Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MENENGAH 2
DI SUSUN OLEH :
1. RISA AMALIYAH (1603501020)
2. IKA MUSLIMAH (1603501032)
3. IIS UNI LESTARI (1603501035)
4. ANNISA NURADAWIYAH (1603501061)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadiran Allah SWT. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini. Serta kami ucapkan
terimakasih kepada “Ibu Maria Suryaningsih SE, MA ” selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah 2 yang telah memberikan tugas makalah yang membahas Akuntansi Pajak
Penghasialan ini.
Makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehinnga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman saya tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah kami selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ............................................................................................................... 19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi sebagai bahasa perusahaan harus melihat pajak dari berbagai aspek pengaruhnya
terhadap perusahaan. Pertama, pajak merupakan beban yang menjadi salah satu unsur dalam
mengukur prestasi laba suatu perusahaan. Kedua, pajak merupakan kewajiban terhadap
pemerintah yang harus disetor pada waktu tertentu dan dengan demikian berpengaruh
terhadap arus kas. Jadi bisa disimpulkan bahwa pajak penghasilan merupakan biaya yang
timbul karena diberlakukannya peratuaran pajak kepada dunia usaha pada Negara tertentu,
dan beban pajak penghasilan biasanya merupakan suatu pos yang sangat material jumlahnya
didalam laporan keuangan perusahaan.
B. RUMUSAN MASALAH
Didalam makalah ini akan disajikan dan dibahas secara sederhana mengenai Akuntansi
Pajak Penghasilan dan beberapa hal yang berhubungan dengannya.
C. TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Beban penyusutan sebagia berikut.
Tahun Komersial (Rp) Fiskal (Rp)
2006 40.000.000 50.000.000
2007 40.000.000 50.000.000
2008 40.000.000 50.000.000
2009 40.000.000 50.000.000
2010 40.000.000 -
Dengan demikian besarnya, pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT.
Cemerlang adalah Rp75.000.000
6
2. Pajak Tangguhan
1) Pengertian Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang
ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi
keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis
dengan pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya ( fungsi
budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memepengaruhi
perilaku wajib pajak untuk inveastasi, kesejahteraan dll ( fungsi mengatur) yang
kadang-kadang merupakan alas an untuk membenarkan penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan.
Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak
Pengahsilan. Pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit untuk dipelajari
dan dipahami, karena pengakuan pajak tangguhan bisa membaw akibat terhadap
berkurangnya laba bersih jika ada pengakuan beban pajak tangguhan. Sebaliknya
bisa juga berdampak terhadap berkurangnya rugi bersih jika ada pengakuan
manfaat pajak tangguhan.
7
Jika beban penyusutan aset tetap yang diakui secara komersial , selisih tersebut
akan mengakibatkan beban pajak kini menjadi lebih kecil, tetapi akan
mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih besar secara komersial pada
masa akan datang. Dengan demikian , selisih tersebut akan menghasilkan
kewajiban pajak tangguhhan.
Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasrkan pada fakta adanya
kemungkinan pelunasan kewajiban yangmengakibatkan pembayaran pajak pada
periode mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.
Apabila ada kemungkinan pajak yang lebih kecil pada masa yang akan datang
maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umumdapat dianggap sebagai
suatu aset. Aset didefenisikan sebagai suatu kemungkinan adanya manfaat ekonomi
pada masa yang akan datang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai
akibat kejadian atau transaksi pada masa lalu. Misalnya rugi fiskal yang dapat
dikompensasi berdasarkan peraturan perpajakan atau kemungkinan adanya manfaat
ekonomi pada masa yang akan datang yang akan mengurangi beban pajak maka
dapat diakui sebagai suatu aset pajak tangguhan.
Pengakuan aset tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan
pemulihan aset mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatangmenjadi
lebih kecil sebagai akibat pemulihan aset yang tidak memiliki konsekuensi pajak.
Besarnya pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung
dengan mengalikan beda waktu antara laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal atau rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan tarif pajak yang
berlaku. Namun, perlu diingat, tidak semua beda waktu dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal. Semua itu harus sesuai dengan ketentuan perpajakan.
8
3) Perhitungan Pajak Tangguhan
Contoh
PT Gemilang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.
1.Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000
2.Kompensasi kerugian tahun 2015 sebesar Rp50.000.000
3.Aset tetap yang dimiliki terdiri atas
9
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2015:
(Dr) Aset Pajak Tangguhan 12.500.000
(Cr) Manfaat Pajak Tangguhan 12.500.000
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat
dikompensasi(Rp50.000.000*25%)
10
B. REKONSILIASI PAJAK
1. Pengertian Rekonsiliasi Pajak
Apa itu rekonsiliasi pajak ? sarana untuk menyesuaikan laporan laba rugi berdasarkan
prinsip akuntansi ke perpajakan yang digunakan untuk perhitungan pajak.
