Anda di halaman 1dari 40

Mini Project

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU PENGGUNA POSYANDU


BALITA TERHADAP KINERJA KADER DI POSYANDU WILAYAH
KELURAHAN BASIRIH SELATAN DALAM UPAYA PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN IMPLEMENTASI UKM DI
PUSKESMAS PEKUMAN BANJARMASIN

Oleh
dr. Helda Inggriawita

Pembimbing
dr. Yoqa Wardati

PUSKESMAS PEKAUMAN
DINAS KESEHATAN BANJARMASIN
Juni, 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................


i

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................


........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................


........................................................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................


........................................................................................................4

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................


........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan ......................................................


........................................................................................................6

2.2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) .....................................


........................................................................................................6

2.3. Posyandu ..................................................................................


........................................................................................................8

2.4. Kader ........................................................................................


......................................................................................................14

2.5. Mutu Pelayanan dan Kinerja Kader .........................................


......................................................................................................19

i
BAB III LANDASAN TEORI .................................................................
20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian ...............................................................


......................................................................................................22

4.2. Populasi dan Sampel ................................................................


......................................................................................................22

4.3. Instrumen Penelitian .................................................................


......................................................................................................22

4.4. Variabel Penelitian ....................................................................


......................................................................................................22

4.5. Definisi Operasional .................................................................


......................................................................................................23

4.6. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................


......................................................................................................24

4.7. Cara Analisa Data......................................................................


......................................................................................................25

4.8.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................


....................................................................................................225

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................


26

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ...............................................................................


......................................................................................................33

ii
6.2. Saran .........................................................................................
......................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


34

LAMPIRAN

iii
1BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyelenggara pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat
dasar di Indonesia adalah melalui pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) yang merupakan unit organisasi fungsional dinas
kesehatan Kabupaten / Kota. Puskesmas merupakan salah satu unsur
dalam kerangka tatanan atau sistem kesehatan nasional yang harus
dapat memenuhi tujuan pembangunan kesehatan, yaitu untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal (1).
Untuk menunjang pelaksanaan fungsi dan penyelenggaraan
upayanya, Puskesmas dilengkapi dengan instrumen manajemen yang
terdiri dari: 1. Perencanaan Tingkat Puskesmas; 2. Lokakarya mini
Puskesmas; 3. Penilaian kinerja Puskesmas dan manajemen
sumberdaya termasuk alat, obat, keuangan dan tenaga, serta didukung
dengan manajemen sistem pencatatan dan pelaporan (disebut sebagai
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas/ SIMPUS) dan upaya
peningkatan mutu pelayanan (antara lain melalui penerapan quality
assurance) (1,2).
Menurut Undang-Undang (UU) nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Mutu adalah sejauh mana layanan kesehatan yang diberikan
sesuai dengan standard operating procedure atau prosedur tetap medis.
Pelayanan yang bermutu bercirikan melakukan hal yang benar secara
benar (doing the right things right) (3).
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya
secara wajar, efesien, efektif dalam keterbatasan secara aman dan
memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik. Mutu

1
pelayanan menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan (2,4).
Sasaran target dari mutu pelayanan kesehatan salah satunya
adalah Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Upaya Kesehatan
Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan masyarakat (4).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelolah dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam pelayanan
kesehatan dasar. Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan di
posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita,
pemeriksaan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti
imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare,
pelayanan KB, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila
diperlukan (5,6).
Pelaksanaan posyandu diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pembentukan lebih dari 250.000 posyandu di
tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan
kesehatan khusus bagi ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-
program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi, dan
imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan jumlah
kematian bayi dan anak. Namun sudah tersebarnya posyandu secara
kuantitas belum tentu dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik,
disini perlu peran kader dan partisipasi masyarakat (7).
Secara nasional status gizi anak diberbagai daerah di Indonesia
masih menjadi masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak disuatu daerah
tidak jauh dari kontribusi peran kader Posyandu. Kader diharapkan

