NOMOR : 061/7083/SJ
TANGGAL : 30 Desember 2015
ym
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Kesekretariatan BKPRD ini adalah:
a. Tersedianya panduan/acuan bagi daerah dalam penyusunan SOP Kesekretariatan
BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
b. Tersusunnya SOP Kesekretariatan BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota berupa
standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis-jenis pekerjaan yang bersifat
administratif dengan bentuk penuangan SOP berupa uraian dan diagram alur.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, secara operasional BKPRD dibantu oleh:
a. Sekretariat BKPRD, yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Sekretaris BKPRD.
b. Kelompok Kerja (Pokja), yang terdiri dari:
(1) Pokja Perencanaan Tata Ruang
Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang diketuai oleh Kepala Bidang pada
Bappeda yang membidangi penataan ruang.
(2) Pokja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kelompok Kerja pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang diketuai oleh
Kepala Bidang atau Kepala Sub Dinas pada Dinas yang membidangi penataan
ruang.
Dalam pelaksanaan tugasnya, kedua kelompok kerja ini bertanggung jawab kepada
Ketua BKPRD.
c. Untuk menangani penyelesaian masalah-masalah yang bersifat khusus, BKPRD
dapat menggunakan tenaga ahli yang diperlukan, serta dapat membentuk tim teknis
sesuai dengan kebutuhan daerah.
Adapun struktur organisasi BKPRD dapat dilihat pada Gambar 1.
PENANGGUNG JAWAB
BKPRD
KETUA BKPRD
SEKRETARIS
SEKRETARIAT
ANGGOTA ANGGOTA
POKJA POKJA
Keterangan:
: Garis komando dan tanggung jawab
: Garis koordinasi
Pokja I : Pokja Perencanaan Tata Ruang
Pokja II : Pokja Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tata kerja adalah cara melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan berhasil
guna atau bisa mencapai tingkat efisien yang maksimal, sedangkan kesekretariatan
adalah segala pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan oleh sekretariat. Tata kerja
kesekretariatan BKPRD merupakan serangkaian petunjuk tertulis mengenai proses
penyelenggaraan tugas yang dilakukan oleh Sekretariat BKPRD.
Berdasarkan Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah disebutkan bahwa Sekretariat BKPRD secara umum
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD;
b. menyusun jadwal dan agenda kerja BKPRD;
c. melakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan BKPRD;
d. mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan pada kelompok kerja dalam BKPRD;
e. mengolah data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRD;
f. menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang;
g. menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang; dan
h. menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Terkait dengan pelaksanaan tugas sekretariat sebagaimana tersebut di atas,
terdapat norma dan/atau prosedur yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan tugas
tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien yaitu naskah dinas dan tata persuratan;
forum-forum pertemuan; penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang
daerah; dokumentasi dan informasi.
2) Dalam hal tanggapan atas substansi surat sebagaimana dimaksud pada angka ‘1’
di atas dianggap perlu dibahas melalui proses pengambilan keputusan
(forum/rapat BKPRD), Sekretaris BKPRD mengagendakan forum pertemuan,
menyusun surat undangan, dan mendistribusikannya kepada anggota BKPRD
dengan tembusan Ketua BKPRD.
3) Dalam hal surat yang didisposisikan kepada pokja dianggap perlu dibahas pada
level Pokja, maka Ketua Pokja dapat melaksanakan rapat/pertemuan dan hasilnya
dilaporkan kepada Ketua BKPRD melalui Sekretaris BKPRD.
Alur selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
SURAT
MASUK
PENANGGU
NGJAWAB
Disposisi
BKPRD
SURAT
MASUK
KETUA
BKPRD
Disposisi Disposisi
Ya Mengagendakan Mendistribusi
rapat dan kan surat Pelaks.
menyiapkan surat undangan kpd rapat
Menerima dan undangan Pokja dan
menelaah Perlu Anggota
SEKRETARI Rapat BKPRD
substansi surat
S BKPRD Mendisposisika
Tidak n surat kepada Arsip Tindak
Pokja/anggota
BKPRD sesuai
Lanjut
Perlu Ya Pelaksanaan
Rapat Rapat
POKJA
BKPRD
Tidak
Pelaksanaan
Tindak Lanjut
Alur distribusi surat masuk yang ditujukan kepada anggota BKPRD dapat dilihat
pada Gambar 3.
