DASAR TEORI
2.1 PENENALAN GEOLOGI GUNUNG API.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan
bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Suatu
gunung berapi merupakan bentukan alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit
bermassa planet, seperti Bumi, dimana patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu
vulkanik dan gas bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Letusan atau erupsi gunung berapi dapat menimbulkan berbagai bencana, tidak hanya di
daerah dekat letusan. Bahaya dari debu vulkanik adalah terhadap penerbangan khususnya
pesawat jet dimana debu vulkanik dapat merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat
mempengaruhi suhu dikarenakan asap dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan
dapat menghalangi matahari dan mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti
troposfer, namun material tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi
sehingga memanaskan stratosfer. Dari sejarah, musim dingin vulkanik telah mengakibatkan
bencana kelaparan yang parah.
Lebih lanjut, istilah gunung apiini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice
volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es
biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api
lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai
Bledug Kuwu.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali
adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi
yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak
aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun
sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan
sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan
istirahat atau telah mati.
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas
permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar
magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada
aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
Aliran lava , Letusan gunung berapi, Aliran lumpur, Abu, Kebakaran hutan., Gas
beracun.,Gelombang tsunami , Gempa bumi.
gambar
2. Kubah,
biasanya dijumpai pada tipe gunungapi lava (shield volcano). Kubah lava merupakan bentukan
dari lelehan lava kental yang keluar melalui celah dan dibatasi oleh sisi curam disekelilingnya.
gambar
3. Maar,
umumnya dijumpai pada tipe gunungapi gas atau piroklastik.
gambar
4. Kawah
merupakan bentuk negatif yang terjadi karena kegiatan gunungapi. Berdasarkan genetiknya
dibedakan kawah letusan dan kawah runtuhan. Sedangkan berdasarkan letaknya terhadap pusat
kegiatan dikelompokkan kawah kepundan dan kawah samping (kawah parasiter).
gambar
5. Kaldera,
merupakan depresi topografi yang besar, berbentuk bundar atau oval. Ukuran kaldera memang
lebih besar dari kawah, meskipun tidak ada batasan ukuran yang membedakannya hingga
mempunyai ukuran berupa kawah dapat disebut kaldera. H. William (1974), mengklasifikasikan
kaldera menjadi beberapa jenis berdasarkan proses yang membentuknya, yaitu :
a. Kaldera letusan
yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat yang
menghancurkan bagian puncak kerucut dan menyemburkan massa batuan dalam
jumlah besar. Contoh yang baik antara lain Kaldera Bandaisan di Jepang, Kaldera
Tarawera di New Zealand.
b. Kaldera runtuhan
yang terbentuk karena adanya letusan yang berjalan cepat yang memuntahkan
batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan kekosongan pada dapur
magma. Penurunan permukaan magma didalam waduk pun akan menyebabkan
akan terjadinya runtuhan pada bagian puncak gunungapi. Contoh yang baik antara
lain Kaldera Toba (Tapanuli – Sumatra Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo –
Jawa Timur).
c. Kaldera erosi
disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana erosi akan
memperluas daerah lekukan sehingga kaldera tersebut akan semakin luas.
d. Kaldera resurgent
yang terbentuk karena adanya bongkah lekukan di bagian tengah kaldera yang
terangkat oleh magma yang bergerak naik ke atas, dan kemudian membentuk
suatu kubah.
gambar
2.3 FASIES GUNUNG API
1. Zona sentral
Pada zona ini, pusat erupsi terjadi dan energi terbesar dari pusat erupsi ada pada zona
ini. Dengan adanya kegiatan vulkanisme yang tinggi, banyak menyebabkan aktifitas-
aktifitsas lain seperti hidrothermal dan mineralisasi sehingga banyak terjadi proses alterasi
menghasilkan berbagai macam unsur yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti emas. Telah
diketahui, tambang-tambang emas besar di Indonesia seperti di Grasberg, Papua, dulunya
merupakan zona pusat erupsi gunungapi purba. Namun perlu diketahui, saat gunungapi masih
aktif, zona ini sangatlah berbahaya. Kandungan gas-gas beracun dan sulfur yang berbau
menyengat dan pekat dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian apabila terhirup
melampaui batas. Saat terjadi erupsi, zona inilah yang menjadi sangat hancur.
Zona ini tersusun atas lahar dan tuff. Material-material ini jika telah lapuk akan menjadi
sangat subur bagi tanaman. Pertanian dan perkebunan menjadi sangat berkembang pada daerah
ini. Tangkapan air baik dari hujan maupun zona di atasnya muncul sebagai mata air dan
menjadi sumber air bagi kehidupan. Namun saat terjadi erupsi, zona ini juga masih menjadi
zona bahaya karena terjangan lahar yang hebat apabila erupsi yang terjadi sangatlah kuat.
