Anda di halaman 1dari 23

HOMEOSTASIS DAN HEMODINAMIK

1. Homeostasis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi
apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan
mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan
bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostasis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu
sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam
tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat
melalui empat cara yaitu :

a. Self regulation

Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam
pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.

b. Cara kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh,
apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas

sehingga suhu tetap stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat
terjadi ancaman terhadap tubuh, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu
badan.

c. Cara umpan balik negative

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal tubuh
secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.

d. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis.


Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan
denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental.
Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi
oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme
pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul

2. Hemodinamik
merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara manusia dan lingkungan
sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus
berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.

homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang merupakan satu
kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup yang dinamis, selalu
berinteraksi dengan lingkungan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta
memiliki keunikan tersendiri dalam proses homeodinamik ini.

Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :

1. Prinsip integralitas.

Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya
interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.

2. Prinsip resonansi.

Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi,
mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.

3. Prinsip helicy.
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-
lahan dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan
1. DISTRIBUSI DAN KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
Distribusi cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.
1. Cairan Ekstrasal, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan
interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun
sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.

4
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak
berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma
menyusun 5% berat tubuh.
2. Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut
yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan
intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute
yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi
tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada
dalam cairan ekstasel.

Komposisi Cairan tubuh, Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam ruang cairan
intrasel dan ekstrasel mengandung:
1. Elektrolit: merupakan sebuah unsure atau senyawa yang jika melebur atau larut didalam air
atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawta muatan listrik. Elektrolit
yang memilki muatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negative adalah
anion. Namun jumlah total anion dan kation didalam kompartement cairan harus sama.
2. Mineral yang dicerna sebgai senyawa, biasanya dikenal dengan nama logam, non logam,
radikal atau fosfat, bukan dengan nama senyawa, yang mana mineral tersebut menjadi bagian
didalamnya. Mineral merupakan unsure semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam
memertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dan respon saraf,
kontrasi otot, dan metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan. Mineral juga mengatur
keseimbangan elektrolit dan produksi hormone serta menguatkan struktur tulang. Contoh
mineral zat besi dan zink.
3. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel yang berada
didalam cairan tubuh adalah sel darah merah dan sel darah putih.
1. PERGERAKAN DAN PENGATURAN CAIRAN TUBUH
1. Pergerakan Cairan tubuh, Cairan tubuh tidak statis, Cairan dan elektrolit berpindah dari satu
kompartemen kekompartemen lain untuk memfasilitasi proses proses yang terjadi didalam
tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam basa, dan
respon terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis,
transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitas
membrane sel atau kemampuan membrane untuk ditembus cairan dan elektrolit.

1. DIFUSI: Suatu proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam cairan,
berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel
didalam cairan menjadi merata atau partikel akan melewati membrane sel yang permeabe
terhadap subtansi tersebut.
2. OSMOSIS: Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semipermeabel yang
berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi solute tinggi. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solute di dalam
larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan oleh larutan.
2. FILTRASI : Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam
bantalan kapiler. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang di hasilkan oleh suatu likuid di
dalam sebuah ruangan.

3. TRANSPOR AKTIF : Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang


mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolic.
memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakan berbagai materi
guna menebus membrane sel.

Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu sel
dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan kalium.
1. Pengaturan Cairan Tubuh
1. Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus
barada di dalam hipotalamus di otak. Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus
adalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sel-sel reseptor yang
disebut osmoreseptor secara terus menerus memantau osmolalitas.
Apabila kehilangan cairan terlalu banyak, osmoresptor akan mendeteksi kehilangan tersebut
dan mengaktifkan pusat rasa haus. Akibatnya, seseorang akan merasa haus kemudian mencari
air. Factor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membrane mukosa
faring dan mulut, angiotensin II, kehilangan kalium, dan factor-faktor psikologis.
2. Haluaran Cairan
Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang dewasa,
ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk di saring dan memproduksi urine
sekitar 60 ml dalam setiap jam atau totalnya sekitar 1,5 l dalam satu hari. Jumlah urine yang
di produksi ginjal dipengaruhi oleh hormone antidiuretik dan aldosteron. Hormone-hormon
ini mempengeruhi ekskresi air dan natrium serta distimulasi oeh perubahan volume darah.
Kehilangan air melalui kulit terutama diatur oleh system saraf simpatis, yang mengaktifkan
kelenjar keringat.