a
b
Menerima dan Tindak Lanjut
ANGGOTA menelaah surat
BKPRD
SURAT MASUK
Keterangan:
a : menyampaikan permohonan kepada Sekretaris BKPRD untuk
mengagendakan forum/rapat BKPRD
b : surat langsung ditanggapi oleh Anggota BKPRD
Gambar 3. Alur distribusi surat masuk yang ditujukan kepada Anggota BKPRD
b. Surat keluar
1) Surat keluar yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua BKPRD
ditembuskan kepada Penanggungjawab BKPRD dan anggota BKPRD terkait
dengan menggunakan kop pemerintah daerah, dengan mencantumkan jabatan
struktural dan kedudukan pengirim surat dalam BKPRD yang muatannya terkait
dengan rekomendasi penyelenggaraan penataan ruang.
2) Surat keluar yang ditandatangani oleh anggota BKPRD ditembuskan kepada
Ketua BKPRD dan Sekretaris BKPRD dengan menggunakan Kop SKPD/Dinas
yang muatannya terkait dengan tugas dan fungsi SKPD.
3) Dalam hal surat keluar ditandatangani oleh Kepala Bappeda atas nama Ketua
BKPRD, menggunakan Kop Bappeda.
Alur surat keluar dapat dilihat pada Gambar 4.
ATAU
c. Surat Internal
Surat internal merupakan surat yang berasal dari anggota BKPRD yang ditujukan
kepada anggota BKPRD lainnya. Surat internal menggunakan kop surat masing-
masing instansi dengan mencantumkan jabatan struktural dan kedudukan pengirim
surat dalam BKPRD, dengan tembusan disampaikan kepada Ketua BKPRD.
d. Pengarsipan
Semua surat masuk dan surat keluar BKPRD diarsip oleh Sekretariat BKPRD dan
anggota BKPRD yang menerima/terkait dalam bentuk hardcopy dan softcopy.
Disposisi
Arsip
Pengaduan Menanggapi Perlu
Masuk
/dok Laporan
rapat
Tidak
KETUA
BKPRD Ya
Disposisi
SEKRETARIS
Menerima & Mengelola Menyiapkan
BKPRD Menelaah Rapat surat tanggapan
Ya
Pengaduan Menanggapi Perlu Laporan
POKJA/ Masuk rapat
ANGGOTA
Tidak
BKPRD
Arsip
/dok
Secara lebih rinci mengenai uraian prosedur, pelaksana, persyaratan, waktu dan
output dari kegiatan Rapat Rutin BKPRD dituangkan dalam Contoh Matriks Alur Rapat
Rutin sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II.
Input/masukan 4b
3
Rakor BKPRD Rakor BKPRD
Input/ Raker Regional
masukan BKPRN
4c
Isu Strategis
Feedback
Rakernas BKPRN
Output
5
Program
Kerja
6 Tindak Lanjut
Kementerian/Lembaga
Gambar 9. Keterkaitan antara Rakornas BKPRD, Raker Regional BKPRN dan Rakernas BKPRN
18
Keterangan:
1. BKPRD Kabupaten/Kota melakukan penyusunan program dan agenda kerja, yang
menjadi bahan pembahasan pada Rakor BKPRD Kabupaten/Kota dan dilaporkan
kepada BKPRD Provinsi.
2. BKPRD Provinsi menyusun program dan agenda kerja dengan mempertimbangkan/
mengakomodir program dan agenda kerja BKPRD Kabupaten/Kota, untuk
selanjutnya menjadi bahan pembahasan pada Rakor BKPRD Provinsi.
3. Kompilasi program dan agenda kerja BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota,
selanjutnya menjadi masukan bagi pelaksanaan Rakornas BKPRD.
4. a dan b Rumusan hasil Rakornas BKPRD menjadi bahan pembahasan pada
Raker Regional BKPRN, dan selanjutnya dibahas pada Rakernas BKPRN.
c Dalam hal Raker Regional BKPRN tidak dilaksanakan, bahan pembahasan
pembahasan pada Rakernas BKPRN menggunakan Rumusan hasil
Rakornas BKPRD pada tahun tersebut.
