Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain,
seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam.
Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek
kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis
(sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah
suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh
kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana
dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk
pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi
klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung,
nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Terdapat beberapa cara untuk menyembuhkan penyakit ,yaitu cara dengan system
medis yang modern dan juga system medis yang bersifat alternative. Terdapat
berbagai macam/model system medis alternative yang masih “eksis” di zaman
modern ini, dengan seperti itu muncullah pertanyaan yang akan di bahas di dalam
makalah ini yaitu “Kenapa masih eksis system medis alternative di dunia yang sudah
sangat modern ini?”

1.2 Tujuan Penelitian:


1. Mengetauhi perbedaan antara system medis modern dan system medis
alternative
2. Mengetauhi alasan mengapa system medis alternative masih dapat “eksis” di
zaman modern sekarang
3. Mengetauhi system medis alternative yang banyak di minati oleh masyarakat
Indon
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Sistem Medis Alternatif


Kamanto Sunarto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Kesehatan
mencantumkan definisi system medis alternative melalui pasal 47 Undang-undang
Kesehatan tahun 1992 yang berisi ; Pengoatan tradisional ialah upaya pengobatan
atau perawatan “di luar ilmu kedoketeran dan ilmu keperawatan”. WHO (2003)
mendefinisikan apa yang di maksud tentang “Traditional Medicine”:
Praktik, pendekatan, pengetahuan dan kepercayaan kesehatan yang
mecakup obat berbasis tana,an, hewan dan mineral, terpai, spiritual, teknik dan
latihan secara manual,yang diterapkan secara tunggalla ataupun secara kombinasi
untuk menangani, mendiagnosis, dan mencegah penyakit atau mempertahankan
kesehatan.
National Center for Complemantary and Alternative Medicine (NCCAM)
Medika komplementer dan alternative adalah suatu system medis dan pelayanan
kesehatan ,praktik, dan produk yang di zaman sekarang tidak di anggap sebagai
bagian dalam medika konvensional.Medika Konvensional ialah medika yang di
praktikkan oleh pemegan gear M.D (Dokter Medis) atau D.O(Dokter Osteopati)
dan oleh para professional kesehatan lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
system medis alternative merupakan system medis yang berbeda dengan system
medis yang berkembang di zaman modern saat ini, karena system medis
alternative tidak melibatkan peran dokter, perawat dll, sehingga dapat di
simpulkan bahwa system medis alternative tidak dapat di kategorika sebagai
system medis konvensional

2.2 Perbedaan Sistem Medis Alternatif dengean Sistem Medis Modern


Di dalam buku “Sosiologi Kesehatan” Aakster membedaka system
medis alternative dengan system medis modern, yang dimana system medis
alternative tidak dapat di temukan asuransi kesehatan dan juga tidak ada
pengajaran khusus dalam perguran tinggi.Kamanto Sunarto membuat
klasifikasi system medis di dalam bukunya.Di dalam bagan tersebut
menggambarkan perbedaan antara system medis barat dengan system medis
non barat, perebdaanya meliputi cara pengobata dan tenaga medis yang
terlibat.
Sistem Medis Barat Sistem Medis Non-barat
Modern Tradisional (traditional medicine/TM, WHO)
Konvensional (Conrad & Kern) Alternatif (Mills)
Barat, Barat Baku Non-Barat
(Standard Western medicine.Mills)
Undang-undang Kesehatan RI 1992:
Ilmu kedokteran Ilmu keperawatan Tradisional
Ortodoks (Scambler) Non-ortodoks (non-orthodox health care)
Ilmiah Nonilmiah
Sistem pelayanan medis lokal (local health care systems. Kleinman):
Profesional Populer (popular) Rakyat
(folk medicine)

Konvensional Pengobatan komplementer dan alternatif


(NCCAM) (Complementary and Alternative
Medicine/CAM):
Komplementer Alternatif
Reguler
Komplementer
Komplementer
Medika integratif:
Konvensional Komplementer dan Alternatif

2.3 Beberapa Macam dalam Pengobatan Alternatif


Beberapa macam pengobatan alternative di antaranya adalah ;
Chiropratic, Acupuncture ,Spiritual Healing and Christian Science dan Ethnic
Folk Healing.
1. Chiropratic
Coulehan(1985) memaparkan dua prinsip utama mengenai
Chiropratic.Pertama bahwa penyakit merupakan akibat dari burukya
kinerja dari homeostatis.Prinsip kedua adalah Sublukasi tulang belakang
merupakan sumber dari sebagian besar penyakit.Sublukasi sendiri adalah
tulang belakang yang tidak lurus.

