Anda di halaman 1dari 18

TUNTUNAN PENATALAKSANAAN JENAZAH

A. Sebelum dan Sesudah Kematian


Kehidupan dan kematian bagi makhluk-Nya yang bernyawa merupakan suatu
keniscayaann. Setiap yang bernyawa, pasti akan mati, termasuk manusia. Namun,
tidak sedikit manusia yang tidak sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sesaat,
akhirnya akan mengalami kemantian. Setiap kehidupan pasti diakhiri dengan
kematian. Manusia tidak pernah tahu tentang umurnya, kecuali Allah Swt.
Dalam al-Qur’an, istilah yang berhubungan dengan kematian antara lain; wafat
dan maut. Kata wafat mengacu pada perjalanan jiwa menuju ‘kesempurnaan Allah
Swt’ dengan meninggalkan jasad terlebih dahulu. Maut dalam bahasa artinya mati
atau terpisahnya ruh dari jasad atau badan. Ruh adalah makhluk ghaib, makanya
disaat keluarnya ruh dari jasad tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Ruh
bukan benda, sehingga ia tidak mengalami kehancuran. Jika seseorang wafat, maka
jasadnya akan mengalami penguraian dimakan tanah di pekuburan, tapi ruhnya
tidak mati, ia berpindah dari satu alam ke alam yang baru, dari alam dunia ke alam
akhirat, ke alam ghaib yang disebut alam Barzakh “Dan di hadapan mereka (ahli
kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan,“ (QS. al-Mukminun ayat:100).
Dzat yang ghaib seperti ruh tempatnya di alam yang ghaib pula.
Menurut pendapat ahli tafsir, makna alam barzakh ialah suatu tempat di antara
dunia dan akhirat sebelum manusia dikumpulkan di padang mahsyar setelah hari
kebangkitan atau boleh juga dikatakan alam barzakh adalah dinding pembatas
antara waktu setelah kematian seseorang sehingga waktu dibangkitkannya.
Wafat bukan akhir dari kehidupan. wafat merupakan awal kehidupan yang
baru. Bagi ruh, wafat bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Wafat
hanyalah perindahan dari suatu alam ke alam lainnya. Kematian tidak bisa
dihindari dari seseorang, tetapi harus dihadapi. Kekhawatiran manusia, biasanya
bukan pada proses kematian, namun apa yang akan dihadapi setelah kematian itu
datang. Oleh karena itu orang yang semasa hidupnya banyak menabur dan
menanam kebaikan, maka kematian baginya adalah sebuah pintu yang
membawanya masuk ke dalam kehidupan baru yang jauh lebih baik dan lebih indah
dari kehidupan di dunia. Karena kematian akan datang, maka ia harus dihadapi.

1. Cara Menghadapi/Menyambut Orang yang Sedang Sakaratul-maut


Sebelum datang kematian, manusia mengalami sakaratul maut, artinya saat
saat terpisahnya jasad dengan ruh. Apabila keadaan si sakit sudah berakhir dan
memasuki pintu maut, yakni saat-saat meninggalkan dunia (ihtidhar – detik-detik
kematian), maka disunahkan bagi keluarganya melakukan beberapa hal:

Page 1
a. Orang yang sakit diletakan dalam posisi berbaring di atas punggung, maka
keadaan demikian dibiarkan.
b. Menuntunnya untuk mengucapkan kalimat “laa ilaaha illallah” dengan suara
tenang, tidak dipaksa dan bisa didengar orang yang sakit. Tujuannya adalah
mengingatkan si sakit kepada Allah. Dari abu Sa’id al-Khudzri ra:
sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “ajarilah orang yang hampir mati
diantara kalian dengan kalimat “laa illaaha illallah” (HR Muslim).
c. Dianjurkan agar dibacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sakarat.
Berdasarkan hadits dari Ma’qal bin Yasar ra, ia barkata: sesungguhnya
Rasulullah Sawbersabda: “Bacakanlah kepada orang yang hampir mati diantara
kamu (yakni surat Yasin) (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)
d. Lebih baik bagi yang sedang sakaratul maut untuk berprasangka baik kepada
Allah. Dengan berharap rahmat Allah, selalu mengingat kemurahan dan
luas pengampunan-Nya. Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ia mendengar
tiga hari sebelum meninggal Rasulallah saw, beliau bersabda tiga hari
sebelum wafat beliau: “Jangan sekali-kali salah seorang diantara kamu meninggal
dunia melainkan dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah Ta’ala.” (HR
Muslim)
2. Terhadap orang yang baru meninggal dunia
a. Disunahkan menutup kedua matanya. Dari Ummu Salamah bahwa
Rasulullah Saw mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan
beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau
menutupnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya ketika ruh dicabut, maka
pandangan mata akan mengikutinya’ (HR Muslim)
Pada saat ini dianjurkan membaca doa, bagi yang menutup matanya:

ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِلفُالَ ٍن ( ِبا ْس ِم ِه) َو‬


‫ار َف ْع‬ “Ya Allah! Ampunilah si Fulan
(hendaklah menyebut namanya),
‫اخلُ ْفهُ فِ ْي دَ َر َجتَهُ فِي‬ ْ ‫ َو‬، َ‫ْال َم ْهدِيِيْن‬
angkatlah derajatnya bersama orang-
orang yang mendapat petunjuk,
ُ‫ َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَه‬، َ‫ع ِق ِب ِه فِي ْالغَا ِب ِريْن‬ َ
berilah penggantinya bagi orang-

َ ‫ َوا ْف‬، َ‫ب ْال َعالَ ِميْن‬


ُ‫س ْح لَه‬ َّ ‫فِ ْي يَا َر‬
orang yang ditinggalkan sesudahnya.
Dan ampunilah kami dan dia, wahai
‫قَب ِْر ِه َون َِو ْر لَهُ فِيْه‬
Tuhan, seru sekalian alam. Lebarkan
kuburannya dan berilah penerangan
di dalamnya.”

