NIM 40040417060049
Mata Kuliah Kapal Non Baja
Dosbing Budi Utomo AT, MT.
kapal adalah mode transportasi yang sudah ada sejak dahulu .Kapal digunakan bukan hanya
untuk alat p engangkut manusia saja ,tetapi kapal juga bisa digunaka untuk mengankut logistik
atau kebutu han manusia itu sendiri.Demikian juga kapal kayu yang sejak dahulu sampai sekarang
digunakan .
A. Jenis Kayu Yang Digunakan Untuk Kontruksi Kapal
Kayu yang digunakan harus memiliki kualitas pengawetan, Pengawetan adalah daya tahan
kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur dan kualitas kekuatan,Kekuatan adalah
daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya
tahan dan sebagainya. Kayu yang digunakan dalam pembuatan kontruksi kayu digolongkan
kepada kualitas kelas awet dan kualitaskelas kuat. Kualitas Kelas Awet adalah tingkat kekuatan
alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin
besar angka kelasnya makin rendah keawetannya. Sedangkan kualitas Kelas Kuat adalah tingkat
ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat
I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.
Tabel. 1 umur pemakaian kayu pada berbagai keadaan dari 5 kelas awet dan pengaruh serangan
serangga terhadap 5 kelas awet
Kelas awet I II III IV V
Selalu Berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek Sangat
dengan tanah pendek
lembab
Hanya dipengaruhi 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat
oleh cuaca tetapi tahun pendek
dijaga agar tidak
terendam air dan
tidak kekurangan
udara
Dibawah atap, tidak Tidak Tidak Sangat lama Beberapa Pendek
berhubungan terbatas terbatas tahun
dengan tanah
lembab dan tidak
kekurangan udara
seperti diatas tetapi Tidak Tidak Tidak 20 tahun 20 tahun
dipelihara dengan terbatas terbatas terbatas
baik dan dicat
Serangan rayap Tidak jarang Cepat Sangat cepat Sangat cepat
tanah
Serangan bubuk Tidak jarang Hampir Tidak berarti Sangat cepat
kayu kering tidak
Sumber: Oey Djoen Seng (1964)
Tabel 2. Kekuatan kayu dibagi menjadi 5 kelas kuat berdasarkan berat jenis, keteguhan lengkung
dan keteguhan tekan mutlak sebagi berikut:
Keteguhan Lengkung Keteguhan Tekan Mutlak
Kelas kuat Berat jenis 2
Mutlak (Kg/m ) (Kg/m2)
I Lebih dari…. 0.90 Lebih dari 1100 Lebih dari…650
II 0.60-0.90 725-1100 425-650
III 0.40-0.60 500-725 300-425
IV 0.30-0.40 300-500 215-300
V Kurang dari….0.30 Kurang dari…300 Kurang dari….215
Perencanaan kapal kayu perairan pantai dengan dimensi pokok sebagai berikut:
Panjang (L) : 17 m
Cb : 0,6 m
Karena dalam pembuatan kapal kayu bahan utama yang dipergunakan adalah kayu, maka kayu
harus diperhatikan dalam penggunaannya. Maka untuk bagian konstruksi yang penting harus
dipergunakan kayu dengan mutu minimum kelas kuat III dan kelas awet III. Selain itu kayu yang
dipergunakan harus memenuhi persyaratan kayu yang dipergunakan untuk bagian-bagian
konstruksi kapal kayu, yaitu:
Untuk konstruksi yang melengkung maka diperelukan kayu yag melengung, berikut cara untuk
melengkungkan kayu :
1. Cara pemanasan (dengan pertolongan api) yaitu balok kayu yang akan dilengkungkan dipanasi
dengan api (yang diperoleh dari kompor api atau blander api)
2. Cara penguapan (dengan pertolongan uap air) yaitu balok kayu yang akan dilengkungkan
dimasukkan kedalam kotak, kemudian uap air dimasukkan kedalam kotak tersebut. Cara
penguapan memerlukan waktu kira-kira 2-4 jam.