5. Rakernas BKPRN menghasilkan isu-isu strategis penataan ruang dan program kerja
BKPRN.
6. Hasil Rakernas BKPRN selanjutnya dilaksanakan oleh masing-masing Kementerian/
Lembaga terkait, serta menjadi bahan umpan balik/feedback bagi penyusunan
program dan agenda kerja BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tingkat Penanggung
jawab BKPRD
Tingkat Ketua
BKPRD
Tingkat Pokja
BKPRD
19
3.4.1. Pengambilan Keputusan Tingkat Pokja
a. Rapat untuk pengambilan keputusan atas tema atau isu yang sama maksimal
dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali.
b. Setiap keputusan yang diambil wajib dilaporkan kepada Ketua BKPRD melalui
Sekretaris BKPRD.
c. Dalam hal tidak dapat dicapai keputusan, Ketua Pokja melaporkan secara tertulis dan
meminta arahan kepada Ketua BKPRD melalui Sekretaris BKPRD, untuk dibahas di
tingkat BKPRD.
Tercapai
Kpts
Ya
Tidak
TINGKAT
KETUA RAPAT Tidak RAPAT
PENGAMBILAN Tercapai PENGAMBILAN
BKPRD KPTS I Kpts KPTS II
Ya
TINGKAT Tidak
RAPAT Tidak RAPAT
POKJA Tercapai Tercapai
PENGAMBILAN PENGAMBILAN
BKPRD KPTS I
Kpts
KPTS II Kpts
Ya Ya
KEPUTUSAN
21
3.5. Penyusunan Laporan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
3.5.1. Tujuan Penyusunan Laporan BKPRD
Tujuan penyusunan laporan BKPRD adalah sebagai kompilasi hasil pelaksanaan
tugas-tugas di bidang koordinasi penyelenggaraan penataan ruang daerah yang telah
dilaksanakan oleh BKPRD, serta sebagai uraian rekomendasi terkait penyelenggaraan
penataan ruang daerah yang dipandang perlu untuk diputuskan dan menjadi perhatian di
tingkat yang lebih tinggi. Laporan-laporan dalam lingkup BKPRD terdiri dari:
a. Laporan BKPRD Provinsi
Berdasarkan ketentuan Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah, laporan BKPRD Provinsi disampaikan oleh
Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Ditjen Bina Pembangunan Daerah untuk
melaporkan pelaksanaan koordinasi penataan ruang provinsi dan pembinaan
penataan ruang kabupaten/kota, yang disampaikan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1
(satu) tahun pada bulan Mei dan September.
b. Laporan BKPRD Kabupaten/Kota
Laporan BKPRD Kabupaten/Kota disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada
Gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri untuk melaporkan pelaksanaan
koordinasi penataan ruang kabupaten/kota, yang disampaikan paling sedikit 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) tahun pada bulan April dan Agustus.
Adapun bagan yang memuat jadwal penyampaian laporan BKPRD dapat dilihat pada
Gambar 12.
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NO DES
V
22
(3) Penyusunan laporan dan konfirmasi kepada setiap anggota BKPRD dan/atau Pokja
terkait;
(4) Finalisasi/penyempurnaan laporan sesuai hasil konfimasi;
(5) Penyampaian draft laporan kepada Ketua BKPRD;
(6) Perbaikan laporan (jika ada) sesuai arahan dari Ketua BKPRD paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah tanggal diterimanya arahan perbaikan; dan
(7) Penyampaian laporan BKPRD dari Ketua BKPRD kepada Mendagri (untuk BKPRD
Provinsi), atau kepada Gubernur (untuk BKPRD Kabupaten/Kota) dengan tembusan
kepada Sekretaris dan seluruh anggota BKPRD.
Alur penyusunan laporan BKPRD dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.