2. Acupunture
Cara bekerjanya akupuntur adalah dengan menggunakan jarum yang di
tusuk-tusukan kepada badan pasien.Saat ini para ahli akupuntur sudah
menemukan 700 titik manuusia yang bisa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit,akan tetapi hanya 40-50 titik saja yang biasa di
gunakan.Pemakaian jarumnya pun beragam ada yang panjang, lebar dan
bahan yg di sesuaikan.Penusukan jarum ini bertujuan untuk chi di dalam
tubuh untuk di stimulasi sehigga bisa di perbaiki mengakibatkan
ketidakseimbangan pada badan pasien dapat di atasi.

3. Spiritual Healing and Christian Science


Penyembuhan spiritual ini ialah penyembuhan yang menggunakan jenis
kekuatan spirit yang di transferkan kepada pasien.Prinsip utama dalam ini
adalah bahwa penyakit dan rasa sakit sebenrarnya merupakan ilusi dalam
pikiran individu, sebab individu merupakan cerminan dari tuhan yang
dimana tuhan tidak bisa sakit begitu juga dengan manusia.Individu merasa
sakit pada saat kondisi spirtualnnya sedang buruk. Metode pengobatan
yang di lakukan adalah doa dan spiritual rediscovery

4. Ethnic Folk Healing- Curanderismo


Terdapat empat prinsip utama dalam Curanderismo, pertama keadaan
sehat merupakan hadiah dari tuhan bagi mereka yang menjalani
perintahnya (tuhan). Kedua, penyebab sakit di antara lain; kekuatan
natural dan supernatural, ketidak seimbangan antara panas dan dingin, dan
penyakit yang berasal dari kondisi emosi seseorang.Ketiga, proses
penyembuhan curanderismo mengikuti kondisi alamiah dari penyakit
yang bersangkutan. Keempat hubungan antara curandero dengan pasien
sangat dekat di karenakan mereka berada dalam komunitas yang sama
yaitu curanderismo.
BAB 3
ANALISIS MASALAH