Page 2
b. Mengikat kepala mayit secara vertikal dari arah dagu dengan kain yang
dilingkarkan di atas kepala, hal ini bertujuan agar mulut mayat tertutup dan
tidak bisa dimasuki udara
c. Hendaknya tangan mayit di posisikan seperti orang yang shalat.
d. Melemaskan sendi sendi tangan dan kaki mayat dengan cara menekuk
persendian tersebut berulang kali. Tindakan ini bertujuan agar jasad mayat
tidak kaku sehingga sulit dimandikan.
e. Melepaskan pakaian mayat yang dikenakan ketika meninggal, sebab pakaian
tersebut bisa mempercepat proses pembusukan.
f. Menutup jasadnya dengan kain tipis (seperti kain panjang/kain jawa).
Kedua ujung kain dilipat ke bawah kepala dan kaki agar tidak tersingkap
ketika tertiup angin. Dari Aisyah ra, ia berkata: “Bahwasannya ketika
Rasulullah saw meninggal dunia ditutupi dengan kain hibarah (yakni kain bergaris
hitam putih yang terbuat dari katun).” (HR. Bukhari-Muslim)
g. Menaruh sesuatu yang agak berat di atas perut mayit agar perutnya tidak
membesar. Diriwayatkan bahawa pembantu Anas ra wafat, lalu beliau
bekata: “Letakanlah besi di atas perutnya agar perutnya tidak membesar (HR
al-Baihaqi)
h. Menghadapkan mayit kearah Kiblat dengan tata cara seperti di atas
i. Memperbanyak do’a-do’a yang berisi permohonan ampunan dan rahmat
untuknya,
j. Bagi ahli warisnya diharuskan menyegrakan membayar hutang-hutannya
atau sangkut paut yang berurusan dengan keuangan terhadap manusia,
begitu pula melaksanakan wasiatnya jika terdapat wasiat. Dari Abu
Hurairah, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Diri orang
mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadhirat Allah) karena hutangnya,
hingga dibayar (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dengan isnad shahih)

3. Mempersiapkan Mayat
Hukum mempersiapkan mayat fardhu kifayah terbagi atas 4 bagian:
a. Memandikan mayat
b. Mengkafankan mayat
c. Menyolatkan mayat
d. Memakamkan mayat

a. Memandikan Mayat
Paling minimal memandikan mayit adalah dengan menghilangkan najis yang
ada pada tubuhnya, kemudian meratakan air keseluruh tubuh, mulai dari rambut

Page 3
sampai pada bagian-bagian yang sulit dimasuki air. Hal ini dilakukan oleh yang
memandikan mayat tanpa niat. Adapun tata cara memandikan yang paling
sempurna adalah sebagai berikut:
1) Niat memandikan; tidak ditemukan dalil yang kuat tentang adanya niat
khusus untuk memandikan jenazah. Memandikan jenazah merupakan
perkara fardhu khifayah (wajib), namun niat yang seseorang yang terdapat
dalam hatinya sudah memadai sebagai niat untuk memandikan jenazah. Bila
ingin, boleh juga dibaca:

2) Mayit diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan atau balai-balai agar
tidak terkena percikan air atau basuhan yang telah mengalir dari tubuhnya
dengan posisi tidur terlentang seraya menghadap Kiblat, tengkuk diangkat
sedikit agar air dapat mengalir
3) Dimandikan di tempat yang tertutup dan tidak boleh ada yang masuk
kecuali yang memandikan dan pembantunya dan caranya agar tubuh mayat
ditutup atau dilapisi dengan kain tipis agar auratnya atau sesuatu yang buruk
dalam tubuhnya tidak terlihat. Sesuai dengan hadits dari Aisyah ra, ia
berkata: Ketika para sahabat ingin memandikan jenazah Rasulullah saw,
mereka berbeda pendapat. Mereka berkata: “Kami tidak tahu apakah kami
membuka pakaiannya sebagaiman kami membuka pakaian saudara kami yang
meninggal?”. Ketika mereka sedang berselisih pendapat, Allah telah menidurkan
mereka sampai sampai dagu mereka tertunduk ke dada. Kemudian berkata seseorang
dari sebelah rumah dan mereka tidak mengetahui siapa dia, dia berkata:
Mandikanlah Nabi dengan berpakaian. (HR Bukhari Muslim)
4) Apabila ketika memandikan melihat sesuatu yang bagus pada diri mayat,
maka boleh untuk dibicarakan. Namun sebaliknya apabila melihat sesuatu
yang buruk pada diri mayit, maka tidak boleh dibicarakan, sebab hal itu
termasuk ghibah .
5) Pada waktu memandikan diusahakan bagi yang memandikan dan
pembantunya sedapat mungkin tidak melihat pada aurat mayat. Sebagimana
tidak boleh melihat aurat orang hidup maka bagi yang sudah mati lebih
mulia untuk tidak dilihatnya
6) Dimandikan dengan air bersih dan dingin dicampur dengan bidara