Koreksi fiscal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak
orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena
pajak).
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan
maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
2. Jenis Rekonsiliasi Pajak ( Rekonsiliasi Fiskal )
Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan fiskal,
yaitu:
a. Beda Tetap
Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat transaksi yang diakui oleh wajib
pajak sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi
Keuangan, namun menurut ketentuan perpajakan transaksi tersebut bukanah
penghasilan atau biaya.Beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan
laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat trnasaksi yang menurut UU
perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.
b. Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu secara sistem
akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntansi
komersial dan pajak sama, namun yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.
3. Fungsi Rekonsiliasi Fiskal
Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi
fiskal/koreksi fiskal memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut Sistem
Akuntasi Keuangan dan menurut ketentuan fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku.
11
Rekonsiliasi fiksal perlu dilakukan agar sebelum data laporan keuangan komersial
dimasukkan ke dalam SPT tahunan PPh, maka data-data tersebut telah disesuaikan
dengan ketentuan fiskal, mengingat terdapat perbedaan besar diantara keduanya baik
beda waktu maupun beda tetap.
Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan menghasilkan output berupa hasil koreksi
yang berpengaruh besar terhadap besarnya laba kena pajak dan PPh terutang.
4. Contoh Soal
PT. Maju Terus meminta bantuan KAP ( Kantor Akuntan Publik ) Candra untuk
menyusun rekonsiliasi. fiskal berdasarkan data laporan keuangan pada tahun 2008
sebagai berikut :
Penjualan Rp. 20.000.000.000
HPP Rp. 7.500.000.000
Laba bruto Rp. 12.500.000.000
Biaya Operasional :
1. Gaji Rp. 550.000.000
2. Tunjungan Transport Karyawan Rp. 150.000.000
3. Biaya makan kantor Rp. 10.000.000
4. B. pengobatan yg ditanggung prs Rp. 80.000.000
5. Biaya training karyawan Rp. 20.000.000
6. Biaya seragam satpam Rp. 10.000.000
7. Biaya pengangkutan Rp. 10.000.000
8. Biaya bunga pinjaman Rp. 30.000.000
9. Cadangan penghapusan piutang Rp. 25.000.000
10. Biaya listrik dan telepon kantor Rp. 5.000.000
11. PBB dan biaya materai Rp. 5.000.000
12. Penyusutan asset tetap Rp. 150.000.000
13. Premi asuransi kebakaran pabrik Rp. 20.000.000
14. Bantuan untuk panitia HUT RI Rp. 10.000.000
Total Biaya Operasional Rp. 1.075.000.000
Laba Usaha Rp. 11.425.000.000
Pendapatan Lain – Lain :
1. Dividen dari PT. AI ( Setelah Dividen )
( % kepemilikan 20 % ) Rp. 246.500.000
2. Keuntungan Selisih Kurs 10.000.000
Total Pendapatan Lainnya Rp. 256.500.000
Laba Usaha sebelum PPh Rp. 11.681.500.000
12
Penyusutan Fiskal megunakan metode garis lurus.
Diminta :
Buatlah rekonsiliasi fiskal PT.Maju Terus !
Jawab :
PT. Maju Terus
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( Dalam Ribuan Rupiah )
Koreksi Fiskal
Menurut Menurut Keteranga
No Keterangan Positif Neg
Akuntansi Perpajakan n
atif
* Penjualan 20.000.000 20.000.000
HPP (7.500.000) (7.500.000)
Laba Kotor 12.500.000 12.500.000
** Beban Operasi
Gaji 550.000 550.000
Tunjangan
150.000 150.000
Transport
Biaya makan Pasal 9
10.000 10.000 0
kantor ayat 1
Biaya
80.000 80.000
Pengobatan
Biaya training 20.000 20.000
Biaya seragam
10.000 10.000
satpam
Biaya
10.000 10.000
pengangkutan
Biaya bunga
30.000 30.000
pinjaman
Cadangan.ph.pi 25.000 25.000 0 Pasal 9
13
utang ayat 1
Biaya listrik 5.000 5.000
PBB dan
5.000 5.000
Materai
Penyusutan Pasal 2 uu
150.000 75.000 75.000
asset tetap pph
Premi asuransi 20.000 20.000
Sumbangan Hut Pasal 9
10.000 10.000 0
RI ayat 1
Total B.
