Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SEVEN JUMPS

2.1 SKENARIO KASUS


TN. S NO. Rekam medis :296 82 95, umur 50 tahun, laiki-laki, islam, betawi, kawin.
Diagnosa masuk : STEMI. alasan utama MRS: pasien mengeluh nyeri dada kiri
menjalar ke tangan dan dag uterus menerus tidak hilang dengan istirahat. keringat
dingin, sesak nafas, orthopnea,sesak-sesak mulai 3 hari yang lalu sebelum
MRS,memberat,mual,muntah,demam. pada hari perawatan ke 4 tanggal 1-12-2005
terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik yang sama. saat pengkajian
keluhan utama adalah cemas tentang penyakit dan kesembuhannya dengan sering
bertanya pada pengaji. upaya yang telah dilakukan: istirahat dan berobat ke RSCM,
saat pengkajian pasien dan keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan,
namun keluarga menolak untuk merawat penderita di ICCU dengan alasan tidak ada
biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut bila terjadi sesuatu
pada pasien. keluarga juga menolak melakukan tindakan medis yang memerlukan
biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.
terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidak ada. pasien tidak pernah mengalami nyeri
dada seperti ini. Stroke, asma, maag disangkal pasien, pasien menderita hipertensi
yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu, kaki sering bengkak, pasien menderita
diabetes mellitus namun tidak terkontrol, allergi terhadap makanan atau lainnya
disangkal, riwayat penyakit keturunan :pasien dan keluarga menyangkal memiliki
penyakit keturunan (DM, HT, jiwa, dll)
2.2 PENYELESAIAN MASALAH
Penyelesaian masalah dan metode diskusi masalah yang ada dalam skenario kasus
diatas menggunakan metode tujuh langkah atau seven jumps. seven jumps meliputi:
A. Step 1 (mengklarifikasi istilah atau konsep)
a. STEMI merupakan kepanjangan dari St Elevasi Miokard Infark
b. Orthopnea adalah sesak nafas yang terasa bahkan pada saat beristirahat.
salah satunya pada saat tubuh berbaring mendatar.
c. RSCM adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
d. ICCU adalah Intensif Caronary Care Unit merupakan unit perawatan
intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner,
serangan jantung,gangguan irama jantung yang berat, gagal jantung.
B. Step 2 (menetapkan permasalahan)
1. Apa pengertian STEMI?
2. Apa saja manifestasi klinis STEMI?
3. Bagaimana patofisiologi STEMI?
4. Apa saja faktor resiko STEMI?
5. Apa komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit STEMI?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit STEMI?
7. Apa masalah keperawatan yang terjadi dari STEMI?
C. Step 3 ( menganalisis masalah)
1. Pengertian STEMI (ST Elevasi Miokard Infark)
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif.
2. Gejala klinis pada STEMI
B. Gejala Klinis
Keluhan utama adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah
sternum,bisa menjalar ke dada kiri atau kanan,ke rahang,ke bahu kiri dan kanan dan
pada lengan.Penderita melukiskan seperti tertekan,terhimpit, diremas-remas atau
kadang hanya sebagai rasa tidak enak di dada. Walau sifatnya dapat ringan ,tapi rasa
sakit itu biasanya berlangsung lebih dari setengah jam.Jarang ada hubungannya
dengan aktifitas serta tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat. 7
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin
dan lemas. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya terasa
dingin. Volume dan denyut nadi cepat, namun pada kasus infark miokard berat nadi
menjadi kecil dan lambat. Bradikardi dan aritmia juga sering dijumpai. Tekanan
darah menurun atau normal selama beberapa jam atau hari. Dalam waktu beberapa
minggu, tekanan darah kembali normal.
Dari ausklutasi prekordium jantung, ditemukan suara jantung yang melemah.
Pulsasinya juga sulit dipalpasi. Pada infark daerah anterior, terdengar pulsasi sistolik
abnormal yang disebabkan oleh diskinesis otot-otot jantung. Penemuan suara jantung
tambahan (S3 dan S4), penurunan intensitas suara jantung dan paradoxal splitting
suara jantung S2 merupakan pertanda disfungsi ventrikel jantung.
3. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI
terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,
rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis,
sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi
arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami
rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich
core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural.namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial.Setelah 20 menit
terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila
berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural.Kerusakan
miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam
3-4 jam.Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang
mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah
infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
4. Faktor Resiko
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa dan warna kulit
4. Genitik
Faktor yang dapat dimodifikasi:
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Merokok
4. Diabetes mellitus
5. Kegemukan
6. Kurang gerak dan kurang olahraga
7. Konsumsi kontrasepsi oral.