Page 4
7) Perut mayit ditekan dengan tangan kiri agar kotoran yang ada di dalam
perutnya keluar, atau dengan cara didudukan. Kemudian menuangkan air
dan membersihkan kotoran. Hal ini dilakukan agar kotoran tidak keluar lagi
setelah dimandikan.
8) Mayat direbahkan telentang kembali untuk dibersihkan aurat depan dan
belakangnya, dan daerah sekitarnya dengan tangan kiri yang telah
terbungkus kain
9) Kemudian mengambil kain berikutnya untuk membersihkan gigi dengan jari
telunjuk dan membersihkan lubang hidungnya dari kotoran.
10) Mayat di-wudlu-kan sebagaimana orang yang masih hidup dengan
melaksanakan rukun dan sunah wudhu. Dan yang perlu diperhatikan adalah
ketika berkumur atau saat memasukkan air ke hidung, jangan sampai air
masuk ke dalam yaitu dengan cara kepala mayit hendaknya agak diangkat.
11) Membasuh kepala, jenggot mayat juga dibasuh dan disisir perlahan-lahan.
Jika ada rambut yang rontok sunnat diambil dan nanti diletakkan di dalam
kain kafan.
12) Kemudian membasuh anggota badan depan mayat yang sebelah kanan
mulai dari leher sampai ujung kakinya. Kemudian dilanjutkan pada bagaian
yang sebelah kiri.
13) Mayit dimiringkan ke kiri untuk dibasuh bagian belakang mulai dari tengkuk
sampai ujung kaki. Kemudian dimiringkan ke kanan untuk dibasuh bagian
yang sebelahnya. Semua basuhan di atas disunnatkan memakai air bidara
atau sejenisnya
14) Basuhan kedua memakai air murni (tanpa campuran) sebagai pembilas
(pembersih). Pembasuhan ini dilakukan dari kepala sampai ke kaki sebanyak
tiga kali
15) Basuhan ketiga memakai air yang sudah dicampur sedikit kapur barus yang
sekira tidak sampai merubah keadaan air, begitu pula pembasuhan ini
dilakukan tiga kali. Sesuai dengan hadist dari Ummu ‘Athiyyah ra “Nabi
menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan putrinya
(zainab), lalu beliau bersabda: Mandikanlah dia tiga kali, lima kali, atau
lebih dari itu (dengan bilangan ganjil). Jika kalian memandang perlu, maka
pergunakan air dan daun bidara. Dan buatlah di akhir mandinya itu
tumbuhan kafur atau sedikit darinya. Dan jika kalian sudah selesai
memandikannya, beritahu aku. Setelah selesai memandikan kami pun
memberitahu beliau. Maka beliau melemparkan kain kepada kami seraya
bersabda: pakaikanlah ini sebagai penutup tubuhnya. Ia berkata: Beliau

Page 5
bersabda: mulailah dengan anggota tubuhnya yang kanan serta anggota-
anggota wudhunya.” (HR. Bukhari Muslim)
16) Dilenturkan sendi sendinya agar mudah disiapkan dalam pengafanan.
17) Lalu dikeringkan tubuhnya dengan handuk dengan seksama sampai tidak
ada lagi air di tubuhnya yang bisa membasahi kafannya.
18) Boleh mewudhu’kan.

Orang Yang Memandikan Mayat


1) Jika mayat itu laki-laki maka harus dimandikan oleh orang laki-laki dan
yang lebih utama memandikanya adalah keluarganya. Jika tidak ada
keluarganya atau tidak mampu memandikanya maka dimandikan oleh
orang lain yang biasa memandikan mayat. Jika tidak ada orang laki-laki
maka yang boleh memandikan mayat laki-laki adalah istrinya dan setelah itu
mahram-mahramya yang perempuan.
2) Sebaliknya jika mayat itu perempuan maka yang memandikannya harus
perempuan dan yang lebih utama memandikanya adalah keluarganya. Jika
tidak ada keluarganya atau tidak mampu memandikanya maka dimandikan
oleh orang perempuan lain yang biasa memandikan mayat. Jika tidak ada
orang perempuan maka yang memandikanya adalah suaminya dan setelah
itu mahram-mahramya yang laki laki.
3) Jika tidak ada laki laki yang memandikan mayat laki laki atau tidak ada
perempuan yang memandikan mayat perempuan, maka mayat dikafankan
tanpa dimandikan hanya cukup ditayamumkan, hal ini demi kehormatan
mayat agar tidak dilihat auratnya karena haram seorang laki laki melihat
atau menyentuh aurat perempuan yang bukan mahramnya dan begitu pula
sebaliknya.
b. Mengkafankan Mayat
1) Mengkafankan mayat hukumnya fardhu kifayah bagi mayat. Sesuai dengan
hadist dari Ibnu Khuzaimah ra, ia berkata: Ada seorang yang Ihram
(melakukan haji) bersama Nabi saw, lalu ia jatuh tersungkur dari unta
hingga wafat. Beliau bersabda: “Mandikanlah dia dengan air dan
gunakanlah daun bidara, dan kafankan dia dengan dua lembar kainnya (kain
ihramnya), jangan kalian berikan dia wangi-wangian, jangan tutup
kepalanya, karena dia akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti dengan
bertalbiyah yaitu mengucapkan ”Labbaikallahumma Labaik.” (HR Bukhari
Muslim)
2) Minimal mengkafani mayit cukup selembar kain, asal menutupi seluruh
tubuhnya.

