Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga
atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki pantai
yang terpanjang di dunia yaitu 81.000 Km yang terdiri dari 17.508 pulau yang
tersebar di zona ekuatorial antara 94015’BT dan 141005’BT, dan antara 6008’LU dan
11055’LS. Bagian barat Indonesia meliputi gugusan pulau-pulau besar seperti
Sumatera, Kalimantan dan Jawa sedangkan bagian timur Indonesia terdiri dari
Sulawesi dan Papua serta gugusan pulau-pulau yang lebih kecil, yaitu gugusan
pulau-pulau Nusa Tenggara dan Maluku. Luas daratan adalah 1,92 juta km2, luas
perairan nusantara dan laut teritorial adalah 3,1 juta km2 dan luas perairan ZEE
adalah 2,7 juta km2. Sebagai bangsa kepulauan terbesar, Indonesia membutuhkan
sektor maritim yang luas dan dikembangkan dengan baik sehingga dapat membantu
negara untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial dan politik.

Permasalahan transportasi di Negara kepulauan seperti Indonesia akan sangat


berbeda dari permasalahan transportasi di negara-negara kontinental. Di suatu negara
kepulauan, permasalahan utama transportasi adalah bagaimana menghubungkan
sistem transportasi darat dari suatu pulau dengan pulau-pulau lainnya. Jaringan
transportasi darat yang efektif dan efisien akan menghubungkan daerah-daerah
sumber daya alam di pedalaman dan kota-kota dengan pelabuhan-pelabuhan di
daerah pantai, sedangkan jaringan transportasi laut akan menghubungkan pelabuhan-
pelabuhan dari satu pulau dengan pulau-pulau lainnya. Dengan demikian jaringan
transportasi untuk seluruh wilayah negara kepulauan tergantung pada pelayaran antar
pulau.

1
2

Peranan pelayaran antar pulau di Indonesia menempati posisi strategis dalam


jaringan transportasi antar pulau nasional. Hal ini disebabkan oleh karena
transportasi udara masih mengutamakan angkutan penumpang dan hanya
menghubungkan tempat-tempat yang memiliki lapangan terbang. Tidak semua
daerah di Indonesia, khususnya pulau-pulau kecil yang berpenduduk sedikit,
mempunyai lapangan terbang. Sebagai akibatnya lalu lintas barang dan orang dari
pulau-pulau kecil dan daerah-daerah lainnya di Indonesia sangat tergantung pada
sistem transportasi laut yang baik. Untuk angkutan barang, kapal laut harus memiliki
kualitas pelayanan (kecepatan, ketepatan dan keteraturan jadwal, keselamatan
pelayaran, frekuensi pelayaran, tanggung jawab dan biaya) yang memadai. Untuk
angkutan penumpang, kualitas pelayanan ini masih harus ditambah dengan
pelayanan yang dapat memberi kenyamanan kepada para penumpang.

Peran transportasi laut untuk mendukung keberhasilan perekonomian, sosial dan


politik di Indonesia tidak di dukung dengan daya saing infrastruktur transportasi laut
yang memadai. Hal ini dapat terlihat dari ketidakseimbangan muatan angkutan laut
di Indonesia barat (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan Indonesia timur (NTT,
Maluku dan Papua) sehingga sistem logistik menjadi tidak efisisen dan berdampak
pada tingginya biaya ekonomi, keterbatasan kapasitas angkut dalam arti masih
kurangnya jumlah kapal yang beroperasi, keterbatasan peralatan bongkar muat di
pelabuhan serta masih tingginya waktu barang di pelabuhan Indonesia seperti pada
pelabuhan Tanjung Priok dibandingkan dengan pelabuhan di Negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia dan Thailand sebagaimana ditunjukan dalam Gambar 1.1. Oleh
karena itu, pembangunan sektor pelayaran antar pulau harus mendapatkan perhatian
dari pemerintah sehingga peningkatan frekuensi, regularitas atau kuantitas dan
kualitas sarana secara khusus dapat bermanfaat untuk pengembangan transportasi
laut dan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat di seluruh Indonesia pada
umumnya.
3

Tanjung Priok 8

Thailand 5

Malaysia (Port Klang) 4

UK, Los Angeles (USA) 4

Australia, NZ 3

France 3

Hong Kong 2

Singapore 1.1

0 2 4 6 8 10

Sumber : Kementerian Perhubungan, 2015


Gambar 1.1 Dwelling Time / Waktu tinggal barang
di pelabuhan (hari)

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan terdiri dari 559 pulau yang ukurannya
bervariasi mulai dari pulau kecil sampai dengan pulau besar seperti pulau Ambon,
Seram dan Halmahera. Menurut letak astronomis, wilayah Provinsi Maluku terletak
antara 2030’-90 LS dan 1240-1360 BT. Luas daratan di Maluku adalah 74.505 km2,
dengan jumlah penduduk 1.657.409 juta jiwa pada tahun 2014. Sebagian besar
perairan laut yang mengelilingi Maluku merupakan laut dalam seperti Samudera
Pasifik, laut Maluku, laut Halmahera, laut Banda, laut Flores dan laut Timor.
Walaupun sarana angkutan udara juga dipergunakan di Maluku, pengangkutan
barang dan penumpang antar pulau sebagian besar masih sangat tergantung pada
angkutan laut.