3. Hormon, hormone utama yang mempengaruhi keseimbangn cairan dan elektrolit adalah ADH
dan aldosteron keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas darah dan keadaan ini
akan di respon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan
produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus ginjal.
4. PENGATURAN ELEKTROLIT
1. Kation
Kation utama, yakni natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+),
terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel.
1. Pengaturan Natrium
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel.
Nilai laboratorium normal untu natrium serum adalah 135-145 mEq/L.
2. Pengaturan Kalium
Kalium merupakan kation intrasel utama yang mengatur eksitabilitas
neuromuscular dan kontraksi otot. Nilai laboratorium normal kalium serum adalah 3,5-5,3
mEq/L.
3. Pengaturan Kalsium
Terdapat banyak kalsium di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan kalsium untuk
integritas dan struktur membrane sel, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi darah,
pertumbuhan dan pembentukan tulang, dan relaksasi otot. Berikut adalah bentuk-bentuk
kalsium yang terdapat di dalam cairan tubuh.
1. Terionisasi (4,5 mg/100 ml)
2. Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap anion protein (5 mg/ 100
ml)
3. Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/ 100 ml)
Nilai laboratorium normal kalsium serum yang terionisasi dalam tubuh adalah 4-5
mEq/L.

8
4. Pengaturan magnesium
Magnesium merupakan kation terpenting kedua di dalam cairan intrasel dan sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurokimia, dan eksitabilitas otot. Nilai laboratorium normal
magnesium serum adalah 1,5-2,5 mEq/L.
magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme gunjal.
Perubahan kadar magnesium sering di hubungkan dengan penyakit yang serius dan
menghasilkan gejala-gejala yang mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuscular dan
kardiovaskular.

1. Anion
Anion utama adalah klorida(CL-), bikarbonat(HCO3-), dan fosfat(PO3-).
5. Pengaturan Klorida
Klorida di temukan di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Keseimbangan klorida
di pertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta reabsorbsi renal. Nilai
laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100-106 mEq/L.
6. Pengaturan Bikarbonat
Bikarbonat adalah buffer dasar kimia yang utama di dalam tubuh. Ion bikarbonat
di temukan dalam cairan ekstrasel dan intasel. Nilai laboratorium normal dari bikarbonat
arteri berkisar antara 22-26 mEq/L. di dalam darah vena, bikarbonat di ukur melalui
kandungan karbondioksida dan nilai normal bikarbonat untuk orang dewasa adalah 24-30
mEq/L.
7. Pengaturan Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan
kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga
meningkatkan kerja nueromuskular normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat,
dan membantu pengaturan asam basa.

Nilai laboratorium normal fosfat serum adalah 2,5-4,5 mEq/100 ml.