2
dapat memberdayakan masyarakat agar mampu memecahkan masalah
kebutuhan gizi dan kesehatan mereka sendiri khususnya kesehatan dan
gizi anggota keluarga mereka yang masih balita (8).
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pemantauan pertumbuhan balita maka Kementrian Kesehatan membuat
rencana strategi tahun 2015-2019 yaitu membuat kebijakan dan strategi
indikator keluaran yang harus di capai oleh Kementrian Kesehatan.
Dalam bidang perbaikan gizi terdapat 2 (dua) indikator keluaran, yaitu
balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% dan cakupan
penimbangan balita di Posyandu sebesar 85% (9).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016,
seluruh balita di Indonesia yang mengalami gizi buruk telah
mendapatkan perawatan. Hal ini berarti Renstra Kemkes telah tercapai
yakni balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100%. Sedangkan
cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 72,4% untuk seluruh
Indonesia dan 68,7% di provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa Renstra Kemkes tahun 2015-2019
belumlah tercapai (10).
Masih banyak cakupan penimbangan balita di Posyandu yang
belum tercapai dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya belum
optimalnya dukungan para pemangku kepentingan di berbagai tingkat,
rendahnya kapasitas kader, belum optimalnya kualitas pelayanan
Posyandu, serta belum tersedianya dana operasional Posyandu (6).
Penelitian yang dilakukan oleh rahmadiliyani dan Meililiyanie
(2012) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan ibu
balita enggan berkunjung ke Posyandu yaitu peran kader. Berdasarkan
faktor peran kader diketahui bahwa dukungan kader membuat
persentase frekuensi ibu yang berkunjung ke Posyandu sebesar 70%.
Untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ibu ke Posyandu diharapkan
kader lebih berpartisispasi aktif mengajak dan menumbuhkan keinginan
ibu untuk datang ke Posyandu (11).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Gambaran Tingkat Kepuasan Ibu

3
Penggunan Posyandu Balita Terhadap Kinerja Kader di Posyandu
Wilayah Kelurahan Basirih Selatan dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan dan Implementasi UKM di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat
dirumuskan suatu permasalahan penelitian, yakni Bagaimana gambaran
tingkat kepuasan ibu penggunan Posyandu Balita terhadap kinerja
kader di Posyandu wilayah kelurahan Basirih Selatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan implementasi UKM di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi gambaran tingkat kepuasan ibu penggunan
Posyandu Balita terhadap kinerja kader di Posyandu wilayah
kelurahan Basirih Selatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan implementasi UKM di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan Posyandu Balita di kelurahan Basirih Selatan yang
termasuk wilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
2. Mengidentifikasi kinerja petugas Posyandu Balita di Kelurahan
Basirih Selatan yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
3. Dibahasnya prioritas masalah oleh Kepala Puskesmas dan
penanggung jawab UKM di bidang Posyandu guna meningkatkan
mutu pelayanan UKM Puskesmas Pekauman Banjarmasin

4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
Untuk memenuhi tugas mini project dalam masa kerja sebagai
dokter Internsip di Puskesmas Pekauman Banjarmasin
1.4.2. Bagi Instansi Terkait Dinas Kesehatan Banjarmasin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi
Dinkes terkait mutu pelayanan Posyandu
1.4.3. Bagi Instansi Puskesmas
1. Mengetahui permasalahan kesehatan masyarakat yang ada di
wilayah kerjanya.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana usulan
kegiatan UKM guna meningkatkan mutu pelayanan Posyandu
Balita.

5
2BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan


2.1.1. Definisi
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi.
Jadi yang dimaksud dengaan mutu pelayanan kesehatan adalah
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna
kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah
diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang
diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan
tersebut bersifat subjektif. Tiap orang tergantung dari latar belakang
yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu,
sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai
telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta
standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.

6
2.2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Sesuai dengan Permenkes No 75 Tahun 2014, Puskesmas memiliki
peran sebagai gerbang pertama yang diharapkan bisa memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif, tidak
hanya melakukan pelayanan kepada perseorangan tetapi juga kepada
masyarakat yang lebih luas. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
menjadi tugas utama puskesmas yang berfokus kepada upaya
pencegahan dan promosi kesehatan masyarakat. UKM juga
mendorong partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam penigkatan
kesehatan masyarakat. UKM tingkat pertama di Puskesmas terbagi
menjadi :
a. Upaya kesehatan masyarakat esensial, meliputi
1. Pelayanan Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan menumbuhkan sikap positif (kemauan) dan
perilaku (kesadaran) individu, keluarga dan masyarakat secara
mandiri untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan sendiri dan lingkungannya.
2. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat melalui penemuan dan perbaikan.
3. Pelayan KIA-KB
Pelayanan kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan ibu dan anak sejak dalam kandungan. Sasaran
programnya adalah ibu hamil, ibu melahirkan dan bayinya serta
ibu menyusui dan wanita usia subur.
4. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Tujuan pelayanan kesehatan lingkungan adalah mewujudkan
lingkungan hidup yang sehat agar masyarakat terlindungi dari
ancaman dan bahaya penyakit yang berasal dari lingkungan.
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit bertujuan
untuk secara dini mencegah terjadinya suatu penyakit. Upaya ini

7
dilakukan dengan pemberian ketahanan tubuh sejak usia dini
maupun pada ibu hamil, serta pengendalian vektor.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh
setiap Puskesmas untuk mendukung persiapan Standar Penyanan
Minimum (SPM) kabupaten/ kota bidang kesehatan.
b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan atau bersifat ekstensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
masing Puskesmas.