Kota Ambon adalah Ibukota Provinsi Maluku merupakan kota terbesar dan menjadi
sentral bagi wilayah kepulauan Maluku sehingga Kota Ambon menjadi pusat
pelabuhan, pariwisata dan pendidikan. Sebagai ibukota provinsi dan penghubung
daerah-daerah di Maluku, Kota Ambon mempunyai tanggung jawab untuk melayani
terutama pemenuhan kebutuhan transportasi angkutan laut. Untuk itu, pelabuhan
Ambon sebagai pelabuhan utama di Kota Ambon yang berfungsi untuk kegiatan naik
4

turun penumpang, bongkar muat barang, ekspor impor, dan sebagainya harus tetap
memberikan pelayanan yang baik, dalam arti aman dan efisien terhadap pengguna
pelabuhan dalam hal ini angkutan barang maupun angkutan penumpang.

Pelabuhan Ambon memiliki panjang dermaga 567.6 meter dan luas keseluruhan
kawasan terminal pelabuhan adalah 33 meter2. Berdasarkan data series tentang
Kinerja Operasional Pelabuhan Ambon yang diperoleh dari PT. Pelindo (Persero) IV
Cabang Ambon menyatakan bahwa sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
jumlah arus kunjungan kapal, arus penumpang, arus bongkar muat barang dan peti
kemas di Pelabuhan Ambon terus mengalami peningkatan sebagaimana terlihat
dalam Gambar 1.2.

1,000,000 1200
dan Penumpang (Orang)

900,000

Arus Kunjungan Kapal (Unit)


1000
Arus Barang (Ton)

800,000
700,000 800
600,000
500,000 600
400,000
300,000 400
200,000 200
100,000
0 0
2010 2011 2012 2013 2014
Arus Penumpang 318,535 374,733 532,363 497,232 420,183
Arus Barang 625,291 706,050 863,583 865,923 895,389
Arus Kunjungan Kapal 646 739 803 816 962

Sumber : PT. Pelindo IV Cabang (Persero) Ambon, 2015

Gambar 1.2 Trafik arus kunjungan kapal, penumpang, barang dan peti kemas
pada Pelabuhan Ambon tahun 2010 - 2014
5

Berdasarkan data tersebut, maka Pelabuhan Ambon harus tetap memberikan


pelayanan yang baik, dalam arti aman dan efisien, terhadap pengguna pelabuhan
(kapal, barang dan penumpang). Pelayanan yang baik adalah modal dasar bagi
perkembangan suatu pelabuhan. Untuk itu pelabuhan harus bisa menyediakan
beberapa kondisi berikut ini.
1. Adanya kualitas infrastruktur pelabuhan yang memadai, modern, bersih dan
terpelihara baik (dermaga dan terminal yang bersih, tidak ada waktu tunggu
karena antrian atau kerusakan alat);
2. Penyediaan pelayanan yang aman, efektif dan efisien; seperti pemanduan,
operasi penundaan, penambatan, mooring dan unmooring, komunikasi,
prosedur clearance kapal, aktivitas bongkar muat yang berkualitas,
pemeriksaan - pemeriksaan yang relevan dan penegakan peraturan dan
prosedur keselamatan yang tegas;
3. Operasi peralatan penanganan yang aman dan efisien, manajemen bongkar
muat yang professional dan pekerja pelabuhan yang terlatih, manajemen
pelabuhan yang efektif, operasi pengawasan dermaga dan terminal, operasi
keselamatan kapal dan turn round time di pelabuhan;
4. Prosedur dan komunikasi yang lancar dan efektif antara agen pelayaran,
perusahaan bongkar muat dan organisasi manajemen pelabuhan.