2.5 PENGATURN KIMIAWI, BIOLOGIS, DAN FISIOLOGI ASAM BASA

1. Pengaturan kimiawi
Buffer kimia yang paling banyak di dalam caira ekstrasel adalah system buffer asam
karbonat-bikarbonat. System berespons dalam beberapa detik untuk mengubah ph, sehingan
system tersebut menjadi system buffer tercepat. System ini merupakan system yang adaptif
dan memiliki efek yang relative singkat. System ini dapat disajikan dalam bentuk persamaan
berikut.
CO2 H2O H2CO3 H+ HCO3-
Karbon dioksida air asam karbonat hydrogen bikarbonat
Ekskresi karbon dioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme, terutama dikendalikan
oleh paru-paru. Ekskresi ion hydrogen dan bikarbonat dan dikendalikan oleh ginjal. Reaksi
dari substansi hydrogen dan bikarbonat ini akan menjadi buffer asam yang kuat atau basa
yang kuat untuk mempertahankan pH yang secara relative konstan.
System buffer kimia yang kedua melibatkan protein plasma ( albumin,fibrinogen,dan
protombin ) dan gama globin, yang membenyuk sekitar 6% sampai 7% plasma darah. Protein
ini dapat melepaskan atau berkaitan dengan ion hydrogen untuk memperbaiki asidosis atau
alkalosis.namun kapasitas protein plasma untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa
cairan ekstrasel terbatas, dan protein tidak mampu memperbaiki ketidakkeseimbangan asam
basa yang berlangsung dalam jangka panjang.

2. Pengaturan biologis
Buffer biologis terjadi jika ion hydrogen diarbsobsi atau dilepaskan oleh sel-sel
tubuh.Ion hydrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan ion yang bermuatan
positif ,seringkali ion yang digunakan adalah kalium.Pada kondisi kelebihan asam, ion
hydrogen memasuki sel,dan ion kalium meninggalkan sel kemudian memasuki cairan
ekstrasel.Cairan ekstrasel kemudian menjadi kurang asam karena ion hydrogen
berkurang.Walaupun begitu , pertukaran ini menyebabkab tingginya kandungan kalium
dalam serum.Setelah oksidasi diperbaiki,kalium kembali memasuki sel,dan kadar kalium
kembali normal.Bufer biologis ini menjadi setelah buffer kimiawi jangaka pendek,dan
berlangsung selama 2-4 jam.
Tipe buffer biologis yang ke 2 adalah :system hemoglobin oksihemoglobin.Karbon dioksida
berdifusi ke dalam SDM dan membentuk asam karbonat.Asam karbonat membelah menjadi
ion hydrogen dan bikarbonat.Ion hydrogen terikat pada hemoglobin, dan ion
bikarbonat dapat digunakan untuk melakukan buffer dengan cara menukarnya dengan
klorida yang berada ekstrasel
8. Pengaturan fisiologis
Paru-paru
Buffer fisiologis di dalam tubuh adalah paru-paru dan ginjal.paru-paru dapat
beradaptasi dengan cepat terhadap adanya ketidakseimbangan asam basa.pada kenyataannya,
paru-paru dapat melakukan upaya untuk mengembalikan pH kenilai normal sebelum buffer
biologis dapat melakukannya.
Ion hydrogen dan karbondioksida biasanya memberikan stimulus untuk pernafasan. Apabila
kosentrasi ion hydrogen berubah,paru-paru berreaksi untuk memperbaiki ketidakseimbangan
tersebut dengan mengubah frekwensi dan kedalaman pernafasan.pada alkalosis,frekwensi
pernafasan diturunkan sehingga individu dapat mempertahankan karbondioksida.
karbondioksida berkombinasi dengan air di dalam darah untuk membentuk asam
karbonat,yang membantu meningkatkan komponen asam dan menyeimbangkan kelebihan
basa.apabila terjadi kelebihan asam,frekwensi pernafasan ditingkatkan dan paru- paru
mengeskresi karbondioksida dalam jumlah yang lebih besar(Weldy,1992).dengan demikinan
karbondioksida yang tersedia untuk kombinasi dengan air dan menghasilkan asam karbonat
menjadi lebih sedikit.
1
Ginjal
Ginjal dapat membutuhkan beberapa jam sampai beberapa hari untuk mengatur gangguan
asam basa.ginjal menggunakan mekanisme untuk mengatur kosentrasi ion hydrogen.ginjal
dapat mengabsorsibikarbonat selama terjadi kelebihan asam dan mengekresikan selama
terjadi kekurangan asam.ginjal menggunakan ion fosfat(PO4-3)untuk membawa ion
hydrogen dengan mengekskresikan asam fosfat(H3PO4)dan membentuk asam basa.ginjal
juga mengubah ammonia(NH3)menjadi amunium(NH4+)dengan mengikatkannya dengan
sebuah ion hydrogen.
9. gangguan cairan
Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonic dan kosmolar.kekurangan dan
kelebihan isotonic terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam prorosi yang
sama.sebaliknya,ketidakseimbangan kosmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja
sehingga konsentrasi(osmolalitas)serum dipengaruhi.tipe ketidakseimbangan yang lain,yakni
sindrum ke 3 tejadi jika cairan terperangkap di dalam suatu ruangan dan cairan di ruangan
tersebut tidak mudah di tukar dengan cairan ekstrasel.