2.3. Posyandu
2.3.1. Definisi
Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 menyatakan bahwa
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelengaraan pembangunan kesehatan guna memperdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan Pasangan
Usia Subur.

2.3.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita
(AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus

8
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
AKI,AKB, dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI,AKB,
dan AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
AKI,AKB,dan AKABA
2.3.3. Fungsi
Posyandu memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi
dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan
AKI,AKB, dan AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI,AKB, dan AKABA.
2.3.4. Manfaat
Posyandu memiliki banyak manfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan
AKI,AKB,dan AKABA.
b. Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan penurunan AKI,AKB, dan AKABA.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi diriya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan
AKI,AKB,dan AKABA.
3. Bagi Puskesmas

9
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait
dalam upaya penurunan AKI,AKB,dan AKABA sesuai kondisi
setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas,pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing
sektor.
2.3.5. Kegiatan
Dalam pelaksanaannya posyandu memiliki 2 kegiatan yaitu kegiatan
utama dan kegiatan tambahan, kegiatan tambahan dapat dilakukan jika
kegiatan utama sudah terlaksana setidaknya 50%. Kegiatan tambahan dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan .
A. Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus uteri,temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.

10
2) Untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan kelas ibu Hamil pada setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
b. Ibu nifas dan menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup :
1) Penyuluhan/koseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan Asi eksklusif dan gizi.
2) Pemberian 2 kapsul Vitamin A warnah merah 200.000 SI
(1kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24jam
setelah pemberian kapsul pertama.
3) Perawatan payudara.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ada
kelainan segera rujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh
kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu
giliran pelayanan anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan
dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orangtua dibawah
bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang
sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan dan konseling
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera rujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)


Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan

11
konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
serta tenaga yang terlatih dapat diakukan pemasangan IUD dan implant.

3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.

4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian
makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin Adan tablet Fe.
Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK), wanita
yang berat badannya tidak hamil 2 kali berturut-turut atau berada
dibawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke
Puskesmas atau Poskesdes.

B. Kegiatan Pengembangan Tambahan


Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
Posyandu dengan kegiatan baru, disamping 5 (lima) kegiatan utama
yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan
kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan berbagai
program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti
ini disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi.
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu
yang telah diselenggarakan antara lain :
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian Luar
Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak,
Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5. Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD)

12
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB-PLP)
7. Program diverifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
perkarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA)
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K), Usaha Simpan Pinjam
9. Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN), Tabungan Masyarakat
(Tabumas)
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL)
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
12. Pembedayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.

2.4. Kader
2.4.1. Definisi
Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 menyatakan
kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelanggarakan
kegiatan posyandu secara sukarela (6).
2.4.2. Peran Kader dalam Meningkatkan Peeran Aktif Masyarakat
Kader diharapkan perananya didalam meningkatkan peran aktif
di masyarakat, yaitu (6):
1. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa untuk memberikan
penyuluhan kepada masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan
dalam kelompok, misalnya: pada saat arisan, pengajian, selamatan,
petunjuk-petunjuk dan lain-lain.
2. Mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan di Posyandu yang dapat dilakukan dengan mengunjungi
setiap rumah keluarga yang memiliki anak balita dan ibu hamil,
dapat juga dilakukan dengan penyuluhan massa misalnya melalui
pengeras suara di Masjid, pengumuman di kantor lurah/desa
tentang hari buka Posyandu.
3. Menggali/menghimpun kemampuan masyarakat untuk dapat
melengkapi kebutuhan-kebutuhan Posyandu antara lain dukungan,

13
sarana, pemikiran, dan lain-lain. Dapat dilakukan dalam pertemuan
koordinasi di desa dengan Diskusi Kelompok Terarah.
2.4.3. Peran Kader dalam Posyandu
1. Sebelum hari buka Posyandu
a. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu
b. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu
melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran
c. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanann
tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
d. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan
diselenggarakan. Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut
dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau rencana kegiatan
yang telah ditetapkan berikutnya.
e. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan
tambahan. Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan
yang dihadapi para orangtua serta disesuaikan dengan metode
penyuluhan, misalnya; menyiapkan bahan-bahan makanan
apabila ingin memasuki demo masak, lembar balik untuk
kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana
stimulasi balita.
2. Saat hari buka Posyandu
a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu
hamil, ibu nifas, ibu menyususi, dan sasaran lainnya.
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan
kesehatan anak pada Posyandu, dilakukan penimbangan,
pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala anak,
pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi anak,
pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh
yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan
anak balita, dan lain sebagainya.