3.1 Contoh pengobatan alternatif di desa dan di kota

Pengobatan alternatif kini mulai dipercaya oleh sebagian besar masyarakat


indonesia. Saat ini telah banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan alternatIf
sebagai upaya peyembuhan penyakit dari mulai yang tergolong ringan hingga
penyakit yang tparah. Pengobatan tersebut telah banyak diminati dan tersebar ke
seluruh lapisan masyarakat di desa dan di kota. Sehingga dalam makalah ini kita
dapat menganilisis dan melihat adanya perbedaan antara pengobatan alternatif di desa
dan di kota serta mengetahui alasan mengapa banyak masyarakat yang menggunakan
pengobatan alterntif untuk penyembuhan penyakit ataupun menjaga kesehatan
contohnya seperti melakukan pijat refleksi dan pegobatan alternatif dengan
mengkonsumsi jamu.
Pijat refleksi adalah metode pemijatan yang dilakukan baik untuk mengurangi
rasa sakit, mencegah bahkan mengobati sakit serta dapat pula sebagai metode
penyegaran dan kebugaran tubuh. Pijat kesehatan ini berguna bagi orang-orang yang
memiliki mobilitas kegiatan yang beragam.
Dalam sejarahnya, dikisahkan bahwa sebenarnya teknik pijat refleksi telah
dikenal sejak 2500 SM. Awalnya, jenis pijat ini berasal dari Mesir, lalu berkembang
serta dipraktekkan di negara-negara lain yang penyebarannnya hingga mencapai
seluruh dunia.Di Indonesia sendiri jenis pijatan ini mulai dikenal luas oleh masyarakat
dalam kurun watu 5 tahun belakangan. Saat ini bahkan sudah menjadi sejenis trend
masa kini dan umumnya banyak digunakan di perkotaan. Prospek bisnisnya pun
sangat menjanjikan. Di beberapa tempat bisa ditemukan fasilitas yang menyediakan
pijat refleksi yang dipadukan dengan jenis usaha lainnya seperti tempat makan, atau
tempat yang menyediakan fasilitas olahraga dan lain-lain.
Ilmu pijat refleksi merupakan sebuah ilmu yang mendalami pengetahuan
tentang teknik pijat yang dilakukan pada beberapa titik-titik disekitar tubuh.
Umumnya pijat refleksi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tangan, namun
dalam perkembangannya benda-benda lain berupa kayu, plastik, atau karet juga dapat
dijadikan alat bantu pemijatan.Praktisi pijat refleksi ini memiliki wawasan seputar
titik-titik saraf manusia dan masih berkaitan dengan pengobatan yang dilakukan
dengan metode tusuk jarum atau akupunturPijat refleksi jenis pijatan dengan
melakukan penekanan pada titik saraf pada titik tubuh tertentu untuk memberikan
rangsangan bioelektrik pada organ tubuh tersebut yang dapat memberikan perasaan
rileks dan segar karena aliran darah dalam tubuh menjadi lebih lancar.
Pengobatan dengan metode pijat refleksi sering ditemukan di tempat-tempat
akupuntur atau klinik-klinik sinshei. Berbagai macam penyakit dapat dideteksi dan
dapat diminimalisir efeknya. Pada umumnya, pengobatan yang dilakukan pada
metode pijat ini adalah untuk penyakit-penyakit yang sering muncul dan ada di
kehidupan sehari-hari, antara lain: sakit lambung (pencernaan), sakit jantung, sakit
kulit, pnyakit tulang, dan lain-lain.
Bukan hanya penyakit-penyakit di dalam tubuh, pijat refleksi juga memberi
manfaat yang banyak terhadap upaya seseorang dalam hal kecantikan. Kegunaannya
dapat kita jumpai pada pijatan-pijatan di wilayah-wilayah kecantikan tubuh, seperti
wajah, dada, bahkan dipercaya dapat memberikan efek pada terbukanya aura
kecantikan seseorang.
Bagi para ahli di bidang ini, prinsip refleksologi adalah kaki kiri
merepresentasikan semua organ, terdiri dari anggota badan, dan sistem kelenjar yang
ada di bagian kiri tubuh, sementara kaki kanan mempresentasikan semua organ,
terdiri dari anggota badan, dan sistem kelenjar yang berada di sisi tubuh bagian
kanan.Sedangkan jari-jari kaki mewakili bagian dari kepala, termasuk gigi, mata,
telinga, mulut, hidung, dan otak. Selain itu pada area antara di bawah jari kaki dengan
telapak kaki mempresentasikan area dada dan payudara, termasuk juga jantung dan
paru-paru.Pada bagian lekukan di kaki mempresentasikan semua organ internal
pencernaan, terdiri dari lambung, liver, kandung empedu, dan limpa. Serta pada
bagian-bagian separuh ke bawah dari lekukan tersebut mempresentasikan usus dan
kandung kemih.
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena dipercaya
memberikan andil yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran,
kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh. Menurut WHO, sekitar 80 % dari
penduduk dibeberapa negara Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk
mengatasi masalah kesehatannya, sedangkan beberapa negara maju, 70%-80% dari
masyarakatnya telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer atau
alternatif serta obat herbal.
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI, telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010 tentang
Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui
penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah memberikan
landasan ilmiah penggunaan jamu secara empirik melalui penelitian berbasis
pelayanan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini klinik
pelayanan jamu. Untuk menjalankan Saintifikasi Jamu sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 03/MENKES/PER/2010, maka telah ditetapkan Keputusan
Menteri Kesehatan No.1334 Tahun 2010 tentang Komisi Nasional Saintifikasi Jamu,
dimana salah satu tugasnya adalah menyusun pedoman metodologi penelitian
jamuObat tradisional/jamu telah berkembang secara luas di banyak negara dan
semakin populer.
Di beberapa negara berkembang, obat tradisional bahkan telah dimanfaatkan
dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama.
Negara-negara maju yang sistem pelayanan kesehatannya didominasi pengobatan
konvensional pun kini menerima pengobatan tradisional, walaupun mereka
menyebutnya dengan pengobatan komplementer/alternatif (complementary and
alternative medicine), misalnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Di Asia,
negara yang banyak menggunakan obat tradisional adalah Cina, Korea, India, dan
termasuk Indonesia.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa 50%
penduduk Indonesia menggunakan jamu baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk
pengobatan karena sakit. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa, jamu sebagai
bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat
Indonesia.Meskipun pengobatan tradisional, termasuk jamu, sudah banyak digunakan
oleh tenaga kesehatan profesional maupun alternatif, namun banyak tenaga
profesional kesehatan yang mempertanyakan pengobatan tradisional (jamu) dalam
pelayanan kesehatan formal. Hal ini bisa dilihat sesuai dengan Undang-undang No. 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dokter atau dokter gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan harus memenuhi standar pelayanan medis, yang pada prinsipnya
harus memenuhi kaidah praktik kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine).
Di pihak lain, bukti-bukti ilmiah tentang mutu, keamanan dan manfaat pengobatan
tradisional (jamu) dinilai belum adekuat untuk dapat dipraktikkan pada pelayanan
kesehatan formal. Dengan kata lain, pengobatan tradisional (jamu) masih memerlukan
bukti ilmiah yang cukup untuk dapat digunakan oleh tenaga profesional kesehatan.