10. Ketidakseimbangan elektrolit


Ketidakseimbangan natrium
Kelebihan dan kekurangan natrium mempunyai banyak karateristik yang sama dengan
gangguan cairan osmolar.hiponatremia adalah suatu kondisi dengan nilai kosentrasi natrium
di dalam darah lebih rendah dari normal,yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium
atau kelebihan total air.biasanya hiponatremia menyebabkan penurunnya osmolalitas plasama
dan cairan ekstrasel.
Ketika terjadi kehilangan natrium,tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan ekskresi
air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada dalam kadar yang mendekati
normal.apabila kehilangan natium berlajut,tubuh akan berupaya untuk mempertahankan
volume darah.akibatnya,proporsi natrium di dalam cairan ekstrasel
berkurang.namun,hiponatremia yang di sebabkan oleh kehilangan natrium,dapat
menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan siok.apabila yang terjadi hanya berkurangan
natrium,maka kehilangan volume,cairan ekstrasel akan bermakna,suatu
12
kondusi yang berada dari hiponatrium,yang berhubungan dengan peningkatkan atau
normalnya volume cairan ekstrasel.
Hiperntremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dengan
konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel,yang dapat di sebabkan oleh kehilangan air yang
ekstrem atau berlebihan natrium total apabila penyebab hipernatremia adalah peningkatan
sekresi aldosteron,maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi.ketika terjadi
hipernatremia,tubuh berupaya mampertahankan air sebanyak mungkin melalui reabsorpsi
alergi ginjal.tekanan osmotic intertisial meningkatkan cairan berpindah dari sel kedalam
cairan ekstrasel sehinggal menyebabkan sel-sel menyusut dan menggangu sebagian besar
proses fisiologis selular.
1. Ketidakseimbangan kalium
Hipokalemia merupakan suatu kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi didalam cairan
ekstrasel tidak adekuat.apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi konduksi jantung
dengan menyebabkan ketidak keteraturan yang berbahaya bagi jantung.hipokalemia dapat
diakibatkan dari beberapa kondisi penyebab yang paling umum adalah penggunaan bioretik
membuang kalium,seperti tiazit dan loop diuretic.hal ini menjadi masalah khusus jika klien
menggunakan preparat digitalis karena hipokalemia merupakan penyebab tersering terjadinya
keracunan digitalis(pencernaan)hiperkalemia merupakan kondisi tentang lebih besarnya
jumlah kalium dari pada nilai normal kalium didalam darah.
penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal,tetapi penyakit lain juga dapat
menyebabkan peninggkatan kalium.adanya penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah
ekskresi kalium oleh ginjal(Weldy,1992).

2. Ketidakseimbangan kalsium
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium
yang terionisasi serta dan menyebabkan beberapa penyakit,di antaranya kelenjar tiroit dan
paratiroit.dan gejala hipokalsemia berhubungan secara langsung

13
dengan peran fisiologis kalsium serum pada fungsi neuromuscular hiperkalsemia adalah
peningkatan konsentrasi total dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionisasi.