= 17 x 4 (m2)
= 68 m2
2. Daerah pelayaran :
pelayaran pantai.
1. Lunas
Ukuran lebar x tinggi lunas (lunas luar dan lunas dalam) didapat dari table 1 serta tergantung dari
angka penunjuk L(B/3 + H). Karena angka penunjuknya 68 m2 maka kapal hanya memiliki
lunas luar dan tidak perlu mempunyai lunas dalam. Sehingga ukuran lunasnya 235 x 365 serta
luas penampang 855 cm2
a. Ukuran lebar x tinggi linggi haluan didapat dari tabel 1 yaitu 200 x 300 mm. tinggi linggi
haluan diatas garis air muat > 80% dari linggi haluan sehingga menjadi =
b. Linggi Baling-baling
Jarak antara tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 20 mm. Apabila angka penunjuk :
L(B/3 + H) >120, maka jarang antara lubang tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 25
mm.
Lutut linggi sebagai sebagai penguat sambungn antara linggi dengan lunas luar lutut linggi harus
berimpitan dengan lunas luar dan linggi haluan sepanjang 3 x tinggi lunas.
c. Ketentuan yang harus dipenuhi untuk sambungan linggi antara lain :
- sambungan linggi haluan harus terletak diatas garis air-garis muat dengan panjang sambungan
5 x tinggi linggi haluan.
- sambungan antara lunas dengan linggi haluan/linggi buritan harus dipasang stop water dititik
pertemuan antara sponeng dengan sambungan.
a. Ada 4 macam jenis gading, yang digunakan yaitu jenis gading lengkung tunggal yang
mempunyai bentuk dasar U.
b. Ukuran gading
Panjang jarak gading dapat dilihat dari tabel 6a. Tergantung dari angga penunjuk:
L (B/3 + H) = 68 m2, jarak gading diambil sesuai dengan angka penunjuk tersebut jika tidak
terdapat yang sesuai maka dapat dicari dengan interpolasi.
= 380 + 20 = 400 mm
= 97 mm
= 150 mm
= 112 mm
Gding lambung kiri dan gading lambung kanan dihubungkan dengan wrang. Tinggi wrang
didapat dari tabel 4 (diukur dari sisi atau lunas luar). Tinggi untuk kapal pelayaran dan untuk
kapal dengan lunas luar saja,yaitu :
B/3 + H = 4 m
Maka tinggi wrang = 240 + (4-3,8)/(4,2-3,8) x (260-240) = 250 mm dari sisi atas lunas luar.
d. Banyaknya gading pada panjang kapal 17 m dengan jarak gading 400 mm adalah 43 gading.
Jadi banyaknya kebutuhan gading :
= 408,5 m
= 66 mm
= 71 mm
= 104 mm
Tebal = 104
= 183 mm
= 58 mm
Diluar daerah 0,25 L1 dan 0,75L1 penampang galar balok dapat diperkecil secara berangsur-
angsur 75%.
b. Galar kim harus dipasang pada setiap sisi/lambung kapal, dimana galar kim dapat terdiri dari
beberapa balok kayu. Ukuran tebal x tinggi didapat dari tabel 5.
Tebal = 58 mm
Diluar penampang 0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar kim dapat diperkecil secara berangsur-
angsur sampai 75%. Galar kim boleh disambung memanjang dan harus dipasang dari muka
sampai belakang kapal. Untuk kapal yang mempunyai palkah ikan, galar kim dapat terputus pada
dinding sekat palkah sekat ikan, tetapi galar kim dengan dinding sekat dihubungkan dengan
lutut.
c. panjang galar yang dibtuhkan diperkirakan sampai sepanjang kapal yaitu +/- 7 m.
