Anda di halaman 1dari 13

Moudy E.

U Djami

Home About

← Lotus Birth PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN CEDERA Search


PERINEUM DALAM PERSALINAN →

Archives
DIAGNOSTIK DAN PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI, July 2016
AMNIONITIS DAN EMBOLI AIR KETUBAN February 2016
January 2016
Posted on April 1, 2015
October 2015
June 2015
Ketuban Pecah Dini (KPD) May 2015
April 2015
Insiden KPD secara umum sebesar 10% pada kehamilan, dan KPD itu sendiri November 2013
June 2013
menyumbang sekitar 30-40% kejadian persalinan preterm, sementara itu persalinan April 2013
preterm dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir sebesar 80- March 2013
85%. Faktor lain yang berhubungan dengan KPD antara lain: sosial ekonomi, BMI yang
Meta
kurang dari normal, konsumsi tembakau/merokok aktif maupun pasif, riwayat KPD Register
sebelumnya, infeksi saluran kemih, perdarahan pervaginam, inkompeten serviks dan Log in
amniosintesis.1

Di Amerika, Ketuban Pecah Dini pada usia premature / Preterm Premature Rupture Of
the Membrane (PPROM) menyebabkan 3% dari semua jenis komplikasi dan terjadi pada ±
150.000 kehamilan setiap tahunnya. Jika KPD berlangsung lama atau masih jauh dari usia
aterm, maka secara signifikan akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas tidak hanya
pada bayi tetapi juga pada ibunya. Oleh karena itu petugas kesehatan harus memahami
dengan betul tentang diagnosis dan penanganan KPD.1-3

1. Pengertian KPD

KPD adalah keluarnya air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya
selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.4
KPD atau dikenal juga Prematur Rupture Of the Membrane (PROM) adalah Keluarnya
air-air per vaginam akibat pecahnya selaput ketuban secara spontan pada usia ≥ 34
minggu.5
Ketuban pecah yang berkepanjangan/Prolonged Rupture of Membrane adalah
ketuban yang pecah lebih dari 24 jam atau disebut juga Ketuban Pecah Lama (KPL)5

2. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala KPD dapat berupa:4, 6

Ketuban pecah secara tiba-tiba


Keluar cairan ketuban dengan bau yang khas

converted by Web2PDFConvert.com
Bisa tanpa disertai kontraksi/his
Terasa basah pada pakaian dalam/underwear yang konstan
Keluarnya cairan pervagina pada usia paling dini 22 minggu

Dibawah ini adalah table bagaimana mendiagnostik pengeluaran cairan vagina pada ibu
hamil.4

Tabel 1. Diagnosis Cairan Vagina

Gejala Dan Tanda Gejala Dan Tanda Diagnosis


Yang Selalu Ada Yang Kadang- Kemungkina
Kadang Ada

Keluar cairan Ketuban pecah Ketuban Pecah Dini


ketuban tiba-tiba (KPD)
Cairan tampak di
introitus
tidak ada his dalam
1 jam

Cairan vagina Riwayat keluar Amnionitis


berbau cairan
Demam Nyeri pada uterus
menggigil DJJ cepat
Nyeri peru Perdarahan
pervaginan sedikit-
sedikit

Cairan vagina Gatal Vaginitis/servisitis


berbau Keputihan
Tidak ada Nyeri perut
riwayat ketuban Disuria
pecah

Cairan vagina Nyeri perut Perdarahan


berdarah Gerak janin Antepartum
berkurang
Perdarahan banyak

Cairan berupa Pembukaan dan Awal persalinan


darah dan lendir pendataran serviks preterm atau aterm
Ada his

3. Faktor Risiko

converted by Web2PDFConvert.com
Faktor risiko terjadinya KPD antara lain:6-8

Inkompetensia servik
Polihidramnion
Malpresentasi janin
Kehamilan kembar
Vaginitis/servisitis, Infeksi Menular Seksual seperti Clamydia dan Gonore
Riwayat persalinan premature
Perokok (Pasif/aktif) selama kehamilan
Perdarahan pervaginam
Penyebab yang tidak diketahui
Sosial ekonomi (minimnya ANC)
Ras : kulit hitam lebih berisiko KPD dibanding kulit puti

4. Komplikasi KPD

Komplikasi yang dapat terjadi akibat KPD antara lain:6, 8

Partus Prematur
Berkembangnya infeksi yang serius pada plasenta yang menyebabkan korioamnionitis
Abrupsio plasenta
Kompresi talipusat
Infeksi pospartum

5. Pemeriksaan

Lakukan tes lakmus (tes nitrasin) dengan cara:4

Lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah ada cairan keluar melalui ostium uteri
eksternum (OUE) atau terkumpul di forniks posterior
Dengan pinset panjang atau klem panjang masukan cairan lakmus ke dalam serviks.
Jika kertas lakmus berubah warna menjadi biru, maka tes lakmus positif atau
menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis)

Harus diperhatikan, darah dan infeksi vagina dapat memberikan hasil positif palsu/false
positive. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya seperti
ultrasonografi untuk melihat indeks cairan amnion. Cara lain yaitu dengan pemeriksaan
mikroskopis yaitu tes pakis. Tes Pakis dilakukan dengan cara meneteskan cairan amnion
pada objek glas, tunggu hingga kering dan diperiksa di mikroskop, Jika Kristal cairan
tersebut berbentuk seperti pakis, maka cairan tersebut adalah cairan amnion yang
menandakan tes pakis positif.4

Secara ultrasonografi, Indeks cairan amnion (ICA) diukur pada 4 kuadran. Jika ditemukan
ICA kurang dari 8 cm disebut oligohidramnion dan jika > 25 cm disebut polihidramnion.
Sumber lain mengatkan bahwa range normal ICA adalah 5-25 cm.9 Empat kuadran untuk
pengukuran ICA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Empat kuadran untuk mengukur indeks cairan ketuban

Sumber: Parinatology.com 9

Pengukuran indeks cairan ketuban dengan USG diukur dengan meletakan probe USG
sejajar dengan sumbu longitudinal pasien dan tegak lurus dengan lantai. Setiap kuadran
dihitung dalam sentimeter. Keempat pengukuran kemudian dijumlahkan untuk
menghitung ICA (gambar 2).10

converted by Web2PDFConvert.com
Gambar 2. Cara mengukur ICA dengan USG

Sumber: Ultrasoundpaedia 10

Berikut ini adalah gambar grafik indeks cairan amnion untuk mengetahui normal atau
tidaknya indeks cairan ketuban ibu hamil.

Gambar 3. Indeks cairan amnion (ICA)

Sumber : Devore diunduh dari: http://www.fetal.com/IUGR/treatment.html1

6. Penanganan

Penanganan KPD adalah sebagai berikut:4

1. Rawat inap di Rumah sakit


2. Jika ada perdarahan pervagina disertai nyeri perut, pikirkan adanya abrupsio plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika sama
halnya pada amnionitis
4. Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
A. Berikan antibiotika ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3 x
250 mg peroral selama 7 hari
B. Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru
Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam
Atau deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam
Kortikosteroid jangan kalau ada infeksi
5. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
A. Jika terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi persalinan premature
B. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
Jika ketuban sudah pecah > 18 jam, berikan antibiotic profilaksis
Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam
Atau penisilin G 2 juta unid IV setiap 6 jam hingga persalinan terjadi
Jika tidak ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika
6. Nilai serviks

converted by Web2PDFConvert.com
Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus
oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea

7. Pencegahan

Hingga kini belum ditemukan tindakan pencegahan terhadap KPD. Evidence base
melaporkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara merokok dengan KPD,6 oleh
karena itu ibu hamil yang merokok harus berhenti merokok bahkan sebelum terjadi
konsepsi, dan juga terhadap perokok pasif agar lebih berhati-hati dengan menghindari
perokok aktif di sekitarnya. Selain itu melihat penyebab adalah IMS dan infeksi vagina
atau servik, maka personal hygiene dan hubungan seksual yang aman hanya dengan
pasangan dianjurkan untuk menghindari faktor risiko yang dapat dicegah.

Amnionitis dan Korioamnionitis

1. Pengertian Amnionitis dan Korioamnionitis

Amnionitis adalah radang pada selaput amnion.

Korioamnionitis adalah radang pada korion dan selaput amnion

Korioamnionitis atau infeksi intraamniotik adalah inflamasi akut pada membran dan korion
plasenta, terjadi karena infeksi bakteri polymicrobial secara asenden pada saat pecahnya
selaput ketuban.12

2. Insiden Korioamnionitis

Insiden korioamnionitis di Amerika secara umum sekitar 1-4%. Korioamnionitis menjadi


komplikasi sekitar 40-70% terhadap persalinan preterm dengan KPD dan sekitar 1-13%
persalinan aterm. Kasus ini menjadi salah satu indikasi utama dilakukannya tindakan
seksio sesarea.12

3. Faktor Risiko Korioamnionitis

Faktor risiko terjadinya korioamnionitis dari beberapa penelitian dapat dilihat pada table
berikut.12

Tabel 2. Faktor Risiko Korioamnionitis

No Faktor Risiko Risio Relatif Penelitian


(RR)

1 KPD dan KPL· ≥ 12 5,86,9 1314

jam· > 18 jam

2 Partus Lama· Kala 2 > 3,74,0 1415

2 jam· Fase aktif > 12


jam

converted by Web2PDFConvert.com
3 Pemeriksaan dalam 2-5 13, 15

yanglebih seringPada saat


KPD· ≥ 3 pemeriksaan

4 Nulipara 1,8 15

5 Grup B Streptokokus 1,7-7,2 15-17

6 Bakteri Vaginosis (BV) 1,7 18

7 Pemakai Alkohol dan 7,9 14

Tembakau

8 Meconium –Stained pd 1,4-2,3 15, 19

cairan ketuban

9 Monitoring internal (CTG) 2.0 13

10 Epidural anestesia 4,1 14

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala amnionitis dan Korioamnionitis antara lain

Demam maternal
Takikardi maternal
Nyeri tekan pada uterus
Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
Cairan amnion berbau busuk
Lekosit meningkat

5. Penanganan

1. Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan terjadi:


Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pascapersalinan
Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan
metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 8 jam
2. Nilai Serviks:
Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin
atau lakukan seksio sesarea
3. Jika terdapat metritis denga tanda/gejala demam, keluar cairan pervagina dan berbau,
berikan antibiotika sesuai dengan protap
4. Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan kultur dan berikan antibiotika

6. Dampak Korioamnionitis

Korioamnionitis yang dialami oleh ibu dapat memberikan dampak yang serius baik bagi ibu
maupun bayi yang dilahirkan antara lain:12

Stillbirth
Sepsis Neonatal

converted by Web2PDFConvert.com
Penyakit paru kronis
Kerusakan otak yang menyebabkan cerebral palsy
Neurodevelopmental disabilities

7. Pencegahan

Pencegahan terhadap terjadinya korioamnionitis antara lain:12, 20-22

Penanganan yang tepat pada ibu hamil dengan infeksi saluran kemih maupun infeksi
saluran reproduksi selama hamil, karena koriamnionitis terjadi karena invasi kuman
secara asenden.
Hindari pemeriksaan dalam pada ibu dengan KPD tanpa indikasi
Berikan antibiotika dengan dosis yang tepat
Induksi persalinan pada usia kehamilan > 34 minggu pada ibu hamil dengan KPD
direkomendasikan karena laporan dari berbagai studi membuktikan mengakhiri
kehamilan pada usia > 34 minggu dengan KPD dibandingkan dengan mempertahankan
kehamilan secara signifikan dapat menurunkan angka infeksi maternal maupun
neonatal dan menurunkan angka perawatan bayi di Neonatal Intensive Care Unit
(NICU).

Emboli Air Ketuban

1. Pengertian Emboli air Ketuban

Emboli air ketuban / Amniotic Fluid Embolism(AFE) adalah sindrom katastropik yang
terjadi selama persalinan atau segera setelah persalinan. Emboli air ketuban ini merupakan
suatu keadaan dimana cairan amnion masuk ke sirkulasi maternal yang jarang namun fatal
dan menyebabkan kematian maternal terutama di Negara sedang berkembang.23, 24

2. Insiden Emboli Air Ketuban

Insiden emboli air ketuban belum diperoleh informasinya. Hal ini disebabkan karena
syndrome ini sulit untuk diidentifikasi sehingga sulit untuk menegakkan diagnosanya.
Sebagian besar kasus (80%) terjadi pada saat persalinan, tetapi dapat terjadi juga sebelum
persalinan (20%) atau setelah persalinan.23

Sumber lain melaporkan bahwa kejadian sebenarnya dari kasus emboli air ketuban hingga
saat ini belum diketahui, namun dapat dilaporkan insiden emboli air ketuban berkisar
antara 1 dalam 8000 dan 1 dalam 80.000 persalinan, dengan tingkat kematian karena
emboli air ketuban sebesar 60%, sekalipun dengan terapi yang agresif dan pengobatan
segera. Outcome terhadap neonatus secara umum cukup buruk, dengan tingkat kematian
sebesar 20-25%, dan jika hidup, hanya 50% dengan neurologis yang intact.25

3. Etiologi Emboli Air Ketuban

Etiologi terjadinya emboli air ketuban hingga kini masih belum jelas. Evidence terkini
melaporkan bahwa terjadinya emboli air ketuban ada hubungannya dengan faktor
imunologi. Hal ini disebabkan karena masuknya cairan amnion dalam peredaran darah
maternal menyebabkan syok anafilaktik. Temuan ini didasari pada perubahan
hemodinamik pada anafilaktik syok dengan emboli air ketuban sama. disamping itu ketika
melakukan percobaan pada binatang dengan menyuntikan air ketuban pada pembuluh
darahnya, tidak ditemukan adanya kondisi emboli air ketuban. Pada ibu dengan emboli air

converted by Web2PDFConvert.com
ketuban, tidak selamanya ditemukan sel fetus dalam tubuh ibu. Oleh karena itu
disimpulakan masuknya emboli air ketuban menyebabkan syok anafilaktik yang berimbas
pada morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.25 Patofisiologi terjadinya emboli air
ketuban juga belum diperoleh informasi yang jelas dan ajeg.

Pada dasarnya keadaan ini terjadi karena masuknya cairan katuban ke dalam peredaran
darah maternal yang dapat dijelaskan pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Patofisiologi Emboli Air Ketuban

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Amniotic_fluid_embolism#mediaviewer/File:Amniotic_fluid_embolism.png

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Emboli air ketuban dapat dilihat pada table berikut ini.25

Tabel 2. Tanda dan Gejala Emboli Air Ketuban

No Tanda Dan Gejala %

1 Hipotensi 100

2 Gawat janin 100

3 Edema pulmonal 93

4 Cardiopulmonary arrest 87

5 Sianosis 83

6 Koagulapati 83

7 Dyspnea 47

8 Seizure / kejang 48

9 Atonia uteri 23

10 Bronkospasme 15

11 Transient hypertension/Hipertensi sementara 11

12 Batuk 7

13 Sakit kepala 7

converted by Web2PDFConvert.com
14 Nyeri dada 2

Sumber: Gist et al (2009) 25

5. Faktor Risiko Emboli Air Ketuban

Usia
Multipara
Faktor Psikologis yang menyebabkan kontraksi
Induksi persalinan
Instrumen partus pervaginam
Kehamilan lewat waktu/postmatur
Seksio Sesarea
Ruptura uteri
Polihidramnion
Robekan leher rahim yang banyak
Abrupsio plasenta
IUFD
Bayi besar
Meconeum stained dalam cairan amnion
Eklampsia
Gawat janin
Trauma abdomen
Intervensi bedah
Amnioinfusi dengan salin
Meconeum bayi laki-laki

6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala diatas. Beberapa diagnosa banding dari
emboli air ketuban antara lain:

a. Penyebab obstetri

Perdarahan akut
Abrupsio plasenta
Ruptura uteri
Eklampsia
Cardyomiopati peripartum

b. Penyebab anestesi

Anestesi spinal yang tingi


Aspirasi
Keracunan anestesi lokal

c. Penyebab non obstetric

Emboli paru
Emboli udara
Anafilaksis
Syok sepsis

converted by Web2PDFConvert.com
7. Penanganan

Kondisi emboli air ketuban yang ditemukan secara dini akan memberikan outcome yang
leih baik. Manajemen emboli air ketuban antara lain:

Tindakan yang paling pertama dilakukan adalah oleh bidah adalah resusitasi ABC
Berikan oksigen dengan konsentrasi 100% à intubasi
Monitoring VS secara kontinyu
IVFD dengan gauge yang besar (16-18G) à pertimbangkan input cairan agar tidak
menyebabkan edema paru
Segera dirujuk

Selanjutnya tindakan yang lebih lanjut dapat dilakukan oleh tenaga ahli di tempat rujukan

Kateterisasi arteri à menitoring tekanan darah yang akurat dan pemeriksaan darah
Lahirkan Bayi dengan tindakan resusitasi yang cepat dan tepat agar dapat mereduksi
sekuele

8. Prognosis

Diagnosis dan tindakan yang tepat dengan segera : prognosis baik


Diagnosis dan tindakan yang lambat : prognosis buruk, mortalitas tinggi.

Referensi:

1. Mercer BM, Milluzzi C, Colin M. Periviable birth at 20 to 26 weeks of gestation:


proximate causes, previous obstetric history and recurrence risk. Am J Obstet Gynecol.
2005;3(2):1175-80.

2. Mercer BM. Preterm premature rupture of the membranes: diagnosis and


management. Clin Perinatol. 2004;4:765-82.

3. Aagards-Tillery KM, Nurthalapaty FS, Ramsey PS, Ramin KD. Preterm premature
rupture of the membranes: perspectives surrounding controversies in management. .
Am J Obstet Gynecol. 2005;22:287-97.

4. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2004.

5. Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes. 2014 September 29, 2014. Available


from: http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview – aw2aab6b3.

6. Premature Rupture of Membranes (PROM)/Preterm Premature Rupture of


Membranes(PPROM). Health Encyclopedia [Internet]. 29 September 2014. Available
from: http://www.urmc.rochester.edu/Encyclopedia/Content.aspx?
ContentTypeID=90&ContentID=P02496.

7. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. Varney’s Pocket Midwife. Boston: Jones and Bartlett
Publisher, Inc; 1998.

8. Medina TM. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and Management.

converted by Web2PDFConvert.com
American Family Physician. 2006;73(4):659-64. Epub February 15, 2006.

9. com. Amniotic Fluid Index (AFI). PerinatologyCom:Glosary [Internet]. September 29,


2014. Available from: http://www.perinatology.com/Reference/glossary/A/Amniotic
Fluid Index.htm.

10. Ultrasoundpaedia. 3rd Trimester Ultrasound – Normal. Ultrasounpaedia [Internet].


Available from: http://www.ultrasoundpaedia.com/normal-3rdtrimester/.

11. Devore GR. Amniotic Fluid Index. Fetal Diagnostic Centers [Internet]. September 29,
2014. Available from: http://www.fetal.com/IUGR/treatment.html.

12. Tita ATN, Andrews WW. Diagnosis and Management of Clinical Chorioamnionitis. Clin
Perinatol. 2010;37(2):339-54.
13. Soper DE, Mayhall CG, Froggatt JW. Characterization ans control of intraamniotic
infection an urban teaching hospital. Am J Obstet Gynecol. 1996;175(2):304-9.

14. Rickert VI, Wiemann CM, Hankins GD, Mackee JM, Berenson AB. Prevalence and risk
factor of chorioamnionitis among adolescents. Obstet Gynecol. 1998;92(2):254-7.

15. Seaward PG, Hannah ME, T.L M, Farine D, Ohlsson A, Wang EE, et al. International
multicentre term prelabor rupture of membranes study: evaluation of predictors of
clinical chorioamnionitis and postpartum fever in patients with prelabor rupture of
membranes at term. Am J Obstet Gynecol. 1997;177(5):1024-9.

16. Yancey MK, Duff P, Clark P, Kurtzer T, Frentzen BH, Kubilis P. Peripartum infection
associated woth vaginal group B streptococcal clolonization. Obstet Gynecol.
1994;84(5):816-9.

17. Anderson BL, Simhan HN, Simons KM, Wiesenfeld HC. Untreated asymtomatic group B
streptococcal bacteria early in pregnancy and chorioamnionitis at delivery. Am J Obstet
Gynecol. 2007;196(6):524-5.

18. Newton ER, Pearis W. Bacterial vaginosis anf intraamniotic infection. Am J Obstet
Gynecol. 1997;176(3):672-7.

19. Tran SH, Caughey AB, Musci TJ. Meconium-stained amniotic fluid is association with
puerperal infection. Am J Obstet Gynecol. 2003;189:784.

20. Premature rupture of membranes. Clinical management guidelines for obstetrician-


gynecologists. Obstet Gynecol. 2007;109(4):1007-19.

21. Simhan HN, Canavan TP. Preterm premature rupture of membranes: diagnosis,
evaluation and management strategies. BJOG. 2005;112(Suppl 1):32-7.

22. Dare MR, Middleton P, Crowther CA, Flenady VJ, Varatharaju B. Planed early birth
versus expectant management (waiting) for prelabour rupture of membranes at term
(37 weeks or more). Cochrane Database Syst Rev. 2006(1).

23. Toy H. Amniotic Fluid Embolism. Eur J Gen Med. 2009;6(2):108-15.

24. Lindsday P. Complications of the Third of the Stage of Labour. In: Henderson C,
Macdonald S, editors. Maye’s Midwifery, A Textbook for Midwives London: Bailiere
Tindall; 2004.

25. Gist RS, Stafford IP, Leibowitz AB, Beilin Y. Amniotic Fluid Embolism. Anest analg.

converted by Web2PDFConvert.com
2009;108(5):1599-602. Epub May 2009.

Share this:

 Twitter  Facebook 11

Loading...

Related

HIDRAMNION
PERSALINAN LAMA, INDUKSI DAN AKSELERASI PERSALINAN

Sentuhan Persalinan

About Moudy E.U Djami


Lahir dan besar di So'E, Kab Timor Tengah Selatan, Prop Nusa Tenggara
Timur, telah menyelesaikan studi D4 Bidan Pendidik di Poltekes Depkes
Jakarta III, S2 Kesehatan Reproduksi dari Universitas Indonesia dan S2 Ilmu
Kebidanan dari Universitas Padjadjaran Bandung. Sekarang ini sementara
melanjutkan studi di S3 Manajemen Pendidikan di Universitas Pakuan Bogor.
Riwayat Pekerjaan pernah bekerja sebagai bidan di RSMM Timika, RS Puri
Cinere Depok, Klinik Medika Timika, dan RSTM Timika. Menikah dengan Ong
Tjandra dan dikaruniai seorang putri tercinta Alexa Candika. Rutinitas sehari-
hari sebagai ibu rumah tangga dan juga tenaga pendidik di Akademi Kebidanan
Bina Husada Tangerang dan bidan pengelola di Klinik Sehati.
View all posts by Moudy E.U Djami →

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

← Lotus Birth PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN CEDERA


PERINEUM DALAM PERSALINAN →

Leave a Reply
Enter your comment here...

Moudy E.U Djami


Blog at WordPress.com.

converted by Web2PDFConvert.com
converted by Web2PDFConvert.com

Anda mungkin juga menyukai