3. Ketidakseimbangan magnesium
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah
1,5mEq/L.penyebab hipomegnesemia menyebabkan gejala yang mirip dengan
hipokalsemia.magnesium bekerja secara langsung pada sambungan neoramuskular.penurunan
konsentrasi magnesium serum miningkatkan iritabilitas
neuromuscular(Weldy,1992).hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum
meningkat sampai di atas 2,5mEq/L.hipermagnesemia menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.
4. Ketidakseimbangan klorida
Hipoklorenia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100mEq/L.muntah atau
drainase nasogastrik/drainase vustula yang berlebihan menyebabkan hipokloremia.beberapa
obat-obatan diuretic dapat menyebabkan peningkatan ekskresi kloridaketika kadar klorida
serum,tubuh beradaptasi sehingga mempengaruhi meningkatnya reapsorsi ion bikarbonat dan
keseimbangan asam basa.hiperkloremia terjadi jika kadar korida serum meningkat sampai
diatas 106mEq/L.hipokloremia jarang terjadi sebagai proses penyakit yang tunggal tetapi
umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan asam basa tidak ada suatu rangkaian
gejala yang berhubungan dengan perubahan ini.
2.6 KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
Untuk menentukan ketidakseimbangan asam basa respirasi atau metabolik, kita harus
perhatikan perubahan nilai PH, HC3 dan PaCO2

1.Defisit Bikarbonat (Asidosis metabolik)


Bila asam dalam darah berlebihan, melebihi yang hilang, bikarbonat akan mencoba untuk
menyeimbangkan (buffer system). Kelebihan asam, tapi pengiriman bikarbonat habis dan
persediaan menjadi berkurang/defisit, terjadi metabolik asidosis.
Meningkatnya produksi asam dapat terjadi pada keadaan ketoasidosi laktiasidosis dan
uremikasidosis.
Pasien asidosis metabolik pernafasan hyperpnou dan dalam. Hyperventilasi terjadi sebagai
kompensasi untuk menghembuskan / mengeluarkan CO2 dan menurunkan PCO2. Bila
kompensasi gagal dan tidak segera diobati pasien akan mengalami disorientasi, stuper, koma
dan kematian. Hyperkalemi terjadikarena ion H+ dalam cairan intra vaskuler meningkat, ion
tersebut bergerak masuk kedalam sel dan kalium dalam sel masuk kedalam intra vaskule .
2.Kelebihan bikarbonat (Alkalosis metabolik
Kehilangan asam lebih besar dari pada produksi asam, adanya kehilangan ion H+ dan
berlebihan bikarbonat menunjukkan keadaan metabolik alkalosis. Kelebihan bikarbonat dapat
terjadi karena pemasuka sodium bikarbonat berkebihan atau garam alkali lain terutama pada
pasien dengan kegagalan fungsi ginjal. Selain itu kehilangan kalium juga dapat menyebabkan
alkalosis metabolik, dimana bila tubuh kehilangan kalium ion H+ akan masuk kedalam sel
menggantikan sehingga kadar ion H+ dalam intra vaskuler berkurang. Secara klinis pasien
yang mengalami alkolisis metabolik akan mengalami sesak nafas sebagai usaha untuk
mempertahankan CO2 yang akan dikombinasikan dengan ion H+ membentuk asam karbonat.
3.Asam karbonat berlebihan ( Asidosi respirasi )
Suatu keadaan yang menurunkan ventilasi paru akan meningkatkan konsentrasi CO2 dan ion
H+ akibatnya timbul asam karbonat. Kadar CO2 tinggi (Hyperapnia) dapat menimbulkan
terjadinya narkosis CO2, pada keadaan ini pusat pernafasan akan ditekan sehingga volume
pernafasan menurun dan terjadilah kehilangan oksigen dan hypoksia. Pada asidosis respirasi
kalium akan keluar dari sel dan masuk kedalam intra vaskuler sehingga terjadi hyperkalemir.
4.Berkurangnya asam karbonat
Ventilasi pulmonal berlebihan akan menurunkan konsentrasi ion H+ dan terbentuknya asam
karbonat, terjadi alkalosis metabolik. Penyebab umum terjadinya alkalosis respirasi adalah
hyperventilasi, dimana pasien akan menghembuskan sejumlah CO2. Keadaan ini dapat
dicegah melalui memberi CO2 sedikit atau pasien memakai “Rebreathing” (cukup).
Gambaran klinik dari pasien adalah sukar konsentrasi, kaku atau dingin pada jari, mulut
kering dan penglihatan kabur, pada keadaan berat dapat terjadi tetanus dan konvulasi.