14
c. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap
berbagai hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak
balita.
d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam
kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi,
konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan
orangtua/keluarga anak balita.
e. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh
yang baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip-prinsip
asih-asah-asuh.
f. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah
datang ke Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada
hari Posyandu berikutnya.
g. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi
kader apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
h. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada
hari buka Posyandu.
3. Sesudah Hari buka Posyandu
a. Melakuakan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir
pada hari buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak
yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.
b. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan
pekarangan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga,
menanan tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain
anak yang aman dan nyaman. Selain itu, memberikan
penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
(PHBS).
c. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pemimpin
wilayah untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta
mengusulkan dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan
baik.
d. Menyelengarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat,
untuk membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat

15
digunakan sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut
kegiatan berikutnya.
e. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah
sistem pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang
diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai
panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan
sesuai denngan kebutuhan sasaran.
Kader Posyandu merupakan agen perubahan dalam bidang
kesehatan yang bekerja secara profesional yang selalu berusaha
memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar berprilaku sehat
yang diinginkan masyarakat Indonesia (Nasution 1988). Menurut
Roger dan Shoemaker (1971) dalam buku Nasution (1988)
mengemukakan tujuh langkah kegiatan agen perubahan dalam
pelaksanaan fungsi inovasi di masyarakat (6).
1. Membagikan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen
pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu
kliennya agar mereka sadar perlunya perubahan.
2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi, agen perubahan
harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien.
Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik
dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada
kemampuannya, saling percaya dan juga agen pembaharu harus
menunjukan empati pada masalah dan kebutuhan klien.
3. Mendiangnosa masalah yang dihadapi, Agen pembaharu
bertanggung jawab untuk menganalisa masalah yang dihadapi
klien, agar dapat menetukan berbagai alternatif jika tidak sesuai
kebutuhan klien. Agen pembeharu melihat masalah dengan
kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan
analisa situasi dan psikologis klien, bukan berdasarkan
pandangan pribadi agen pembaharu.
4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah, setelah agen
pembaharu menggali berbagai macam cara untuk dapat dicapai

16
oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu
bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik pehatian
agar klien timbul kemauanya untuk berubah atau membuka
dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan
harus berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan
klien jangan terlalu menonjolkan inovasi.
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu
berusaha mempengaruhi prilaku klien dengan persetujuan dan
berdasarkan kebutuhan klien, jangan memaksa. Dimana
komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan
antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap keputusan invoasi. Oleh karena itu,
dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat
menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat
menggunakan pemuka masyarakat agar dapat mengaktifkan
kegiatan kelompok lain.
6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak
berlanjutnya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan
penerima inovasi dengan cara penguatan pada klien yang telah
mengharapakan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sesuai
sudah dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali
pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Tujuan akhir dari tugas
agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran untuk
berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai
anggota sistem sosial yang selalu mendapatkan tantangan
kemajuan jaman.

2.5. Mutu Pelayanan dan Kinerja Kader


Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN, (2009) fungsi dan
kinerja petugas Posyandu menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.
Ha ini tersebut disebabkan, antara lain pembinaan program sektor yang

17
kurang, keterbatasan kemampuan dari kesehatan, jumlah kader yang
kurang dibandingkan dengan beban kerja, untuk itulah guna
meningkatkan fungsi dan peran Posyandu diperlukan langkah-langkah
praktis dan stategis, seperrti kegiatan revitalitasi. Termasuk dukungan
dari Lembaga kemasyarakatan, PKK, LSM, tokoh agama dan agama
dan beberapa sektor terkait dalam pemerintahan (12).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan atau kualitas dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan
peroleh klien, mempekerjakan petugas pelayanan kesehatan dengan
lebih baik, memberi kompensasi yang lebih pada karyawan, petugas
medis dan kader, meningkatkan produktifitas, memotivasi perawat
untuk menawarkan nilai kepada klien dan membangun kepemimpinan
yang lebih baik (12).
Indeks kepuasan pasien secara bersama-sama dengan indikator
pelayanan kesehatan lain yang mampu memberikan gambaran tentang
tingkat keberhasilan dan keadaan suatu pelayanan tersebut.
Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan menjadi bahan
perhatian khayalak, sehingga terjadi persaingan mutu pelayanan. Mutu
pelayanan yang baik akan memberikan kepuasaan yang akhirnya
berdampak pada kunjungan selanjutnya. Tingkat kepuasan ini
digunakan untuk melihat gambaran persepsi pengguna jasa pelayanan
terhadap mutu pelayanan, kinerja petugas pemberi pelayanan,
keterampilan dan kecepatan petugas menanggapi keluhan pengguna
jasa (3).