5. Pengikat linggi
a). Galar balok dan galar kim dengan linggi haluan/buritan harus dihubungkan dengan pengikat
linggi (pengikat linggi terbuat dari baja atau kayu).
b). pengikat linggi = lutut linggi harus sampai gading yang terletak dibelakang linggi haluan atau
gading yang terletak dimuka linggi buritan, tetapi panjang lengan pengikat linggi ≥ 600 mm.
c). Penampang penikat linggi tergantung dari angka penunjuk L(B/3+H). penampang linggi
didapat dari tabel 3.
= 21 mm
Tebal = 97 mm
6. Kulit Luar
a. ukuran tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6. Kapal yang memiliki angka penunjuk
L(B/3+H) > 50 maka kapal mempunyai lajur lunas dan lajur sisi atas yang tebalnya harus lebih
besar dari yang lainnya dan lajur alas.
Tebal sisi dan alas = 42 + (68-60)/(70-60) x (45-42) = 44,4 mm
= 45 mm
Diluar penampang 0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar kim dapat diperkecil secara berangsur-
angsur sampai tebalnya sama dengan tebal lajur sisi dan lajur alas.
Tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6 untuk jarak gading menurut 2-3, apabila jarak gading
diperbesar maka tebal papan harus ditambah menurut perbandingan lurus.
a. jarak balok geladak didapat dari tabel 7. jarak balok geladak disesuaikan dengan jarak gading
yaitu 400 mm.
b. ukuran lebar x tinggi balok geladak didapat dari tabel 8, dimana ukuran balok geladak
tergantung dari :
σk = 260kg/cm2
8. Geladak
Papan geladak terbuat dari papan yang dipotong secara radial dan sepanjang mungkin.
9. Pagar
a. Apabila panjang kapal L>12 m maka tinggi pagar > 500 mm.
b. Penahan-penahan pagar
Pagar harus diperkuat dengan penyokong pagar. Penyokong ini ditempatkan pada setiap gading
yang ketiga (setiap gading yang kedua) atau jarak antara penegar-penegar pagar. = 1 ~ 2 x jarak
gading. Ukuran penegar didapat dari tabel 3 seperti pada menghitung gading-gading.
Jika jarak antar penegar = jarak antar gading maka ukuran penegar juga sama dengan ukuran
gading, yaitu :
Tebal = 97 mm
min = 112 mm
c. Pagar dalam
Lebar pagar dalam tergantung tergantung dari panjang kapal yaitu panjang kapal L>12 m, lebar
pagar dalam = 250 mm, dimana lebar setiap lajur 75 – 130 mm.
d. Tudung pagar
Lebar tudung pagar minimal = tinggi gading (satu lajur papan) = 112 mm.
Sambungan antara lajur-lajur papan dalam dan lajur-lajur tudung pagar dengan memakai
sambungn tumpul dan dipasang kayu penyambung didalam pagar dalam serta dibawah tudung
pagar.
e. Pisang-pisang = tender
- sekat tubrukan
- sekat palkah
- sekat buritan
- Papan sekat kedap air, dimana tebal papan sekat didapat dari tabel 9.
- penegar sekat kedap air, dimana ukuran lebar x tinggi penegar sekat didapt dari tabel 9.
Panjang penegar yang berlaku adalah ukuran panjang dari sisi bawah sekat sampai geladak ruang
ikan disini menggunakan tinggi kapal (H) = 2,5 m
W530 untuk sekat biasa = (69 x 530)/ 100 = 365,7 cm3 à 366 cm3
W530 untuk sekattubrukan = (85,8 x 530)/ 100 = 454,74 cm3 à 455 cm3
- tenaga motor
- konstruksi baja atau kombinasi pemikul bujur kayu dengan penegar baja, yang dihubungkan
pada wrang dan gading.
Dimana pemikul bujur kayu harus panjang (dapat memikul mesin, roda gigi dan bantalan tekan).
Panjang pondasi mesin = panjang sekat depan sampai sekat bagian buritan kapal (dimana kamar
mesin terletak dibelakang).