Ciri-ciri Kekurangan Cairan Dan Elektrolit


 - Air kencing sedikit atau tidak ada, berwarna kuning gelap
 - Berat badan turun mendadak
 - Mulut kering, merasa haus
 - Mata cekung dan tidak ada air mata
 - Pada bayi ubun-ubun tampak cekung
 - Kelenturan atau kekenyalan kulit menghilang
http://wigaidk.blogspot.co.id/p/bab-i-pendahuluan-1_17.html

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (
pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2.2 Volume dan distribusi cairan tubuh
2.2.1 Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari
berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana
lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari
pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan
airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari
BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 %
dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada
usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dari BB.
2.2.2 Sumber air tubuh
Sumber Jumlah
Air minum 1.500 – 2.000 ml/hari
Air dalam makana 700 ml/hari
Air dari hasil metabolisme tubuh 200 ml/hari
Jumlah 2.400 – 2.900 ml/hari

Air memiliki molekul yang kecil, sangat mudah berdifusi dan bersifat polar (senyawa
elektron) sehingga berkohesi satu dengan yang lainnya membentuk benda cair. Fungsi vilta
air adalah pelarut yang sangat baik karena molekulnya dapat bergabung dengan protein,
hidrat arang, gula, dan zat yang terlarang lainnya. Dalam homeostatis jumlah air tubuh selalu
diupayakan konstan karena air tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.

2.2.3 Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada


intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15 %
dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritonium,
cairan dalam rongga mata, dll ) 1-3 %.
2.3 Fungsi cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transport nutrien ke sel
3. Transport hasil sisa metabolisme
4. Transport hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

2.4 Keseimbangan cairan


Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari
antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500
ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu
kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol
dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut
ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat
menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
2.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi
dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran
cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,
IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau
di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat.
Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,
stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.

6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel
atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare
juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih
lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam
jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi
cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat
mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi
urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan
berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress
akibat obat- obat anastesia.
2.6 Pergerakan cairan tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran
molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi
yang sifatnya menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler
dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh
ikut berpindah.

2.7 Pengaturan cairan


Sejumlah mekanisme homeostatis bekerja tidak hanya untuk mempertahankan
konsentrasi elektrolit dan osmotik dari cairan tubuh, tetapi juga untuk volume cairan tubuh
total. Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Sistem organ yang banyak berperan adalah ginjal, sistem
kardiovaskuler, kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan paru. Ginjal
merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan cairan. Jumlah cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit sangat ditentukan oleh apa yang di simpan ginjal. Ginjal sendiri diatur
oleh sejumlah hormaon dalam menjalankan fungsinya.
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi haus.
Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
2. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan
demikian dapat menghemat air.

3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi
kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.8 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh
ADH dan aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Insesible Water Loss
(IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-
200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan
10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
2.9 Pengaturan elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari
saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler
dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas
kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan
gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon
thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus
dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan
dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas
serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan
karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di
ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan
intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh
ginjal.
7 Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam basa.
Pengaturan oleh hormon paratiroid.
2.9.1 NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairan dan elektrolit Nilai normal dalam tubuh

- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L


- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

2.10 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh


1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan
perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan
pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat
kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah

4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional,
terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial
menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi.
Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka
mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki
proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat
cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan
hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tupe hiperosmolar. Pemberian cairan
hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan
elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan,
antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan
produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi
ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)
yang menyebabkan cairann dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan
cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun
edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting
http://nendapurnama.blogspot.co.id/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html

Anda mungkin juga menyukai