18
BAB III
LANDASAN TEORI

19
2.6. Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasan rata- rata serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standart dan kode etik profesi (4).
Jadi yang dimaksud mutu pelayanan kesehatan adalah
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien (4).
Kinerja merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan suatu
pelayanan kesehatan. Melalui kinerja , individu dalam hal ini petugas
maupun kader Posyandu, diharapkan dapat menunjukan
profesionalisme secara nyata dengan kemampuan pribadi yang mereka
miliki, motivasi dan dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan
yang mereka lakukan, hubungan mereka dengan organisasi ,
kemampuan manager, kesenjangan proses, masalah lingkungan dan
situasi pribadi, dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
berdampak pada organisasi tempat kerja yang pada akhirnya
berdampak pada kualitas hidup masyarakat (3,4).
Berdasarkan teori di atas, kerangka konseptual pada penelitian
ini menjelaskan variabel- variabel yang akan diamati melalui penelitian
yang dilakukan. Dari uraian di atas dapat dibuat skema penelitian
sebagai berikut:

Kinerja Kader Posyandu

20
Kepuasaan Ibu Pengguna
Posyandu

Mutu Pelayanaan dan Implementasi Upaya Kesehatan


Mayarakat (UKM)

Variabel Bebas
Variabel Terkait

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Tingkat


Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu Balita Terhadap Kinerja Kader di
Posyandu Wilayah Keselurahan Pekauman Dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Kesehatan Dan Implementasi Ukm di Puskesnas
Pekauman Banjarmasin

21
3BAB IV
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan studi Cross Sectional, yaitu suatu subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan sekaligus pada
suatu waktu yang sama.
3.2. Populasi Dan Sample
1. Populasi
Populasi dalam penilitian ini adalah semua ibu pengguna posyandu
balita serta kader yang datang ke Posyandu di wilayah kelurahan
Basirih Selatan
2. Sample
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random
Sampling, yaitu penelitian mengambil sampel yang diinginkan. Dari
setiap Posyandu sebanyak 1 orang kader dan 5 ibu pengguna
Posyandu Balita.
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
- Lembar isian data dasar dan /inform Consent
- Lembar kuisioner masing- masing 3 lembar untuk kader dan ibu
pengguna Posyandu.
3.4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependent) dan
variabel bebas (independent). Variabel bebas pada penelitian ini adalah
kinerja kader Posyandu Balita di wilayah Kelurahan Basirih Selatan,
sedangkan variabel terikat berupa mutu pelayanan UKM pada program
posyandu balita.
3.5. Deinisi Operasional
Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala

22
Oprasional cara ukur
Kinerja Kader Hasil suatu Dengan Dengan skor Ordinal
Posyandu pekejaan yang menggunakan penilaian
dilakukan kusioner yang 18-26 =
sesuai dengan terdiri dari 18 kinerja
tugas dan pertanyaan. buruk
fungsi kader Dengan tiga 27-35 =
posyandu pilihan sedang
jawaban, 36-54 =
yaitu: Pilihan kinerja baik
jawaban
selalu diberi
nilai 3;
Pilihan
jawaban
kadang-
kadang diberi
nilai 2;
Pilihan
jawaban
Tidak diberi
nilai 1.
Kepuasan Ibu Terpenuhinya Dengan Dengan skor Ordinal
Pengguna harapan dan menggunakan penilaian
Posyandu keinginan ibu kuesioner 18-26 =
pengguna yang terdiri sangat tidak
Posyandu. dari 18 memuaskan
pertanyaan
Dengan tiga 27-35 =
pilihan tidak
jawaban memuaskan

23
Selalu = 3 36-44 =
Kadang- memuaskan
kadang = 2 45-54 =
Tidak = 1 sangat
memuaskan
Mutu Pelayanan Ordinal
Pelayanan kesehatan
yang
menunjuk
pada tingkat
kesempurnaan
pelayanan
kesehatan
dalam
menimbulkan
rasa puas
pada diri
setiap pasien

3.6. Tekhnik Pengambilan Data


Pengumpulan data dilakukan yaitu dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden. Setelah menemukan responden, peneliti
memberi penjelasan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat,
prosedur pelaksanaan penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Peneliti
meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi, responden

24
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden.
3.7. Cara Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 6 Posyandu di wilayah Kelurahan
Basirih Selatan yaitu :
1. Posyandu TS VII tanggal 7 April 2018
2. Posyandu TS VI tanggal 16 April 2018
3. Posyandu TS IX tanggal 19 April 2018
4. Posyandu TS VIII tanggal 21 April 2018
5. Posyandu TS X tanggal 25 April 2018
6. Posyandu TS XI tanggal 28 April 2018

25
BAB V
HASIL DAN MEMBAHASAN

Populasi balita berdasarkan laporan bulanan bulan April tahun 2018


di kelurahan Basirih Selatan sebanyak 351 orang. Sedangkan jumlah kader
posyandu di kelurahan Basirih Selatan berdasarkan laporan bulanan untuk
bulan April tahun 2018 adalah 30 orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu peneliti
mengambil sampel secara acak sampai didapatkan jumlah sampel yang
diinginkan (14).