Penerimaan
MENDAGRI Laporan BKPRD
BKPRD
Disposisi Lap
BKPRD
PENANGGUNG
Kab/Kota
JAWAB BKPRD Penyampaian
Laporan
PROVINSI
Penyampaian lap
PENANGGUNG BKPRD Kab/Kota
JAWAB BKPRD kepada Gubernur
Penyampaian
KETUA BKPRD
KAB/KOTA
laporan
SEKRETARIAT
Pengumpulan bahan2 laporan
BKPRD
(hasil Rakor BKPRD, agenda Penyusunan draft lap
kerja BKPRD, dll),
24
Gambar 13. Alur penyampaian laporan BKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota
3.5.3. Muatan Laporan BKPRD
Muatan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah sekurang-
kurangnya meliputi:
1. Latar Belakang
2. Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang
a. Permasalahan/Kendala
1) Permasalahan/Kendala Proses Perencanaan Tata Ruang
2) Permasalahan/Kendala Proses Pemanfaatan Ruang
3) Permasalahan/Kendala Proses Pengendalian Pemanfaatan Ruang
b. Upaya penyelesaian permasalahan/kendala
1) Upaya penyelesaian permasalahan/kendala pada proses perencanaan tata
ruang;
2) Upaya penyelesaian permasalahan/kendala pada proses pemanfaatan ruang
3) Upaya penyelesaian permasalahan/kendala pada proses pengendalian
pemanfaatan ruang
c. Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
3. Pelaksanaan Tugas BKPRD, pada tahap:
a. Perencanaan tata Ruang;
b. Pemanfaatan Ruang; dan
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
4. Pembinaan Penataaan Ruang Kabupaten/Kota (Khusus diisi oleh Provinsi)
5. Jadwal dan Agenda Kerja BKPRD
6. Rekomendasi
7. Kesimpulan
25
Rapat Rutin
Rapat Rutin
SIKLUS
PELAKSANAAN
Rakorda KEGIATAN Pelaporan
Semester I (untuk
BKPRD kabupaten/kota)
Rapat Rutin
Pelaporan
Semester I (untuk
Pelaporan provinsi)
Semester II
(untuk provinsi)
Rapat Khusus
(dilaksanakan sesuai
kebutuhan)
Masyarakat
Anggota Anggota
Pokja Pokja
Gambar 15. Bagan e-BKPRD dalam Sistem Informasi Tata Ruang (SITR)
BAB IV
PEMBIAYAAN BKPRD
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, BKPRD perlu
didukung dengan anggaran yang memadai yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Namun demikian mengingat bahwa BKPRD merupakan
badan yang bersifat ad-hoc atau non struktural maka tidak bisa nenperoleh anggaran
secara langsung dari APBD untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Mengingat mekanisme penganggaran di daerah hanya dapat dilakukan melalui
pengajuan anggaran oleh instansi struktural daerah, maka anggaran yang akan
dialokasikan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi BKPRD dapat diajukan melalui
perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang penataan ruang.
Mekanisme tersebut perlu dilakukan mengingat bahwa seluruh kegiatan BKPRD secara
umum dilaksanakan oleh Sekretariat BKPRD dan kedudukan Sekretariat BKPRD ada di
perangkat daerah. Adapun nomenklatur program yang dapat digunakan untuk memayungi
rencana kegiatan BKPRD adalah program Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang
Daerah.
Penyusunan rencana kegiatan tahunan BKPRD perlu disusun secara bersama-
sama oleh seluruh unsure BKPRD, dengan demikian diharapkan bahwa program dan
kegiatan dari masing-masing unsur BKPRD tersebut dapat disinkronkan dan
diorientasikan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan BKPRD. Adapun rincian rencana
kegiatan tahunan BKPRD yang perlu diajukan anggarannya sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pelaksanaan Rapat Rutin BKPRD.
2. Pelaksanaan Rapat Khusus BKPRD.
3. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Daerah BKPRD.
4. Partisipasi Rapat Koordinasi Nasional BKPRD.
5. Pelaksanaan Rapat-rapat Pokja BKPRD.
6. Pembinaan dan Pengawasan BKPRD Kabupaten/Kota (khusus Provinsi).
7. Konsultasi ke BKPRN.
8. Menggunakan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan.
9. Penyusunan laporan.
10. Pelaksanaan tugas dan fungsi kesekretariatan.
11. Kegiatan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah.
BAB V
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2011 tentang Standar
Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
disebutkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian petunjuk
tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah
Daerah. Secara umum, penyusunan SOP dilakukan dengan berlandaskan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a. Efisiensi dan efektifitas
SOP yang disusun dapat dilakukan secara singkat dan cepat dalam mencapai target
pekerjaan serta memerlukan sumberdaya yang paling sedikit.
