SELVIANA
NIM.12.2087
SELVIANA
Program Studi S1. Keperawatan
Email: Selvianaevi71@yahoo.com
ABSTRAK
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang
encer atau cair. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan dan penyebab
kematian pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak yang dirawat di ruang asoka
RSUD H Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar. Metode penelitian ini
menggunakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Subjek pada
penelitian ini adalah semua anak yang menderita diare pada periode januari-
februari dengan populasi 93. Pemilihan sampel yang digunakan adalah
Nonprobability sampling dengan teknik accidental menghasilkan sampel
sebanyak 30 orang. Uji statistic menggunakan Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan air bersih (p=0.003),
kepemilikan jamban (p=0.003), pembuangan sampah (p=0.002) dengan kejadian
diare pada anak. Kesimpulan penelitian ini adalah sanitasi lingkungan memilki
hubungan yang signifikan dengan kejadian diare yaitu penggunaan air bersih,
kepemilikan jamban, dan pembuangan sampah.
Kata Kunci: Sanitasi Lingkungan, Anak, dan Kejadian Diare
ABSTRACT
Diarrhea is the loss of fluid and electrolytes in excess which occurs due to the
frequency of one or more bowel movements with watery stool form or liquid.
Diarrheal disease is still a health problem and the leading cause of death in
children. The purpose of this study to determine the relationship with Genesis
Environmental Sanitation Diarrhea in Children treated in hospital asoka H
Padjonga Dg Ngalle Takalar. This study uses a quantitative method with cross
sectional study. Subjects in this study were all children suffering from diarrhea in
the period January-February with a population of 93. The sample used was
nonprobability accidental sampling technique to produce a sample of 30 people.
Using Chi Square statistical tests. The results showed that there was a relationship
between the use of clean water (p = 0.003), latrine ownership (p = 0.003), landfills
(p = 0.002) and the incidence of diarrhea in children. It is concluded that
environmental sanitation have the significant relationship with the occurrence of
diarrhea, namely the use of clean water, latrine ownership, and waste disposal.
Keywords: Environmental Sanitation, the Son, and the incidence of diarrhea
PENDAHULUAN mencakup, minimnya tempat
Penyakit diare masih menjadi pembuangan sampah, penyediaan air
masalah global dengan derajat bersih, kurangnya kepemilikan
kesakitan dan kematian yang tinggi jamban keluarga, dan sarana
di berbagai negara terutama di pembuangan air limbah rumah
negara berkembang, dan juga sebagai tangga. Hal ini dapat menyebabkan
salah satu penyebab utama tingginya masalah kesehatan lingkungan yang
angka kesakitan dan kematian anak besar karena dapat menyebabkan
di dunia (Magdarina, 2010). mewabahnya penyakit diare dan
Kematian anak di Indonesia mempengaruhi kondisi kesehatan
sangat tinggi. Indonesia menduduki masyarakat (Fiesta Dkk, 2012).
peringkat keenam dengan angka Berdasarkan data dari Badan
kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati statistik Kabupaten takalar 2013,
pertahunnya. Kematian anak dan bahwa presentase kepemilikan akses
balita disebabkan oleh penyakit jamban pribadi 54% dan Buang Air
diare, bahkan untuk mendiagnosis Besar Sembarangan (BABS) 23%,
diare, maka pemeriksaan antigen Hasil Survei Environmental Health
secara langsung dari tinja Risk Assessment (EHRA) Kabupaten
mempunyai nilai sensifitas mencapai Takalar mengemukakan bahwa
70-90% (Efra, 2013). sebanyak 48,9% sampah rumah
Lingkungan yang sehat tangga masih berserakan, banyaknya
merupakan arena yang sangat cocok lalat diantara sampah yang
untuk anak bermain atau tempat berserakan masih sekitar 20,8 %
tinggal mereka. Jika lingkungan sedangkan penggunaan air bersih
rumah tidak sehat, hal ini bisa 40,23%.
mempengaruhi kesehatan anak dan Dari data yang diperoleh dari
berpengaruh terhadap tumbuh RSUD H Padjonga Dg Ngalle
kembang anak. Dan apabila kondisi Kabupaten Takalar, diare menempati
lingkungan buruk, akan menjadi peringkat 1 dari 10 masalah
salah satu faktor meningkatnya kesehatan yang ada di RSUD H
kejadian diare karena status Padjonga Dg Nggalle Kabupaten
kesehatan suatu lingkungan yang
Takalar. Penderita diare dari bulan Anak Yang Dirawat Di Ruang
januari-februari sebanyak 93 pasien. Asoka Di RSUD H Padjonga Dg
Berdasarkan studi pendahuluan Ngalle Kabupaten Takalar”.