Penanganan, pengamanan dan pengelolaan lingkungan pelabuhan harus dilaksanakan


bersama - sama oleh semua pihak yang terkait dan dapat dinilai atau diukur melalui
kinerja pelabuhan. Kinerja pelabuhan adalah prestasi dari output atau tingkat
keberhasilan pelayanan, penggunaan fasilitas maupun peralatan pelabuhan pada
suatu periode tertentu, yang ditentukan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat dan
ratio perbandingan (persentase). Oleh karena itu, dalam penulisan ini dilakukan
penelitian tentang kinerja pelayanan operasional pelabuhan Ambon seperti kinerja
pelayanan kapal, barang dan produktivitas bongkar muat barang, lamanya waktu
6

pelayanan kapal selama kapal berada di dalam daerah kerja pelabuhan serta utilisasi
fasilitas pelabuhan dan alat bongkar muat peti kemas sesuai dengan Standar Kinerja
Pelayanan Operasional Pelabuhan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.002/38/18/DJPL.11 tahun 2011.

Pelabuhan dalam perannya sebagai infrastruktur transportasi memiliki peran penting


bagi pertumbuhan sebuah daerah. Karena dalam kegiatan – kegiatan yang dilakukan
di pelabuhan terdapat perpindahan barang, moda transportasi, penumpang dari laut
ke darat dan sebaliknya. Kegiatan bongkar muat inilah yang mejadi faktor utama
dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk itu dalam penelitian ini
tidak hanya menganalisis kinerja pelayanan operasional pelabuhan tetapi juga akan
melihat pengaruh arus lalu lintas di pelabuhan Ambon terhadap kondisi ekonomi di
Kota Ambon.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi
ekonomi Kota Ambon terhadap arus lalu lintas pelabuhan Ambon dan kinerja pada
kondisi eksisting pelabuhan Ambon selama beberapa tahun sebelumnya sehingga
dapat diketahui kebutuhan fasilitas dalam melayani perkembangan arus kunjungan
kapal, arus penumpang, arus barang dan peti kemas untuk beberapa tahun yang akan
datang serta pengembangan Pelabuhan Ambon sampai tahun 2034.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan maka dapat dijelaskan tujuan
dari penelitian ini adalah.
1. Menganalisis pengaruh kondisi ekonomi Kota Ambon terhadap perkembangan
arus lalu lintas di pelabuhan Ambon.
2. Menghitung kebutuhan fasilitas pelabuhan seperti dermaga, panjang dermaga,
kebutuhan gudang dan kebutuhan lapangan penumpukan yang dibutuhkan
7

sehingga arus kunjungan kapal serta aktivitas bongkar muat di pelabuhan


Ambon berjalan dengan baik.
3. Menghitung kapasitas peralatan bongkar muat peti kemas pada terminal peti
kemas pelabuhan Ambon.
4. Memprediksi kondisi pelabuhan Ambon untuk jangka pendek yaitu tahun 2019,
jangka menengah tahun 2024 dan jangka panjang tahun 2034.

D. Batasan Masalah
Dari beberapa pokok rumusan masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian
ini yaitu sebagai berikut.
1. Lokasi pelabuhan yang dikaji adalah pelabuhan Ambon.
2. Data yang digunakan untuk proyeksi arus kunjungan kapal, penumpang, barang
dan peti kemas yakni data time series sejak tahun 2010 - 2014.
3. Penelitian ini membahas tentang kinerja pelayanan pelabuhan yang terdiri WT,
AT, dan ET : BT, kinerja utilitas dan kebutuhan fasilitas dermaga, gudang dan
lapangan penumpukan yang terukur melalui nilai BOR, SOR, dan YOR, serta
kinerja dan kebutuhan peralatan bongkar muat peti kemas.
4. Analisis arus kunjungan kapal, arus penumpang, arus barang dan peti kemas
menggunakan analisis regresi. Proyeksi arus kunjungan kapal, arus penumpang,
arus barang dan peti kemas, kebutuhan fasilitas pelabuhan serta alat bongkar
muat menjangkau tahun 2019 (jangka pendek), 2024 (jangka menengah) dan
2034 (jangka panjang).
5. Peralatan bongkar muat yang dianalisa adalah Luffing Crane (LC), Rubber
Tyred Gantry (RTG), dan Reach Stacker (RS)

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang Analisis Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Ambon
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pengelola pelabuhan dalam hal ini PT.
Pelabuhan Indonesia (Persero) wilayah IV cabang Ambon, Kesyahbandaran dan
8

Otoritas Pelabuhan Ambon sebagai suatu usulan pengembangan kinerja pelayanan


operasional pelabuhan Ambon untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang maupun bagi Pemerintah Kota Ambon pada khusunya dan Pemerintah
Provinsi Maluku pada umumnya dalam melihat perkembangan arus kunjungan
kapal, arus barang dan peti kemas terkait tingkat kesejahteraan masyarakat Kota
Ambon maupun Provinsi Maluku. Serta bagi rekan-rekan mahasiswa, sebagai dasar
pemikiran dan bahan referensi tambahan khususnya mengenai analisis kinerja
pelayanan operasional pelabuhan.

F. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian Analisis Kinerja
Pelayanan Operasional Pelabuhan Ambon dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Perbedaan
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini membahas mengenai kinerja
kinerja pelayanan pelabuhan yang terdiri Waiting Time (WT), Approach Time (AT),
dan perbandingan Effectif Time (ET) : Berth Time (BT), kinerja utilitas dan
kebutuhan fasilitas dermaga, gudang dan lapangan penumpukan yang terukur
melalui nilai Berth Occupancy Ratio (BOR), Shed Occupancy Ratio (SOR), dan
Yard Occupancy Ratio (YOR), serta kinerja dan kebutuhan peralatan bongkar muat
peti kemas. Analisis arus kunjungan kapal, arus penumpang, arus barang dan peti
kemas menggunakan analisis regresi linear berganda dengan variabel independen
adalah indikator Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon, jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk Kota Ambon.
Proyeksi arus kunjungan kapal, arus penumpang, arus barang dan peti kemas,
kebutuhan fasilitas pelabuhan serta alat bongkar muat menjangkau tahun 2019
(jangka pendek), tahun 2024 (jangka menengah) sampai dengan tahun 2034 (jangka
panjang).mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
9

Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan

No. Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Metode Hasil

1 Djawani Machbar, 2002  Mengevaluasi kinerja pelabuhan yang  Analisa  Kinerja pelayanan barang dengan berth throughput cargo dan
Evaluasi Kinerja dan ada dan memprediksi kelayakan Regresi Linier container;
Pengembangan Terminal sarana dan prasarana seperti fasilitas  Deskriptif  Produktivitas bongkar muat general cargo, bagged cargo, dan
Peti Kemas Pelabuhan dermaga, lapangan penumpukan, dan kualitatif container;
Pontianak peralatan bongkar muat yang ada di  Kinerja pelayanan kapal;
teminal peti kemas pelabuhan  Kinerja utilisasi fasilitas dengan rasio penggunaan dermaga
Pontianak (BOR) dan rasio penggunaan lapangan penumpukan (YOR);
 Kebutuhan sarana dan prasarana untuk kebutuhan dermaga peti
kemas tahun 2005, 2010 dan 2015.
2 I Komang Wisnu Melakukan analisa terhadap pelayanan  Regresi Linier  Tingkat pemakaian gudang dan lapangan penumpukan;
Dananjaya, 2011 barang di gudang dan lapangan  Total biaya  Kebutuhan gudang dan lapangan penumpukan;
Optimasi Pelayanan penumpukan, mengoptimalkan fungsi pengiriman  Waktu optimal barang di gudang dan lapangan penumpukan
Gudang dan Lapangan biaya gudang dan lapangan penumpukan serta total biaya minimal.
Penumpukan pada sehingga mempercepat aliran keluar
Pelabuhan Tanjung Priok masuk barang
3 Moedji Widodo, 2007 Melakukan evaluasi kinerja fasilitas Data sekunder  Kinerja pelayanan kapal di pelabuhan dan barang di dermaga
Evaluasi Kinerja pelabuhan, master plan pelabuhan, dan atau data dinilai baik;
Operasional Fasilitas merumuskan arah kebijakan operasional  Kinerja barang di gudang dan lapangan penumpukan masih
Pelabuhan di Tanjung pengembangan fasilitas pelabuhan untuk selama 10 tahun sangat kecil;
Intan Cilcap jangka pendek (5 tahun), jangka dan RIP tahun  Tingkat pemakaina dermaga (BOR) masih mampu melayani
menengah (10 tahun) dan jangka 2005-2025 kapal dengan baik;
panjang (20 tahun).  Tingkat pemakaian gudang (SOR) dan lapangan penumpukan
(YOR) masih sangat rendah.
4 Muh.Firdaus Fajrin  Mengetahui tingkat kinerja operasional Deskriptif  Kinerja operasional bongkar muat peti kemas di pelabuhan
Cangara, 2014 bongkar muat peti kemas yang ditinjau kualitatif bitung belum cukup baik;
Analisa Performance dari waktu operasional  Komposisi peralatan bongkar muat memiliki tingkat utilisasi
Pelabuhan Bitung Ditinjau  Kapasitas dan kemampuan infrastruktur yang cukup baik, namun tingkat okupansi dermaga dan
dari Aspek Operasional dermaga dan container yard terhadap container yard mengalami penurunan performance.
Bongkar Muat Peti Kemas arus peti kemas dan kunjungan kapal
10

Anda mungkin juga menyukai