Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORITIS

1. Definisi persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil pembuahan yaitu
janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Farrer,1999).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4
jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase
puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir
normal. Menurut Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan
faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011) :
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
3. Bentuk Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar, ekstraksi dengan
forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebalotot-otot rahim yang
terjadi sementara waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar
sedangkan retraksi mengejan adalah tenaga kedua (otot-otot perut dan diafragma)
digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai untuk mendorong bayi keluar dan
merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh otot-otot volunter ibu.
b. Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum dilahirkan
untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau resisten yang
ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
c. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling penting
(karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu disertai dengan
plasenta selaput dan cairan ketuban atau amnion.
d. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling
tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang
berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang merugikan.
5. Tanda- tanda Permulaan Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercamput
darah (bloody show).
Tanda –tanda Inpartu
inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Tanda-tanda
inpartu adalah:
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

6. PROSES PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase yaitu :
a. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya
berlangsung dibawah 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke 10 cm,
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi penurunan
bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase :
i. Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan
waktu 2 jam
ii. Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2
jam
iii. Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam
waktu 2 jam
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian, akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi
akan terjadi lebih pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara pada primigravida dan multigravida. Pada premi osteum uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada
multigravida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum
uteri internu dan eksternum serta penipisan dan pendataran terjadi
dalam saat yang sama.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Ada
beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :
a. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
c. Perineum terlihat menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukkan :
i. Pembukaan serviks telah lengkap
ii. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.

3. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
a. Fisiologi kala tiga
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara
tiba – tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat
implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari dinding
uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian
atas vagina.
b. Tanda – tanda lepasnya plasenta
i. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
ii. Tali pusat memanjang
iii. Semburan darah tiba – tiba
Kala III terdiri dari 2 fase :
i. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
a. Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling
sering terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu
terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula
pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini
perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum uri lahir.
b. Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir
duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

ii. Fase pengeluaran uri


a. Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di
atas simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat
masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah
lepas.
b. Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat
kembali artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas.
c. Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila
tali pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya
sudah lepas.

4. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam.
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain :
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan : Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 – 500 cc.
7. Mekanisme Persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri dengan pelvis ibu
yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan pengeluaran.
a. Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP
b. Decent, turunnya kepala janin ke PAP
c. Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin besar maka
makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan belakang kepala (oksiput) menjadi
bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya kepala janin dengan diameter
terkecil melewati jalan lahir terkecil melewati jalan lahir.
d. Internal rotation
Pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala janin
dengan bentuk jalan lahir
e. Extentition
Setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput, dahi,
hidung, mulut, dagu
f. External rotation
Putaran kepala mengikuti putaran bahu
g. Expultion
Pengeluaran bahu dan badan janin
8. Perubahan Yang Terjadi Pada Post Partum
1. Perubahan Fisik
a. Kembalinya rahim kebentuk asalnya
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim, yang
mengalami pembesaran ukuran karena pembesaran selnya (hipertrofi) dan
pembesaran ukuran karena pertambahan jumlah selnya (hiperplasia).
Sehingga dapat menampung pertumbuhan dan perkembangan janin sampai
cukup bulan dengan berat lebih dari 2500 gram. Berta rahim menjadi sekitar 1
kg, yang semula hanya 30 gram. Stelah persalinan terjadi proses baliknya
disebut “involusi” (kembalinya rahim keukuran semula) dimana secara
berangsur otot rahim mengecil kembali, sampai seberat semula pada minggu
ketujuh (42 hari). Proses ini berlansung cepat dengan perkiraan urutan setelah
persalinan : tempat implantasi plasenta segera tertutup epitel sebagai proses
penyembuhan, sehingga tidak terjadi sumber perdarahan dan tempat masuknya
infeksi. Liang senggama yang meregang karena proses persalinan akan
mengecil, sehingga seminggu setelah persalinan hanya dapat di lalui satu jari.
Robekan pada liang senggama, menyembuh dengan sensirinya. Hanya
robekan yang terdapat dalam mulut rahim memerlukan perhatian, karena
mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka menahun (kronis) sebagai
sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.
b. Perubahan lokea
Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas. Cairan
ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan pengeluaran lokea ini
terjadi dimulai oleh keluarnya lokea rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin
ada gumpalan darah terjadi antara 2 sampai 5 hari.Macam- macam lokea :
 Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna merah, dan
terutama darah.
 Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan berwarna merah
muda (hemoserosa).
 Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir
tidak berwarna.
c. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses
hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi,
hiperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi dinding perut (striae
gravidarum). Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi
menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu ”striae
albican”
d. Perubahan dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil.
Setelah persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai dengan
jumlah kehamilan. Tetapi kendornya dinding perut dapat dikurangai dengan
jalan melakukan latihan dinding perut melalui senam kesegaran jasmani.
e. Buang air besar dan berkemih
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari,
kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila sampai 3 hari belum buang air
besar sebaiknya dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air besar
sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka.
Tentang berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan air seni, karena
terjadi pengeluaran air tubuh berlebih, yang disebabkan oleh pengenceran
(hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan demikian adalah normal bila
air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
2. Perubahan Psikologis
a. Dependent : taking in
 Fokus kediri ibu: pemenuhan kebutuhan 24 jam pertama(1-2 hari)
 Gembira dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya
 Ingin menceritakan pengalaman bersalin
b. Dependent- independent : taking hold
 Mulai hari 2-3,berakhir hari ke 10/ beberapa minggu
 Ibu fokus pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi seorang ibu
 Mengatasi ketidaknyamanan fisik dan perubahan emosional
c. Interdependent : letting go
 Fokus : perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan
anggota keluarga lain.
 Penyesuaian diri dengan ketergantungan bayi
 Keinginan merawat diri dan pasangan peran
 Memulai hubungan dengan pasangan/suami
9. Komplikasi
a. Persalinan lama
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Malpresentasi dan malposisi
d. Distosia bahu
e. Distensi uterus
f. Persalinan dengan parut uterus
g. Gawat janin
h. Prolapsus tali pusat
i. Demam dalam persalinan
j. Demam pasca persalinan
10. Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
a) Abortus
i. Terhentinya dan dikeluatkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan
ii. Umur hamil sebelum 28 minggu
iii. Berat janin kurang dari 1000 gram
b) Persalinan prematuritas
i. Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu
ii. Berat janin kurang dari 2.449 gram
c) Persalinan Aterm
i. Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
ii. Berat janin diatas 2500 gram
d) Persalinan Serotinus
i. Persalinan melampaui umur 42 minggu
ii. Pada janin terdapat tanda postmaturitas
e) Persalinan Presipitatus
i. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
11. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan
tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka
akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru
menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
12. PENATALAKSANAAN
A. Penanganan umum :
1. Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
2. LakUkan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan
pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air
ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan
urine (asam)
3. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32
minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara
digital
4. Tentukan ada tidaknya infeksi
5. Tentukan tanda-tanda inpartus
B. Penanganan khusus :
Konfirmasi diagnosis :
1. Bau cairan ketuban yang khas
2. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan
nilai 1 jam kemudian
3. Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan
keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
C. Penanganan konservatif:
1. Rawat di rumah sakit
2. Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4. Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa
negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
5. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
6. Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien
dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
D. Penanganan aktif :
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
 Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesare
 Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)

ASKEP PERSALINAN PADA IBU HAMIL


1. Pengkajian.
a) Pengumpulan data
1) Biodata meliputi:
Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu
dengan yang lain agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu apakah
termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan pemberian informasi yang tepat
bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial
ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodta didapatkan; Umur dalam
kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari
20 tahun) atauterlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan keompok resiko
tinggi. (Depks RI, 1993: 65).
2) Keluhan Utama.
Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut,
adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan
selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit-sedikit
(Cristina’s Ibrahim, 1993,7).
3) Riwayat penyakit sekarang .
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 –42
minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda-tanda menjelang persalinan
yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur,
kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah
dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165).
a. Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC,
Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami,
dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
b. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus,
keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit
kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada
klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI,
1993,66).
c. Riwayat Obstetri :
a. Riwayat haid.
Ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu) (Cristina’s
Ibrahim, 1993,3), prematur kurang dari 37 minggu (D.B.
Jellife, 1994:28).
b. Riwayat kebidanan.
Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain.
Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan
pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung
8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183).
4) Riwayat psikososialspiritual dan budaya.
Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan
fantasi . Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual,
muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak
feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran
bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan
berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302).
5) Pola Kebutuhan sehari-hari.
A. Nutrisi.
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang
menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405).
B. Istirahat tidur.
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung
pada letak punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV.
(Sarwono Prawirohardjo, 1999,192).
C. Aktivitas.
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas
ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah,
capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam
PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar
ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II
kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan
/ kiri . (Sarwono Prawirohardjo, 1999,195).
D. Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan
proses persalinan (Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir
trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all,
1987: 406).
E. Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki
dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,160).
F. Seksual.
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi
dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
(Sharon J Reeder Et all, 1987: 285).
6) Pemeriksaan.
- Pemeriksaan umum meliputi:
 Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada
kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar
memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara
teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg.
( Depkes RI, 19993: 67).
 Tekanan Darah.
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan
biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10 mmHg (Cristina’s
Ibrahim, 1993,:45).
 Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C,
bila suhu lebih dari 375C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien
setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih dianggap normal
karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keadaan nadi
biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan
bertambah pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan.
(Cristina’s Ibrahim, 1993,:46).
Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek
karena kelelahan, kesakitan dan karena membesarnya perut (Cristina’s
Ibrahim, 1993,:45), pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit,
kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan
diperiksa tiap 4 jam.
- Pemeriksaan fisik.
1. Kepala dan leher.
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat,
sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau
tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar. (
Depkes RI, 19993: 69).
2. Dada.
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya
hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan
adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69).
3. Perut.
Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi
linea alba / nigra, terdapat striae gravidarum. ( Depkes RI,
1993: 70).
Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus
xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan
prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak
kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang
makin lama makin sering dan kuat. (Cristina’s Ibrahim,
1993,: 7).Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara
140 – 160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75).
4. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban.
Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang
dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya
kelainan letak anak. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:50).
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan
persalinan, keadaan servic, panggul serta keadaan jalan
lahir.(Depkes RI, 1993: 76).
5. Ekstremitas.
Pemeriksaan Udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena
penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:47). Ada
varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya
penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena
abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412).
6. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan
kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis
Mary Hamilton, 1995: 151).

ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Peningkatan His Nyeri
Pasien mengatakan nyeri/sakit
perut dan pinggang, nyerinya
hilang timbul
P : kontraksi uterus
Q : mules seperti mau BAB
R : abdomen dan pinggang
S : skala 9 (0-10) nyeri hebat
T : 5-10 menit

DO :
- k/u sedang
- Tampak meringis menahan sakit
- Berkeringat

2. DS : Luka episiotomy dan kala Gangguan rasa


Pasien mengatakan lemas dan nyeri IV nyaman
di bagian vagina

DO :
- k/u sedang
- Tampak meringis
- Bagian vulva oedema sedikit
- Terdapat luka episiotomy
- Pasien pucat

3. Trauma persalinan Retensio urine


DS :
Pasien mengatakan mau BAK, tapi
tidak mau keluar

DO :
- Palpasi : blass penuh
- TFU : kala IV sepusat, masih tinggi
- Pasien tegang dan agak pucat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan his
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan luka episiotomi dan kala IV
3. Retensio urine berhubungan dengan trauma persalinan
dx TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Dx.1 Managemen nyeri 1. Monitor tanda- 1. mengetahui
Tujuan : tanda vital keadaan umum
- ibu dapat mengontrol 2. Monitor DJJ dan klie
rasa nyeri His 2. mengetahui
KH : 3. Ajarkan teknik keadaan janin dan
- mengungkapkan relaksasi kontraksi ibu
penurunan nyeri 4. Atur posisi klien 3. mengurangi nyeri
- menggunakan teknik 5. Awasi respon dan memudahkan
yang tepat untuk emosional pasien kemajuan
mempertahankan kontrol terhadap proses persalinan
nyeri nyeri 4. memberikan rasa
- istirahat diantara 6. Awasi tanda-tanda nyaman
kontraksi persalinan lengka 5. menilai keadaan
7. Lakukan nyeri
pemeriksaan dalam 6. mengetahui
8. Kolaborasi dengan kemajuan dari
DSOG dalam proses persalinan
pemberian terapi 7. mengetahui sejauh
9. Persiapkan diri dan mana pembukaan
cek perlengkapan 8. mendukung
partus dan obat- persalinan normal
obatan 9. untuk kelancaran
10. Ajarkan ibu cara partus normal
mengedan yang 10. untuk
benar mempercepat
11. Lakukan proses persalinan
episiotomy bila 11. memudahkan
perlu jalan lahir
12. Lahirkan bayi 12. mencegah gawat
dengan segera dan aspiksia
Dx 2 Tujuan : 1. Atur posisi pasien 1. memberikan rasa
- rasa nyaman dapat senyaman mungkin nyaman pasien
terpenuhi 2. Observasi perdarahan 2. menilai keadaan
KH : post partum kekurangan
- menyatakan nyeri 3. Heacting luka perineum volume cairan
berkurang 4. Observasi tanda-tanda 3. memperbaiki
- wajah tampak rileks vital jaringan perineum
- pasien tenang 5. Pasang pampers dan 4. mengetahui
bersihkan pasien keadaan umum
pasien
5. memberikan rasa
nyaman pasien
dan kebersihan
diri pasien

Dx 3 Tujuan : 1. Observasi TFU 1. untuk


- retensio urine teratasi masa nifas mengetahui
KH : 2. Anjurkan untuk keadaan uterus
- pasien dapat kencing BAK spontan 2. melatih dan
spontan 3. Pasang kateter merangsang
- kandung kencing sementara untuk BAK
kosong 4. Observasi tanda- 3. mengeluarkan
- pasien merasa nyaman tanda vital urine
5. Anjurkan untuk 4. mengetahui
minum yang keadaan umum
banyak pasien
6. Kolaborasi 5. merangsang
pemberian terapi untuk BAK
6. mempercepat
penyembuhan

IMPLEMENTASI

NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI


KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan 1. Memonitor tanda-tanda vital


peningkatan his 2. Memonitor DJJ dan His
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengatur posisi klien
5. Mengawasi respon emosional pasien terhadap proses
nyeri
6. Mengawasi tanda-tanda persalinan lengkap
7. Melakukan pemeriksaan dalam
8. Memberikan terapi
9. Mempersiapkan diri dan mengecek perlengkapan partus
dan obat-obatan
10. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
11. Memimpin persalinan
12. Melakukan episiotomy bila perlu
13. Melahirkan bayi dengan segera

2. Gangguan rasa nyaman 1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin


berhubungan dengan luka 2. Mengobservasi perdarahan post partum
episiotomi dan kala IV 3. Melakukan heacting luka perineum
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
5. Memasang pampers dan bersihkan pasien
3. Retensio urine berhubungan 1. Mengobservasi TFU masa nifas
dengan trauma persalinan 2. Menganjurkan untuk BAK spontan
3. Memasang kateter sementara
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
5. Menganjurkan untuk minum yang banyak
6. Memberikan terapi sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.


Doenges & Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedomaan Untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta. EGC

Farrer H. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta. EGC


Hanifa Wiknjosastro, Prof. dr. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
NANDA 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta. Prima Medika.
Waspodo, dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Jakarta : Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
https://melylestari.wordpress.com/2011/04/12/asuhan-keperawatan-pada-ibu-dengan-
persalinan-normal/
http://nersrudylesmana.blogspot.co.id/2014/10/asuhan-keperawatan-persalinan-normal.html
http://www.asuhanperawat.com/2016/09/asuhan-keperawatan-persalinan-normal.html
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama
disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota
masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai
gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan komplikasinya
serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu
upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang
terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan
komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan
tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu
hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya
tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu
dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama
persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu
lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.
Dalam makalah ini membahas teoritis Asuhan Persalinan Normal dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Asuhan Persalinan Normal.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana landasan teoritis Asuhan Persalinan Normal dan asuhan keperawatan pada
pasien denganAsuhan Persalinan Normal?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari Asuhan Persalinan
Normal.
2. Tujuan Khusus
Mampu memahami pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan normal.

Anda mungkin juga menyukai