3.2 Kebijakan sistem medis alternatif di Indonesia


Dalam dua dasawarsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari
bahan alam (obat tradisional) menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara-negara maju telah
menggunakan pengobatan tradisional dimana didalamnya termasuk penggunaan
obat-obat bahan alam. Menurut data Secretariat Convention on Biological Diversity,
pasar global obat bahan alam mencakup bahan baku pada tahun 2000 mencapai nilai
US$ 43 milyar. Hal ini membuktikan bahwa tidak hanya Indonesia saja yang masih
menggunakan pengobatan tradisional tetapi juga negara lainnya masih kental dengan
budaya pengobatan tradisionalnya
Dasar hukum dari pengobatan tradisional adalah Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1073/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Pada keputusan menteri kesehatan tersebut,
pengobatan tradisional mempunyai arti yaitu “pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara, obat dan pengobatnya mengacu kepada pengalaman keterampilan turun
menurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat”. Diakuinya
pengobatan tradisional di Indonesia dikarenakan oleh banyak hal, yang salah satunya
adalah dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam bidang pengobatan,
masyarakat cenderung menggunakan obat-obatan kimia farmasi. Obat-obatan kimia
tersebut memiliki efek samping ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan
dampak yang fatal. Selain itu harga dari obat-obatan kimia juga relatif mahal
dibanding obat-obatan tradisional. Kehidupan masyarakat zaman dahulu dalam hal
pengobatan terkenal lebih alami dan jauh dari modernisasi. Masyarakat zaman dahulu
menggunakan obat-obatan herbal yang didapat dari lingkungan alam sekitar berupa
tanaman, alat, ataupun budaya spiritualnya. Obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat.
Kebijakan mengenai pengobatan alternatif juga terdpat dalam peraturan
Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/PER/X/2007 tentang penyelenggaraan
pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas kesehatan, dimana unnperaturan
tersebut membahas mengenai ketentuan umum mengenai pengobatan alternatif,
tujuan mengenai penyelenggaraan pengobatan tradisional, ruang lingkup pengobatan
komplementer-alternatif, registrasi untuk tenaga pengobatan komplementer-alternatif,
fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga pengobatan komplementer-alternatif, surat
tugas/surat izin kerja tenaga pengobatan komplementer-alternatif, tenaga pengobatan
komplementer-alternatif asing, pencatatan dan pelaporan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menggunakan pelayanan pengobatan komplementer-alternatif serta
pembinaan dan pengawasan tentang tenaga dan pelayanan pengobatan komplementer-
alternatif.Tujuannya adalah agar setiap pakitik yang dilakukan mendapat perizinan
dari badan yang bersangkutan sehingga menghindari penyimpangan dalam
penyelenggaraan pengobatan alternatif .
Selain Itu dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan tradisional
sebagai bentuk pelayanan kesehatan disamping pengobatan medis konvensional juga
memiliki ragam jenisnya. Jenis-jenis pengobatan tradisional tersebut saat ini
telah banyak sekali dikenal dan diterapkan oleh berbagai kalangan
masyarakat. Pengobatan tradisional diklasifikasikan berdasarkan pada jenis-jenis
pengobat tradisional. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan
tradisional.Sedangkan ragam pengobat tradisional berdasarkan lampiran Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/Menkes/Sk/Vii/2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional di klasifikasikan
dalam jenis-jenis sebagai berikut
Klasifikasi Jenis Pengobatan Tradisional Menurut KMK Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional

Banyak jenis ragam pengobat tradisional yang ada dalam masyarakat dan diatur oleh
hukum positif melalui ketentuan yang tertera dalam peraturan perundang-undangan
tersebut mengindikasikan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1073/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Penyelenggaran Pengobatan Tradisional Pasal
1 no.3 bahwa pelayanan kesehatan melalui pengobatan tradisional merupakan suatu
bentuk pelayanan kesehatan yang diakui dan difasilitasi oleh hukum di negara
Indonesia. Namun bila kita melihat pada jenis-jenis pengobat tradisional tersebut,
maka untuk penerapan pengobatan tradisional pada suatu instansi resmi seperti halnya
rumah sakit umum daerah (RSUD), jenis-jenis pengobat tradisional tidak dapat
diterapkan seluruhnya. Pengobatan tradisional yang dapat diterapkan pada pelayanan
kesehatan di Instansi kesehatan resmi terdiri dari jenis pengobat tradisional dengan
pendekatan keterampilan dan ramuan. Pembatasan penerapan pengobatan tradisional
yang dapat dilaksanakan pada instansi kesehatan resmi tersebut dikarenakan bahwa
pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara aman, bermanfaat, dan ilmiah

3.3 Alasan masyarakat menggunakan pengobatan alternatif:

1. Faktor Sosial
Salah satu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti
yaitu pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang
lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang.

2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau
penolakan suatu pengobatan.Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat
bahwa pengobatan alternatif membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.

3. Faktor Budaya
Budaya merupakan suatu pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, yang
menjadi kebiasaan masyarakat.Nilai-nilai budaya yang dominan pada individu
sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian Individu. Dalam hal ini
budaya dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut oleh pasien, jika aspek suku
bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau
menolak didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut. Semua
kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode
ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural dan supernatural.

4. Faktor Psikologis
Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan,
karena itu berbagai cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari
kesembuhan maupun meringankan beban sakitnya, termasuk datang
kepelayanan pengobatan alternatif.
5. Faktor Kejenuhan Terhadap Pelayanan Medis.
Proses pengobatan yang terlalu lama menyebabkan si penderita bosan
dan berusaha mencari alternatif pengobatan lain yang mempercepat proses
penyembuhannya.

6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan


Keefektifan dari pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat
berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan alternatif.

7. Faktor Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga,
atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.Pengetahuan didapatkan secara formal dan informal.

Pengobatan alternatif atau tradisional masih digunakan oleh sebagian besar


masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal
yang terjangkau melainkan lebih disebabkan oleh faktor-faktor budaya Indonesia
yang masih kuat kepercayaannya terhadap pengobatan alternatif. Budaya yang
melekat pada individu mempengaruhi bagaimana individu itu berpikir dan bertindak.
Health Belief Model merupakan suatu model yang dikembangkan untuk
menjelaskan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dengan memfokuskan
pada kognitif. Dimana individu siap melakukan suatu tindakan terhadap bahayanya
penyakit tersebut serta persepsi individu terhadap kemungkinan yang terjadi bila
terserang penyakit tersebut misalnya kecacatan dan dijauhin oleh lingkungan
sosialnya. Penilaian individu terhadap manfaat pengobatan tersebut dan
membandingkan persepsi terhadap pengorbanan yang harus dilakukan untuk
melakukan pengobatan tersebut misalnya tenaga, fisik, dan lain-lain.

3.4 Perbedaan sistem medis alternatif di kota dan di desa


a. Sistem medis alternatif di kota:
1. Memiliki sifat keilmuan empiris, bisa dipelajari, ada sertifikasi formal,
percaya pada rasio dan teknologi

2.Teknologinya mengalami industrialisasi


3.Sifat Praktik/ Pelakuknya yaitu terspesialisasi (dokter spesialis), seleksi dan
pendidikan formal, kompensasi material

b. Sistem medis alternatif di desa:


1. Memiliki sifat keilmuan spiritual, magic, irasional, adanya pewarisan dan
pelatihan, pengakuan, percaya pada kekuata “supernatural”.
2.Teknologinya sederhana
3.Sifat Praktik/ Pelakuknya yaitu Baur( seorang pelaku bisa mengobati
‘banyak hal’), seleksi sosial, kompensasi sosial, moral(juga materi)
BAB 4
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai