk, Irwan Panjaitan dan teman-teman yang


lain yang telah bersedia memberikan tawa dan dukungan pada penulis.
8. Abang-kakak senior dan adik-adik stambuk 2014, 2011,2009 serta seluruh
keluarga besar Ikatan Mahasiswa Fisika (IMF).
9. Teman-teman stambuk 2012 yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi
Sabran Abbas, Eko Tamba, Amar Hara, Muslim Ali, Erza dan teman lainnya.
10. Keluarga Tarigan yang telah bersedia memberikan bantuan dan tempat yang
nyaman untuk berbagi cerita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan isi dan
analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN PADA HELM


MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN DENGAN KONTROLER
ATMEGA8

ABSTRAK

Telah dirancang suatu sistem pendingin helm dengan menggunakan elemen


pendingin (pendingin termoelektrik). Diharapkan dengan adanya sistem pendingin
helm ini, bisa meningkatkan kenyamanan saat pemakaian. Fokus perancangan ini
dengan memanfaatkan elemen Peltier sebagai pendingin yang ramah lingkungan.
Sistem ini terdiri dari mikrokontroler ATMega8 sebagai kontroler, sensor DS1820
sebagai sensor suhu, pendingin termoeletrik sebagai elemen pendingin. Prinsip
kerja alat ini adalah sistem minimum dihubungkan ke baterai 12V 4000mAh,
kemudian tombol ON ditekan dan sistem akan aktif. Setelah sistem aktif
potensiometer diputar untuk menentukan suhu setpoint. Sensor DS 1820 juga akan
otomatis mengukur suhu lingkungan dan kemudian mengirimkan ke
mikrokontroler. Mikrokontroler akan melakukan perbandingan suhu, dimana jika
suhu setpoint lebih kecil dari suhu helm maka kontroler akan mengaktifkan elemen
pendingin, dan apabila suhu setpoint lebih besar dari suhu helm maka elemen
pendingin tidak akan aktif. Elemen pendingin akan terus aktif menurunkan suhu
sampai jika suhu lingkungan sudah berada di bawah dari suhu setpoint, elemen
pendingin kemudian OFF Keadaan ini akan terus berulang sampai sistem
dinonaktifkan.

Kata kunci: Pendingin termoelektrik, sensor DS1820, sistem pendingin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

COOLING SYSTEM DESIGN IN HELM USING COOLING ELEMENT WITH


ATMEGA8 CONTROLLER

ABSTRACT

It has been designed with a helmet cooling system using a cooling element
(thermoelectric coolant). It is expected that with the cooling system of this helmet,
can increase comfort when usage. Peltier as an environmentally friendly cooler.
ATMega8 control system as controller, DS1820 sensor as temperature sensor,
thermoelectric cooler as cooling element. How it works is a minimum system for
12V 4000mAh, push ON button then active. After the potentiometer system is turned
to set the setpoint temperature. The DS 1820 sensor will also automatically
measure the ambient temperature and then to the microcontroller. The
microcontroller will conduct a temperature enlargement, where if the temperature
of the setpoint is smaller than the helmet temperature then the controller will turn
on the cooling element, and the setpoint temperature is greater than the helmet
temperature then the cooling element will not be active. The cooling element will
continue to activate down the temperature until if the ambient temperature is below
the setpoint temperature, the cooling element then OFF This state will continue to
repeat until the system is disabled.

Keywords: Thermoelectric cooler, DS1820 sensor, cooling system.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan ............................................................................................................. i
Pernyataan ............................................................................................................. ii
Penghargaan .......................................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................... v
Abstrac ................................................................................................................... vi
Daftar Isi ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel .......................................................................................................... ix
Daftar Gambar ......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xii

Bab 1. Pendahuluan
1. LatarBelakang .................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
3. Batasan Masalah ............................................................................... 2
4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 2
6. Sistematika Penulisan ........................................................................ 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka


2.1 Mikrokontroler ATMega8 ................................................................... 5
2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler ATMega8 ........................................ 5
2.1.2 Fitur ATMega8 ........................................................................... 8
2.1.3 Konfigurasi Pin ATMega8 ........................................................ 8
2.1.4 Status Register .......................................................................... 11
2.1.5 Input / Output ........................................................................... 12
2.1.6 Pewaktu CPU ........................................................................... 13
2.2 Pendingin Termoelektrik ................................................................... 14
2.3 Potensiometer .................................................................................... 17
2.4 Sensor Suhu DS 1820 ........................................................................ 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

2.5 Mosfet IRFZ44N .............................................................................. 19

Bab 3. Perancangan Sistem


3.1 Diagram Blok ................................................................................. 23
3.1.1 Penjelasan Fungsi Blok Alat ................................................ 23
3.1.2 Penjelasan Diagram Blok .................................................... 23
3.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8 ............................................ 24
3.3 Rangkaian DS 1820 ........................................................................ 25
3.4 Rangkaian Elemen Pendingin ........................................................ 26
3.5 Rangkaian Kipas ............................................................................ 26
3.6 Rangkaian Power Supply ............................................................... 27
3.7 Rangkaian Mosfet IRFZ44N .......................................................... 27
3.8 Diagram Alir ................................................................................... 30

Bab 4 Pengujian Alat dan Program


4.1 Pengujian Mikrokontroler ATMega 8 ............................................ 32
4.2 Pengujian Elemen Pendingin dan Sensor Suhu DS 1820 ............ 33
4.3 Pengujian Catu Daya ..................................................................... 35
4.4 Pengujian Gambar Rangkaian dan Tampilan Alat ......................... 37
4.5 Pengujian Alat Keseluruhan ......................................................... 38
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................................... 40
Daftar Pustaka
Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan Pin ATMega8 33
Tabel 4.2 Pengukuran Tegangan Input Output dan
Kuat Arus Power Supply 36
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Suhu Helm 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
Gambar 2.1 Sistem Minimum ATMega8 6
Gambar 2.2 Arsitektur ATMega8 7
Gambar 2.3 Pin Konfigurasi ATMega8 8
Gambar 2.4 Status Register 11
Gambar 2.5 Pin Mapping 13
Gambar 2.6 Crystal 16MHz 14
Gambar 2.7 Siklus Mesin 14
Gambar 2.8 Struktur Pendingin Peltier 15
Elemen Pendingin Peltier 15
Gambar 2.9 Efek Peltier 16
Gambar 2.10 Potensiometer 18
Gambar 2.11 Sensor Suhu DS1820 19
Gambar 2.12 Konfigurasi D-Mosfet Kanal-N 20
Gambar 2.13 D-Mosfet dengan VGS dan VDS Positif 21
Gambar 2.14 Kurva Karakterisitik Transfer dan 22
Output D-Mosfet Kanal-N
Gambar 3.1 Diagram Blok 23
Gambar 3.2 Rangkaian Minimum ATMega8 25
Gambar 3.3 Rangkaian Sensor DS1820 25
Gambar 3.4 Rangkaian Elemen Pendingin dan Kipas 26
Gambar 3.5 Rangkaian Power Supply 27
Gambar 3.6 IRFZ44N 27
Gambar 3.7 Diagram alir 28
Gambar 4.1 Susunan Modul Pendingin 35
Gambar 4.2 Pengujian Catu Daya 36
Gambar 4.3 Pengujian Kuat Arus 36
Gambar 4.4 Tampilan Sistem Pendingin Helm 37
Gambar 4.5 Tampila Rangkaian dan Catu Daya 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

Gambar 4.6 Rangkaian Lengkap 38


Gambar 4.7 Pengukuran Temperatur Elemen Pendingin 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1. Gambar Rangkaian Keseluruhan Alat Lampiran 1

2. Kode Program Lampiran 2

3. Gambar Alat Lampiran 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kota-kota besar di Indonesia pengguna kendaraan bermotor sangat banyak.
Namun banyaknya kendaraan tidak sesuai dengan lebar jalan, akibatnya sering
timbul kemacetan. Keadaan ini bagi sebagian masyarakat lebih memilih
menggunakan sepeda motor saat bepergian, karena alasan penggunaan yang
praktis dan cepat. Seiring dengan kebutuhan sepeda motor kebutuhan helm
sebagai pengaman kepala juga meningkat.
Namun saat seseorang berkendara saat cuaca terik matahari, seperti saat
berhenti di lampu merah dan di kemacetan asap kendaraan akan mengepul, debu
beterbangan ditambah dengan cuaca panas, akan memberikan ketidaknyamanan
bagi pengendara yang memakai helm, karena kepala akan panas dan gerah.
Akibatnya banyak pengendara sepeda motor yang melepas helm, dan tentunya
akan semakin menambah resiko kecelakaan.
Perusahaan pengembang helm terus melakukan inovasi, untuk
menciptakan helm yang nyaman, harga terjangkau dan kualitas baik namun
sampai satat ini belum ada helm yang diproduksi menggunakan pendingin yang
efektif. Sistem pendingin pada helm yang ada sekarang hanya menggunakan
lapisan pendingin di permukaan luar helm, di mana sistem kerjanya dengan
menyuntikkan air ke dalam helm yang sudah diberi lapisan pendingin sodium
polycarbonate. Namun cara ini masih sebatas penelitian saja dan dianggap tidak
higienis. Maka untuk menjawab kendala – kendala di atas penulis melakukan
penelitian tentang perancangan sistem pendingin helm menggunakan elemen
pendingin Peltier atau pendingin termoelektrik.
Maka dari semua uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul:
“RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN PADA HELM
MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN DENGAN KONTROLER
ATMEGA 8”. Sekaligus untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian ini diarahkan pada permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sistem pendingin pada helm menggunakan elemen
pendingin Peltier.
2. Bagaimana sistem kerja pendingin termoelektrik untuk mendinginkan
suhu.
3. Bagaimana merancang software untuk sistem agar berfungsi dengan baik.

1.3 Batasan Masalah


Untuk memfokuskan penelitian ini dilakukan pembatasan masalah sebagai
berikut:
1. Sistem menggunakan pendingin termoelektrik TEC1-12706 sebagai
pendingin.
2. Rancangan alat menggunakan bahasa pemrograman Code Vision AVR
sebagai perangkat lunak sistem.
3. Rangkaian menggunakan sensor suhu DS1820 sebagai pembaca suhu.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Merancang suatu sistem pendingin pada helm menggunakan elemen
pendingin termoelektrik.
2. Merancang rangkaian kontrol dan perangkat lunak sistem agar dapat
bekerja sesuai fungsinya.
3. Untuk mengetahui pengaruh suhu yang dihasilkan elemen pendingin
terhadap heat sink dan kuat arus yang lebih kecil.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Untuk mengetahui sistem pendingin termoelektrik atau pendingin Peltier.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

2. Merancang helm yang lebih nyaman digunakan dengan adanya sistem


pendingin.
3. Dengan adanya helm ini dapat meningkatkan kenyamanan karena
mendinginkan suhu kepala ketika berkendara saat cuaca panas.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman proyek tugas akhir dengan
judul RANCANG BANGUN SISTEM PENDINGIN HELM MENGGUNAKAN
ELEMEN PENDINGIN DENGAN KONTROLER ATMEGA 8, maka penulis
menyusun skripsi secara sistematis, yaitu sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan
untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung
itu antara lain tentang sensor DS 1820, modul pendingin
termoelektrik Peltier, potensiometer, mikrokontroler ATMega8,
dan lain-lain.

BAB III: PERANCANGAN SISTEM


Bab ini menjelaskan tentang perencanaan dan realisasi alat.
Pengenalan fungsi-fungsi blok, diagram alir (flowchart) dan cara
kerja rangkaian secara keseluruhan dan kerja blok.

BAB IV: PENGUJIAN SISTEM


Bab ini akan mengkaji hasil pengujian alat, untuk menganalisis
performa sistem. Hasil analisis merupakan dasar bagi pembentukan
kesimpulan proyek akhir ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari
pembahasan dan tujuan penelitian beserta saran sebagai acuan
untuk dikembangkan pada penelitian yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Mikrokontroler ATMega8


Mikrokontroller merupakan alat pengolahan data digital dan analog (fitur
ADC pada seri AVR) dalam level tegangan maksimum 5V. Keunggulan
mikrokontroller dibanding microprocessor yaitu lebih murah dan didukung
dengan software compiler yang sangat beragam seperti software compailer
C/C++, basic, pascal, bahkan assembler. Sehingga penggunaan dapat memilih
program yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal penggunaan,
mikrokontroller dapat dibedakan jenis dan tipenya, seperti mikrokontroller atmega
8, atmega 8535, atmega 16 dan lain-lain. ATMEGA 8 adalah mikrokontroler
CMOS 8-bit daya rendah berbasis arsitektur RISC yang ditingkatkan. Kebanyakan
instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATMEGA 8 mempunyai throughput
mendekati 1 MPS per MHz membuat disain dari sistem untuk mengoptimasi
konsumsi daya versus kecepatan proses.Susunan pin – pin dari IC mikrokontroler
ATM EGA 8 diperlihatkan pada gambar dibawah ini. IC ini tersusun dari 28 pin
yang memiliki beberapa fungsi tertentu.

2.1.1 Arsitektur mikrokontroller ATMega 8


Mikrokontroler ATMega8 bekerja dengan level tegangan TTL, dalam hal ini
digunakan tegangan sebesar 5 volt. Semua port yakni digital pin 0 sampai dengan
13 dan pin analog 0 sampai 5 bersifat bi-directional I/O dengan internal pull-up.
Untuk membangkitkan frekuensi kerja pada perancangan ini menggunakan
osilator kristal sebesar 16 MHz. Berdasarkan data sheet ATmega8 besar nilai
kapasitor yang digunakan harus berada pada 33 + 10 pF, pada perancangan ini
digunakan kapasitor 22 pF. Dengan demikian maka dapat dihasilkan waktu
mendekati 1 mikrodetik setiap satu siklus mesin. Reset (Pin 1) bekerja pada saat
berlogika tinggi, transisi logika dari rendah ke tinggi akan mereset sistem
minimum ATMega8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Untuk menghasilkan sinyal tersebut digunakan kapasitor, tahanan dan


sebuah saklar push bottom. Penyemat X1 dan X2 dihubungkan dengan kristal
yang berfungsi sebagai pembentuk sebuah isolator bagi mikrokontroler. Kristal 16
MHz ini didukung dua capasitor keramik C1 dan C2 yang nilainya sama sebesar
22pF. Apabila terjadi beda potensial pada kedua kapasitor tersebut maka kristal
akan berosilasi. Pulsa yang keluar adalah berbentuk gigi gergaji dan akan
dikuatkan oleh rangkaian internal pembangkit rangkaian pulsa pada
mikrokontroler sehingga akan berubah menjadi pulsa clock. Untuk pembagian
dari frekuensi internal mikrokontroler itu sendiri yang diinisialisasi dengan
program. Penyemat Reset dihubungkan dengan saklar yang digunakan untuk me-
Reset mikrokontroller. Karena kaki reset ini aktif berlogic tinggi maka diperlukan
Resistor R1 yang nilainya 10K yang dihubungkan dengan tegangan 0 Volt untuk
memastikan penyemat Reset berlogic rendah saat sistem ini bekerja. Kapasitor
C1=10F berfungsi untuk meredam adanya kesalahan akibat penekanan saklar
Reset. Rangkaian sistem minimum ATMega8 dapat digambarkan seperti gambar
berikut.

Gambar 2.1 Sistem Minimum ATMega8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Gambar 2.2 Arsitektur ATMega8

2.1.2 Fitur ATMega8


Berikut ini adalah fitur-fitur yang dimiliki oleh ATMega8 :
a. Saluran I/O sebanyak 23 buah terbagi menjadi 3 port.
b. ADC sebanyak 6 saluran dengan 4 saluran 10 bit dan 2 saluran 8 bit.
c. Tiga buah timer counter, dua diantaranya memiliki fasilitas pembanding.
d. CPU dengan 32 buah register
e. Watchdog timer dan oscillator internal.
f. SRAM sebesar 1K byte.
g. Memori flash sebesar 8K Bytes system Self-programable Flash
h. Unit interupsi internal dan eksternal.
i. Port antarmuka
j. EEPROM sebesar 512 byte.
k. Port USART (Universal Syncronous and Asycronous Serial Receiver and
Transmitter) untuk komunikasi serial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.1.3 Konfigurasi Pin ATMega8


ATMega8 memiliki 28 pin yang masing-masing pin-nya memiliki fungsi yang

berbeda-beda baik sebagai port ataupun sebagai fungsi yang lain.

Gambar 2.2 Pin Konfigurasi pada ATMega 8

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler ATMega8


1. VCC
Merupakan supply tegangan untuk digital.
2. GND
Merupakan ground untuk smua komponen yang membutuhkan grounding.
3. Port B
Adalah 8 buah pin mulai dari pin B.0 sampai dengan pin B.7. Tiap pin dapat
digunakan sebagai input dan juga output. Port B merupakan sebuah 8-bit bit
directional I/O port dengan internal pull-up resistor. Sebagai input, pin-pin yang
terdapat pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akan mengeluarkan
arus jika pull-up resistor diaktifkan. Jika ingin menggunakan tambahan kristal,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

maka cukup untuk menghubungkan kaki dari kristal ke kaki pada pin port B.
Namun jika tidak digunakan, maka cukup untuk dibiarkan saja. Pengguna
kegunaan dari masing-masing kaki ditentukan dari clock fuse setting-nya.
4. Port C
Port C merupakan sebuah 7-bit bi-directional I/O yang di dalam masing-masing
pin terdapat pull-up resistor. Jumlah pin-nya hanya 7 buah mulai dari C.0 sampai
dengan pin C.6. Sebagai keluaran / output, port C memiliki karakteristik yang
sama dalam hal kemampuan menyarap arus ( sink ) ataupun mengeluarkan arus (
source).
5. Reset / PC6
Jika RSTDISBL Fuse diprogram, maka PC6 akan berfungsi sebagai pin I/O.
Untuk diperhatikan juga bahwa pin ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pin-pin yang tedapat pada port C. Namun jika RSTDISBL Fuse tidak
deprogram, maka pin ini akan berfungsi sebagai input reset. Dan jika level
tegangan yang masuk ke pin ini rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari
pulsa minimum, maka akan menghasilkan suatu kondisi reset meskipun clock-nya
tidak berkerja.
6. Port D
Port D merupakan 8-bit bi-directional I/O dengan internal pull-up resistor. Fungsi
dari port ini sama dengan port-port yang lain. Hanya saja pada port ini tidak
terdapat kegunaan-kegunaan yang lain. Pada port ini hanya berfungsi sebagai
masukan dan keluaran saja atau biasa disebut dengan I/O.
7. AVCC
Pada pin ini memiliki fungsi sebagai power supply tegangan untuk ADC. Untuk
pin ini harus dihubungkan secara terpisah dengan VCC karena pin ini digunakan
untuk analog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak digunakan, tetap saja
disarankan untuk menghubungkan secara terpisah dengan VCC. Cara
menghubungkan AVCC adalah melewati low-pass filter setelah itu dihubungkan
dengan VCC.
8. AREF
Merupakan pin referensi analog jika menggunakan ADC. Pada AVR status
Register mengandung beberapa informasi mengenai hasil dari kebanyakan hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

eksekusi intruksi aritmatik. Informasi ini dapat digunakan untuk altering arus
program sebagai kegunaan untuk meningkatkan performa pengoperasian. Perlu
diketahui bahwa register ini di-update setelah semua operasi ALU ( Arithmetic
Logic Unit ). Hal tersebut seperti yang telah tertulis dalam datasheet khususnya
pada bagian Intruction Set Reference. Dalam hal ini untuk beberapa kasus dapat
membuang kebutuhan penggunaan instruksi perbandingan yang telah
didedikasikan serta dapat menghasilkan peningkatan dalam hal kecepatan dan
kode yang lebih sederhana dan singkat. Register ini tidak secara otomatis
tersimpan ketika memasuki sebuah rutin interupsi dan juga ketika menjalankan
sebuah perintah setelah kembali dari interupsi. Namun hal iini harus dilakukan
melalui software.
9. Bit 7 (1)
Merupakan bit Global Interrupt Enable. Bit ini harus di-set supaya semua perintah
interupsi dapat dijalankan. Untuk fungsi interupsi individual akan dijelaskan pada
bagian yang lain. Jika bit ini di-reset, maka semua perintah interupsi baik yang
secara individual maupun yang secara umum akan diabaikan. Bit ini akan
dibersihkan atau cleared oleh hardware setelah sebuah interupsi dijalankan dan
akan di-set kembali oleh perintah RETI. Bit ini juga dapat di-set dan di-reset
melalui aplikasi dengan instruksi SEI dan CLI.
10. Bit 6 (T)
Merupakan bit Copy Storage. Instruksi bit Copy Instruction BLD ( Bit LoaD ) dan
BST ( Bit Store ) menggunakan bit ini sebagai asal atau tujuan untuk bit yang
telah dioperasikan. Sebuah bit dari sebuah register dan Register File dapat disalin
ke dalam bit ini dengan menggunakan intruksi BST, dan sebuah bit di dalam bit
ini dapat disalin ke dalam sebuah bit di register pada Register File dengan
menggunakan perintah BLD.
11. Bit 5 (H)
Merupakan bit Half Carry Flag. Bit ini menandakan sebuah Half Carry dalam
beberapa operasi aritmatika. Bit ini berfungsi dalam aritmatik BCD.
12. Bit 4 (S)
Merupakan Sign bit. Bit ini selalu merupakan sebuah eksklusif di antara Negative
Flag (N) dan Two’s Complement Overflow Flag (V).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

13. Bit 3 (V)


Merupakan bit Two’s Complement Overflow Flag. Bit ini menyediakan fungsi
aritmatika dua komplemen.
14. Bit 2 (N)
Merupakan bit Negative Flag. Bit ini menyediakan sebuah hasil negatif di dalam
sebuah fugnsi logika atau aritmatika.
15. Bit 1 (Z)
Merupakan bit Zero Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah hasil nol “ 0 ” dalam
sebuah fungsi aritmatika atau logika.
16. Bit 0 (C)
Merupakan bit Carry Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah Carry atau sisa dalam
sebuah fungsi aritmatika atau logika.

2.1.4 Status Register


Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap
operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan
bagian dari inti CPU mikrokontroler.

Gambar 2.3 Status Register ATMega8

Status Register ATMega8 :


a. Bit 7 (I)
Merupakan bit Global Interrupt Enable. Bit ini harus di-set supaya semua
perintah interupsi dapat dijalankan. Untuk fungsi interupsi individual akan
dijelaskan pada bagian lain. Jika bit ini di-set, maka semua perintah interupsi
baik yang individual maupun secara umum akan diabaikan. Bit ini akan
dibersihkan atau cleared oleh hardware setelah sebuah interupsi dijalankan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

akan di-set kembali oleh perintah RETI. Bit ini juga dapat di-set dan di-reset
melalui aplikasi dengan instruksi SEI dan CLI.
b. Bit 6 (T)
Merupakan bit Copy Storage. Instruksi bit Copy Instructions BLD (Bit Load)
dan BST (Bit Store) menggunakan bit ini sebagai asal atau tujuan untuk bit
yang telah dioperasikan. Sebuah bit dari sebuah register dalam Register File
dapat disalin ke dalam bit ini dengan menggunakan instruksi BST, dan sebuah
bit di dalam bit ini dapat disalin ke dalam sebuah bit di dalam register pada
Register File dengan menggunakan perintah BLD.
c. Bit 5 (H)
Merupakan bit Half Cary Flag. Bit ini menandakan sebuah Half Carry dalam
beberapa operasi aritmatika. Bit ini berfungsi dalam aritmatik BCD.
d. Bit 4 (S)
Merupakan Signbit. Bit ini selalu merupakan sebuah eksklusif diantara
Negative Flag (N) dan Two’s Complement OverflowFlag (V).
e. Bit 3 (V)
Merupakan bit Two’s Complement Overflow Flag. Bit ini menyediakan fungsi-
fungsi aritmatika dua komplemen.
f. Bit 2 (N)
Merupakan bit Negative Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah hasil negatif di
dalam sebuah fungsi logika atau aritmatika.
g. Bit 1 (Z)
Merupakan bit Zero Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah hasil nol “0” dalam
sebuah fungsi arimatika atau logika.
h. Bit 0 (C)
Merupakan bit Carry Flag. Bit ini mengindikasikan sebuah carry atau sisa
dalam sebuah fungsi aritmatika atau logika.

2.1.5 Input/Output
Input/output diperlukan untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Modul
masukan menyediakan informasi bagi ALU atau memori. Alat masukan yang khas
seperti keyboard (keypad) atau sensor (transducer). Modul keluaran menyajikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

data yang datang dari ALU atau melaksanakan perintah-perintah. Modul keluaran
yang khas adalah printer, satu set lampu, atau mekanisme pengendali motor
stepper, relay, LED ( Ligh Emmitting Diode), atau LCD (Liquid Crystal Display).
Dalam mikrokontroler ATmega328 terdapat input output atau yang disebut pin
mapping seperti ditunjukkan gambar berikut ini :

Gambar 2.4 Pin Mapping ATMega8

2.1.6 Pewaktu CPU

Agar dapat mengeksekusi program, mikrokontroler membutuhkan pulsa clock.


Pulsa ini dapat dihasilkan dengan memasang rangkaian resonator pada pin
XTAL1 dan XTAL2. Frekuensi kerja maksimum ATmega8 adalah 16 MHz.
Mikrokontroler ATmega8 memiliki osilator internal (on-chip oscillator) yang
dapat digunakan sebagai sumber clock bagi CPU. Untuk menggunakan osilator
internal diperlukan sebuah kristal atau resonator keramik antara pin XTAL1 dan
XTAL2 dan kapasitor yang dihubungkan ke ground. Jadi clock yang diperoleh
CPU berasal dari sinyal yang diberikan dari sebuah kristal. Penggunaan kristal
dengan frekuensi dari 4 MHz sampai 16 MHz, sedangkan untuk kapasitor dapat
bernilai 27 pF sampai 33 pF.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Gambar 2.5 crystal 16 Mhz

Dalam mikrokontroler dikenal istilah Machine Cycle (MC) / Siklus Mesin,


dimana :
1 MC = 6 state = 12 periode clock
Jika frekuensi crystal yang digunakan adalah 12 MHz maka 1 MC = 12/frekuensi
crystal = 12/12 MHz =1uS

Gambar 2.6 Siklus Mesin

2.2 Pendingin Thermo-Electric (TEC) atau pendingin Peltier


Modul termoelektrik adalah sebuah alat yang mengaplikasikan fenomena
termoelektrik sebagai dasar kerjanya yang berfungsi sebagai alat pengkonversi
energi panas menjadi energi listrik, demikian juga sebaliknya mengkonversi
energi listrik menjadi energi panas. Modul termoelektrik tersusun dari
sekumpulan matrik yang tersusun atas beberapa sambungan konduktor, yang
mana konduktor-konduktor tersebut tersusun secara seri dan paralel. Setiap
susunan dari pada konduktor tersebut memiliki fungsinya masing-masing,
susunan seri untuk meningkatkan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh modul
dan susunan paralel untuk meningkatkan arus keluaran dari modul termoelektrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Dalam pembuatan sebuah modul termoelektrik yang harus diperhatikan


adalah Figure of Merit dari bahan pembentuk. Figure of Merit merupakan faktor
utama yang harus diperhatikan dari suatu bahan konduktor dalam pembuatan
sebuah modul termoelektrik, kesanggupan bahan untuk menghantarkan listrik
dengan baik, dapat terjadinya perpindahan elektron pada bahan, yang hanya
dengan beda suhu yang relatif rendah dan kesanggupan bahan untuk menerima
panas yang tinggi secara terus menerus dalam waktu yang lama itu semua
diperlukan untuk membentuk modul yang baik.
Modul Termoelektrik yang sekarang beredar dipasaran menggunakan
bahan semikondukktor sebagai komponen utamanya (Bi2Te3, PbTe, dan SiGe)
dan tembaga (Cu) sebagai akselerator atau pembantu dalam proses perpindahan
elektron untuk meningkatkan nilai keluaran dari modul. Pada saat ini Bi2Te3
memiliki Figure of Merit yang paling tinggi, namun karena terurai dan teroksidasi
pada suhu 500oC pengguaannya masih terbatas. Rendahnya Figure of merit dari
pada bahan penyusun modul menyebabkan rendahnya nilai efisiensi konversi
yang dihasilkan oleh modul termoelektrik, yang mana saat ini nilai efisiensi dari
pada modul termoelektrik masih dibawah 10% dan terus menurun pada
penggunaannya sebagai sebuah generator, namun setelah pihak Yamaha.Co,Ltd
berhasil menaikkan Figure of Merit dari pada bahan sebesar 40% dari yang ada
selama ini, meningkatkan semangat para peneliti lain untuk ikut juga dalam
pengembangan tersebut.

Gambar 2.7 (a) Stuktur Pendingin Peltier (b) Elemen Pendingin Peltier

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Efek Peltier ditemukan oleh seorang Fisikawan Perancis, Jean Charles


Peltier Athanase pada, Tahun 1834. Peltier menemukan bahwa arus listrik akan
menimbulkan beda suhu pada persambungan dari dua buah konduktor yang
berbeda jenis. Pada tahun 1838, Lenz menunjukkan bahwa tergantung pada arah
arus listrik bentuk panas yang terhasilkan, panas dapat dihilangkan dari
persambungan untuk membekukan air, atau dengan membalik arah arus listriknya,
kita dapat menghasilkan panas untuk mencairkan es. Panas yang diserap atau
dihasilkan pada persambungan sebanding dengan besar arus listrik yang mengalir
pada konduktor tersebut. Ketika EMC (Electromotive Current) melewati
persambungan elektronik diantara dua buah konduktor (A dan B), panas di
pindahkan dari persambungan. Untuk membuat pemompaan yang sesuai maka
dibuat begitu banyak persambungan diantara kedua plat. Satu sisi panas dan sisi
yang lainnya dingin. Sebuah alat disipasi panas ditambahkan pada sisi panas
untuk mempertahankan keadaan dingin pada sisi dingin, dan nilai dari pada
pelepasan panas serta penyerapan panasnya sesuai dengan arus yang mengalir
pada persambungan. Konstanta perbandingan tersebut dikenal sebagai koefisien
Peltier (Π). Cara kerja Efek Peltier adalah dengan menciptakan aliran panas dalam
persambungan konduktor yang berbeda jenis.

Gambar 2.8 Efek Peltier

Efek Peltier ini juga sering disebut dengan termoelektrik pompa panas
atau dengan kata lain, panas yang tercipta akibat menyerap energi listrik pada satu
sisi elemen dialirkan ke sisi yang satunya sehingga menciptakan beda suhu pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

persambungan konduktor tersebut. Efek Peltier ini menjadi solusi dalam


pembuatan pendingin yang ramah lingkungan, karena dengan pendingin
termoelektrik ini kita bisa berpaling dari penggunaan pendingin dengan refrigan
(freon).

Keunggulan pendingin Peltier adalah :


a. Tidak ada bagian yang bergerak. Sehingga sangat sedikit atau bahkan tidak
memerlukan perawatan. Hal ini sangat ideal untuk penggunaan yang mungkin
sensitif terhadap getaran mekanis pendinginan.
b. Tidak ada zat pendingin semisal CFC yang berpotensi membahayakan.
c. Mengurangi kebisingan semisal kipas pendingin sementara memberikan
pendinginan yang lebih besar.
d. Cocok untuk aplikasi-aplikasi yang berukuran kecil semisal mikroelektronik.
e. Umur panjang, lebih dari 100.000 jam MTBF (Mean Time Between Failures).
f. Mudah dikontrol (dengan tegangan dan arus).
g. Respon dinamis cepat.
h. Dapat memberikan pendinginan di bawah suhu lingkungan.
i. Ukuran kecil dan ringan.

2.3 Potensiometer
Potensiometer adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan rangkaian elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan keluarga resistor yang tergolong dalam
kategori variabel resistor. Secara struktur, potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Potensiometer merupakan resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang
membentuk pembagi tegangan dapat disetel.
Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan
terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat.
Potensiometer yang dioperasikan oleh suatu mekanisme dapat digunakan sebagai
transduser. Potensiometer jarang digunakan untuk mengendalikan daya tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

(lebih dari 1 Watt) secara langsung. Potensiometer juga digunakan sebagai


pengendali masukan untuk sirkuit elektronik.

Gambar 2.9 Potensiometer

2.4 Sensor Suhu DS 1820


DS18B20 adalah sensor suhu digital seri terbaru dari Maxim IC (dulu
yang buat adalah Dallas Semiconductor, lalu dicaplok oleh Maxim Integrated
Products). Sensor ini mampu membaca suhu dengan ketelitian 9 hingga 12-bit,
rentang -55°C hingga 125°C dengan ketelitian (+/-0.5°C ). Setiap sensor yang
diproduksi memiliki kode unik sebesar 64-Bit yang disematkan pada masing-
masing chip, sehingga memungkinkan penggunaan sensor dalam jumlah besar
hanya melalui satu kabel saja (single wire data bus/1-wire protocol).

Sebagai acuan dan informasi pendukung, sensor ini memiliki fitur utama sebagai
berikut:
a. Antarmuka hanya menggunakan satu kabel sebagai komunikasi
(menggunakan protokol Unique 1-Wire)
b. Setiap sensor memiliki kode pengenal unik 64-bit yang tertanam di onboard
ROM
c. Kemampuan multidrop yang menyederhanakan aplikasi penginderaan suhu
terdistribusi
d. Tidak memerlukan komponen tambahan
e. Juga bisa diumpankan daya melalui jalur datanya. Rentang dayanya adalah
3.0V hingga 5.5V

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

f. Bisa mengukur temperatur mulai dari -55°C hingga +125 °C


g. Memiliki akurasi +/-0.5 °C pada rentang -10 °C hingga +85 °C
h. Resolusi sensor bisa dipilih mulai dari 9 hingga 12 bit
i. Bisa mengkonversi data suhu ke 12-bit digital word hanya dalam 750
milidetik (maksimal)
j. Memiliki konfigurasi alarm yang bisa disetel (nonvolatile)
k. Bisa digunakan untuk fitur pencari alarm dan alamat sensor yang
temperaturnya diluar batas
l. Penggunaannya bisa dalam lingkungan kendali termostatis, sistem industri,
produk rumahan, termometer, atau sistem apapun yang memerlukan
pembacaan suhu.

Sensor DS18B20 memiliki dua jenis casing, yang umum beredar di pasaran yaitu
casing anti air dan casing biasa.

Gambar 2.10 (a) Sensor suhu DS 1820 (b) Skema DS 1820

2.5 Mosfet IRFZ44N


D-mosfet tipe pengosongan atau D-mosfet (depletion metal oxide semiconductor
FET) terdiri dari kanal N dan kanal P

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Gambar 2.7 Konfigurasi D-MOSFET kanal-N

D-MOSFET kanal-N dibuat diatas bahan dasar silikon tipe P yang biasanya
disebut dengan substrat. Pada kebanyakan komponen diskret, substrat ini
dihubungkan ke terminal yang disebut SS (substrat) dengan terminal keempat.
Terminal drain (D) dihubungkan ke bahan tipe N source dihubungkan kanal yang
terbuat juga dari bahan N. Terminal gate dihubungkan ke sisi kanan N melalui
kontak metal. Tetapi yang paling penting disini adalah antara kontak metal gate
dengan kanal N ada laisan oksida silikon (SiO2) yang berfungsi sebagai osilasi
(dielektrikum)
Secara kelistrikan atara terminal gate dengan kanal N tidak ada hubungan.
Hal ini membuat impedansi dari D-MOSFET sangat tinggi, sehingga lebih tinggi
dari impedansi infut JFET. Dengan demikian dalam pembiasan DC, arus gate IG
dianggap samadengan nol (IG=0). Isitilah MOSFET ini timbul karena dalam
konstruksinya terdapat metal dan oksida silikon. Dalam literatur lama MOSFET
ini disebut dengan IGFET karena memang terminal gatenya terisolasi dengan
kanal N.
Penjelasan cara kerja dan karakteristik D-MOSFET kanal N dimulai dengan
memberikan VGS = 0 dan VDS positif seperti gambar dibawah. Pemberian VGS
= 0 dilakukan dengan cara menghubungkan terminal G dan S. Biasanya terminal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

SS dihubungkan dengan terminal S.tegangan positif VDS akan menarik elektron


bebas dari kanal N dari source menuju drain, sehingga mengalir arus ke ID. Bila
VDS diperbesar hingga mencapai Vp, maka arus ID akan jenuh (tidak naik lagi)
yang disebut dengan IDSS.
Apabila VGS dibuat negatif, maka muatan negatif pada terminal gate akan
menolak elektron bebas pada kanal N dari elekron bebas, sehingga arus iD
semakin kecil. Apabila tagangan negatif VGS dinaikkan terus sehingga kanal N
kosong dari semua elektron bebas, maka arus ID sudah tidak bisa dinaikkan lagi
meskipun dengan memperbesar VDS.

Gambar 2.8 D-MOSFET dengan VGS dan VDS Positif

D-MOSFET dengan tegangan arus VGS nol hingga VGS negatif ini disebut
dengan mode pengosongan. Hal ini karena dengan tegangan VGS ini kanal N
dikosongkan dari elektron bebas, atau dengan kata lain pada kanal N timbul
daerah pengosongan. Seperti halnya pada JFET, saat VGS negatif tertentu, arus
ID tidak akan mengalir lagi (mati) meskipun VDS diperbesar. VGS yang
menyebabkan ID nol ini disebut dengan VGS(off)
Selain dengan tegangan VGS negatif, D-MOSFET bisa juga bekerja
dengantegangan VGS positif. Berbeda dengan JFET yang hanya bisa bekerja
dengan VGS negatif saja. Bila VGS pada D-MOSFET dibuat positip, maka
muatan positip pada terminal gate ini akan menarik elektron bebas dari substrat ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

daerah kanal N, sehingga elektron bebasnya lebih banyak. Dengan demikian arus
ID mengalir lebih besar dibandingkan saat VGS = 0
Semakin diperbesar harga VGS ke arah positip, semakin banyak jumlah
pembawa muatan elektron bebas pada kanal N, sehingga semakin besar arus ID.
D-MOSFET yang bekerja dengan VGS positif ini disebut dengan mode
peningkatan, karena jumlah pembawa muatan elektron bebas pada daerah pada
daerah pada daerah kanal N ditingkatkan dibandingkan saat VGS = 0. Pada saat
memperbesar VGS = 0. Pada ssat memperbesar VGS positif ini perlu diperhatikan
kemampuan arus ID maksimum agar tidak terlampaui. Besarnya arus masimum
dari setiap D=MOSFET dapat dilihat pada buku data.
Kurva karakteristik outpurnya dan krva D-MOSFET kanal N dapat dilihat
pada gambar dibawah ini, terlihat bahwa D-MOSFET ini dapat bekerja baik pada
mode pengosongan (saat VGS negatif) maupun pada mode peningkatan (VGS
positip). Oleh karena itu D-MOSFEt ini sering juga disebut dengan DE-MOSFET
(depletion enhancment MOSFET).

Gambar 2.9 Kurva karakteristik transfer dan output D-MOSFET kanal-N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Blok


Adapun diagram blok dari sistem yang dirancang adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut ini :

Setpoint Elemen Suhu


Potensiometer ATMega8 Driver
Pendingin

DS 1820

Gambar 3.1 Diagram Blok

3.1.1. Penjelasan Fungsi Blok Alat


1. Potensiometer : Untuk mengatur suhu yang akan dihasilkan
elemen pendingin
2. ATMega 8 : Untuk kendali seluruh sistem rangkaian
3. Driver : Untuk menghasilkan tegangan yang sesuai
ke elemen pendingin
4. Elemen pendingin : Untuk menghasilkan suhu dingin
5. DS 1820 : Sebagai sensor yang mendeteksi suhu
lingkungan
6. Mosfet : Sebagai penguat arus untuk elemen
pendingin
3.1.2. Penjelasan Diagram Blok
Diagram blok di atas secara garis besar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. User akan melakukan setting pada potensiometer untuk
memasukkan nilai suhu yang diinginkan atau nilai setpoint.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

2. Kemudian kontroler akan membaca nilai setpoint.


3. Sensor suhu DS1820 akan mendeteksi temperatur lingkungan atau
temperatur pada helm, kemudian akan mengubah perubahan
temperatur helm menjadi perubahan tegangan dan dikirimkan ke
kontroler.
4. Sebelum kontroler memberi perintah pada elemen pendingin, nilai
temperatur helm dan temperatur setpoint akan dibandingkan.
Dimana jika suhu setpoint lebih kecil dari suhu helm maka
kontroler akan mengaktifkan elemen pendingin.

3.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8


Mikrokontroler yang digunakan dalam perancangan ini adalah mikrokontroler tipe
AVR yaitu ATMega 8. Mikrokontroler diprogram dengan bahasa C dengan editor
Code Vision AVR dalam rancangan ini mikrokontroler digunakan sebagai alat
untuk mengaktifkan elemen pendingin dan pembaca suhu setpoint dan suhu
sensor DS 1820. Input mikrokontroler adalah sensor DS 1820 pada port C yaitu
PC.5 pada pin 28 dan potensiometer pada port C yaitu PC.4 pada pin 27.
Sedangkan output mikrokontroler adalah elemen pendingin pada port D yaitu
PD.0. Untuk output kipas digunakan port D yaitu PD.1. Kristal 4MHz ada pada
pin 9 dan pin 10 adalah masukan kristal osilator untuk mengaktifkan clock
sedangkan resistor pada pin 1 dan 7 berfungsi sebagai pull up agar mikrokontroler
dapat direset. Catu daya yang digunakan adalah baterai 12V dan kuat arus 1A, di
mana tegangan 12V/1A digunakan untuk input elemen pendingin dan kipas, dan
untuk Vcc pada mikrokontroler digunakan 5V setelah IC regulator 7805
digunakan pada catu daya. Secara keseluruhan dapat dilihat seperti gambar
berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Gambar 3.2 Rangkaian Minimum Mikrokontroler ATMega8

3.3 Rangkaian DS 1820


Sensor yang digunakan untuk alat ini adalah sensor suhu DS18B20, dipilih karena
memiliki kemampuan tahan air (waterproof). Cocok digunakan untuk mengukur
suhu pada tempat yang sulit, atau basah. Ouput data dari sensor DS 1820
merupakan data digital dan menyediakan 9 hingga 12-bit data yang dapat
dikonfigurasi. Sensor DS18B20 memiliki silicon serial number yang unik, maka
beberapa sensor DS18B20 dapat dipasang dalam 1 bus. Hal ini memungkinkan
pembacaan suhu dari berbagai tempat. Meskipun secara datasheet sensor ini dapat
membaca bagus hingga 125°C, namun dengan penutup kabel dari PVC disarankan
untuk penggunaan tidak melebihi 100°C.

Vcc
DS 1820 5V
MIKROKONTROLER

3 2 1
DQQ
R
Ground 4.7K

Gambar 3.3 Rangkaian Sensor DS1820

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3.4 Rangkaian Elemen Pendingin


Elemen pendingin atau juga pendingin termoelektrik memiliki fungsi sebagai
pemanas atau pendingin. Namun, fungsi yang digunakan untuk alat ini adalah
sebagai pendingin. Agar bisa bekerja dengan optimal elemen pendingin harus
dirangkai sedemikian rupa dengan kipas, heat sink. Kipas berfungsi untuk
membuang panas yang dihasilkan oleh elemen pendingin. Elemen pendingin yang
digunakan adalah tipe TEC-12706 (input 12V). Kabel positif dan negatif elemen
pendingin dan kipas dirangkai secara paralel dan dihubungkan dengan transistor
mosfet IRF Z44 kemudian dihubungkan ke mikrokontroler, dan sebagai tegangan
inputnya dari baterai 12V. Gambar rangkaian sebagai berikut.

Gambar 3.4 Rangkaian Elemen Pendingin

3.5 Rangkaian Kipas (Fan)


Kipas yang digunakan dalam rangkaian adalah kipas DC. Ada dua kipas yang
digunakan yaitu, satu kipas untuk pembuangan panas yang dihasilkan oleh elemen
pendingin dan kipas yang lain untuk pembuangan panas dari dalam helm. Kipas
memiliki input 12V yang dihubungkan dengan transistor mosfet IRFZ44 sebagai
penguat arus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

R
1K
IRFZ44
GND
Gambar 3.5 Rangkaian Kipas

3.6 Rangkaian Catu Daya


Rangkaian ini berfungsi untuk mensuplai tegangan ke seluruh rangkaian yang ada
agar sistem hidup.

12V

220µF/ in
50V out
3.7V 3.7V 3.7V 7805 5V
ground
100µF/
50V
BATERAI
GND

Gambar 3.5 Rangkaian Power Supply


Dalam rangkaian power supply terdapat dua keluaran yaitu 12V untuk input
elemen pendingin dan kipas, 5V untuk input ATMega8. Untuk input ATMega8
digunakan IC regulator 7805 untuk menurunkaan tegangan 12 volt menjadi 5 volt.

3.6 Mosfet IRFZ44


Pada daerah Cut-Off MOSFET tidak mendapatkan tegangan input (Vin = 0V)
sehingga tidak ada arus drain Id yang mengalir. Kondisi ini akan membuat
tegangan Vds = Vdd. Dengan beberapa kondisi diatas maka pada daerah cut-off
ini MOSFET dikatakan OFF (Full-Off).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Gambar 3.6 IRFZ44N


Kondisi cut-off ini dapat diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke
ground, sehingga tidak ada tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar
MOSFET.
Karakeristik MOSFET pada daerah Cut-Off antara lain sebagai berikut:
- Input gate tidak mendapat tegangan bias karena terhubung ke ground (0V)
- Tegangan gate lebih rendah dari tegangan treshold (Vgs < Vth)
- MOSFET OFF (Fully-Off) pada daerah cut-off ini.
- Tidak arus drain yang mengalir pada MOSFET
- Tegangan output Vout = Vds = Vdd
- Pada daerah cut-off MOSFET dalam kondisi open circuit.
Dengan beberapa karakteristik diatas maka dapat dikatakan bahawa MOSFET
pada daerah Cut-Off merupakan saklar terbuka dengan arus drain Id = 0 Ampere.
Untuk mendapatkan kondisi MOSFET dalam keadaan open maka
tegnagan gate Vgs harus lebih rendah dari tegangan treshold Vth dengan cara
menghubungkan terminal input (gate) ke ground. Wilayah Saturasi (MOSFET
ON) Pada daerah saturasi MOSFET mendapatkan bias input (Vgs) secara
maksimum sehingga arus drain pada MOSFET juga akan maksimum dan
membuat tegangan Vds = 0V. Pada kondisi saturasi ini MOSFET dapat dikatakan
dalam kondisi ON secara penuh (Fully-ON).
Karakteristik MOSFET pada kondisi saturasi antar lain adalah :
- Tegangan input gate (Vgs) tinggi
- Tegangan input gate (Vgs) lebih tinggi dari tegangan treshold (Vgs>Vth)
- MOSFET ON (Fully-ON) pada daerah Saturasi
- Tegangan drain dan source ideal (Vds) pada daerah saturasi adalah 0V
(Vds = 0V)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

- Resistansi drain dan source sangat rendah (Rds < 0,1 Ohm)
- Tegangan output Vout = Vds = 0,2V (Rds.Id)
- MOSFET dianalogikan sebagai saklar kondisi tertutup
Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan memberikan tegangan input
gate yang lebih tinggi dari tegangan tresholdnya dengan cara menghubungkan
terminal input ke Vdd. Sehingga MOSFET mejadi saturasi dan dapat
dianalogikan sebagai saklar pada kondisi tertutup.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.7 Diagram Alir Sistem (flowchart)

Start

Inisialisasi
dan nilai
awal

Baca
Setpoint

Baca
Sensor
Suhu

Tidak
Suhu Setpoint <
Suhu Sensor?

Ya Suhu Setpoint >


Suhu Sensor?
Aktifkan Elemen
Ya
Pendingin

Nonaktifkan
Elemen
Pendingin

Tidak Sistem
Dimatikan?

Ya

Stop

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Perancangan software adalah proses perancangan untuk pembuatan program yang


nantinya akan dijalankan oleh mikrokontroler. Sebuah mikrokontroler tidak akan
bekerja sebelum diberikan program. Sebelum membuat program untuk sistem ini,
ada baiknya membuat terlebih dahulu flowchart dari program yang ingin dibuat.
Dengan flowchart dapat mengerti kemana arah tujuan program yang akan dibuat.
Keterangan:
Cara kerja alat dimulai dengan start kemudian melakukan inisialisasi dan nilai
awal. Kemudian baca setpoint kemudian baca sensor suhu, setelah itu
mikrokontroler akan melakukan perbandingan suhu, dimana jika suhu setpoint <
suhu sensor akan mengaktifkan elemen pendingin. Kemudian masuk ke sistem
dimatikan, jika tidak maka akan kembali ke baca suhu setpoint dan jika ya maka
proses diakhiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 Pengujian Mikrokontroler ATMega8


// Port B initialization
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

// Port C initialization
PORTC=0x00;
DDRC=0x18;

// Port D initialization
PORTD=0x03;
DDRD=0x00;

Pengujian dilakukan dengan memprogram mikrokontroler untuk mengeluarkan


suatu data ke port kemudian menjalankannya setelah diunduh ke dalam IC
mikrokontroler.
Setelah program diunduh ke dalam IC kemudian dilakukan pengukuran
dengan volt meter masing-masing PORT , 0 volt untuk logika 0 sedangkan untuk
logika 1 akan menghasilkan 5 Volt. Setelah diukur akan dibandingkan dengan
program, maka dapat dibandingkan apakah data program sama dengan data
pengukuran. Jika terjadi perbedaan ada indikasi kesalahan, tetapi jika tidak
dengan demikian pengujian dapat dikatakan berhasil. Hasil pengukuran pada
rangkaian mikrokontroler terdapat pada tabel berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran tegangan pin ATMega8

Pin Tegangan Pin Tegangan


IC (Volt) IC (Volt)

1 5.09 15 0

2 5.09 16 0

3 5.09 17 0

4 0 18 0

5 0 19 0

6 0 20 0

7 5.09 21 0

8 0 22 0

9 1.28 23 0

10 1.28 24 0

11 0 25 0

12 0 26 0

13 0 27 5.09

14 0 28 5.09

4.2 Pengujian Elemen Pendingin Dan Sensor Suhu DS1820


Elemen pendingin dihubungkan langsung dengan port D pada mikrokontroler, di
mana untuk mengaktifkannya mikrokontroler harus menerima data suhu sensor
dari sensor suhu DS1820 dan melakukan perbandingan antara suhu setpoint dan
suhu sensor. Agar elemen pendingin bekerja dengan optimal dalam menghasilkan
suhu dingin, kipas, heat sink akan dirangkai sedemikian rupa agar pembuangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

panas dari elemen pendingin berjalan dengan baik. Berikut adalah listing program
untuk elemen pendingin, sensor suhu DS 1820 dan suhu setpoint.

// 1 Wire Bus initialization


// 1 Wire Data port: PORTD
// 1 Wire Data bit: 0
// Note: 1 Wire port settings are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|1 Wire menu.
w1_init();
devices=w1_search(0xf0,rom_codes);
PORTB.0 = 1;
delay_ms(2000);
PORTB.0 = 0;FAN = 1;
delay_ms(2000);
while (1)
{
Setpoint = (read_adc(5)/10)+230;

Temp=(ds1820_temperature_10(&rom_codes[0][0])*10/8)/10;
if (Temp > Setpoint + 1) {PORTB.0 = 0;for (i =
0;i<100;i++){Pertier = 1;delay_ms(15);Pertier =
0;delay_ms(5);}PORTB.0 = 1;}
if (Temp < Setpoint - 1) {Pertier = 0;PORTB.0 =
0;}
delay_ms(50);
}
}

Untuk gambar pemasangan modul termoelektrik sebagai pendingin dapat dilihat


sebagai berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

HEAT SINK

THERMAL
PASTA

Gambar 4.1 Susunan Modul Pendingin


Kipas ada dua bagian yaitu bagian atas untuk membuang panas yang dihasilkan
elemen pendingin dan bagian bawah untuk mengalirkan udara dingin ke dalam
helm yang dihasilkan elemen pendingin. Heat sink berfungsi untuk
mengoptimalkan pembuangan panas agar lebih cepat didinginkan. Termal pasta
digunakan untuk mengurangi hambatan panas pada interface antara heat sink dan
modul termoelektrik. Secara teori walaupun heat sink dan modul termoelektrik
terlihat rata dan halus, namun hanya sebagian yang kontak langsung pada saat
modul termoelektrik diletakkan di heatsink. Thermal pasta berfungsi untuk
memperbesar kontak area ini.

4.3 Pengujian Catu Daya


Pada pengujian catu daya yang diukur adalah tegangan dan kuat arus yang
dihasilkan. Tegangan masukan dari baterai adalah 12 Volt DC secara teori.
Kemudian tegangan 12 Volt DC itu diubah oleh IC 7805 menjadi 5 Volt DC.
Setelah dilakukan pengukuran maka diperoleh besarnya tegangan keluaran
sebesar 5 volt. Dengan begitu dapat dipastikan apakah terjadi kesalahan terhadap
rangkaian atau tidak. Jika diukur, hasil dari keluaran tegangan ±5 Volt. Hasil
tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya kualitas dari tiap-tiap
komponen yang digunakan nilainya tidak murni. Selain itu, tegangan jala-jala
listrik yang digunakan tidak stabil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Gambar 4.2 Pengujian Tegangan Catu Daya

Pada pengujian kuat arus yang dilakukan didapat pengukuran kuat arus pada
rangkaian menghasilkan kuat arus 0,24 A. Tentunya hal ini terlalu kecil karena
akan berpengaruh pada kerja elemen pendingin.

Gambar 4.3 Pengujian Kuat Arus

Tabel 4.2 Tegangan Input dan Output pada Pengujian Power Supply

Vin Vout I

10,85 Volt 5,36 Volt 0,24 Ampere

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4.4 Gambar Rangkaian Dan Tampilan Alat


Seteleh semua pengujian komponen dilakukan dan teruji dengan baik, maka
dibuat rancangan lengkap sistem pendingin pada helm. Berikut adalah gambar
rangkaian dan tampilan alat.

Gambar 4.4 Tampilan Sistem Pendingin Helm

Gambar 4.5 Tampilan Rangkaian dan Catu Daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

5V

1 VCC
1 28 OUT DS
RESET PC 5 2 1820
SUHU
2 27 3 HELM
GND
PD 0 PC 4

10K 3 26
SUHU
PD 1 PC 3 SETPOINT
4 25 POTENSIO
PD 2 PC 2 METER 10K
10µF/25V
12 V 5 24
PD 3 PC 1

ATMEGA 8
6 23
CATU DAYA PD 4 PC 0
5V 7 22
AN
12 V
7805 VCC GND
8 21
GND
100µF/ GND AREF
220µF/50V
50V 9 20
12V PB 6 AVCC

FAN XTAL 4MHz 10 19


PB7 PB 5
ALIRAN UDARA 11 18
PD5 PB 4
12 17
IRF Z44
PD 6 PB 3
13 16
PD 7 PB 2
14 15
12V
PB 0 PB 1

ELEMEN
PENDINGIN PENDINGIN UDARA

IRF Z44

Gambar 4.6 Gambar Rangkaian Lengkap

4.5 Pengujian Alat Keseluruhan


Pengujian alat secara keseluruhan ini bertujuan untuk mengetahui semua
perangkat keras dan perangkat lunak sudah bekerja sesuai dengan fungsi masing-
masing. Prinsip kerja alat ini adalah sistem minimum dihubungkan ke baterai
12V, kemudian tombol ON ditekan dan sistem akan aktif. Setelah sistem aktif
potensiometer diputar untuk menentukan suhu setpoint. Sensor suhu DS 1820
juga akan otomatis mengukur suhu lingkungan dan kemudian mengirimkan ke
mikrokontroler. Mikrokontroler akan melakukan perbandingan suhu, dimana jika
suhu setpoint lebih kecil dari suhu helm maka kontroler akan mengaktifkan
elemen pendingin, dan apabila suhu setpoint lebih besar dari suhu helm maka
elemen pendingin tidak akan aktif. Elemen pendingin akan terus aktif sampai suhu
lingkungan lebih rendah dari suhu setpoint dan kemudian off. Keadaan ini akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

terus berulang sampai sistem dinonaktifkan. Untuk suhu terdingin yang bisa
dirasakan dalam helm adalah 25,8oC.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran suhu helm saat kondisi cuaca panas di jalanan
kota Medan.
No Suhu Lingkungan (oC) Suhu Helm (oC) Waktu (menit)
1 30 25.8 3,3
2 32 25.9 3,8
3 34 26 4,1
5 36 27.1 4,8

Untuk efisiensi pendingin helm adalah:


(1 – T2 / T1) × 100%
(1 – 27,1 / 25,8) × 100%
0,3 × 100%
0,3%

Untuk pengujian temperatur pada helm dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7 Pengukuran Temperatur Elemen Pendingin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari perancangan alat didapat kesimpulan, antara lain:
1. Telah berhasil dirancang sistem pendingin pada helm menggunakan
pendingin termoelektrik dengan kontroler ATMega8.
2. Rangkaian kontrol dan perangkat lunak pada sistem pendingin helm dapat
Bekerja sesuai fungsi masing-masing.
3. Pengaruh besar kecilnya heat sink dan kuat arus ternyata memberi efek
pada suhu dingin yang dihasilkan pendingin termoelektrik, di mana jika
kuat arus sumber tegangan lebih besar dan stabil akan memberikan suhu
dingin yang optimal dan jika heat sink untuk pembuangan panas lebih
besar akan membantu menghasilkan suhu yang lebih dingin.

5.2 Saran
Adapun saran yang bisa dilakukan untuk penelitian lebih lanjut adalah:
1. Sebaiknya menggunakan power supply yang memiliki tegangan dan kuat
arus yang lebih besar dan stabil agar pendingin termoelektrik bisa
menghasilkan dingin yang lebih optimal.
2. Jika elemen pendingin bekerja sebaik yang diharapkan tentu akan
menghasilkan panas yang besar, penggunaan kipas sebagai pembuang
kalor dinilai kurang. Untuk itu dibutuhkan pembuang kalor tambahan
berupa lempengan aluminium yang dipress pada helm dan dihubungkan
pada elemen pendingin. Prinsipnya adalah ketika helm dikenakan saat
berkendara, hempasan angin pada lempengan aluminium akan membantu
membuang kalor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, D. 2009. ATMega8 dan Aplikasinya. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

DH Shepta. 2012. Rancang Bangun Sistem Pengukur efisiensi Sel Peltier Berbasis
Mikrokontrol. Laporan Penelitian Departemen Fisika Ekstensi. FMIPA
UI.

Endra, Pitowarno. 2005. Mikroprosesor dan Interfacing. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Millman, J. 2010. Electronic Devices and Circuits. Columbia : McGraw-Hill


International Book Company.

Setiawan, Sulhani. 2006. Mudah Menyenangkan Belajar Mikrokontroler. Edisi I.


Yogyakarta: ANDI.

Subrata, Ghoshal. 2010. 8051 Microcontroller: Internals, Instructions,


Programming & Interfacing. New Delhi: India Binding House.

Wirawan Rio. 2012. Analisa Penggunaan Heat Pipe pada Thermoelectric


Generator. Laporan Penelitian Departemen Teknik Mesin. FT-UI.

https://id.wikipedia.org/wiki/Potensiometer
Diakses pada tanggal 21 Januari 2017.

https://tutorkeren.com/artikel/cara-menggunakan-sensor-suhu-digital-ds18b20-di
raspberry-pi.htm.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2017.

http://www.atmel.com.
Diakses pada tanggal 22 Januari 2017.

http:// www.hebeiltd.com.cn/peltier.datasheet/TEC1-12706.
Diakses pada tanggal 21 Januari 2017.

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/listrik
electro/1292mengenalthermo-electric-peltier
Diakses tanggal 22 Januari 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

Gambar Rangkaian Keseluruhan Alat

5V

1 VCC
1 28 OUT DS
RESET PC 5 2 1820
SUHU
2 27 3 HELM
GND
PD 0 PC 4
3 26
10K
SUHU
PD 1 PC 3 SETPOINT
4 25
POTENSIO
PD 2 PC 2 METER 10K
10µF/25V
12 V 5 24
PD 3 PC 1

ATMEGA 8
6 23
CATU DAYA PD 4 PC 0
5V 7 22
AN
12 V
7805 VCC GND
8 21
GND
100µF/ GND AREF
220µF/50V
50V 9 20
12V PB 6 AVCC

FAN XTAL 4MHz 10 19


PB7 PB 5
ALIRAN UDARA 11 18
PD5 PB 4
12 17
IRF Z44
PD 6 PB 3
13 16
PD 7 PB 2
14 15
12V
PB 0 PB 1

ELEMEN
PENDINGIN PENDINGIN UDARA

IRF Z44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Kode Program

/******************************************************
*
This program was created by the CodeWizardAVR V3.27
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2016 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project :
Version :
Date : 16/06/2017
Author :
Company :
Comments:

Chip type : ATmega8


Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 4,000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 256
*******************************************************
/

#include <io.h>
#include <stdio.h>
#include <delay.h>
// 1 Wire Bus interface functions
#include <1wire.h>

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


// DS1820 Temperature Sensor functions
#include <ds1820.h>
// Voltage Reference: AREF pin
#define ADC_VREF_TYPE ((0<<REFS1) | (0<<REFS0) |
(0<<ADLAR))
#define MAX_DEVICES 8
#define FAN PORTD.1
#define Pertier PORTD.4
unsigned char devices;
unsigned char rom_codes[MAX_DEVICES][9];
unsigned char alarm_rom_codes[MAX_DEVICES][9];
unsigned int Temp,Setpoint,i;
// Voltage Reference: AREF pin
#define ADC_VREF_TYPE ((0<<REFS1) | (0<<REFS0) |
(0<<ADLAR))
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | ADC_VREF_TYPE;
// Delay needed for the stabilization of the ADC input
voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=(1<<ADSC);
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & (1<<ADIF))==0);
ADCSRA|=(1<<ADIF);
return ADCW;
}

void main(void)
{
// Input/Output Ports initialization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


// Port B initialization
// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In
Bit2=In Bit1=Out Bit0=Out
DDRB=(0<<DDB7) | (0<<DDB6) | (0<<DDB5) | (0<<DDB4) |
(0<<DDB3) | (0<<DDB2) | (1<<DDB1) | (1<<DDB0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T
Bit1=0 Bit0=0
PORTB=(0<<PORTB7) | (0<<PORTB6) | (0<<PORTB5) |
(0<<PORTB4) | (0<<PORTB3) | (0<<PORTB2) | (0<<PORTB1) |
(0<<PORTB0);

// Port C initialization
// Function: Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In
Bit1=In Bit0=In
DDRC=(0<<DDC6) | (0<<DDC5) | (0<<DDC4) | (0<<DDC3) |
(0<<DDC2) | (0<<DDC1) | (0<<DDC0);
// State: Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T
Bit0=T
PORTC=(0<<PORTC6) | (0<<PORTC5) | (0<<PORTC4) |
(0<<PORTC3) | (0<<PORTC2) | (0<<PORTC1) | (0<<PORTC0);

// Port D initialization
// Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=Out Bit3=In
Bit2=In Bit1=Out Bit0=In
DDRD=(0<<DDD7) | (0<<DDD6) | (0<<DDD5) | (1<<DDD4) |
(0<<DDD3) | (0<<DDD2) | (1<<DDD1) | (0<<DDD0);
// State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=0 Bit3=T Bit2=T
Bit1=0 Bit0=T
PORTD=(0<<PORTD7) | (0<<PORTD6) | (0<<PORTD5) |
(0<<PORTD4) | (0<<PORTD3) | (0<<PORTD2) | (0<<PORTD1) |
(0<<PORTD0);

// ADC initialization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


// ADC Clock frequency: 1000,000 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
ADMUX=ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA=(1<<ADEN) | (0<<ADSC) | (0<<ADFR) | (0<<ADIF) |
(0<<ADIE) | (0<<ADPS2) | (1<<ADPS1) | (0<<ADPS0);
SFIOR=(0<<ACME);

// 1 Wire Bus initialization


// 1 Wire Data port: PORTD
// 1 Wire Data bit: 0
// Note: 1 Wire port settings are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|1 Wire menu.
w1_init();
devices=w1_search(0xf0,rom_codes);
PORTB.0 = 1;
delay_ms(2000);
PORTB.0 = 0;FAN = 1;
delay_ms(2000);
while (1)
{
Setpoint = (read_adc(5)/10)+230;

Temp=(ds1820_temperature_10(&rom_codes[0][0])*10/8)/10;
if (Temp > Setpoint + 1) {PORTB.0 = 0;for (i =
0;i<100;i++){Pertier = 1;delay_ms(15);Pertier =
0;delay_ms(5);}PORTB.0 = 1;}
if (Temp < Setpoint - 1) {Pertier = 0;PORTB.0 =
0;}
delay_ms(50);
}
}

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

Gambar Alat

Gambar alat keseluruhan

Gambar pengukuran temperatur pada helm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Features
®
• High-performance, Low-power AVR 8-bit Microcontroller
• Advanced RISC Architecture
– 130 Powerful Instructions – Most Single-clock Cycle Execution
– 32 x 8 General Purpose Working Registers
– Fully Static Operation
– Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz
– On-chip 2-cycle Multiplier
• Nonvolatile Program and Data Memories
– 8K Bytes of In-System Self-Programmable Flash
Endurance: 10,000 Write/Erase Cycles
– Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits 8-bit
In-System Programming by On-chip Boot Program
True Read-While-Write Operation with 8K Bytes
– 512 Bytes EEPROM
Endurance: 100,000 Write/Erase Cycles In-System
– 1K Byte Internal SRAM
– Programming Lock for Software Security Programmable
• Peripheral Features
– Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescaler, one Compare Mode Flash
– One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and Capture
Mode
– Real Time Counter with Separate Oscillator
– Three PWM Channels ATmega8
– 8-channel ADC in TQFP and QFN/MLF package
Eight Channels 10-bit Accuracy
– 6-channel ADC in PDIP package
ATmega8L
Eight Channels 10-bit Accuracy
– Byte-oriented Two-wire Serial Interface
– Programmable Serial USART
– Master/Slave SPI Serial Interface
– Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator
– On-chip Analog Comparator
• Special Microcontroller Features
– Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
– Internal Calibrated RC Oscillator
– External and Internal Interrupt Sources
– Five Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down,
and Standby
• I/O and Packages
– 23 Programmable I/O Lines
– 28-lead PDIP, 32-lead TQFP, and 32-pad QFN/MLF
• Operating Voltages
– 2.7 - 5.5V (ATmega8L)
– 4.5 - 5.5V (ATmega8)
• Speed Grades
– 0 - 8 MHz (ATmega8L)
– 0 - 16 MHz (ATmega8)
• Power Consumption at 4 Mhz, 3V, 25°C
– Active: 3.6 mA
– Idle Mode: 1.0 mA
– Power-down Mode: 0.5 µA

2486QS–AVR–10/06

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pin Configurations
PDIP

(RESET) PC6 1 28 PC5 (ADC5/SCL)


(RXD) PD0 2 27 PC4 (ADC4/SDA)
(TXD) PD1 3 26 PC3 (ADC3)
(INT0) PD2 4 25 PC2 (ADC2)
(INT1) PD3 5 24 PC1 (ADC1)
(XCK/T0) PD4 6 23 PC0 (ADC0)
VCC 7 22 GND
GND 8 21 AREF
(XTAL1/TOSC1) PB6 9 20 AVCC
(XTAL2/TOSC2) PB7 10 19 PB5 (SCK)
(T1) PD5 11 18 PB4 (MISO)
(AIN0) PD6 12 17 PB3 (MOSI/OC2)
(AIN1) PD7 13 16 PB2 (SS/OC1B)
(ICP1) PB0 14 15 PB1 (OC1A)

TQFP Top View

PC5 (RESET)

(ADC4/SDA)
PC3 (ADC3)
(ADC5/SCL)
PD1 (TXD)
PD2 (INT0)

PD0 (RXD)

(ADC2)
PC4
PC6

PC2
31

26
27
30

28
29
32

2
5
(INT1) PD3 1 24 PC1 (ADC1)
(XCK/T0) PD4 2 23 PC0 (ADC0)
GND 3 22 ADC7
VCC 4 21 GND
GND 5 20 AREF
VCC 6 19 ADC6
(XTAL1/TOSC1) PB6 7 18 AVCC
(XTAL2/TOSC2) PB7 8 17 PB5 (SCK)
10

15
14
11

13
12
9

1
6
(MOSI/OC2) PB3
(SS/OC1B) PB2
(OC1A) PB1
(AIN0) PD6

(MISO) PB4
(AIN1) PD7
(ICP1) PB0
(T1) PD5

MLF Top View


PC5 (RESET)

(ADC4/SDA)
(ADC5/SCL)

PC3 (ADC3)
PC2 (ADC2)
PD0 (RXD)
PD2 (INT0)
PD1 (TXD)

PC4
PC6

27
30
31

28

26
29
32

25

(INT1) PD3 1 24 PC1 (ADC1)


(XCK/T0) PD4 2 23 PC0 (ADC0)
GND 3 22 ADC7
VCC 4 21 GND
GND 5 20 AREF
VCC 6 19 ADC6
(XTAL1/TOSC1) PB6 7 18 AVCC
(XTAL2/TOSC2) PB7 8 17 PB5 (SCK)
10
11
12
13
14
15
16
9

NOTE:
(MOSI/OC2) PB3

The large center pad underneath the MLF


(SS/OC1B) PB2

packages is made of metal and internally


connected to GND. It should be soldered
(OC1A) PB1

(MISO) PB4
(AIN0) PD6
(AIN1) PD7
(ICP1) PB0

or glued to the PCB to ensure good


(T1) PD5

mechanical stability. If the center pad is


left unconneted, the package might
loosen from the PCB.

2 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)
Overview The ATmega8 is a low-power CMOS 8-bit microcontroller based on the AVR RISC
architecture. By executing powerful instructions in a single clock cycle, the ATmega8
achieves throughputs approaching 1 MIPS per MHz, allowing the system designer to
optimize power consumption versus processing speed.

Block Diagram Figure 1. Block Diagram


XTAL1

RESET
PC0 - PC6 PB0 - PB7
VCC
XTAL2

PORTC DRIVERS/BUFFERS PORTB DRIVERS/BUFFERS

GND PORTC DIGITAL INTERFACE PORTB DIGITAL INTERFACE

MUX & ADC


TWI
ADC INTERFACE
AGND

AREF
TIMERS/
OSCILLATOR
PROGRAM STACK COUNTERS
COUNTER POINTER

PROGRAM INTERNAL
SRAM OSCILLATOR
FLASH

WATCHDOG
INSTRUCTION OSCILLATOR
GENERAL TIMER
REGISTER PURPOSE
REGISTERS

X MCU CTRL.
INSTRUCTION & TIMING
Y
DECODER
Z
INTERRUPT
UNIT
CONTROL
LINES ALU

EEPROM
STATUS
AVR CPU REGISTER

USART
PROGRAMMING
LOGIC SPI

+ COMP.
- INTERFACE

PORTD DIGITAL INTERFACE

PORTD DRIVERS/BUFFERS

PD0 - PD7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3
2486QS–AVR–10/06
The AVR core combines a rich instruction set with 32 general purpose working
registers. All the 32 registers are directly connected to the Arithmetic Logic Unit (ALU),
allowing two independent registers to be accessed in one single instruction executed in
one clock cycle. The resulting architecture is more code efficient while achieving
throughputs up to ten times faster than conventional CISC microcontrollers.
The ATmega8 provides the following features: 8K bytes of In-System Programmable
Flash with Read-While-Write capabilities, 512 bytes of EEPROM, 1K byte of SRAM, 23
general purpose I/O lines, 32 general purpose working registers, three flexible
Timer/Counters with compare modes, internal and external interrupts, a serial program-
mable USART, a byte oriented Two-wire Serial Interface, a 6-channel ADC (eight
channels in TQFP and QFN/MLF packages) with 10-bit accuracy, a programmable
Watchdog Timer with Internal Oscillator, an SPI serial port, and five software selectable
power saving modes. The Idle mode stops the CPU while allowing the SRAM,
Timer/Counters, SPI port, and interrupt system to continue functioning. The Power-
down mode saves the register contents but freezes the Oscillator, disabling all other
chip functions until the next Interrupt or Hardware Reset. In Power-save mode, the
asynchronous timer continues to run, allowing the user to maintain a timer base while
the rest of the device is sleeping. The ADC Noise Reduction mode stops the CPU and
all I/O modules except asynchronous timer and ADC, to minimize switching noise
during ADC conversions. In Standby mode, the crystal/resonator Oscillator is running
while the rest of the device is sleeping. This allows very fast start-up combined with
low-power consumption.
The device is manufactured using Atmel’s high density non-volatile memory
technology. The Flash Program memory can be reprogrammed In-System through an
SPI serial interface, by a conventional non-volatile memory programmer, or by an On-
chip boot program running on the AVR core. The boot program can use any interface to
download the application program in the Application Flash memory. Software in the
Boot Flash Section will continue to run while the Application Flash Section is updated,
providing true Read-While-Write operation. By combining an 8-bit RISC CPU with In-
System Self-Programmable Flash on a monolithic chip, the Atmel ATmega8 is a
powerful microcon-troller that provides a highly-flexible and cost-effective solution to
many embedded control applications.
The ATmega8 AVR is supported with a full suite of program and system development
tools, including C compilers, macro assemblers, program debugger/simulators, In-Cir-
cuit Emulators, and evaluation kits.

Disclaimer Typical values contained in this datasheet are based on simulations and characteriza-
tion of other AVR microcontrollers manufactured on the same process technology. Min
and Max values will be available after the device is characterized.

4 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)

Pin Descriptions

VCC Digital supply voltage.

GND Ground.

Port B (PB7..PB0) Port B is an 8-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
XTAL1/XTAL2/TOSC1/TOSC2 bit). The Port B output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port B pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port B pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.
Depending on the clock selection fuse settings, PB6 can be used as input to the invert-
ing Oscillator amplifier and input to the internal clock operating circuit.
Depending on the clock selection fuse settings, PB7 can be used as output from the
inverting Oscillator amplifier.
If the Internal Calibrated RC Oscillator is used as chip clock source, PB7..6 is used as
TOSC2..1 input for the Asynchronous Timer/Counter2 if the AS2 bit in ASSR is set.
The various special features of Port B are elaborated in “Alternate Functions of Port B”
on page 58 and “System Clock and Clock Options” on page 25.

Port C (PC5..PC0) Port C is an 7-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
bit). The Port C output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port C pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port C pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.

PC6/RESET If the RSTDISBL Fuse is programmed, PC6 is used as an I/O pin. Note that the electri-
cal characteristics of PC6 differ from those of the other pins of Port C.
If the RSTDISBL Fuse is unprogrammed, PC6 is used as a Reset input. A low level on
this pin for longer than the minimum pulse length will generate a Reset, even if the clock
is not running. The minimum pulse length is given in Table 15 on page 38. Shorter
pulses are not guaranteed to generate a Reset.
The various special features of Port C are elaborated on page 61.

Port D (PD7..PD0) Port D is an 8-bit bi-directional I/O port with internal pull-up resistors (selected for each
bit). The Port D output buffers have symmetrical drive characteristics with both high sink
and source capability. As inputs, Port D pins that are externally pulled low will source
current if the pull-up resistors are activated. The Port D pins are tri-stated when a reset
condition becomes active, even if the clock is not running.
Port D also serves the functions of various special features of the ATmega8 as listed on
page 63.

RESET Reset input. A low level on this pin for longer than the minimum pulse length will gener-
ate a reset, even if the clock is not running. The minimum pulse length is given in Table
15 on page 38. Shorter pulses are not guaranteed to generate a reset.

5
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AVCC AVCC is the supply voltage pin for the A/D Converter, Port C (3..0), and ADC (7..6). It
should be externally connected to VCC, even if the ADC is not used. If the ADC is used,
it should be connected to VCC through a low-pass filter. Note that Port C (5..4) use
digital supply voltage, VCC.

AREF AREF is the analog reference pin for the A/D Converter.

ADC7..6 (TQFP and QFN/MLF In the TQFP and QFN/MLF package, ADC7..6 serve as analog inputs to the A/D con-
Package Only) verter. These pins are powered from the analog supply and serve as 10-bit ADC
channels.

6 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)
Resources A comprehensive set of development tools, application notes and datasheets are avail-
able for download on http://www.atmel.com/avr.

7
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Register Summary
Address Name Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 Page
0x3F (0x5F) SREG I T H S V N Z C 11
0x3E (0x5E) SPH – – – – – SP10 SP9 SP8 13
0x3D (0x5D) SPL SP7 SP6 SP5 SP4 SP3 SP2 SP1 SP0 13
0x3C (0x5C) Reserved
0x3B (0x5B) GICR INT1 INT0 – – – – IVSEL IVCE 49, 67
0x3A (0x5A) GIFR INTF1 INTF0 – – – – – – 68
0x39 (0x59) TIMSK OCIE2 TOIE2 TICIE1 OCIE1A OCIE1B TOIE1 – TOIE0 72, 102, 122
0x38 (0x58) TIFR OCF2 TOV2 ICF1 OCF1A OCF1B TOV1 – TOV0 73, 103, 122
0x37 (0x57) SPMCR SPMIE RWWSB – RWWSRE BLBSET PGWRT PGERS SPMEN 213
0x36 (0x56) TWCR TWINT TWEA TWSTA TWSTO TWWC TWEN – TWIE 171
0x35 (0x55) MCUCR SE SM2 SM1 SM0 ISC11 ISC10 ISC01 ISC00 33, 66
0x34 (0x54) MCUCSR – – – – WDRF BORF EXTRF PORF 41
0x33 (0x53) TCCR0 – – – – – CS02 CS01 CS00 72
0x32 (0x52) TCNT0 Timer/Counter0 (8 Bits) 72
0x31 (0x51) OSCCAL Oscillator Calibration Register 31
0x30 (0x50) SFIOR – – – – ACME PUD PSR2 PSR10 58, 75, 123, 193
0x2F (0x4F) TCCR1A COM1A1 COM1A0 COM1B1 COM1B0 FOC1A FOC1B WGM11 WGM10 97
0x2E (0x4E) TCCR1B ICNC1 ICES1 – WGM13 WGM12 CS12 CS11 CS10 100
0x2D (0x4D) TCNT1H Timer/Counter1 – Counter Register High byte 101
0x2C (0x4C) TCNT1L Timer/Counter1 – Counter Register Low byte 101
0x2B (0x4B) OCR1AH Timer/Counter1 – Output Compare Register A High byte 101
0x2A (0x4A) OCR1AL Timer/Counter1 – Output Compare Register A Low byte 101
0x29 (0x49) OCR1BH Timer/Counter1 – Output Compare Register B High byte 101
0x28 (0x48) OCR1BL Timer/Counter1 – Output Compare Register B Low byte 101
0x27 (0x47) ICR1H Timer/Counter1 – Input Capture Register High byte 102
0x26 (0x46) ICR1L Timer/Counter1 – Input Capture Register Low byte 102
0x25 (0x45) TCCR2 FOC2 WGM20 COM21 COM20 WGM21 CS22 CS21 CS20 117
0x24 (0x44) TCNT2 Timer/Counter2 (8 Bits) 119
0x23 (0x43) OCR2 Timer/Counter2 Output Compare Register 119
0x22 (0x42) ASSR – – – – AS2 TCN2UB OCR2UB TCR2UB 119
0x21 (0x41) WDTCR – – – WDCE WDE WDP2 WDP1 WDP0 43
UBRRH URSEL – – – UBRR[11:8] 158
(1) (1)
0x20 (0x40) UCSRC URSEL UMSEL UPM1 UPM0 USBS UCSZ1 UCSZ0 UCPOL 156
0x1F (0x3F) EEARH – – – – – – – EEAR8 20
0x1E (0x3E) EEARL EEAR7 EEAR6 EEAR5 EEAR4 EEAR3 EEAR2 EEAR1 EEAR0 20
0x1D (0x3D) EEDR EEPROM Data Register 20
0x1C (0x3C) EECR – – – – EERIE EEMWE EEWE EERE 20
0x1B (0x3B) Reserved
0x1A (0x3A) Reserved
0x19 (0x39) Reserved
0x18 (0x38) PORTB PORTB7 PORTB6 PORTB5 PORTB4 PORTB3 PORTB2 PORTB1 PORTB0 65
0x17 (0x37) DDRB DDB7 DDB6 DDB5 DDB4 DDB3 DDB2 DDB1 DDB0 65
0x16 (0x36) PINB PINB7 PINB6 PINB5 PINB4 PINB3 PINB2 PINB1 PINB0 65
0x15 (0x35) PORTC – PORTC6 PORTC5 PORTC4 PORTC3 PORTC2 PORTC1 PORTC0 65
0x14 (0x34) DDRC – DDC6 DDC5 DDC4 DDC3 DDC2 DDC1 DDC0 65
0x13 (0x33) PINC – PINC6 PINC5 PINC4 PINC3 PINC2 PINC1 PINC0 65
0x12 (0x32) PORTD PORTD7 PORTD6 PORTD5 PORTD4 PORTD3 PORTD2 PORTD1 PORTD0 65
0x11 (0x31) DDRD DDD7 DDD6 DDD5 DDD4 DDD3 DDD2 DDD1 DDD0 65
0x10 (0x30) PIND PIND7 PIND6 PIND5 PIND4 PIND3 PIND2 PIND1 PIND0 65
0x0F (0x2F) SPDR SPI Data Register 131
0x0E (0x2E) SPSR SPIF WCOL – – – – – SPI2X 131
0x0D (0x2D) SPCR SPIE SPE DORD MSTR CPOL CPHA SPR1 SPR0 129
0x0C (0x2C) UDR USART I/O Data Register 153
0x0B (0x2B) UCSRA RXC TXC UDRE FE DOR PE U2X MPCM 154
0x0A (0x2A) UCSRB RXCIE TXCIE UDRIE RXEN TXEN UCSZ2 RXB8 TXB8 155
0x09 (0x29) UBRRL USART Baud Rate Register Low byte 158
0x08 (0x28) ACSR ACD ACBG ACO ACI ACIE ACIC ACIS1 ACIS0 194
0x07 (0x27) ADMUX REFS1 REFS0 ADLAR – MUX3 MUX2 MUX1 MUX0 205
0x06 (0x26) ADCSRA ADEN ADSC ADFR ADIF ADIE ADPS2 ADPS1 ADPS0 207
0x05 (0x25) ADCH ADC Data Register High byte 208
0x04 (0x24) ADCL ADC Data Register Low byte 208
0x03 (0x23) TWDR Two-wire Serial Interface Data Register 173
0x02 (0x22) TWAR TWA6 TWA5 TWA4 TWA3 TWA2 TWA1 TWA0 TWGCE 174

8 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)
Register Summary (Continued)
Address Name Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0 Page
0x01 (0x21) TWSR TWS7 TWS6 TWS5 TWS4 TWS3 – TWPS1 TWPS0 173
0x00 (0x20) TWBR Two-wire Serial Interface Bit Rate Register 171

Notes: 1. Refer to the USART description for details on how to access UBRRH and UCSRC.
2. For compatibility with future devices, reserved bits should be written to zero if accessed. Reserved I/O memory addresses
should never be written.
3. Some of the Status Flags are cleared by writing a logical one to them. Note that the CBI and SBI instructions will operate
on all bits in the I/O Register, writing a one back into any flag read as set, thus clearing the flag. The CBI and SBI
instructions work with registers 0x00 to 0x1F only.

9
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Instruction Set Summary
Mnemonics Operands Description Operation Flags #Clocks
ARITHMETIC AND LOGIC INSTRUCTIONS
ADD Rd, Rr Add two Registers Rd ← Rd + Rr Z,C,N,V,H 1
ADC Rd, Rr Add with Carry two Registers Rd ← Rd + Rr + C Z,C,N,V,H 1
ADIW Rdl,K Add Immediate to Word Rdh:Rdl ← Rdh:Rdl + K Z,C,N,V,S 2
SUB Rd, Rr Subtract two Registers Rd ← Rd - Rr Z,C,N,V,H 1
SUBI Rd, K Subtract Constant from Register Rd ← Rd - K Z,C,N,V,H 1
SBC Rd, Rr Subtract with Carry two Registers Rd ← Rd - Rr - C Z,C,N,V,H 1
SBCI Rd, K Subtract with Carry Constant from Reg. Rd ← Rd - K - C Z,C,N,V,H 1
SBIW Rdl,K Subtract Immediate from Word Rdh:Rdl ← Rdh:Rdl - K Z,C,N,V,S 2
AND Rd, Rr Logical AND Registers Rd ← Rd • Rr Z,N,V 1
ANDI Rd, K Logical AND Register and Constant Rd ← Rd • K Z,N,V 1
OR Rd, Rr Logical OR Registers Rd ← Rd v Rr Z,N,V 1
ORI Rd, K Logical OR Register and Constant Rd ← Rd v K Z,N,V 1
EOR Rd, Rr Exclusive OR Registers Rd ← Rd ⊕ Rr Z,N,V 1
COM Rd One’s Complement Rd ← 0xFF − Rd Z,C,N,V 1
NEG Rd Two’s Complement Rd ← 0x00 − Rd Z,C,N,V,H 1
SBR Rd,K Set Bit(s) in Register Rd ← Rd v K Z,N,V 1
CBR Rd,K Clear Bit(s) in Register Rd ← Rd • (0xFF - K) Z,N,V 1
INC Rd Increment Rd ← Rd + 1 Z,N,V 1
DEC Rd Decrement Rd ← Rd − 1 Z,N,V 1
TST Rd Test for Zero or Minus Rd ← Rd • Rd Z,N,V 1
CLR Rd Clear Register Rd ← Rd ⊕ Rd Z,N,V 1
SER Rd Set Register Rd ← 0xFF None 1
MUL Rd, Rr Multiply Unsigned R1:R0 ← Rd x Rr Z,C 2
MULS Rd, Rr Multiply Signed R1:R0 ← Rd x Rr Z,C 2
MULSU Rd, Rr Multiply Signed with Unsigned R1:R0 ← Rd x Rr Z,C 2
FMUL Rd, Rr Fractional Multiply Unsigned R1:R0 ← (Rd x Rr) << 1 Z,C 2
FMULS Rd, Rr Fractional Multiply Signed R1:R0 ← (Rd x Rr) << 1 Z,C 2
FMULSU Rd, Rr Fractional Multiply Signed with Unsigned R1:R0 ← (Rd x Rr) << 1 Z,C 2
BRANCH INSTRUCTIONS
RJMP k Relative Jump PC ← PC + k + 1 None 2
IJMP Indirect Jump to (Z) PC ← Z None 2
RCALL k Relative Subroutine Call PC ← PC + k + 1 None 3
ICALL Indirect Call to (Z) PC ← Z None 3
RET Subroutine Return PC ← STACK None 4
RETI Interrupt Return PC ← STACK I 4
CPSE Rd,Rr Compare, Skip if Equal if (Rd = Rr) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
CP Rd,Rr Compare Rd − Rr Z, N,V,C,H 1
CPC Rd,Rr Compare with Carry Rd − Rr − C Z, N,V,C,H 1
CPI Rd,K Compare Register with Immediate Rd − K Z, N,V,C,H 1
SBRC Rr, b Skip if Bit in Register Cleared if (Rr(b)=0) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBRS Rr, b Skip if Bit in Register is Set if (Rr(b)=1) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBIC P, b Skip if Bit in I/O Register Cleared if (P(b)=0) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
SBIS P, b Skip if Bit in I/O Register is Set if (P(b)=1) PC ← PC + 2 or 3 None 1/2/3
BRBS s, k Branch if Status Flag Set if (SREG(s) = 1) then PC←PC+k + 1 None 1/2
BRBC s, k Branch if Status Flag Cleared if (SREG(s) = 0) then PC←PC+k + 1 None 1/2
BREQ k Branch if Equal if (Z = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRNE k Branch if Not Equal if (Z = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRCS k Branch if Carry Set if (C = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRCC k Branch if Carry Cleared if (C = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRSH k Branch if Same or Higher if (C = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRLO k Branch if Lower if (C = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRMI k Branch if Minus if (N = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRPL k Branch if Plus if (N = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRGE k Branch if Greater or Equal, Signed if (N ⊕ V= 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRLT k Branch if Less Than Zero, Signed if (N ⊕ V= 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRHS k Branch if Half Carry Flag Set if (H = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRHC k Branch if Half Carry Flag Cleared if (H = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRTS k Branch if T Flag Set if (T = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRTC k Branch if T Flag Cleared if (T = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRVS k Branch if Overflow Flag is Set if (V = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRVC k Branch if Overflow Flag is Cleared if (V = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
Mnemonics Operands Description Operation Flags #Clocks