b. Berorientasi pada pengguna
SOP yang disusun dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota BKPRD.
c. Kejelasan dan kemudahan
SOP yang disusun dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan.
d. Keselarasan
SOP BKPRD yang disusun harus selaras dengan SOP lain yang terkait.
e. Keterukuran
SOP yang disusun memuat hasil, waktu dan proses pencapaian target pekerjaan
serta dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif.
f. Dinamis
SOP yang disusun dapat disesuaikan dengan kebutuhan kualitas pelayanan.
g. Kepatuhan hukum
SOP yang disusun dapat menjamin prosedur yang distandarkan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
h. Kepastian hukum
SOP yang disusun mampu memberikan kepastian hukum akan prosedur, kualifikasi
pelaksana dan baku mutu.
Berdasarkan sifatnya, SOP dibedakan menjadi SOP Administratif dan SOP Teknis.
SOP Administrasi adalah standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis-jenis pekerjaan
yang bersifat administratif. Sedangkan SOP teknis adalah standar prosedur yang sangat
rinci dan bersifat teknis. Adapun kegiatan yang memerlukan SOP adalah kegiatan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kegiatannya dilaksanakan secara rutin atau berulang-ulang;
2. Menghasilkan output tertentu; dan
3. Kegiatannya sekurang-kurangnya melibatkan 2 (dua) orang/pihak.
Terkait dengan kriteria dimaksud maka beberapa tugas kesekretariatan yang
kiranya perlu disusun SOP-nya adalah fasilitasi penyelenggaraan kegiatan BKPRD
khususnya terkait dengan penyelenggaraan forum-forum pertemuan; koordinasi
pelaksanaan kegiatan pada kelompok kerja dalam BKPRD; tata persuratan; pengolahan
data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRD; dan penyiapan
laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang.
Tahapan penyusunan SOP secara lengkap telah diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2011. Adapun contoh penulisan SOP untuk matrik alur
kegiatan rapat rutin dalam rangka penyusunan jadwal dan agenda kerja BKPRD dan
evaluasi Raperda tentang RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota adalah sebagaimana diuraikan
pada Lampiran II dan Lampiran III.
BAB VI
PENUTUP
33
Pelaksana Mutu Baku Ket
Uraian Prosedur
Kepala Ketua Sekretaris Kelompok Anggota
Kelengkapan Waktu Output
Daerah BKPRD BKPRD Kerja (Pokja) BKPRD
6 Penyampaian undangan - Undangan Paling lambat Undangan
1
dan bahan rapat - Bahan 3 hari kerja dan bahan
rapat sebelum rapat diterima
pelaksanaan peserta rapat
rapat
7 Pelaksanaan rapat Rutin Bahan rapat : 1 hari kerja Rumusan
Konsep hasil rapat :
Jadwal dan Jadwal dan
Agenda Kerja Agenda Kerja
BKPRD yang telah
8 Perumusan Hasil Rapat - Komputer/ disepakati
laptop peserta rapat
- Kertas
9 Penyampaian hasil rapat Konsep surat Paling lambat Konsep surat
ke Kepala Daerah hasil rapat 3 hari kerja hasil rapat
sebagai Penanggung setelah
Jawab pelaksanaan
rapat
10 Ketua BKPRD Konsep surat Paling lambat Surat hasil
mengeluarkan Surat hasil rapat 3 hari kerja rapat yang
penyampaian hasil rutin setelah telah di
Rapat diterimanya tandatangani
surat dari
2 Ketua BKPRD
Pelaksana Mutu Baku Ket
Uraian Prosedur
Kepala Ketua Sekretaris Kelompok Anggota
Kelengkapan Waktu Output
Daerah BKPRD BKPRD Kerja (Pokja) BKPRD
11 Sekretariat - Surat hasil Paling lambat Surat hasil
menyampaikan surat
2 rapat rutin 3 hari kerja rapat rutin
hasil rapat rutin - Mesin Foto setelah
copy diterbitkannya
surat hasil
rapat rutin
selesai
LAMPIRAN IV IIISURAT
: EDARAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR :
TANGGAL :
1. Halaman Judul
PEMERINTAH DAERAH
Identitas Instansi
SKPD
41
Cara Pengisian:
(1) Nomor Standar Diisi dengan nomor Standar Operasional Prosedur, yaitu
Operasional Prosedur (No Komponen, Unit Kerja, Bagian, No Standar
Operasional Prosedur)
(2) Tanggal Pembuatan Diisi dengan tanggal pengesahan Standar Operasional
Prosedur
(3) Tanggal revisi Diisi dengan tanggal Standar Operasional Prosedur di
revisi