5. Penatalaksanaan Medis
Time is muscle semboyan dalam penanganan STEMI, artinya semakin cepat
tindakan maka kerusakan otot jantung semakin minimal sehingga fungsi jantung
kelak dapat dipertahankan. Terapi STEMI hanyalah REPERFUSI, yaitu menjamin
aliran darah koroner kembali menjadi lancar. Reperfusi ada 2 macam yaitu berupa
tindakan kateterisasi (PCI) yang berupa tindakan invasive (semi-bedah) dan terapi
dengan obat melalui jalur infuse (agen fibrinolitik).
PCI walaupun terkesan lebih menyeramkan ketimbang terapi dengan sekedar
obat per infuse, sebenarnya memiliki efek samping yang lebih kecil ketimbang terapi
obat per infuse tersebut selain itu efektivitasnya jauh lebih baik, bahkan mendekati
sempurna. Tindakan PCI yang berupa memasukkan selang kateter langsung menuju
jantung dari pembuluh darah di pangkal paha dapat berupa pengembangan ballon
maupun pemasangan cincin/stent..
Walaupun terkesan mudah saja untuk dilakukan (hanya seperti obat-obat per
infuse seperti umumnya), fibrinolitik menyimpan efek samping yang sangat
berbahaya yaitu perdarahan. Resiko paling buruk adalah terjadinya stroke perdarahan
(sekitar 1,4 % pasien. Efektivitas fibrinolitik adalah baik, walaupun tidak sebaik PCI.
6. Penilaian Diagnostik
1. Anamnesis
Adanya nyeri dada yang lamanya lebih dari 30 menit di daerah
prekordial,retrosternal dan menjalar ke lengan kiri,lengan kanan dan ke belakang
interskapuler. Rasa nyeri seperti dicekam,diremas-remas,tertindih benda
padat,tertusuk pisau atau seperti terbakar.Kadang-kadang rasa nyeri tidak ada dan
penderita hanya mengeluh lemah,banyak keringat, pusing, palpitasi, dan perasaan
akan mati.
2. Pemeriksaan fisik
Penderita nampak sakit,muka pucat,kulit basah dan dingin.Tekanan darah bisa
tinggi,normal atau rendah.Dapat ditemui bunyi jantung kedua yang pecah
paradoksal,irama gallop. Kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak
atau teraba di dinding dada pada IMA inferior.
3. EKG
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark
akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi
segmen ST. Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang
menjadi gelombang Q. Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Pada
STEMI inferior, ST elevasi dapat dilihat pada lead II, III, dan aVF.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam ruang
interstitial dan masuk ke sirkulasi sistemik melalui mikrovaskuler lokal dan aliran
limfatik. Oleh sebab itu, nekrosis miokard dapat dideteksi dari pemeriksaan protein
dalam darah yang disebabkan kerusakan sel. Protein-protein tersebut antara lain
aspartate aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase, creatine kinase isoenzyme
MB (CK-MB), mioglobin, carbonic anhydrase III (CA III), myosin light chain
(MLC) dan cardiac troponin I dan T (cTnI dan cTnT). Peningkatan kadar serum
protein-protein ini mengkonfirmasi adanya infark miokardn
D. Step 4 (menarik kesimpulan dari langkah 3)

PENGERTIAN
KOMPLIKASI
PENYEBAB

TANDA DAN
STEMI FAKTOR
GEJALA
RESIKO

PENGOBATAN
DIAGNOSA

E. Step 5 (mampu menentukan tujuan belajar)


Mahasiswa memahami tentang pengertian hipertensi menurut literature
1. mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Stemi
2. mahasiswa mampu menjelaskan etiologi yang mendasari terjadinya Stemi
3. mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari Stemi
4. mahasiswa mampu menjelaskan prenatalaksanaan farmakologi dan non-
farmakologi dari penyakit Stemi
5. mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada kasus tersebut

Anda mungkin juga menyukai