(1.075.000) (955.000)
Operasi
Laba bersih
11.425.000 11.545.000
usaha
*** Pendapatan
luar usaha
Dividen Pasal 4
246.500 43.500 290.000
ayat I
Keuntungan
10.000 10.000
slsh. Kurs
T.Pendapatan
/ biaya dari 256.500 300.000
luar usaha
14
C. KOMPENSASI KERUGIAN
Kompensasi Kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami
kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah
diakui atau dibatasi oleh waktu.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kerugian fiskal
adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan Direktur Jenderal
Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self assesment)
dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.
1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat
kerugian fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian
fiskal).
2. Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang
diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
4. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun
2009 sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang
No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
5. Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan
menunjukkan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT Tahunan
PPh atau hasil pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal menurut
SPT Tahunan PPh tersebut harus segera dibetulkan sesuai dengan ketentuan dan
prosedur pembetulan SPT sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Ketentuan
Umum Perpajakan.
Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan dan
penghasilan tidak termasuk penghasilan yang bersifat final dapat menghitung Kompensasi
kerugian sesuai ketentuan tersebut diatas, sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menggunakan norma penghitungan penghasilan netto tidak diperkenankan.
15
Contoh
Pada tahun 2010 PT PQR mengalami kerugian fiskal sebesar Rp 2.400.000.000,00 (dua
miliar empat ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT PQR
sebagai berikut:
2011 : LABA Rp. 300.000.000
2012 : RUGI (Rp. 400.000.000)
2013 : LABA Rp. 500.000.000
2014 : RUGI (Rp. 200.000.000) (menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013)
2015 : LABA Rp. 800.000.000
16
Penjelasan
1. Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) yang
masih tersisa pada akhir tahun 2015 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba
fiskal tahun 2016 karena jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2015
2. Rugi fiskal tahun 2012 sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) boleh
dikompensasikan terakhir dengan laba fiskal tahun 2017, karena jangka waktu lima
tahun dimulai sejak tahun 2013.
3. Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP No. 46
Tahun 2013. Maka rugi fiskal tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) tidak boleh dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 PP No. 46 Tahun
2013 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada
Tahun Pajak berikutnya.
4. Tahun Pajak 2010 sampai dengan 2015 tidak ada PPh Badan yang terutang.
Perhitungan di atas berlaku juga Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan
dan apabila yang mengalami kerugian
17
c. Tambahan 1 (satu) Tahun:
apabila menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri paling
sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun ke 4 (empat)
d. Tambahan 1 (satu) Tahun atau 2 (dua) Tahun:
a. tambahan 1 (satu) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus)
sorang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut; atau
b. tambahan 2 (dua) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 1000 (seribu)
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut
e. Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka
pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah
Penanaman Modal dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
f. Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada pada Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu yang diatur pada ayat (1) huruf a dan/atau
huruf b sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax)
Wajib Pajak pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip perluasan
penanaman modal; dan/atau
g. Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari nilai total penjualan,
untuk Penanaman Modal pada bidang-bidang usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang
dilakukan diluar kawasan berikat.
18
D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
1. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh
manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada
untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi
keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan
dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama.
Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran
pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan
secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.
2. Beban Pajak
Beban pajak (penghasilan pajak) adalah jumlah gabungan pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba-rugi pada suatu periode. Beban
pajak (penghasilan pajak) terdiri dari beban pajak kini (penghasilan pajak kini) dan
beban pajak tangguhan (penghasilan pajak tangguhan).
3. Pengungkapan Pajak Penghasilan
Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam
laporan keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digabungkan menjadi satu
atas beban pajak kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok
perpajakan.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain :
Beban (penghasilan) pajak kini.
Penyesuain atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya.
Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya.
Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau
penerapan peraturan perpajakan yang baru.
19
Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit
pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
beban pajak kini.
Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer periode sebelumnyayang digunakan untuk mengurangi beban pajak
tangguhan.
20
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan / pengakuan penghasilan maupun
biaya antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak yang meliputi beda tetap dan beda waktu.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan laba rugi.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://dwimartani.com/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46/
http://anitasharing.blogspot.co.id/2015/09/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46.html
http://yunitandp.blogspot.co.id/2015/03/akuntansi-pajak-penghasilan.html
http://www.pajak.go.id/content/2212-kompensasi-kerugian-fiskal
http://www.akuntansiitumudah.com/kompensasi-kerugian-fiskal/
http://www.auditcorner.com/2014/11/belajar-rekonsiliasi-pajak.html
http://zallrizal.blogspot.co.id/2013/11/rekonsiliasi-pajak.html
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2013. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. IAI
22