(4) Tanggal pengesahan Diisi dengan tanggal mulai berlaku
(5) Disahkan oleh Diisi dengan jabatan yang berkompeten yang
mengesahkan
(6) Nama Standar Diisi dengan nama prosedur yang akan distandarkan
Operasional Prosedur
(7) Dasar hukum Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar disusunnya Standar Operasional
Prosedur
(8) Kualifikasi pelaksana Diisi dengan penjelasan mengenai kualifikasi pegawai
yang dibutuhkan dalam melaksanakan perannya pada
prosedur yang distandarkan
(9) Keterkaitan Diisi dengan penjelasan mengenai keterkaitan prosedur
yang distandarkan dengan prosedur lain yang
distandarkan
(10) Peralatan/perlengkapan Diisi dengan penjelasan mengenai daftar peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan
(11) Peringatan Diisi dengan:
- Penjelasan mengenai kemungkinan–kemungkinan
resiko yang akan timbul ketika prosedur
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.
- Peringatan memberikan indikasi berbagai
permasalahan yang mungkin muncul dan berada
diluar kendali pelaksana ketika prosedur
dilaksanakan dan berbagai dampak yang mungkin
ditimbulkan.
- Dalam hal ini, dijelaskan pula bagaimana cara
mengatasinya.
(12) Pencatatan dan Diisi dengan penjelasan mengenai berbagai hal yang
pendataan perlu didata, dicatat atau diparaf oleh setiap pegawai
yang berperan dalam pelaksanaan prosedur yang telah
distandarkan
(13) Uraian prosedur Langkah kegiatan secara rinci dan sistematis dari
prosedur yang distandarkan
(14) Pelaksana Diisi dengan jabatan yang melakukan suatu
proses/aktivitas
(15) Kelengkapan Diisi dengan penjelasan mengenai daftar peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan
(16) Waktu Diisi dengan lama waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan suatu proses/kegiatan
(17) Output Diisi dengan hasil/keluaran dari suatu proses/kegiatan
(18) Pengesahan Diisi dengan Nama dan tandatangan Kepala SKPD
3. Matriks Alur Kegiatan
Cara Pengisian:
(1) Uraian Prosedur Diisi dengan proses sejak dari kegiatan mulai dilakukan
sampai dengan kegiatan selesai dan keluaran dihasilkan
untuk setiap STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi kegiatan masing-masing unit
organisasi yang bersangkutan.
(2) Pelaksana Diisi dengan pelaksana kegiatan yang bersangkutan, mulai
dari jabatan tertinggi sampai dengan jabatan terendah
(fungsional umum/staf).
(3) Mutu Baku Diisi dengan persyaratan dan kelengkapan yang diperlukan,
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dan
output pada setiap aktivitas yang dilakukan.
4. Simbol – Simbol
HARI/TANGGAL : ............................................................
TEMPAT : ............................................................
I. PEMIMPIN RAPAT
...................................., ................................................
III. SUBSTANSI
..................................................................................................................
IV. NOTULENSI
1. Pemimpin Rapat
.....................................................................................
2. ................................
.....................................................................................
3. ................................
..................................................................................... (dst)
V. KESIMPULAN RAPAT
1. ..........................................................................................
2. ..........................................................................................
3. .......................................................................................... (dst)
PEMIMPIN RAPAT
tanda tangan
(...........................)
Demikian Berita Acara Rapat ini kami buat dengan penuh rasa tanggung jawab untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
MENGETAHUI
NO NAMA INSTANSI TANDA TANGAN
1. 1. ......................
2. 2. .......................
3. 3. ......................
4. (dst) 4. .......................
DAFTAR ISI