4. Zona distal
Zona ini merupakan zona dengan kelerengan landai dan menjadi daerah tangkapan air
hasil dari zona medial dan proksimal. Litologi penyusunnya kebanyakan adalah konglomerat,
lahar, batupasir, dan tuff. Daerah ini masih cukup subur dengan adanya jatuhan piroklastik
yang sampai di daerah ini. Saat terjaidi erupsi, zona distal dapat menjadi daerah aman namun
dapat juga menjadi daerah berbahaya terutama pada kawasan yang terletak di sekitar sungai
tempat lahar menerjang.
Yang dicirikan oleh:
Conglomerate
Lacustrne silstone
Interbedded (sand stone dan tuf)
gambar
2.4 KELURUSAN VULKANIK
Analisa kelurusan gunungapi bertujuan untuk menentukan pola penyebaran gunungapi,
berdasarkan kelurusan-kelurusan yang dibentuknya. Dari arah - arah kelurusan gunungapi ini
dengan mempergunakan diagram kipas, akan bisa ditafsirkan sistem rekahan di daerah tersebut.
Dari sistem rekahan tersebut selanjutnya digunakan untuk menafsirkan evolusi atau
perkembangan gunungapi yang ada. Gunungapi yang muncul di permukanan bumi dan
membentuk pola kelurusan dengan gunungapi lainnya bukanlah merupakan suatu kebetulan.
Pola-pola ini terjadi akibat adanya celah-celah atau rekahan-rekahan yang ada didalam kerak
bumi yang berhubungan erat dengan struktur geologi daerah, baik secara lokal maupun
regional. Celah - celah ini merupakan bidang lemah yang mudah diterobos magma. Dalam
perkembangan selanjutnya akan membentuk suatu deretan gunungapi dipermukaan bumi.
Beberapa gunungapi atau kelompok gunungapi kadang-kadang memperlihatkan gejala
kelurusan. Dan kalau diteliti lebih lanjut, pola kelurusan tersebut dibentuk oleh unsur - unsur
gunungapi seperti lubang kawah, kerucut atau kubah lava, kerucut sinder, daerah-daerah
hembusan fumarol atau solfatara dan lain sebagainya.
Kuenen (1945) yang banyak meneliti pola kelurusan gunungapi di Indonesia mempunyai
anggapan bahwa :
Berdasarkan atas hubungannya dengan struktur sesar setempat (regional), pola kelurusan
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Skala kecil, adalah kelurusan yang terbentuk setempat, yaitu pada tubuh gunungapi itu
sendiri dimana rekahan yang ada disebabkan oleh tekanan magmatis dari gunungapi
tersebut.
2. Skala menengah, adalah kelurusan menengah yang diperlihatkan oleh dua atau lebih
pusat-pusat erupsi yang berlainan, tetapi masih dalam jajaran yang sama.
3. Skala dalam, adalah kelurusan besar yang menghubungkan pusat-pusat erupsi dari
beberapa jajaran gunungapi yang berlainan, jajaran gunungapi yng menempati daerah
pinggiran benua dikelompokkan sebagai kelurusan skala besar.
Transisi antara kelompok diatas dinyatakan sebagai intermediate, yaitu “kecil sampai
menengah” dan “menengah sampai besar”. Di dalam analisa penentuan arah dan gaya utama
pembentukannya digunakan diagram Mohr, yaitu antara menentukan shear joint, extension
joint dan realese joint.
Selain melalui morfostratigrafi, evolusi gunungapi secara lokal ditafsirkan dari perpindahan
pusat erupsi gunungapi. Perpindahan pusat erupsi umumnya disebabkan oleh :
Sumbat pada lubang kepundan utama.
Terbentuknya pola rekahan pada tubuh gunungapi atau sekitar gunungapi, sehingga keluarnya
magma melalui saluran lain pada kulit bumi yang merupakan zona lemah dan mudah diterobos.
1. Garis memencar dari lubang kepundan, yang lebih kurang mencerminkan adanya
tegangan dari dalam bumi.
2. Garis yang melalui pusat gunungapi, ditafsir berhubungan dengan pensesaran di bagian
dalam bumi yang kemudian berkembang menjadi suatu celah.
3. Garis yang melalui pusat gunungapi secara regional, mencerminkan adanya rekahan
besar di dalam bumi, yang berfungsi sebagai saluran magma,yang kemudian
berkembang menjadi sistem pensesaran di dekat permukaan.
Bila pada suatu benda dikenakan gaya, maka pada benda tersebut akan mengalami rekahan-
rekahan yang membentuk pola-pola tertentu, yaitu gaya tegasan utama (δ1), gaya tegasan
menengah (δ2), gaya tegasan terkecil (δ3), shear joint orde I (S1), extension joint
(Ex), release joint (R), dan shear joint orde II (S2).