Posyandu Jumlah responden


Kader Ibu Pengguna Posyandu
TS VII 1 5
TS VI 1 5
TS IX 1 5
TS VIII 1 5
TS X 1 5
TS XI 1 5
Total Responden = 36 orang
Table 5.1. distribusi responden penelitian

5.1. Karakteristik Responden


a. Kader Posyandu
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 6 orang responden
kader Posyandu yang keseluruhannnya perempuan didapatkan hasil
tentang karakteristik usia. Usia responden dalam rentang 21 tahun
sampai 30 tahun sebanyak 1 orang (17%), rentang usia 31 tahun sampai
40 tahun sebanyak 3 orang (50%) dan rentang usia 41 tahun sampai 50
tahun sebanyak 2 orang (33%). Sedangkan untuk pendidikan terakhir
responden adalah Sarjana/Diploma 1 orang (17%), SMA 4 orang (66%)
dan SMP sebanyak 1 orang (17%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden


kader Posyandu balita di Kelurahan Basirih Selatan

26
No Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)
1. Usia responden
21-30 tahun 1 17%
31-40 tahun 3 50 %
41-50 tahun 2 33%
2. Pendidikan terakhir
SD 0 0%
SMP 1 17%
SMA 4 66%
Sarjana (Diploma) 1 17%

b. Ibu Pengguna Posyandu


Berdasarkan penelitian terhadap 30 orang responden ibu-ibu
pengguna Posyandu didapatkan hasil karakteristik responden mengenai
usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Usia responden terbanyak
adalah pada usia 31-40 tahun sebanyak 13 orang (44%). Untuk
pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMP/Sederajat
sebanyak 13 orang (44%). Serta mayoritas responden merupakan ibu
rumah tangga (93%).
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase karakterristik responden ibu-
ibu pengguna Posyandu balita di Kelurahan Basirih Selatan.
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Usia responden
≤ 20 tahun 1 3%
21-30 tahun 11 37%
31-40 tahun 13 44%
41.50tahun 4 13%
≥ 50 tahun 1 3%
2. Pendidikan terakhir
SD 3 10%
SMP/Sederajat 13 44%
SMA/Sederajat 10 33%
Sarjana/ Diploma 4 13%

3. Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 28 93%
Swasta/Wiraswasta 2 7%

5.2. Kinerja Kader Posyandu

27
Secara keseluruhan dari hasil kuesioner tingkat kinerja
Posyandu dalam upaya meningkatkan pemanfaatan posyandu di
Kelurahan Basirih Selatan sebagai wilayah kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin dapat dilihat dari table 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4. Distribusi kader berdasarkan tingkat kerja


No Tingkat kinerja Frekuensi Persentase (%)
1. Buruk - -
2. Sedang 1 17%
3. Baik 5 83%

5.3. Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu


Dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa dari 30 orang
responden ibu pengguna posyandu 24 orang (80%) responden
menyatakan pelayanan posyandu tergolong sangat memuaskan dan
sebanyak 6 orang (20%) menyatakan memuaskan.

Table 5.5. distribusi frekuensi dan persentase dari Kepuasan Ibu Pengguna
Posyandu
No Tingkat Kepuasan Frekuensi Persentase
1 Sangat Tidak Puas - -
2 Tidak Memuaskan - -
3 Memuaskan 6 20%
4 Sangat memuaskan 24 80%

5.4. Interprestasi Hasil Penelitian


5.4.1. Kinerja Kader Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian pada kader diketahui bahwa
mayoritas usia responden adalah berada dalam rentang 31 tahun
sampai 40 tahun yaitu 3 orang (50%). Penelitian yang pernah
dilakukan oleh Adjad dalam Puspasari (2002) menemukan bahwa
sebagian besar kader yang aktif di Posyandu berumur 25 tahun. Hal ini
diperkirakan berkaitan dengan adat ketimuran yang tidak
membenarkan yang muda mengajari yang tua. Namun bila dilihat dari
segi kemampuan menerima informasi, kader yang berumur lebih muda
akan lebih muda menerima dan memahami informasi-informasi baru