10 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)
Instruction Set Summary (Continued)
BRIE k Branch if Interrupt Enabled if ( I = 1) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
BRID k Branch if Interrupt Disabled if ( I = 0) then PC ← PC + k + 1 None 1/2
DATA TRANSFER INSTRUCTIONS
MOV Rd, Rr Move Between Registers Rd ← Rr None 1
MOVW Rd, Rr Copy Register Word Rd+1:Rd ← Rr+1:Rr None 1
LDI Rd, K Load Immediate Rd ← K None 1
LD Rd, X Load Indirect Rd ← (X) None 2
LD Rd, X+ Load Indirect and Post-Inc. Rd ← (X), X ← X + 1 None 2
LD Rd, - X Load Indirect and Pre-Dec. X ← X - 1, Rd ← (X) None 2
LD Rd, Y Load Indirect Rd ← (Y) None 2
LD Rd, Y+ Load Indirect and Post-Inc. Rd ← (Y), Y ← Y + 1 None 2
LD Rd, - Y Load Indirect and Pre-Dec. Y ← Y - 1, Rd ← (Y) None 2
LDD Rd,Y+q Load Indirect with Displacement Rd ← (Y + q) None 2
LD Rd, Z Load Indirect Rd ← (Z) None 2
LD Rd, Z+ Load Indirect and Post-Inc. Rd ← (Z), Z ← Z+1 None 2
LD Rd, -Z Load Indirect and Pre-Dec. Z ← Z - 1, Rd ← (Z) None 2
LDD Rd, Z+q Load Indirect with Displacement Rd ← (Z + q) None 2
LDS Rd, k Load Direct from SRAM Rd ← (k) None 2
ST X, Rr Store Indirect (X) ← Rr None 2
ST X+, Rr Store Indirect and Post-Inc. (X) ← Rr, X ← X + 1 None 2
ST - X, Rr Store Indirect and Pre-Dec. X ← X - 1, (X) ← Rr None 2
ST Y, Rr Store Indirect (Y) ← Rr None 2
ST Y+, Rr Store Indirect and Post-Inc. (Y) ← Rr, Y ← Y + 1 None 2
ST - Y, Rr Store Indirect and Pre-Dec. Y ← Y - 1, (Y) ← Rr None 2
STD Y+q,Rr Store Indirect with Displacement (Y + q) ← Rr None 2
ST Z, Rr Store Indirect (Z) ← Rr None 2
ST Z+, Rr Store Indirect and Post-Inc. (Z) ← Rr, Z ← Z + 1 None 2
ST -Z, Rr Store Indirect and Pre-Dec. Z ← Z - 1, (Z) ← Rr None 2
STD Z+q,Rr Store Indirect with Displacement (Z + q) ← Rr None 2
STS k, Rr Store Direct to SRAM (k) ← Rr None 2
LPM Load Program Memory R0 ← (Z) None 3
LPM Rd, Z Load Program Memory Rd ← (Z) None 3
LPM Rd, Z+ Load Program Memory and Post-Inc Rd ← (Z), Z ← Z+1 None 3
SPM Store Program Memory (Z) ← R1:R0 None -
IN Rd, P In Port Rd ← P None 1
OUT P, Rr Out Port P ← Rr None 1
PUSH Rr Push Register on Stack STACK ← Rr None 2
POP Rd Pop Register from Stack Rd ← STACK None 2
BIT AND BIT-TEST INSTRUCTIONS
SBI P,b Set Bit in I/O Register I/O(P,b) ← 1 None 2
CBI P,b Clear Bit in I/O Register I/O(P,b) ← 0 None 2
LSL Rd Logical Shift Left Rd(n+1) ← Rd(n), Rd(0) ← 0 Z,C,N,V 1
LSR Rd Logical Shift Right Rd(n) ← Rd(n+1), Rd(7) ← 0 Z,C,N,V 1
ROL Rd Rotate Left Through Carry Rd(0)←C,Rd(n+1)← Rd(n),C←Rd(7) Z,C,N,V 1
ROR Rd Rotate Right Through Carry Rd(7)←C,Rd(n)← Rd(n+1),C←Rd(0) Z,C,N,V 1
ASR Rd Arithmetic Shift Right Rd(n) ← Rd(n+1), n=0..6 Z,C,N,V 1
SWAP Rd Swap Nibbles Rd(3..0)←Rd(7..4),Rd(7..4)←Rd(3..0) None 1
BSET s Flag Set SREG(s) ← 1 SREG(s) 1
BCLR s Flag Clear SREG(s) ← 0 SREG(s) 1
BST Rr, b Bit Store from Register to T T ← Rr(b) T 1
BLD Rd, b Bit load from T to Register Rd(b) ← T None 1
SEC Set Carry C←1 C 1
CLC Clear Carry C←0 C 1
SEN Set Negative Flag N←1 N 1
CLN Clear Negative Flag N←0 N 1
SEZ Set Zero Flag Z←1 Z 1
CLZ Clear Zero Flag Z←0 Z 1
SEI Global Interrupt Enable I←1 I 1
CLI Global Interrupt Disable I←0 I 1
SES Set Signed Test Flag S←1 S 1
CLS Clear Signed Test Flag S←0 S 1
SEV Set Twos Complement Overflow. V← 1 V 1
CLV Clear Twos Complement Overflow V← 0 V 1
SET Set T in SREG T←1 T 1
Mnemonics Operands Description Operation Flags #Clocks

11
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Instruction Set Summary (Continued)
CLT Clear T in SREG T←0 T 1
SEH Set Half Carry Flag in SREG H←1 H 1
CLH Clear Half Carry Flag in SREG H←0 H 1
MCU CONTROL INSTRUCTIONS
NOP No Operation None 1
SLEEP Sleep (see specific descr. for Sleep function) None 1
WDR Watchdog Reset (see specific descr. for WDR/timer) None 1

12 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)

Ordering Information
(1)
Speed (MHz) Power Supply Ordering Code Package Operation Range
ATmega8L-8AC 32A
Commercial
ATmega8L-8PC 28P3
(0°C to 70°C)
ATmega8L-8MC 32M1-A
ATmega8L-8AI 32A
(2)
8 2.7 - 5.5 ATmega8L-8AU 32A
ATmega8L-8PI 28P3 Industrial
(2)
ATmega8L-8PU 28P3 (-40°C to 85°C)
ATmega8L-8MI 32M1-A
(2)
ATmega8L-8MU 32M1-A
ATmega8-16AC 32A
Commercial
ATmega8-16PC 28P3
(0°C to 70°C)
ATmega8-16MC 32M1-A
ATmega8-16AI 32A
(2)
16 4.5 - 5.5 ATmega8-16AU 32A
ATmega8-16PI 28P3 Industrial
(2)
ATmega8-16PU 28P3 (-40°C to 85°C)
ATmega8-16MI 32M1-A
(2)
ATmega8-16MU 32M1-A
Notes: 1. This device can also be supplied in wafer form. Please contact your local Atmel sales office for detailed ordering information
and minimum quantities.
2. Pb-free packaging alternative, complies to the European Directive for Restriction of Hazardous Substances (RoHS direc-
tive). Also Halide free and fully Green.

Package Type
32A 32-lead, Thin (1.0 mm) Plastic Quad Flat Package (TQFP)
28P3 28-lead, 0.300” Wide, Plastic Dual Inline Package (PDIP)
32M1-A 32-pad, 5 x 5 x 1.0 body, Lead Pitch 0.50 mm Quad Flat No-Lead/Micro Lead Frame Package (QFN/MLF)

13
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Packaging Information

32A

PIN 1
B
PIN 1 IDENTIFIER

e E1 E

D1
D

C 0˚~7˚

A1 A2 A
L
COMMON DIMENSIONS
(Unit of Measure = mm)

SYMBOL MIN NOM MAX NOTE


A – – 1.20
A1 0.05 – 0.15
A2 0.95 1.00 1.05
D 8.75 9.00 9.25
D1 6.90 7.00 7.10 Note 2
E 8.75 9.00 9.25
Notes: 1. This package conforms to JEDEC reference MS-026, Variation ABA.
2. Dimensions D1 and E1 do not include mold protrusion. Allowable E1 6.90 7.00 7.10 Note 2
protrusion is 0.25 mm per side. Dimensions D1 and E1 are maximum B 0.30 – 0.45
plastic body size dimensions including mold mismatch.
C 0.09 – 0.20
3. Lead coplanarity is 0.10 mm maximum.
L 0.45 – 0.75
e 0.80 TYP

10/5/2001
TITLE DRAWING NO. REV.
2325 Orchard Parkway
32A, 32-lead, 7 x 7 mm Body Size, 1.0 mm Body Thickness,
San Jose, CA 95131
R 32A B
0.8 mm Lead Pitch, Thin Profile Plastic Quad Flat Package (TQFP)

14 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)

28P3

D
PIN
1

E1

SEATING PLANE
A1
L B2
B (4 PLACES)
B1
e

E
COMMON DIMENSIONS
0º ~ 15º REF (Unit of Measure = mm)
C
SYMBOL MIN NOM MAX NOTE

eB A – – 4.5724
A1 0.508 – –
D 34.544 – 34.798 Note 1
E 7.620 – 8.255
E1 7.112 – 7.493 Note 1
B 0.381 – 0.533

Note: 1. Dimensions D and E1 do not include mold Flash or Protrusion. B1 1.143 – 1.397
Mold Flash or Protrusion shall not exceed 0.25 mm (0.010"). B2 0.762 – 1.143
L 3.175 – 3.429
C 0.203 – 0.356
eB – – 10.160
e 2.540 TYP

09/28/01
TITLE DRAWING NO.
2325 Orchard Parkway 28P3, 28-lead (0.300"/7.62 mm Wide) Plastic Dual REV.
R San Jose, CA 95131 Inline Package (PDIP)
28P3 B

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2486QS–AVR–10/06
32M1-A

D1

1
0
2
3 Pin 1 ID

E1 E
SIDE VIEW

TOP VIEW
A3
A2

A
A1

0.08 C COMMON DIMENSIONS


K
(Unit of Measure = mm)
P
SYMBOL MIN NOM MAX NOTE
D2
A 0.80 0.90 1.00
A1 – 0.02 0.05
1 A2 – 0.65 1.00
P
2 A3 0.20 REF
Pin #1 Notch
(0.20 R) 3 b 0.18 0.23 0.30
E2 D 4.90 5.00 5.10
D1 4.70 4.75 4.80
K
D2 2.95 3.10 3.25
E 4.90 5.00 5.10
E1 4.70 4.75 4.80
b e L E2 2.95 3.10 3.25
e 0.50 BSC
BOTTOM VIEW
L 0.30 0.40 0.50
P – – 0.60
o
0 – – 12
K 0.20 – –

Note: JEDEC Standard MO-220, Fig. 2 (Anvil Singulation), VHHD-2.


5/25/06
TITLE DRAWING NO. REV.
2325 Orchard Parkway 32M1-A, 32-pad, 5 x 5 x 1.0 mm Body, Lead Pitch 0.50 mm,
R San Jose, CA 95131 3.10 mm Exposed Pad, Micro Lead Frame Package (MLF) 32M1-A E

16 ATmega8(L)
2486QS–AVR–10/06

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ATmega8(L)

Erratas The revision letter in this section refers to the revision of the ATmega8 device.

ATmega8 • First Analog Comparator conversion may be delayed


Rev. D to I • Interrupts may be lost when writing the timer registers in the asynchronous timer
• Signature may be Erased in Serial Programming Mode
• CKOPT Does not Enable Internal Capacitors on XTALn/TOSCn Pins when 32
KHz Oscillator is Used to Clock the Asynchronous Timer/Counter2

1. First Analog Comparator conversion may be delayed


If the device is powered by a slow rising VCC, the first Analog Comparator conver-
sion will take longer than expected on some devices.
Problem Fix/Workaround
When the device has been powered or reset, disable then enable theAnalog Com-
parator before the first conversion.

2. Interrupts may be lost when writing the timer registers in the asynchronous
timer
If one of the timer registers which is synchronized to the asynchronous timer2 clock
is written in the cycle before a overflow interrupt occurs, the interrupt may be lost.
Problem Fix/Workaround
Always check that the Timer2 Timer/Counter register, TCNT2, does not have the
value 0xFF before writing the Timer2 Control Register, TCCR2, or Output Compare
Register, OCR2

3. Signature may be Erased in Serial Programming Mode


If the signature bytes are read before a chiperase command is completed, the sig-
nature may be erased causing the device ID and calibration bytes to disappear.
This is critical, especially, if the part is running on internal RC oscillator.
Problem Fix/Workaround:
Ensure that the chiperase command has exceeded before applying the next
command.

4. CKOPT Does not Enable Internal Capacitors on XTALn/TOSCn Pins when 32


KHz Oscillator is Used to Clock the Asynchronous Timer/Counter2
When the internal RC Oscillator is used as the main clock source, it is possible to
run the Timer/Counter2 asynchronously by connecting a 32 KHz Oscillator
between XTAL1/TOSC1 and XTAL2/TOSC2. But when the internal RC Oscillator is
selected as the main clock source, the CKOPT Fuse does not control the internal
capacitors on XTAL1/TOSC1 and XTAL2/TOSC2. As long as there are no
capacitors con-nected to XTAL1/TOSC1 and XTAL2/TOSC2, safe operation of the
Oscillator is not guaranteed.
Problem fix/Workaround
Use external capacitors in the range of 20 - 36 pF on XTAL1/TOSC1 and
XTAL2/TOSC2. This will be fixed in ATmega8 Rev. G where the CKOPT Fuse will
control internal capacitors also when internal RC Oscillator is selected as main clock
source. For ATmega8 Rev. G, CKOPT = 0 (programmed) will enable the internal
capacitors on XTAL1 and XTAL2. Customers who want compatibility between Rev. G
and older revisions, must ensure that CKOPT is unprogrammed (CKOPT = 1).

17
2486QS–AVR–10/06
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Datasheet Please note that the referring page numbers in this section are referred to this docu-
Revision History ment. The referring revision in this section are referring to the document revision.

Changes from Rev. 1. Updated “Timer/Counter Oscillator” on page 32.


2486P- 02/06 to
Rev. 2486Q- 10/06 2. Updated “Fast PWM Mode” on page 89.

3. Updated code example in “USART Initialization” on page 138.

4. Updated Table 37 on page 98, Table 39 on page 99, Table 42 on page 117,
Table 44 on page 118, and Table 98 on page 240.

5. Updated “Erratas” on page 17.

Changes from Rev. 1. Added “Resources” on page 7.


2486O-10/04 to
Rev. 2486P- 02/06 2. Updated “External Clock” on page 32.

3. Updated “Serial Peripheral Interface – SPI” on page 124.

4. Updated Code Example in “USART Initialization” on page 138.

5. Updated Note in “Bit Rate Generator Unit” on page 170.

6. Updated Table 98 on page 240.

7. Updated Note inTable 103 on page 248.

8. Updated “Erratas” on page 17.

Changes from Rev. 1. Removed to instances of “analog ground”. Replaced by “ground”.


2486N-09/04 to
Rev. 2486O-10/04 2. Updated Table 7 on page 29, Table 15 on page 38, and Table 100 on page 244.

3. Updated “Calibrated Internal RC Oscillator” on page 30 with the 1 MHz


default value.

4. Table 89 on page 225 and Table 90 on page 225 moved to new section “Page
Size” on page 225.

5. Updated descripton for bit 4 in “Store Program Memory Control Register –


SPMCR” on page 213.

6. Updated “Ordering Information” on page 13.

Changes from Rev. 1. Added note to MLF package in “Pin Configurations” on page 2.
2486M-12/03 to
Rev. 2486N-09/04 2. Updated “Internal Voltage Reference Characteristics” on page 42.

3. Updated “DC Characteristics” on page 242.

18 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)

4. ADC4 and ADC5 support 10-bit accuracy. Document updated to reflect this.
Updated features in “Analog-to-Digital Converter” on page 196.
Updated “ADC Characteristics” on page 248.

5. Removed reference to “External RC Oscillator application note” from “Exter-


nal RC Oscillator” on page 29.

Changes from Rev. 1. Updated “Calibrated Internal RC Oscillator” on page 30.