Kuenen (1945) juga mengelompokkan rekahan atau celah yang menyebabkan terjadinya
aktifitas gunungapi menjadi 2, yaitu :
1. Rekahan sayap yang terjadi pada tubuh gunungapi itu sendiri.
NM = % Berat oksida
BM oksida
Didalam praktikum, persen berat oksida suda diketahui sedangkan PM oksida dicari lebh
dahulu yaitu dengan menjumlakan berat atom (BA) unsur unsur yang menyusun oksida
oksida tersebut. (BA) unsur unsur bisa dilihat dalam tabel sistem priodik unsur.kuus untuk
menentukan NM Fe2O3 harus dicari lebih dulu NM FeO3 dimana:
harga keofisien magma dari SI, Al ,Fm, K, ALK, MG, C,TI, P ditentukan dengan
mempergunakan rumus :
SI = NM Sio2 x 100
NM Oksida
Al = NM AL2O3 X 100
NM Oksida
FM = NM ( Fe2O3 + MgO +H20 )
NM Oksida
K = Nm K2O
NM oksida
ALK = NM (Na 2O + K2O )
MN oksisa
Mg = MN MgO
( FeO + MgO +MnO)
C = MN CaO
MN oksida
TI = NI TIO2 X 100
NM oksida
P = NM P2O5 X 100
Mn oksida
syarat bila :
Ket :
Baik digaran dinair maupun diagram tinair merupakan - ploting harga koefisien magma
diatas , dimana :
Y = C + Al
Z = C + ALK
X = C + FM
Y = C + AL
Z = C + ALK
Skalah dari diagram diagram terebut dibuat sama ( sumbuh tegak sama dengan sumbu
mendatar )
Diagaram segitiga QS – FS –LS merupakan diagaram segitiga sama sisi dimana harga QS, FS
dan LS ditentukan dengan mengunakan rumus :
QS = SI – (100 +ALK)
SI
FS = 100 – 2 Al
SI
LS = 4 ALK + 2 AL
SI
Namu sebelum mempergunakan rumus diaatas , harga harga Al, ALK dan si harus dikalikan
dengan 3.
Setelah didapatkan hasil hasil QZ FS dan LS , maka NI nilai nilai tersebut diplot dalam
diagram segitiga . dalam bentuk persen
Dan harus diingat bahwa rumus rumus diatas bisa di pergunakn bila :
Ket:
FS : adalah SI yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur unsur mefik( diopsit ,
hipersten, augit dan ansttit).
LS : adalah bagian Si yang dikombinasikan dengan jumlah normal unsur unsur leukokrat (
felpar, dan leosit)
Contoh diagram segitiga
QS
100
asam
50 50
leusitik
basa
100 50 100
FS LS
Tujuanya adalah menetukan jenis magma dan sifat magam dengan cara memperhatikan nilai
suatu index (S) dan p serta hubungan prkembangan K dan FM masing masing contoh batuan
dengan magma.
Metode ini kusus diperhatikan untuk magma jenis calk al kali(tipe pasifik)
untuk menetukan jenis magmanya ,yang di dasrkan pada suatu index (S) dan P di pergunakan
tabel yang disusun oleh RITTWANN (1953) :
S P Jenis magma
<l >70 Calc alkali exstrim
1-1,8 65-70 Calc alkali kuat
1,8-3 60-65 Calc alkali medium
3-5 55-60 Calc alkali lemah
Naik Dan turunya nilai K dan Fm dalam contoh batuan harus selaras , dalam arti bila
nila K menurun maka nila Fm harus naik .
Bila didalam analisa ditemukan kasus penurunan atau naiknya nilai K dan Fm yang
tidak selaras , maka didalam penyelesianya diperlukan presentasi besarnya penurunan
nilai K dan Fm .
Sebagai contoh :
K sample no 1 = 0, 286
K sample no 2 = 0, 178
Selisih = 0, 009
0, 009 x 100% = 34, 429%
= 0, 286
Fm sample no. 1= 18, 804
Fm sample na. 2= 17, 031
Selisih = 1, 773
1, 773 x 100% = 9, 429%
= 18, 804
Disini terlihat bahwa penurunan prosentase penurunan nila K lebih besar dari pada
nila Fm hingga :
1) karena prosentase penurunan nila K besar maka proses berat unsur K semakin
kecil sehinga magma bersifat basah
2) karena prosentase nilai Fm relatif lebih kecil, maka proses berat Fm akan tetab
besar sehinga magma bersifat basah.
Selain hal di atas, sifat magma dapat dilihat dari perkembangan nila AL, ALK dan An
dimana bila nilai An dan AL naik magma akan bersifat basah , sebalinya dengan naiknya
nilai ALK magma akan bersifat asam .
Sebaliknya dengan semakin besarnya nilai SdI maka magma akan bersifat basah..
Tujuanya adalah menetukan jenis magma dan tipe seutunya berdasarkan nilai
Cara :
Dengan mepergunakan diagram Salib sumbu , dimana sumbu x ( absis ) adalah harga-harga
SiO2 , sumbu y ( ordinat ) sebelah kiri untuk harga- harga ( K2O + Na2O ) dan sumbu y
sebelah kanan untuk harga –harga CaO
Harga-harga SiO2 , CaQ dan ( K2O + Na2O ) dari masing-masing contoh batuan diplot
kedalaman digram salib sumbu dimana dari hasil ploting :
a) Harga SiO2 terhadab ( K2O + Na2O ) dan garis CaO dari titik potong kedua garis itu
, setelah di proyeksikan ke sumbu x akan terbaca harga Alkali Lime Index (`~) : yaitu
nilai yang di tunjukan oleh nilai SiO2 dalam sumbu x .
Kemudian untuk menetukan jenis magam dan ti pe suitnya di pergunakan
Tabel Peacock ( 1931 )
Tujuanya adalah untuk menetukan seri batuan dan sekaligus perkembangan magmanya .
Dalam metodew ini di pergunakan “ Variation diagram Of SiO2 versus , ( K2O + Na2O ) and
clasivication oF serius rocks” ( lampiran 2 ) dimana hasil-hasil ploting harga SiO2 dan K2O
+Na2O pada diagram diatas akan menujukan seri batuanya .
Kemudian dengan melihat perkembangan seri batuan dari masing –masing contoh akan bisa
ditentukan pula perkembangan magmanya . misal seri batuan yang berkembang dari hing
alumina series menjadi thileiitic series akan menujukan perkembangan magmanya dari yang
kurang basa ke sifat yang lebih basah.
2.5.6 METODE WITHFORD ( 1975 ) :
Tujuanya adalah untuk menetukan jenis batuan fulkanik , perkembangan serta kedalaman
jalur Benioff menurut konseb tektonik lempeng.
a) Variation diagram of SiO2 versus K2O and classi fikation of vulcanic rock (lihat
lampiran 3 ). Dimana setela harga harga SiO2 dan K2O masing-masing contoh batuan
diplot kedalaman digram akan didapati jenis-jenis batuan fulkanikya serta akan terlihat
pula perkembanganya batuan vulkanik tersebut.
b) Figure to show relationshi of depth of benio of bone with volcanic suates
(WITHFORD and NICHLOS 1935) lihat lampiran 4.
Dari gambar ini setelah harga kedalaman jalur Benioff diplot, akan di dapatkan kerabat
batuan fulkaniknya yang sesuai dengan kedalaman jalur penujamanya .
Lampiran 1 :
1.2 pereaksi
preaksi ini digunakan untuk mengetahi kandunganseperti SiO2 , CaO, dan MgO total
MnO,Fe total,TiO2,dan Al2O3
7 gam NAOH padat dilarutkan dalam cawan nikel dengan tutup ukukaran 75 – 100
mililiter dan didiginkan dalam sikator. Kemudian 0,5 garam contohnya batuan dimasukan
kedalam larutan yang dilarutkan elama satu jam. Larutan di encerkan dengan akuades
kemudan dituangkan kedalam labu ukur 250 ml yang sebelumnya telah di isi dengan 37,5
ml HCL pekat, lalu ditambahakan akuadas sampai pada tanda batas .
Dalam keadan yang masih panas disarin dan dicuci dengan aguades panas selanjutanya
masukan kedalam cawan persen lain lalu di aburkan . kemudian dipijarkan antara 800 -1000
ᴼ C dan masukan kedalm diskator.
Absorban diamati pada panjang gelombang 545nm , kadar nm dalam ppm akan dapat dibaca
dalam kurfa baku:
Kedalaman 1 gram larutan di tambah 7,5 ml HCI pekat, lalu di panaskan sampai hampir
kering . tambahkan kedalam KCIO3 jenu sehinga 25 ml equades . berturut-turut di panaska
disaring dengan kertas sering lalau dicuci. Fitrat yang di hasilkan dipanaskan selama 1 jam,
kemudian di tambakan 5 ml BaC12 10% panas , endapan yang hasilkan disaring denga kertas
swring lalu dicuci . Endapan dilarutkan dengan 25 ml EDTA 0 ,05 M ditamba 5 ml NH4OH
pekat, dipanaskan selama 15-25 menit , dan endapan yang di hasilkan akan larut. Larutan
kemudian di dinginkan dalam suhu kamar , lalu di tambahka 3-5 ml buffor PH 10 .
a = pemakaIan EDTA
b = pemakaian Zn SO4
= a/500.000 x 100%