28
untuk pembaruan yang berkaitan dengan kemajuan Posyandu
dibandingkan kader yang berusia lebih tua. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hurlock (1999) yang menyebutkan bahwa usia dini
merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya
ingat, sehingga akan lebih mudah menerima dan memahami informasi
baru yang diberikan (15).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kader berpendidikan
SMA yakni sebanyak 4 orang (66%). Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan kader sudah cukup untuk menerima tugas- tugas
sebagai kader. Penelitian Hartoyo,dkk (2000 yang dikutip oleh
Puspasari, 2002) menyebutkan bahwa sebaiknya kader minimal
berpendidikan SMP karena memiliki kemampuan dan daya pikir yang
cukup untuk menjalankan tugas sebagai kader. Pendidikan kader
berhubungan dalam pelaksanaan tugas-tugas di Posyandu oleh karena
itu kinerja posyandu sangat tergantung pada kualitas kader. Hal ini
sejalan dengan pendapat Koplmen (1986, yang dikutip oleh sihite
2005) bahwa pendidikan mempunyai efek 10-15% terhadap kinerja
seseorang. Kader merupakan motor penggerak Posyandu yang sampai
saat ini masih diakui eksistensinya dalam menggerakkan keluarga
untuk hidup sehat yang diwujudkan dengan pengelolaan Posyandu
sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan Posyandu sangat
ditentukan oleh kinerja kader (15)
Menurut Maier dalam Puspasari (2002) kinerja adalah
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Dari
studi kepustakaan tersebut tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja
kader dapat diukur berdasarkan uraian tugasnya baik pada hari
pelaksanaan Posyandu maupun diluar hari pelaksanaan Posyandu
(15).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kinerja petugas
posyandu dalam kategori kinerja baik yaitu 5 orang (83%). Kinerja
individu dikatakan baik jika tujuan dari suatu pekerjaan itu dapat

29
dilakukan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang baik yang
dapat dirasakan oleh orang lain.
Peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan terbuka seperti
berapa tahun mereka menjadi kader posyandu, kendala yang sering
ditemui saat pelaksanaan Posyandu, bagaimana komunikasi kader dan
petugas Puskesmas , serta saran untuk Puskesmas agar pelaksanaan
Posyandu semakin lebih baik lagi.
Dari hasil jawaban kader rata-rata mereka telah menjadi kader
selama lebih dari tiga tahun. Kendala atau masalah yang sering mereka
temui saat pelayanan Posyandu adalah kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat untuk membawa anaknya ke Posyandu dan kurangnya
peran RT dalam mengajak warga ke Posyandu. Untuk jawaban
mengenai komunikasi antara kader dan petugas , mayoritas kader
menyatakan bahwa komunikasi mereka berjalan dengan baik.
Saran dari kader untuk Puskesmas agar pelaksanaan posyandu
berjalan semakin lebih baik adalah adanya pihak yang bekerjasama
dengan tokoh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
posyandu, serta diadakan penyuluhan kepada kader mengenai sistem
kegiatan di Posyandu agar mereka memiliki pengetahuan yang sama
dalam menjalankan program.

5.4.2. Tingkat Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu


Hasil penelitian menunjuukkan bahwa kepuasan ibu pengguna
Posyandu berada pada tingkat sangat memuaskan (80%). Pelayanan
dan perilaku kader merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat kepuasan ibu pengguna Posyandu. Kepuasan yang
dirasakan ibu pengguna Posyandu merupakan suatu bentuk evaluasi
terhadap kinerja suatu Posyandu. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pertiwi (2002), yaitu ada hubungan anatara
mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan klien. Hasil pelayanan
yang baik maka tingkat kepuasan klien tinggi (16).
Menurut Budiastuti (2002 yang dikutip oleh Parundiru 2009),
ada tiga macam kondisi kepuasan yang dirasakan oleh klien

30
berkaitan dengan dengan perbandingan antara harapan dan
kenyataan. Yang pertama, jika harapan suatu kebutuhan sama dengan
layanan yang diberikan maka klien akan merasa puas. Kedua, jika
layanan diberikan kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau
harapan maka klien menjadi tidak puas. Ketiga, kepuasan klien
merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh klien
dengan kenyataan yang diterima oleh klien pada saat mengkonsumsi
produk atau jasa (16).
Tingkat kepuasan ibu pengguna Posyandu dipengaruhi oleh
kinerja kader yang dapat dilihat dari berbagai aspek seperti
pemahaman tentang pelayanan yang akan diberikan, empati (sikap
peduli) kader terhadap ibu pengguna Posyandu, penampilan fisik
kader, jaminan keamanan yang diberikan, keandalan dan
keterampilan, dan kecepatan tanggap kader dalam menanggapi
keluhan ibu pengguna posyandu (17).
Selain itu, peneliti juga memberi beberapa pertanyaan terbuka
seperti, masalah apa yang sering di temui oleh ibu pengguna
Posyandu saat pelaksanaan Posyandu, apakah sudah cukup baik
kegiatan Posyandu yang telah berjalan serta saran dari ibu pengguna
Posyandu agar pelaksanaan berjalan lebih baik lagi.
Dari hasil pertanyaan terbuka kepada responden, sebagian besar
responden menyatakan bahwa kendala selama pelaksanaan
Posyandu adalah waktu pelaksanaan Posyandu yang terlalu siang,
kurangnya penyediaan obat-obatan untuk balita sakit, serta
kurangnya penyuluhan di Posyandu.
Saran dari ibu pengguna Posyandu untuk Puskesmas agar
pelaksanaan Posyandu berjalan semakin lebih baik adalah
disediakannya obat-obatan sehingga apabila ada balita sakit dapat
diberi pengobatan yang sesuai dan jadwal Posyandu dapat di
laksanakan lebih pagi, serta diadakannya penyuluhan lebih sering di
Posyandu.

31
BAB VI
PENUTUPAN

3.9. Kesimpulan
Berdasarkan uraina hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari 6 orang kader Posyandu yang menjadi responden, usia terbanyak
berada dalam rentang usia 31 tahun sampai 40 tahun sebanyak 3 orang
(50%), sedangkan unuk pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA
(66%)
2. Dari 6 orang kader yang menjadi responden, 5 orang (83%) memiliki
tingkat kinerja yang baik.
3. Dari 30 orang ibu pengguna posyandu yang menjadi responden, usia
terbanyak berada pada rentang usia 31-40 sebanyak 13 orang (44%),
pendidikan terakhir responden yang terbanyak adalah SMP yaitu 13
orang (44%) dan mayoritas responden merupakan ibu rumah tangga
yaitu 28 orang (93%)
4. Dari 30 orang ibu pengguna posyandu yang menjadi responden, 24
orang (80%) menyatakan pelayanan posyandu sangat memuaskan.

3.10. Saran
1. Diharapkan kepada Puskesmas sebagai dasar pelaksanaan pembinaan
kader agar memberikan penyuluhan secara berkesinambungan dan
berkualitas kepada kader agar dapat meningkatkan kinerja sebagai
pelaksanan guna meningkatkan kualitas pelayanan Posyandu
2. Diharapkan bagi petugas kesehatan bisa berkerjasama dengan kader
Posyandu untuk menjadwalkan rutin kegiatan seperti penyuluhan

32
tentang kesehatan balita agar ibu-ibu hamil memiliki pengetahuan yang
memadai dalam merawat dan memperhatikan kesehatan serta tubuh
kembang anak mereka.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Usaha Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI.


Buku Saku Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta
: Kementrian Kesehatan RI;2014.H.16-40.
2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;h. 3-4, 29-31.
3. Bustami. 2011. Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Akseptabilitasnya. Jakarta : Erlangga.
4. Pohan, Imbalo S. 2006. Jminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Dasar-
dasar Pengertian. Jakarta : Keisaint Blanc.
5. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan.
Depkes : Jakarta
6. Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. 2014. Kader Posyandu Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Dinkes Provinsi Sumatera Utara.
7. Razak N. 2013. Sekitar 35 Juta Balita Masih Beresiko jika Target
Angka Kematian Anak Tidak Tercapai. UNICEF Indonesia : Jakarta.
8. Ismarawati DN. 2010. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan
Pemberdayaan dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak di Indonesia.
Vol. 13 No. 04 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
9. Kementrian Kesehatan RI.2015. Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Depkes: Jakarta
10. Kementrian Kesehatan RI.2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2016. Depkes: Jakarta.
11. Rahmadiliyani N, Meililiyanie. 2012. Analisa Faktor-faktor yang
Menyebabkan Keengganan Ibu Balita Berkunjung ke Posyandu di
Desa Jingah Habang Hilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar. Vol. 4 No. 2 Media Sains.
12. Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Paket Pelatihan Kader
Kesehatan dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga.
Jakarta.
13. Aidha Z. 2010. Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu
Pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang.
Sumatera Utara: Fakultas Keperawatan

34
14. Puskesmas Pekauman. Laporan Tahunan Puskesmas Pekauman
2017. Banjarmasin: 2017.
15. Puspasari, A. 2002. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Posyandu di Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Institut Pertanian Bogor.
16. Parinduri, J.S.2009. Tingkat Kepuasan Pasien Immobilisasi dalam
Pemenuhan Pelaksanaan Personal Higiene oleh Perawat di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan: Fakultas
Keperawatan USU.
17. Muninjaya, A.A. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi:2. Jakarta:
EGC.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran Informed Consent Subjek Penelitian


Penyataan bersedia menjadi responden

35
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :

Bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang


dilakukan oleh doktor internsip Puskesmas Banjarmasin yang
bernama : dr. Helda Inggriawita dengan judul penelitian Gambaran
Tingkat Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu Balita Terhadap Kinerja
Kader di Posyandu Wilayah Kelurahan Basirih Selatan Dalam
Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Dan Implementasi
Ukm di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

Tanda Tangan

( )

36

Anda mungkin juga menyukai