2486L-10/03 to
Rev. 2486M-12/03

Changes from Rev. 1. Removed “Preliminary” and TBDs from the datasheet.
2486K-08/03 to
Rev. 2486L-10/03 2. Renamed ICP to ICP1 in the datasheet.

3. Removed instructions CALL and JMP from the datasheet.

4. Updated tRST in Table 15 on page 38, VBG in Table 16 on page 42, Table 100
on page 244 and Table 102 on page 246.

5. Replaced text “XTAL1 and XTAL2 should be left unconnected (NC)” after
Table 9 in “Calibrated Internal RC Oscillator” on page 30. Added text regard-
ing XTAL1/XTAL2 and CKOPT Fuse in “Timer/Counter Oscillator” on page 32.

6. Updated Watchdog Timer code examples in “Timed Sequences for Changing


the Configuration of the Watchdog Timer” on page 45.

7. Removed bit 4, ADHSM, from “Special Function IO Register – SFIOR” on


page 58.

8. Added note 2 to Figure 103 on page 215.

9. Updated item 4 in the “Serial Programming Algorithm” on page 238.

10. Added tWD_FUSE to Table 97 on page 239 and updated Read Calibration Byte,
Byte 3, in Table 98 on page 240.

11. Updated Absolute Maximum Ratings* and DC Characteristics in “Electrical


Characteristics” on page 242.

Changes from Rev. 1. Updated VBOT values in Table 15 on page 38.


2486J-02/03 to
Rev. 2486K-08/03 2. Updated “ADC Characteristics” on page 248.

3. Updated “ATmega8 Typical Characteristics” on page 249.

4. Updated “Erratas” on page 17.

Changes from 1. Improved the description of “Asynchronous Timer Clock – clkASY” on page 26.
Rev. 2486I-12/02 to
Rev. 2486J-02/03 2. Removed reference to the “Multipurpose Oscillator” application note and the
“32 kHz Crystal Oscillator” application note, which do not exist.

19
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Corrected OCn waveforms in Figure 38 on page 90.

4. Various minor Timer 1 corrections.

5. Various minor TWI corrections.

6. Added note under “Filling the Temporary Buffer (Page Loading)” on page 216
about writing to the EEPROM during an SPM Page load.

7. Removed ADHSM completely.

8. Added section “EEPROM Write during Power-down Sleep Mode” on page 23.

9. Removed XTAL1 and XTAL2 description on page 5 because they were


already described as part of “Port B (PB7..PB0)
XTAL1/XTAL2/TOSC1/TOSC2” on page 5.

10. Improved the table under “SPI Timing Characteristics” on page 246 and
removed the table under “SPI Serial Programming Characteristics” on page
241.

11. Corrected PC6 in “Alternate Functions of Port C” on page 61.

12. Corrected PB6 and PB7 in “Alternate Functions of Port B” on page 58.

13. Corrected 230.4 Mbps to 230.4 kbps under “Examples of Baud Rate Setting”
on page 159.

14. Added information about PWM symmetry for Timer 2 in “Phase Correct PWM
Mode” on page 113.

15. Added thick lines around accessible registers in Figure 76 on page 169.

16. Changed “will be ignored” to “must be written to zero” for unused Z-pointer
bits under “Performing a Page Write” on page 216.

17. Added note for RSTDISBL Fuse in Table 87 on page 223.


18.Updated drawings in “Packaging Information” on page 14.

Changes from Rev. 1.Added errata for Rev D, E, and F on page 17.
2486H-09/02 to
Rev. 2486I-12/02

Changes from Rev. 1. Changed the Endurance on the Flash to 10,000 Write/Erase Cycles.
2486G-09/02 to
Rev. 2486H-09/02

Changes from Rev. 1 Updated Table 103, “ADC Characteristics,” on page 248.
2486F-07/02 to
Rev. 2486G-09/02

20 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
ATmega8(L)

Changes from Rev. 1 Changes in “Digital Input Enable and Sleep Modes” on page 55.
2486E-06/02 to
Rev. 2486F-07/02 2 Addition of OCS2 in “MOSI/OC2 – Port B, Bit 3” on page 59.

3 The following tables has been updated:


Table 51, “CPOL and CPHA Functionality,” on page 132, Table 59, “UCPOL Bit
(1)
Set-tings,” on page 158, Table 72, “Analog Comparator Multiplexed Input ,” on
page 195, Table 73, “ADC Conversion Time,” on page 200, Table 75, “Input Chan-
nel Selections,” on page 206, and Table 84, “Explanation of Different Variables
used in Figure 103 and the Mapping to the Z-pointer,” on page 221.

5 Changes in “Reading the Calibration Byte” on page 234.


6 Corrected Errors in Cross References.

Changes from Rev. 1 Updated Some Preliminary Test Limits and Characterization Data
2486D-03/02 to The following tables have been updated:
Rev. 2486E-06/02 Table 15, “Reset Characteristics,” on page 38, Table 16, “Internal Voltage Refer-
ence Characteristics,” on page 42, DC Characteristics on page 242, Table , “ADC
Characteristics,” on page 248.

2 Changes in External Clock Frequency


Added the description at the end of “External Clock” on page 32.
Added period changing data in Table 99, “External Clock Drive,” on page 244.

3 Updated TWI Chapter


More details regarding use of the TWI bit rate prescaler and a Table 65, “TWI Bit
Rate Prescaler,” on page 173.

Changes from Rev. 1 Updated Typical Start-up Times. The


2486C-03/02 to following tables has been updated:
Rev. 2486D-03/02 Table 5, “Start-up Times for the Crystal Oscillator Clock Selection,” on page 28,
Table 6, “Start-up Times for the Low-frequency Crystal Oscillator Clock Selection,”
on page 28, Table 8, “Start-up Times for the External RC Oscillator Clock Selec-
tion,” on page 29, and Table 12, “Start-up Times for the External Clock Selection,”
on page 32.
2 Added “ATmega8 Typical Characteristics” on page 249.

Changes from Rev. 1 Updated TWI Chapter.


2486B-12/01 to More details regarding use of the TWI Power-down operation and using the TWI as
Rev. 2486C-03/02 Master with low TWBRR values are added into the datasheet.
Added the note at the end of the “Bit Rate Generator Unit” on page 170.
Added the description at the end of “Address Match Unit” on page 170.

2 Updated Description of OSCCAL Calibration Byte.


In the datasheet, it was not explained how to take advantage of the calibration
bytes for 2, 4, and 8 MHz Oscillator selections. This is now added in the following
sections:

21
2486QS–AVR–10/06 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Improved description of “Oscillator Calibration Register – OSCCAL” on page 31
and “Calibration Byte” on page 225.

3 Added Some Preliminary Test Limits and Characterization Data.


Removed some of the TBD’s in the following tables and pages:
Table 3 on page 26, Table 15 on page 38, Table 16 on page 42, Table 17 on page
44, “TA = -40°C to 85°C, VCC = 2.7V to 5.5V (unless otherwise noted)” on page
242, Table 99 on page 244, and Table 102 on page 246.

4 Updated Programming Figures.


Figure 104 on page 226 and Figure 112 on page 237 are updated to also reflect
that AVCC must be connected during Programming mode.

5 Added a Description on how to Enter Parallel Programming Mode if RESET


Pin is Disabled or if External Oscillators are Selected.
Added a note in section “Enter Programming Mode” on page 228.

22 ATmega8(L)
UNIVERSITAS SUMATERA 2486QS–AVR–10/06
UTARA
Atmel Corporation Atmel Operations
2325 Orchard Parkway San Memory RF/Automotive
Jose, CA 95131, USA Tel: 2325 Orchard Parkway Theresienstrasse 2
1(408) 441-0311 Fax: San Jose, CA 95131, USA Postfach 3535
1(408) 487-2600 Tel: 1(408) 441-0311 74025 Heilbronn, Germany
Fax: 1(408) 436-4314 Tel: (49) 71-31-67-0
Fax: (49) 71-31-67-2340
Regional Headquarters Microcontrollers
Europe 2325 Orchard Parkway 1150 East Cheyenne Mtn. Blvd.
Atmel Sarl San Jose, CA 95131, USA Colorado Springs, CO 80906, USA
Route des Arsenaux 41 Tel: 1(408) 441-0311 Tel: 1(719) 576-3300 Fax: 1(719)
Case Postale 80 CH- Fax: 1(408) 436-4314 540-1759
1705 Fribourg
Switzerland La Chantrerie Biometrics/Imaging/Hi-Rel MPU/
Tel: (41) 26-426-5555 BP 70602 High Speed Converters/RF Datacom
Fax: (41) 26-426-5500 44306 Nantes Cedex 3, France Avenue de Rochepleine
Tel: (33) 2-40-18-18-18 BP 123
Asia Fax: (33) 2-40-18-19-60 38521 Saint-Egreve Cedex, France
Room 1219 Tel: (33) 4-76-58-30-00 Fax: (33) 4-
Chinachem Golden Plaza ASIC/ASSP/Smart Cards 76-58-34-80
77 Mody Road Tsimshatsui Zone Industrielle
East Kowloon 13106 Rousset Cedex, France
Hong Kong Tel: (33) 4-42-53-60-00
Tel: (852) 2721-9778 Fax: (33) 4-42-53-60-01
Fax: (852) 2722-1369
1150 East Cheyenne Mtn. Blvd.
Japan Colorado Springs, CO 80906, USA
9F, Tonetsu Shinkawa Bldg. Tel: 1(719) 576-3300 Fax: 1(719)
1-24-8 Shinkawa 540-1759
Chuo-ku, Tokyo 104-0033
Japan Scottish Enterprise Technology Park
Tel: (81) 3-3523-3551 Maxwell Building
Fax: (81) 3-3523-7581 East Kilbride G75 0QR, Scotland
Tel: (44) 1355-803-000
Fax: (44) 1355-242-743

Literature Requests
www.atmel.com/literature

Disclaimer: The information in this document is provided in connection with Atmel products. No license, express or implied, by estoppel or otherwise, to any intellectual
property right is granted by this document or in connection with the sale of Atmel products. EXCEPT AS SET FORTH IN ATMEL’S TERMS AND CONDI-
TIONS OF SALE LOCATED ON ATMEL’S WEB SITE, ATMEL ASSUMES NO LIABILITY WHATSOEVER AND DISCLAIMS ANY EXPRESS, IMPLIED OR STATUTORY
WARRANTY RELATING TO ITS PRODUCTS INCLUDING, BUT NOT LIMITED TO, THE IMPLIED WARRANTY OF MERCHANTABILITY, FITNESS FOR A PARTICULAR
PURPOSE, OR NON-INFRINGEMENT. IN NO EVENT SHALL ATMEL BE LIABLE FOR ANY DIRECT, INDIRECT, CONSEQUENTIAL, PUNITIVE, SPECIAL OR INCIDEN-
TAL DAMAGES (INCLUDING, WITHOUT LIMITATION, DAMAGES FOR LOSS OF PROFITS, BUSINESS INTERRUPTION, OR LOSS OF INFORMATION) ARISING OUT
OF THE USE OR INABILITY TO USE THIS DOCUMENT, EVEN IF ATMEL HAS BEEN ADVISED OF THE POSSIBILITY OF SUCH DAMAGES. Atmel makes no
representations or warranties with respect to the accuracy or completeness of the contents of this document and reserves the right to make changes to specifications and
product descriptions at any time without notice. Atmel does not make any commitment to update the information contained herein. Atmel’s products are not intended,
authorized, or warranted for use as components in applications intended to support or sustain life.

® ® ® ®
© 2006 Atmel Corporation. All rights reserved. ATMEL , logo and combinations thereof, Everywhere You Are , AVR , AVR Studio , and oth-ers are
the registered trademarks or trademarks of Atmel Corporation or its subsidiaries. Other terms and product names may be trademarks of others.

2486QS–AVR–10/06
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Quick-teck Electronics Components datasheet

DS18B20 Waterproof Temperature Sensor Cable

Product Description
This Maxim-made item is a digital thermo probe or sensor that employs
DALLAS DS18B20. Its unique 1-wire interface makes it easy to communicate
with devices. It can converts temperature to a 12-bit digital word in 750ms
(max). Besides, it can measures temperatures from -55°C to +125°C (-67F
to +257F). In addition, this thermo probe doesn't require any external
power supply since it draws power from data line. Last but not least, like
other common thermo probe, its stainless steel probe head makes it suitable
for any wet or harsh environment.

The datasheet of this DS18B20 Sensor Cable can be found from:


http://www.quick-teck.co.uk/ElectronicElement/eeList.php?typeId=97#title

Feature:
Power supply range: 3.0V to 5.5V

Operating temperature -55°C to +125°C (-67F to +257F)


range:
Storage temperature range: -55°CC to +125°C (-67F to +257F)

Accuracy over the range of - ±0.5°C


10°C to +85°C:

3-pin 2510 Female Header Housing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Quick-teck Electronics Components datasheet
Waterproof Stainless steel sheath

Stainless steel sheath

Size of Sheath: 6*50mm

Connector: RJ11/RJ12, 3P-2510, USB.

RED: VCC Yellow: DATA Black: G


Pin Definition:
ND

1meter, 2m, 3m, 4m are available upon


Cable length:
request.

Application:
The DS18B20 Digital Temperature Probe provides 9 to 12 bit
(configurable) temperature readings which indicate the temperature of the
d evice. Information is sent to/from the DS18B20 over a 1-Wire interface,
so that only one wire (and ground)
needs to be connected from a central microprocessor to a DS18B20. Power f
or reading, writing, and performing temperature conversions can be derived
from the data line itself with no need for an external power source.

Because each DS18B20 contains a unique silicon serial number, multiple DS


18B20s can exist on the same 1Wire bus. This allows for placing temperatur
e sensors in many different places. Applications where this feature is useful
i nclude HVAC environmental controls, sensing temperatures inside
buildings, equipment or machinery, and process monitoring and control.

Details:

Figure 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Quick-teck Electronics Components datasheet

Figure 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hebei I.T. (Shanghai) Co., Ltd. Thermoelectric
Cooler
TEC1-12706

Performance Specifications

Hot Side Temperature (ºC) 25ºC 50ºC

Qmax (Watts) 50 57

Delta Tmax (ºC) 66 75

Imax (Amps) 6.4 6.4

Vmax (Volts) 14.4 16.4

Module Resistance (Ohms) 1.98 2.30

www.hebeiltd.com.cn Rev 2.03 Page 1 of 3


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hebei I.T. (Shanghai) Co., Ltd. Thermoelectric
Cooler
TEC1-12706
Performance curves:

www.hebeiltd.com.cn Rev 2.03 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Page 2 of 3
Hebei I.T. (Shanghai) Co., Ltd. Thermoelectric
Cooler
TEC1-12706

Ceramic Material: Alumina (Al 2O3)


Solder Construction: 138ºC, Bismuth Tin (BiSn)

Size table:

A B C
40 40 3.9

Operating Tips
o
  Max. Operating Temperature: 138 C  Please consult HB for moisture
 Do not exceed Imax or Vmax  protection options (seeling).
 when operating module.  Failure rate based on long time testings: 0.2%.
 Life expectancy: 200,000 hours

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


www.hebeiltd.com.cn Rev 2.03 Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai