PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru merupakan sepasang organ yang terletak di dalam rongga
toraks, berbentuk seperti piramid dengan tekstur seperti pons, berada di atas
diafragma serta diselubungi oleh membran atau selaput pleura, yaitu pleura
parietalis dan visceralis. Pleura viseralis langsung membungkus paru-paru,
sedangkan pleura parietalis melapisi permukaan dalam dinding toraks. Diantara
kedua pleura terdapat cavum pleura (rongga peura). Setiap paru memiliki
bagian apeks yang tumpul di daerah kranial dan basis yang melekuk mengikuti
lengkung diafragma di daerah kaudal.2,5
2
Sedangkan paru-paru kiri terdiri dari lobus superior dan inferior. Selain itu
yang perlu diketahui adalah fissura yang membatasi antar lobus. Terdapat 2
fissura pada paru kanan, yaitu fissura horizontalis atau fissura minor, yaitu
fissura yang membatasi lobus superior dengan lobus medial dan fissura oblik
atau disebut juga fissura mayor yang membatasi lobus medial dengan lobus
inferior. Sedangkan untuk paru kiri hanya terdapat fissura oblik yang
membatasi lobus superior dengan lobus inferior.2
B. TORAKS NORMAL
Pengetahuan-pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam
batas-batas normal penting untuk suatu penilaian yang tepat dan teliti terhadap
foto toraks dan untuk dapat mengetahui apa yang sakit.6
Foto toraks pada orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang toraks
termasuk tulang rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula dan
jaringan lunak dinding toraks. Toraks terbagi dua oleh mediastinum di tengah-
tengah. Disebelah kiri dan kanan mediastinum terdapat paru-paru yang berisi
udara sehingga relatif radiolusen (hitam) jika dibandingkan dengan
mediastinum, dinding toraks dan bagian atas abdomen (putih).6
3
Radiografi toraks merupakan pemeriksaan radiologi yang paling sering
dilakukan dimana-mana. Standar radiografi toraks adalah dua macam view dan
dilakukan dalam posisi berdiri dan inspirasi penuh. Bentuk lain radiografi
toraks yang dapat dilakukan pada keadaan tertentu misal pada pasien yang
tidak mampu berdiri untuk radiografi PA adalah AP erect (duduk di atas bed),
AP semi-erect, supinasi (biasanya pada pasien dengan trauma dan pada pasien
ICU), mobile (yang dilakukan di luar departemen radiologi menggunakan unit
sinar X mobile), lateral dekubitus (untuk pneumothorax atau gas trapping
akibat terhirup benda asing) dan ekspirasi frontal (untuk keadaan
pneumothorax dan gas trapping akibat terhirup benda asing).7
Fase respirasi memiliki efek yang besar dalam munculnya beberapa
struktur pada radiografi toraks. Radiografi frontal inspirasi yang buruk akan
menyerupai keadaan patologi. Struktur yang dapat muncul berbeda pada
ekspirasi meliputi ukuran jantung, kontur dan lebar mediastinum, inflasi paru
dan kontur diafragma.7 Selain posisi dan inspirasi, hal yang harus dipikirkan
dalam foto toraks adalah mengenai simetrisasi foto dan juga mengenai kualitas
sinar X pada saat paparan. Pada keadaan kondisi yang kurang maka foto akan
tampak putih atau samar, sedangkan pada kondisi cukup vertebra akan tampak
seluruhnya dari vertebra cervical I hingga torakal IV, dan pada kondisi keras
maka akan tampak hingga vertebra thoracal XII.2,7
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi maka selanjutnya dilakukan pembacaan
foto yang dapat dimulai dari lateral ke medial atau sebaliknya, atau dari
superior ke inferior atau sebaliknya. Selain keempat cara diatas dapat juga
menggunakan tehnik panduan ABCDEFGHI untuk menilai foto toraks yang
terdiri dari:8
1. Assesment of quality
Kualitas foto dapat dinilai dengan menggunakan mnemonic PIER:
- Posisi : apakah supine AP, PA atau lateral
- Inspirasi : menghitung iga posterior. Sebaiknya kita dapat melihat
iga ke-10 hingga ke-11 dengan efek inspirasi yang baik
- Exsposure : foto yang baik akan memperlihatkan detail paru-paru dan
kolumna spinalis dengan baik
4
- Rotasi : rongga antara klavikula medial dan batas vertebrae yang
berdekatan sebaiknya secara kasar sama dengan lainnya; lihat juga garis
yang tertinggal atau objek
2. Bone and soft tissue (tulang dan jaringan lunak)
Perhatikan kesimetrisan tulang, fraktur, osteoporosis dan lesi metastasis.
Evaluasi pula jaringan lunak untuk benda asing, edema dan udara subkutan
3. Cardiac (jantung)
Evaluasi ukuran jantung dengan menggunakan cardio-thoracal ratio
(CTR). Ukuran jantung yang normal adalah jika rasio <50% terhadap
diameter toraks pada foto toraks posisi PA dan <60% pada foto toraks
posisi AP. Selain itu juga harus dinilai bentuk jantung, kalsifikasi dan katup
prostetik.
4. Diafragma
Nilai diafragma untuk posisi (kanan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan kiri karena hepar) dan bentuk (dapat mendatar pada pasien asma
dan dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu yang perlu
diperhatikan juga adalah apakah terdapat gambaran udara di bawah
diafragma
5. Efusi
Efusi pleura dapat besar dan jelas atau kecil dan tidak terlihat jelas.
Sehingga perlu sangat diperhatikan sudut kostofrenikus untuk ketajaman
atau kelancipan (sudut tumpul dapat menunjukkan efusi). Foto toraks
lateral dapat dilakukan jika efusi posterior sedikit.
6. Field and fissures (lapangan paru dan fissura)
Perhatikan apakah pada lapangan paru terdapat infiltrat (intersisial atau
alveolar), masa, konsolidasi, air bronchogram, pneumothoraces, dan tanda
vaskular. Pembuluh seharusnya akan terlihat lancip dan hampir tidak
terlihat di perifer paru. Selain itu jangan lupa untuk mengevaluasi fisura
mayor dan minor apakah menebal atau terdapat cairan.
7. Great vessels (pembuluh darah besar)
Perhatikan ukuran aorta dan bentuk serta pembuluh darah pulmonal. Aortic
knob seharusnya terlihat jelas
5
8. Hilus dan mediastinum
Evaluasi hilus untuk limfadenopati, kalsifikasi dan massa, Hilus kiri
normalnya akan tampak lebih tinggi letaknya dibandingkan dengan kanan.
Selain itu periksa juga apakah mediastinum melebar yang dapat
menunjukkan adanya diseksi aorta. Deviasi trakea dapat menunjukkan
adanya efek massa atau tension pneumothorax. Meskipun begitu pada anak
kita harus hati-hati untuk tidak membuat kesalahan dengan menganggap
thymus adalah massa.
9. Impression (kesan)
Dalam kebanyakan kasus, kesan hanya bersifat sementara karena tidak
hanya memaksa untuk dapat merangkum atau menyimpulkan semua
temuan namun juga bertindak sebagai double check
6
C. Pneumonia
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Pada pneumonia, secara klinis laki-laki lebih sering terkena dibanding
perempuan. Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa saja, lebih
banyak ditemukan pada anak-anak dan usia lanjut. Pada berbagai usia
penyebabnya cenderung berbeda-beda. Pneumonia semakin sering dijumpai pada
orang-orang lanjut usia (lansia) dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Pneumonia juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain
seperti diabetes mellitus (DM), payah jantung, penyakit arteri koroner.
2.3 Etiologi
7
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Hasil penelitian dari
beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari
pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
8
m. Alkoholisme
n. Malnutrisi
o. Pekerjaan
p. Lingkungan kerja
2.5 Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi
primer :
9
dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (7 sanrpai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semula.
Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil,
demam, nyeri pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki
basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang oleh
karena eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat pula dalam permukaan pleura.
Hampir selalu terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah
melalui daerah paru yang tak mengalami ventilasi dan konsilodasi. Untuk
membantu dalam menegakkan diagnosis dan mengikuti perjalanan pneumonia
dapat dilakukan radiogram dada, hitung leukosit dan pemeriksaan sputum terdiri
dari pemeriksaan dengan mata telanjang dan mikroskopik serta biakan.
Pneumonia diharapkan sembuh setelah terapi mencapai 2-3 minggu. Bila
lebih lama perlu di curigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non
bakteri seperti oleh jamur, mikobakterium atau parasit. Karena itu perlu
penyelidikan lebih lanjut terhadap MO penyebab pneumonia Pada umumnya
pasien dengan gangguan imunitas yang berat mempunyai prognosis yang lebih
buruk dan kemungkinan rekurensi yang lebih besar.
10
C. Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Disebabkan oleh aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri
(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi
pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan.
Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi
berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara
yang terdapat pada percabangan bronkus, yang dikelilingi oleh bayangan
opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat
diagnostik untuk pneumonia lobaris.
2. Bronkopneumonia (Pneumonia lobularis)
Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk
bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini
seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas,
demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia
dapat muncul sebagai infeksi primer.
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan
peribronkial. Peradangan dapat ditemukan pada infeksi virus dan
mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus
masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata
11
2. Sputum produktif
3. Demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. Sesak napas
2. Nyeri dada
3. Konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4. Jumlah leukosit >12.000/L
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi.
Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah.
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi
basah kasar pada stadium resolusi.
Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala yang tidak khas.
Selain batuk dan demam pasien tidak jarang datang dengan keluhan gangguan
kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh, dan inkontinensia akut.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi.
12
Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang
kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi
ronkhi basah kasarpada stadium resolusi.
2. Pemeriksaan laboratorium
Infeksi paru (Pneumonia) dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
beberapa protozoa. Pada foto konvensional, secara umum tidak mungkin
mendiagnosis suatu agen penyebab infeksi dari jenis bayangannya saja. Sehingga
dibutuhkan keterangan klinis, pemeriksaan laboratorium seperti jumlah leukosit
dan hitung jenis. Oleh karena itu pada dasarnya semua pemeriksaan saling
melengkapi dan saling membantu dalam menegakkan suatu diagnosis.
American Thoracic Society merekomendasikan foto toraks dengan proyeksi
PA (posteroanterior) dan lateral (jika dibutuhkan) sebagai modalitas utama yang
di gunakan untuk melihat adanya pneumonia. Gambaran pneumonia pada foto
thorax sebenarnya sama seperti gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika
udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut
akan tampak lebih opaq pada foto Rontgen. Jika kelainan ini melibatkan sebagian
atau seluruh lobus disebut lobaris pneumoniae, sedangkan jika berupa bercak
yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar maka disebut bronchopneumoniae.
13
Adapun gambaran radiologis foto thorax pada pneumonia secara umum
antara lain:
a. Perselubungan padat homogen atau inhomogen
b. Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
c. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trakea/septum/fisura seperti pada
atelektasis.
d. Air bronchogram sign adalah bayangan udara yang terdapat di dalam
percabangan bronkus yang dikelilingi oleh bayangan opaq rongga udara
yang akan tampak jelas jika udara tersebut tergantikan oleh cairan/eksudat
akibat proses inflamasi. Pada saat kondisi seperti itulah, maka dikatakan
air bronchogram sign positif (+)
J
14
e. Sillhoute sign adalah suatu tanda adanya dua bayangan benda (objek) yang
berada dalam satu bidang seakan tumpang tindih. Tanda ini bermanfaat
untuk menentukan letak lesi paru. Jika batas lesi dengan jantung hilang,
berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan. Maka akan disebut sebagai sillhoute sign (+)
15
Pada gambar (A) memperlihatkan bahwa konsolidasi awalnya cenderung terjadi
di daerah paru dekat dengan pleura visceral dan lama kelamaan akan menyebar secara
sentripetal menuju ke pori-pori kohn (pore of kohn) yang selanjutnya akan membentuk
konsolidasi pada satu segmen (B), lalu daerah yang mengalami konsolidasi tersebut
sampai mengisi 1 lobus parenkim paru sehingga pada derah bronkus yang terkena akan
tampak dengan jelas air bronchogram sign (+).
16
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan
pada pneumonia jenis ini.
17
Gambar. Pneumonia pneumococcal. Laki-laki umur 38 tahun dengan
pneumonia Streptococcus pneumoniae. Foto polos thoraks PA close-up
menunjukkan opasitas lingular homogen dengan central air bronchogram.
18
II. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Merupakan kombinasi antara penyakit interstitial dan alveolus (cedera
berawal dari dalam jalan nafas yang melibatkan bundel bronkovaskular, masuk ke
dalam alveolus yang mungkin terdapat edema cairan, darah, leukosit, membran
hialis dan organisme).2
Gambaran radiologi bronkopneumonia bercak berawan, batas tidak tegas,
konsolidasi dapat berupa lobular, subsegmental, atau segmental. Khas biasanya
menyerang beberapa lobus, hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris.
Lokasi predileksi bronkopneumonia biasanya hanya terjadi di lapangan paru
tengah dan bawah.
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme
awalnya menyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan nodul
sentrilobuler dan gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq (tree-in-bud
pattern). Lalu proses konsolidasi yang terjadi akan mengenai daerah peribronkhial
dan akan berkembang menjadi lobular, subsegmental, atau segmental (B).
Selanjutnya proses konsolidasi tersebut bisa terjadi multifokal, tepi tidak rata,
corakan bronkovaskular kasar akibat dinding cabang bronkus menjadi lebih tebal,
namun perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi batas segmen (C) .
19
Pada foto thorax posisi PA tersebut tampak perselubungan inhomogen
pada lobus medius di kedua lapangan paru. Bronkopneumonia ini sering
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa.
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
Bronkopneumonia adalah proses multi fokal yang dimulai pada bronkiolus
terminalis dan respiratorius dan cenderung menyebar secara segmental, dapat juga
disebut pneumonia lobularis dan menghasilkan konsolidasi yang tidak homogen.
Pada foto thoraks tampak infiltrat peribronkial yang semiopak dan tidak homogen
didaerah hillus yang menyebabkan batas jantung menghilang, penyebab paling
sering oleh S.aureus dan organisme gram negatif.
20
Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang
dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas
kiri dan lobus bawah kiri.
21
2.10 Diagnosis Banding Secara Radiologis
Diagnosis banding dari penyakit pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Tuberkulosis Paru (TB)
Tuberculosis Paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M.
tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis
TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu),
nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam,
22
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA
3. Efusi Pleura
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung,
trakea, dan mediastinum kearah yang sehat. Rongga thorak membesar.
Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada
efusi pleura.
Efusi pleura pada foto thorax posisi PA
4. Karsinoma bronkogenik13
Karsinoma bronkogenik yang mengalami kavitas, biasanya dinding kavitas
tebal dan tidak rata. Kelainan radiologi yang dijumpai adalah kavitas
soliter yang merupakan deposit sekunder. Kavitas yang jinak berlokasi di
23
sentral dan memiliki dinding yang regular. Sedangkan kavitas soliter yang
ganas memiliki kavitas eksentrik dengan dinding irreguler.
Banyak teori yang mengenai terbentuknya kavitas pada karsinoma.
Teori yang paling umum adalah obstruksi dari arteri yang memperdarahi
nodul tersebut, sehingga terjadi infark sentral. Sifat dinding kavitas
berguna untuk diagnosis banding lesi-lesi ini.
Kavitas yang disebabkan oleh penyakit maligna cenderung
mempunyai dinding dalam yang tidak teratur dan noduler, walaupun
dinding luarnya bisa berbatas tegas atau tidak. Kavitas pada inflamasi
biasanya mempunyai dinding dalam yang halus.
Sebagai tambahan, semakin tebal dinding suatu kavitas, semakin
besar kemungkinan maligna, kecuali pada kasus dimana kavitas terbentuk
amat cepat (dalam beberapa hari), pada kasus dimana kavitas berasal dari
trauma atau infeksi. Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan
sitologi/patologi.
Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
26