peneliti terhadap 10 responden di
ruangan Asoka RSUD H Padjonga METODE PENELITIAN
Dg Ngalle Kabupaten Takalar, Desain Penelitian
terdapat 20% ibu memperhatikan Jenis penelitian ini adalah
penggunaan air bersih, menggunakan penelitian kuantitatif dengan
jamban pribadi, tetapi masih pendekatan cross sectional study
membuangan sampah disembaranang yaitu rancangan penelitian dengan
tempat. 10% ibu tidak melakukan pengukuran atau
memperhatikan penggunaan air pengamatan pada saat yang
bersih, menggunakan jamban pribadi bersamaan (sekali waktu).
dan membuang sampah pada
tempatnya. 70% ibu tidak Populasi, Sampel dan Sampling
memperhatikan penggunaan air Populasi dalam penelitian ini
bersih, menggunakan jamban umum, adalah semua anak yang menderita
dan pembuangan sampah penyakit diare berjumlah 93 dari
disembarang tempat. bulan januari sampai februari.
Dari hasil tersebut dapat Sampel sebanyak 30 responden
disimpulkan kondisi lingkungan dengan teknik sampling
sebagian responden belum baik. menggunakan Nonprobability
Kondisi lingkungan yang buruk sampling accidental dimana
menyebabkan terjadinya penentuan sampel berdasarkan
perkembangan faktor penyakit akibat kebetulan yaitu siapa saja yang
tersedinya media untuk penularan secara kebetulan bertemu dengan
penyakit, terutama penyakit diare. peneliti dapat digunakan sebagai
Berdasarkan uraian diatas maka sampel.
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai apakah ada Instrument penelitian
“Hubungan Sanitasi Lingkungan Instrument yang digunakan
Dengan Kejadian Diare Pada adalah kuesioner, kuesioner terdiri
dari 2 bagian yaitu Kuesioner A : variabel dari hasil penelitian. Analisa
Karakteristik responden berisi data ini menghasilkan distribusi dan
identitas orangtua klien meliputi presentase dari tiap variabel yang
nama, jenis kelamin, umur, diteliti. Analisis bivariat dilakukan
pendidikan terakhir dan pekerjaan. untuk mengetahui hubungan dua
Kuesioner B : Berisi tentang variabel yang diduga berhubungan
variabel-variabel yang diteliti yaitu atau berkorelasi Analisa bivariat ini
penggunaan air bersih, kepemilakan menggunakan chi square.
jamban, serta pembuangan sampah
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang masing-masing 5 pertanyaan.
Hasil Penelitian
Dengan pilihan jawaban Ya dan
Karakteristik responden
Tidak. Pengolahan data dilakukan
Tabel 1 Distribusi Responden
secara editing, koding, dan tabulasi. Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
Rawat Asoka RSUD H Padjonga Dg
Data yang diperoleh dalam bentuk NgalleKabupaten Takalar
kuesioner di analisa dengan Jenis Frekuensi Persentase
kelamin (f) (%)
menggunakan teknik uji chi square Laki-laki 5 16,7
Perempuan 25 83,3
dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05. Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan
Pengumpulan data
bahwa dari 30 responden diperoleh
Adapun sumber data penelitian
jenis kelamin laki-laki 5 responden
yaitu data primer yang merupakan
(16,7%) dan perempuan sebanyak 25
data penelitian yang diperoleh secara
responden (83,3%).
langsung melalui wawancara pada
Tabel 2 Distribusi Responden
responden menggunakan kuesioner. Berdasarkan Umur di Ruang Rawat
Asoka RSUD H Padjonga Dg Ngalle
Sedangkan data sekunder diperoleh Kabupaten Takalar
melalui status yang ada direkam Umur Frekuensi (f) Persentase
(Tahun) (%)
medik RSUD H Padjonga Dg Ngalle 20-25 8 26,7
26-30 13 43,3
Kabupaten Takalar. 31-35 9 30,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer 2016
Analisa Data
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan
Teknik analisis data yang digunakan
bahwa dari 30 diperoleh kelompok
adalah analisis univariat, Analisa
umur yang paling banyak menderita
univariat dilakukan terhadap tiap
diare yaitu 26-30 tahun sebanyak 13 penggunaan air bersih sebanyak 14
responden (43,3%), sedangkan responden (46,7%), sementara yang
kelompok umur yang paling sedikit tidak memenuhi syarat penggunaan
menderita diare yaitu 20-25 tahun air bersih sebanyak 16 responden
sebanyak 8 responden (26,7%). (53,3%).