Page 6
3) Sedangkan bentuk maksimal mengkafani mayat laki-laki adalah dengan
menggunakan tiga helai kain, setiap helai kain bisa menutup seluruh
tubuhnya tanpa baju atau kupian atau sorban (tutup kepala). Dari Aisyah ra,
ia berkata: “Rasulullah saw dikafani dengan menggunakan tiga lapis kain
yamani yang berwarna putih tanpa qamis (baju) dan surban.” (HR Bukhari
Muslim).
Dan cara yang paling sempurna mengkafankan mayat perempuan yaitu
dengan 5 helai kain: kebaya, kerudung, baju kurung (gamis), dan dua lapis
kain putih. Dari Laila binti qanif Atsaqofiyah, ia berkata: Pernah aku
bersama orang yang memandikan ummu kultsum putri Rasulullah saw di
waktu wafatnya, maka yang pertama diberikan pada kami oleh Rasulullah
saw untuk mengkafaninya ialah kain, kemudian baju, dan selanjutnya
kerudung kemudian baju luar, seterusnya ia (mayat) dimasukan ke dalam
satu lembar kain. Rasulullah Sawduduk di depan pintu bersama kafanya.
Beliau memberikanya satu per satu (HR. Ahmad dan Abu Daud dengan
sanad baik)
Cara mengkafankan Mayat
1) Tidak ada niat khusus untuk mengafani jenazah, namun boleh mengawali
dengan membaca:

2) Sebelum mayit diangkat dari tempat pemandian, kain-kain kafan yang telah
dibubuhi wewangian (diukup) disiapkan.
3) Setelah itu kafan yang terbaik digelar dan disebar diatasnya kayu cendana
dan kapur barus. Kemudian digelar lagi kafan yang kedua dan ketiga dengan
disebarkan kayu cendana dan kapur barus.
4) Lalu mayat setelah dimandikan dan dikeringkan dengan handuk diletakan
dalam keadaan terlentang, kedua tangannya diposisikan sedekap shalat.
5) Kemudian lubang hidungnya, mulutnya, telinganya, matanya, jidat dan
ketiaknya, serta kedua aurat depan dan belakang, begitu pula sela-sela jari
baik kaki atau pun tangan, dan luka yang berlubang ditutup dengan kapas.
6) Setelah hal-hal tersebut selesai dilakukan dengan sempurna, kain kafan
mulai ditutup dengan urutan sebagai berikut: pertama kain kafan sebelah
kiri, kemudian kain kafan sebelah kanan. Sebelah kiri lagi, kemudian sebelah
kanan. Demikian seterusnya.

Page 7
7) Selanjutnya, diikat erat-erat dengan tali mendahulukan tali di bawah kaki
lanjut ke lutut, sampai ke kepala.

c. Shalat Janazah
Shalat atas mayat hukumya fardhu kifayah secara ijma’ menurut hadist yang
diriwayatkan dari jabir bin Abdullah ra ia berkata: Dari Imron bin Hushain ra,
bahwa Rasulullah Sawbersabda” sesungguhnya saudara kalian An-Najasyi telah
meninggal dunia, mari kita bersama men-shalatkanya” (HR Muslim)
Syarat Shalat atas mayat
1) Suci dari hadast besar dan kecil
2) Suci badan, pakain dan tempat dari najis
3) Menutup aurat
4) Menghadap kiblat. Jadi tidak sah seseorang melakukan shalat atas mayat
tanpa melaksanakan syarat-syarat tersebut. Syarat syarat ini harus dilakukan
olehnya, karena yang dilakukan adalah shalat. Kata shalat telah disebut
Allah dalam al-Quran tentang shalat atas mayat: ”Dan janganlah kamu
sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.
Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka
mati dalam keadaan fasik.” (Qs at-Taubah ayat: 84)
5) Disyaratkan pula mayat yang akan dishalatkan harus sudah dimandikan

Rukun Shalat Atas Mayat


1) Niat sewaktu melakukan takbiratul ihram, sebagaimana niat shalat yang
lain. persoalan terpenting dalam niat adalah menyebutkan keinginan
menyolati atas mayat (laki-laki, perempuan, anak-anak atau amwat – lebih
dari satu mayat), tanpa harus menyebutkan nama si mayat.
Talafudz – melafadz niat untuk laki-laki:

Talafudz – melafadz niat untuk laki-laki:

Page 8
2) Berdiri bagi yang mampu berdiri. Hal ini sama dilakukan seperti dalam
melakukan shalat lima waktu
3) Bertakbir 4 kali takbir dan takbiratul ihram termasuk salah satu dari empat
takbir. Sesuai dengan hadist Rasulullah Sawdari Jabir bin Abdullah ra, ia
berkata: sesungguhnya Rasulullah Sawshalat atas Ashhamat an-Najasyi,
maka beliau bertakbir empat kali” (HR Bukhari Muslim)
4) Membaca surat Fatihah setelah takbir pertama. Dari Ibnu Abbas ra: ia
melakukan shalat atas jenazah, maka ia membaca surat Fatihah. Ia berkata:
”Ketuahuilah sesungguhnya itu adalah sunah (sunah Nabi yang harus
diikuti)” (HR Bukhari). Sedang menurut riwayat secara umum: “bahwa
tidak sah shalat bagi yang tidak membaca surat al-Fatihah. Dari Ubadah bin
As-Shamit, Rasulullah Sawbersabda: “Tidak sah shalat bagi yang tidak
membaca surat al-Fatihah” (HR Bukhari Muslim)

5) Membaca shalawat atas Nabi saw dan keluarganya setelah takbir kedua.
DariAbu Umamah bin Sahl ra: Sesungguhnya salah seorang sahabat Nabi
saw telah dikabarkan kepadanya: Yang menjadi sunnah dalam shalat
jenazah adalah imam bertakbir (yang pertama) lalu membaca Al-Fatihah
secara pelan, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi saw,
kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan jenazah. Tidak boleh membaca
Al-Qur`an kecuali pada takbir yang pertama. Kemudian mengucapkan salam
secara pelan” (HR asy-Syafi’i, al-Baihaqi)

Page 9
6) Membaca do’a atas mayat setelah takbir ketiga. Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah Sawbersabda: “Jika kalian shalat atas mayat maka berikhlaslah
dalam do’a baginya” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah). Sedikitnya do’a atas
mayat membaca (Allahuma-ghfir lahu allahuma-rahmhu), dan sempurna
do’a sesuai dengan riwayat dari Auf bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah
Sawshalat atas jenazah, Aku hafal do’a yang dibacakan Rasulullah Sawbagi
janazah. Beliau berdo’a:
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat)
berilah rahmat kepadanya,
selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai),
maafkanlah dia dan
tempatkanlah di tempat yang
mulia (Surga), luaskan
kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala
kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih
dari kotoran, berilah rumah yang
lebih baik dari rumahnya (di
dunia), berilah keluarga (atau
istri di Surga) yang lebih baik
daripada keluarganya (di dunia),
istri (atau suami) yang lebih baik
daripada istrinya (atau
suaminya), dan masukkan dia ke
Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka.”

Page 10
Bila Shalat Ghaib (jenazah tidak hadir), maka dibaca pada takbir ketiga:
Ya Allah, ampunilah orang yang hidup di
antara kami dan yang mati, orang yang
hadir di antara kami dan yang tidak hadir,
laki-laki maupun perempuan. Ya Allah,
Orang yang Engkau hidupkan di antara
kami, hidupkanlah ia dengan memegang
ajaran Islam, dan orang yang Engkau
matikan di antara kami, maka matikan ia
dengan memegang keimanan. Ya Allah,
jangan Engkau menghalangi kami untuk
memperoleh pahalanya dan janganlah
Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.

Bila yang meninggal adalah anak-anak, pada takbir ketiga dibaca:

7) Takbir keempat; adakalanya dibacakan doa untuk orang yang ditinggalkan.

Page 11
8) Mengucapkan salam setelah takbir. Dari Ali ra., Rasulullah Sawbersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, tahrimnya adalah takbir dan tahlilnya adalah
taslim.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dengan isnad shahih)

Sunah-Sunah Shalat Atas Mayat

1) Shalat dilakukan dengan 3 shaf. Dari Malik bin Hubairah ra, Rasulullah
Sawbersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal lalu ia
dishalati oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan ia diampuni.” – yaitu
wajib baginya surga karena doa-doa mereka (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)
2) Jika janazahnya laki- laki, maka posisi imam harus berada tepat lurus di
muka kepala mayat. Jika janazahnya perempuan, maka posisi imam berada
tepat lurus di tengah tengah tubuh mayat (pantat mayat). Sebagaimana
diriwayatkan dari Anas bin Malik ra sesungguhnya ia menyolati jenazah
seorang lelaki, ia berdiri di bagian yang lurus dengan kepala jenazah dan
jenazah seorang wanita ia berdiri pada posisi tengah jenazah. Al-’Ala` bin
Ziyad berkata: “(Wahai Anas!) apakah demikian Rasulullah saw menyolati
jenazah wanita berdiri pada posisi tengannya dan janazah laki-laki beliau berdiri di
bagian yang lurus dengan kepalanya?” Anas menjawab: “Iya” (HR Abu Dawud,
At-Tirmidzi – hadits hasan)
3) Mengangkat kedua tangan ketika takbir empat kali, sejajar dengan bahu dan
setelah itu meletakkannya dibawah dada dan diatas pusar sebagaimana
dalam shalat yang lain. Dan semua bacaan dilakukan dengan secara pelan-
pelan (sirr) walaupun shalat janazah dilakukan di malam hari.
4) Dari Abu Umamah bin Sahl ra, ia berkata: “Tuntuan sunah dalam shalat
janazah adalah membaca pada takbir pertama Ummul Qur’an (Fatihah) dengan
pelan (sirr), kemudian bertakbir tiga kali dan mengucapkan salam di akhir” (HR
Nasa’i)

Page 12
5) Membaca ta’awuz (a’uzubillah) sebelum fatihah. Allah berfirman: “Apabila
kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk.” (Qs An-Nahl ayat: 98)
6) Tidak membaca do’a iftitah setelah takbir dan pula tidak membaca surat al-
Qur’an setelah al-Fatihah, hal ini karena secara prinsip, shalat janazah itu
dikerjakan secara ringkas dan cepat
7) Disunahkan membaca do’a lainnya sebagai tambahan bagi mayat setelah
takbir ketiga. Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra,
rasulallah berdo’a atas janazah: “Ya Allah ampunilah orang yg masih hidup di
antara kami dan orang yg sudah meninggal, orang yg sekarang ada dan orang yg tdk
hadir, anak kecil di antara kami dan orang dewasa, lak-lali dan perempan kami. Ya
Allah siapa yg engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah ia di atas Islam
dan siapa yg engkau wafatkan di antara kami maka wafatkanlah dia di atas iman.
(HR Ahmad, Abu Dawud)
8) Jika mayat itu anak kecil belum dewasa (belum baligh) disunahkan setelah
takbir ketiga medoakan kedua orang tuanya dengan membaca doa: (seperti
di atas) Artinya: Ya Allah jadikanlah anak ini sebagai pendahulu bagi kedua orang
tuanya dan tabungan, simpanan, nasihat, itibar dan syafaat bagi keduanya,
beratkanlah timbangan mereka di akhirat, berikanlah kesabaran di hati-hati mereka,
janganlah dijadikan fitnah bagi mereka dan berikanlah bagi mereka pahalanya. Dari
Mughirah bin Syu’bah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Anak yang mati keguguran
dishalatkan dan berdo’a bagi kedua orang tuanya dengan afiah dan rahmah” (HR
al-Hakim)
9) Membaca do’a setelah takbir keempat dengan do’a: (seperti di atas) Artinya:
Ya Allah berikanlah bagi kami pahalanya, janganlah dijadikan fitnah bagi kami
sesudahnya, ampunilah kami dan dia (mayat in)i. Ya Allah berikanlah kepada kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka.
Dari Abdullah bin Abi Aufa ra sesungguhnya ia shalat atas janazah anak
perempuannya, ia berdiri setelah takbir yang keempat sejenak beristighfar untuk
kedua orang tuanya dan berdo’a. Lalu ia berkata: demikianlah Rasulullah Saw telah
berbuat” (HR Shahih al-Hakim)

Hal-hal terkait dengan shalat jenazah:


1) Salat ghaib; Ghaib artinya tidak hadir atau tidak adanya jenazah di hadapan
orang yang menshalatkan. Shalat dilakukan untuk jenazah atau mayat yang
berada di negeri atau daerah lain, baik dekat maupun jauh. Adapun dalil
yang mengisyaratkan shalat ghaib adalah sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dan Muslim: “bahwasanya pada suatu hari, Nabi saw

Page 13
memberitahu para shahabat tentang kematian Najasyi. Lalu, Nabi saw mengajak
para shahabat untuk bershalat atas Najasyi. Mereka shalat di belakang beliau. (HR
Bukhari Muslim). Diperbolehkan menyolatkan mayat yang sudah dikubur
dengan syarat jika yang menyalatkan mayat termasuk orang yang wajib
menyalatkannya dan dia tidak mendapat kesempatan untuk menyolatkanya
disaat mayat tsb hadir untuk dishalatkan sebelum dikubur. Dari Ibnu Abbas
ra, ia menyatakan bahwa Rasulullah Sawlewat dekat sebuah kuburan yang
baru semalam dikuburkan. Rasulullah Sawbertanya: ”Kapan dibuburkan?”.
Mereka menjawab: ”Tadi Malam”. Beliau bertanya lagi: ”Kenapa kalian
tidak memberitahukan kepadaku?”. Mereka menjawab: ”Kami kuburkan ia
tengah malam yang sangat gelap karena itu kami tidak mau membangunkan
engkau”. Lalu Nabi berdiri, kami berbaris dibelakang beliau untuk shalat.
Ibnu Abbas berkata:”Dan aku termasuk orang yang berbaris. Maka beliau
shalat” (HR Bukhari Muslim). Hadits-hadist di atas merupakan hujjah yang
disunahkan shalat ghaib ketika mendengar berita kematian seorang muslim
yang lain.
Cara melakukan shalat ghaib sama dengan shalat janazah hadir yaitu
dilakukan secara berjama’ah, menghadap kiblat, meskipun yang meninggal
dunia tidak berada di arah kiblat. Janazah yang dishalati itu seorang maupun
banyak, perempuan maupun laki-laki, niat, takbir empat kali, dan membaca
bacaan seperti bacaan shalat jenazah hadir. Lalu diakhiri dengan salam.
2) Mati Syahid; Mati syahid ialah orang yang wafat dalam peperangan
melawan musuh demi membela Islam. Orang yang mati syahid hukumnya
haram dimadikan dan dishalatkan, cukup dikafankan saja, dan yang lebih
afdhal jika dikafankan dengan pakaian yang dipakai waktu peperangan
setelah dibersihkan najisnya keculai darahnya. Dari Jabir ra, ia berkata:
Rasulullah Sawmemerintahkan untuk menguburkan orang orang yang mati shahid
dalam peperangan Uhud dengan darah-darah mereka, tidak dimandikan dan tidak
pula dishalatkan. (HR Bukhari)
3) Mati Keguguran (As-Saqt); Mati keguguran ialah anak bayi atau janin yang
keluar dari rahim ibunya dalam keadaan tidak bernyawa. Hukumnya sbb:
a) Jika bayi itu keluar dalam keadaan hidup walaupun sejenak kemudian
mati maka hukumnya seperti hukum mayat dewasa wajib dimandikan,
dikafankan dan dishalatkan.
b) Jika bayi (janin) keluar dalam keadaan tidak bernyawa dan sudah berusia
lebih dari 4 bulan, maka wajib baginya dimandikan, dikafankan dan
dikubur tanpa dishalatkan.

Page 14
c) Jika bayi (janin) keluar dalam keadaan tidak bernyawa dan belum
berusia 4 bulan maka cukup baginya dibungkus dengan kain lalu
dikuburkan tanpa dimandikan, tanpa dikafankan dan tanpa dishalatkan.

d. Menguburkan/Memakamkan Mayat
Memakamkan mayat hukumnya fadhu kifayah baik mayat itu muslim atau
kafir secara ijma’, Karena merupakan suatu penganiayan dan penghinaan jika
dibiarkan mayat manusia seperti seperti bangkai binatang, dan penghormatan
terhadap manusia baik muslim atau kafir adalah satu dasar ajaran Islam. Adapun
mayat seorang Muslim lebih utama jika dimakamkan di pemakaman muslimin,
sebagimana Rasulullah Sawmemakamkan mayat di pemakaman al-Baqi’ di
Mandinah. Hal ini dilakukannya agar mendapat do’a orang yang lewat dan para
penziarah.

Cara memakamkan mayat


1) Cara pertama paling minimal, mayat diletakan dengan menghadap ke kiblat
dan dimiringkan kesamping kanan di sebuah lubang yang dapat terhindar
dari bau dan terjaga dari binatang buas.
2) Cara kedua paling sempurna penguburan mayat yaitu, dengan meluaskan
dan menggali kuburan sedalam empat hasta (kurang lebih 2 meter). Dari
Hisyam bin Amir ra: sesungguhnya Rasulullah Sawbersabda kepada mereka
(para sahabat) pada waktu peperangan Uhud: “Galilah (lubang) agak dalam
dan luaskanlah, ” (HR Abu Dawud – hadits hasan)
3) Dibuatkan lubang lahad (lubang penyimpanan mayat) di dasar kuburan
sebelah kanan. Dari Saad bin Abi Waqqash ra, ia berkata saat-saat sebelum
wafatnya: “Buatkanlah bagiku lubang lahad, lalu uruklah tanah kepadaku
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulallah saw” (HR Muslim)
4) Setibanya di pekuburan, mayat dikeluarkan mulai dari kepalanya secara
perlahan-lahan. Bagi orang yang memasukkannya ke dalam pemakaman
disunahkan membaca:
َ ‫ّللاه َعلَيْهَّ َو‬
‫سلَّ ََّم‬ َّ ‫صلى‬
َ َّ‫سولَّ ّللا‬‫بسْمَّ ّللاَّ َو َعلَى ملةَّ َر ه‬
“Dengan nama Allah dan sesuai dengan tuntunan agama Rasulullah”
Hadits dari Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Ibnu Umar ra, ia berkata:
sesungguhnya Rasulullah Sawjika memasukan mayat kedalam liang kubur
beliau berkata:
‫سل ََّم‬ َ ‫ّللاه َعلَيْهَّ َو‬
َّ ‫صلى‬َ َّ‫سولَّ ّللا‬‫بسْمَّ ّللاَّ َو َعلَى ملةَّ َر ه‬
5) Setelah itu mayat diletakan di lubang tsb dalam keadaan miring ke kanan
serta menghadap kiblat, tidak tengkurup dan tidak pula terlentang, sama

Page 15
seperti posisi sewaktu tidur. Dari al-Barra’ bin Azib ra, Rasulullah
Sawbersabda: “Jika kamu hendak tidur, maka berwudhulah seperti wudhu
untuk shalat, kemudian berbaringlah diatas rusuk kanan dan katakanlah:
Allahumma aslamtu wajhi ilaika .. dst (HR Bukhari Muslim)
6) Lalu dibuatkan bantalan dari tanah dibawah pipinya dan dibuka kafannya
bagian kepala sekedar kelihatan pipinya kemudian ditempelkan pada tanah
setelah itu ditutup dengan papan atau batu agar tidak terkena reruntuhan
tanah yang akan dimasukkan, lalu ditutup dengan tanah secara pelan sambil
mengharap baginya rahmat dari Allah. Sebgaimana hadist diatas dari Saad
bin Abi Waqqash ra, ia berkata saat-saat sebelum wafatnya: “Buatkanlah
bagiku lubang lahad, lalu uruklah tanah kepadaku sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Rasulallah saw” (HR Muslim)
7) Pada saat menutup (menguruk mayat) disunahkan bagi para hadirin yang
ada di sekitarnya mengambil tiga genggam tanah. Pada saat pelemparan
genggaman: pertama membaca:
‫“( م ْن َها َخلَ ْقنَا هك َّْم‬Dari bumi atau tanah Kami menjadikan kamu”). Pada saat
pelemparan genggaman kedua membaca: ‫“( َوفي َها نهعيد ه هك َّْم‬Dan kepada bumi atau
tanah Kami akan mengembalikanmu”). Dan pada pelemparan genggaman
ketiga membaca:
‫َارةَّ أ ه ْخ َرى‬ َ ‫“( ََّو م ْن َها نه ْخر هج هك َّْم ت‬Dan dari bumi Kami akan membangkitkan kamu pada
waktu yang lain”). Seusui dengan hadits dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
bahwa Rasulullah Sawshalat atas janazah, kemudian ikut menguburkannya
lalu beliau mengambil tiga genggam tanah dan melemparkannya kearah
kepala mayat. (HR Shahih Ibnu Majah). Dari Abu Umamah ra, ia berkata:
ketika Rasulullah Saw meletakah janazah Umu Kalstum (puteri Rasulullah
saw) ke dalam kubur, beliau berkata: “inha khalaqnakum wa fiha nu’idukum wa
minha nukhrijukum taratan ukhra”. Artinya: “Dari bumi atau tanah Kami
menjadikan kamu, Dan kepada bumi atau tanah Kami akan mengembalikanmu,
Dan dari bumi Kami akan membangkitkan kamu pada waktu yang lain” (HR
Ahmad, hadits dhaif digunakan sebagai kebaikan)
8) Adapun adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri adalah jaiz (boleh
dilakukan atau tidak)
9) Setelah proses pemakaman selesai, hadirin juga disunnatkan membaca do’a
memohon kepada Allah ketetapan iman bagi mayat dan beristighfar baginya.
Hal ini seusai dengan hadits dari Ustman bin Affan ra, ia berkata: bahwa
Rasulullah Saw jika selesai menguburkan seseorang, beliau berdiri lalu
berkata: beristighfarlah kalian bagi saudaramu (mayat) dan mohonlah
kepada Allah ketetapan baginya, sesungguhnya ia (mayat) sekarang akan

Page 16
ditanya” (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dengan isnad baik). Dari ‘Amr bin al-
‘Ash ra ketika datang kepadanya kematian, ia berkata: “Jika kalian telah
memakamkan saya, maka lemparkanlah tanah ke arahku kemudian berdirilah di
sekitar kuburku sekedar selama waktu menyembelih seekor unta lalu dibagi-bagikan
dagingnya, sehingga saya dapat merasa tenang bertemu dengan kalian dan saya
dapat memikirkan apa-apa yang akan saya jawabkan kepada utusan-utusan
(malaikat) Allah (HR Muslim)

e. Ziarah Kubur
Ziarah kubur sunah bagi laki-laki menurut ijma ulama, sesuai dengan hadits
Rasulullah Sawyang diriwayatkan oleh Abu Dawud, pada awal sejarah Islam
pernah beliau melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Beliau khawatir umat
Islam mengkultuskan kuburan, berlaku syirik, atau bahkan menyembah kuburan.
Tapi selelah keimanan umat Islam meningkat dan kuat. Maka Rasulullah Sawtidak
khawatir lagi. Dari Abdullah bin Buraidah ra dari ayahnya, sesungguhnya
Rasulullah Sawbersabda: “Aku dulu melarang kamu berziarah kubur. Sekarang,
aku anjurkan melakukanya. Sebab bisa mengingatkan kita kepada akhirat”.
Ziarah kubur makruh bagi perempuan kecuali ziarah ke kuburan Rasulallah
saw, para nabi dan awliya shalihin. Dan tidak makruh jika aman dari fitnah, sesuai
dengan hadits Nabi saw dari Aisyah ra ia berkata “Wahai Rasulallah bagaimana
aku berkata ketika ingin menziarahi kubur? Beliau bersabda “katakanlah salam atas
ahli kubur dari orang orang mukminin dan muslimin, semoga Allah memberi
rahmat bagi orang orang yang terdahulu dan terbelakang, dan sesungguhnya kami
akan menyusul kalian”. (HR Muslim)
Disunahkan bagi penziarah berdiri dimuka kuburan dan memberi salam
kepadanya:”As-salamu ’alaikum daru qaumin mukminin wa inna insyaallah bikum
lahiqun.” Dari Aisyah ra, ia berkata: bahwa Nabi saw ketika keluar ke pemakaman al-Baqi’
beliau besabda: salam atas ahli kubur dari orang orang mukminin, dan sesungguhnya kami
akan menyusul kalian. Ya Allah ampunilah bagi ahli Baqi’ al-Gharqad” (HR Bukhrai
Muslim). Ziarah kubur adalah perbuatan dan tradisi baik. Selain merupakan sunah
juga untuk mengenang jasa dan berbalas budi orang. Orang yang tak
mengenangnya bukan dikatagorikan orang baik. Jelasnya, ziarah sudah menjadi
tradisi yang mendarah-daging. Tahun demi tahun berjalan, dan ziarah demi ziarah
pasti menyertainya. Dan andai kata kita lupa, atau lalai melakukannya, kita akan
segera merasa, ada sesuatu yang ganjil atau kurang mantap dalam diri kita. Ziarah
kubur sudah menjadi kebutuhan hidup kita, ibarat kita butuh makan, butuh minum,
butuh menghirup udara segar, butuh tidur, butuh istirahat, butuh senyum, butuh
salam, butuh menyayangi dan disayangi.

Page 17
Di samping itu, tradisi berziarah ini sangat baik dan terpuji demi
mengingatkan kita semua, bahwa satu hari hidup kita pasti akan berakhir di
pekuburan. Semua kemegahan hudup, rela tak rela, harus ditinggalkan dan kita
harus terima babak baru perjalanan menghuni liang kubur yang luasnya sekitar 1 x
2 meter saja.
Dari Ibnu Abbas ra., Imam besar Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah
Sawdan sahabatnya pernah melewati salah satu kuburan Muslimin. Setelah
memberi salam kepada ahli kubur, tiba-tiba Rasulallah berhenti di dua kuburan.
Kemudian beliau berpaling kepada sahabatnya dan bersabda, “Kalian tahu bahwa
kedua penghuni kuburan ini sedang diazab di dalam kubur. Mereka tidak diazab
karna dosa-dosa mereka yang besar. Akan tetapi mereka diazab karna dosa-dosa
mereka yang kecil. Yang pertama diazab karna suka berbuat namimah (mengupat)
dan yang kedua diazab karna tidak beristinja’ (tidak cebok setelah hadats kecil)”.
Kemudian Rasulullah Sawmemetik dua tangkai pohon dan ditancapkanya di kedua
kuburan trb. Sahabat bertanya apa maksud dari yang telah dilakukan Rasulullah
Sawitu. Beliau bersabda : “Allah memberi keringanan azab bagi kedua penghuni
kubur trb semasih tangkai pohon itu basah, belum kering.”.
Sekarang, jika Allah memberi keringanan azab kepada ahli kubur karna
istighfar sebatang pohon, istighfar seekor binatang, istighfar sebuah batu, pasir dan
krikil atau benda-benda jamad lainnya yang tidak berakal. Apalagi istighfar kita
sebagai manusia yang berakal dan beriman kepadaNya.
Disunahkan bagi penziarah membacakan bagi ahli kubur ayat ayat suci al-
Qur’an dan mendo’akanya karena do’a bisa memberi manfaat bagi mayat, sedang
pembacaan doa setelah pembacaan al-Qur’an akan lebih cepat diterima.
Wallah’alam.

Page 18

Anda mungkin juga menyukai