Pelaksanaan yang dilakukan secara garis besar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara teknis dimulai dengan peletakan lunas, yang
selanjutnya secara berurutan dilaksanakan pemasangan linggi, balok air, balok susur, balok-
balok poros, transom dan balok caping.
2. Dilanjutkan dengan pemasangan gading yang sudah disatukan dengan wrang. Kemudian untuk
menguatkan gading dipasang balok deck, senta, lunas dalam, balok girder, dan tang penegak dan
dilakukan pengontrolan, kelurusan, dan keserasian gading.
3. Dipasang papan pengapit (papan kulit pertama yang berhunbungan dengan lunas)yang
dilanjutkan pemasangan papan kulit berikutnya. Pemasangan papan kulit pada sisi gading kanan
harus bersamaan dan seimbang dengan sisi gading sebelah kiri sampai pekerjaan selesai. Bila
pemasangan papan kulit tidak seimbang dan bersamaan, maka akan berpengaruh terhadap bentuk
dan kestabilan dari kapal tersebut. Pemasangan papan deck bisa dilaksanakan bersamaan dengan
papan kulit, kecuali pada bagian-bagian yang menjadi bukaan geladak utama.
Perbedaan prinsip yang nyata pada pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara tradisional dengan
secara teknik terletak pada konstruksi pemasangan geladak dan pada pemasangan papan kulit,
dimana secara tradisi papan kulit dipasang terlebih dahulu sebelum pemasangan gading dan
konstruksi pemasangan gading tidak diperkuat dengan wrang yang langsung di atas lunas,
sehingga bentuk kapal dilaksanakan sama dengan bentuk papan kulit.
Sedangkan cara teknis pemasangan papan kulit mengikuti bentuk dan kedudukan gading. Selain
hal tersebut pada umumnya pembuatan secara tradisi tanpa menggunakan pedoman gambar dan
bestek, sehingga setelah kapal selesai tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Saat ini kapal kayu sudah mulai ditinggalkan karena terjadi perkembangan tegnologi yang sangat
pesat. Saat ini sudah mulai dikembangkan kapal-kapal yang terbuat dari fiberglass dan
ferosement. Hal ini dikarenakan dari segi teknik bahan ini lebih sederhana dibandingkan dengan
bahan dari kayu. Serta dalam ketersediaan bahan untuk saat ini bahan dari fiberglass dan
ferosement lebih mudah didapatkan.
Kapal kayu sebenarnya di Indonesia saat ini masih dilestarikan hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya nelayan Indonesia yang masih menggunakan kapal kayu untuk kegiatan sehari-hari.
Hal ini disebabkan karena dilihat dari segi ekonomi kapal kayu masih lebih ekonomis dan ramah
lingkungan. Kapal kayu lebih ekonomis disebabkan karena teknologi yang digunakan masih
sederhana atau bias dibilang dengan cara tradisional sedangkan kapal dengan fiberglass,
ferrosement ataupun baja menggunakan tegnologi yang sudah maju.
Namun dalam perkembangannya kapal kayu mulai ditinggalkan karena keekonomisannya mulai
berkurang hal ini disebabkan ketersediaan bahan bakunya sudah mulai susah untuk dicari.
Karena pada saat ini sudah diatur tentang kerusakan lingkungan. Maka untuk penebangan hutan
juga mulai dibatasi dan diatur secara ketat supaya tidak merusak lingkungan. Maka hal ini
berakibat pada terbatasnya bahan baku kayu yang digunakan untuk membangun kapal. Karena
keterbatasan bahan ini pula menyebabkan harga kayu juga semakin naik.
Yang membedakan kapal kayu dengan kapal yang lain yang sangat terasa yaitu dari segi
ekonomi. Berikut terdapat beberapa alasan untuk menggunakan bahan baku kayu dibandingkan
dengan bahan yang lain, yaitu:
1. berat jenis yang lebih ringan disbanding dengan baja dan ferrosement.