Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pengukuran


Perilaku asertif adalah perilaku yang harus dimiliki oleh setiap orang
untuk membangun komunikasi dengan orang lain sehingga interaksi dengan
orang lain atau dengan lingkungan sosial dapat berjalan dengan lancar dan
tetap saling terjaga antara hak-hak masing-masing individu. Dengan memiliki
sikap atau perilaku asertif ini seseorang akan lebih jujur kepada orang lain,
karena ia mampu menyampaikan apa yang difikiran, diinginkan, dirasakan
serta segala hal yang menjadi unek-uneknya kepada orang lain, tanpa
mengurangi atau melanggar hak-hak orang.
Seseorang yang asertif biasanya lebih mampu menghadapi konflik dan
kecemasan daripada orang yang tidak asertif (Massong, dkk, 1982). Orang
yang asertif mampu memberikan tanggapan terhadap masalah yang
mempengaruhi hidupnya, mampu membela diri ketika diperlakukan tidak adil,
dan mampu menyatakan cintanya terhadap orang yang berarti dalam
hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak asertif secara umum mengalami stres
yang meningkat yang disertai munculnya kemarahan, frustrasi, perasaan
terbebani secara tidak adil, dan ketidakberdayaan untuk melakukan apa yang
diinginkan (Atkinson, dkk, dalam Prabana, 1997). Seseorang yang asertif
mereka akan lebih percaya diri daripada mereka yang tidak asertif.

1.2 Rumusan Masalah


 Apakah mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura mampu berperilaku
asertif dalam kehidupan sehari-hari
 Seberapa sering Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura berperilaku
asertif?
1.3 Tujuan Pengukuran
 Untuk mengetahui perilaku asertif mahasiswa utm
 Untuk mengetahui seberapa jauh perilaku asertif mahasiswa.
1.4 Manfaat Pengukuran
a) Bagi mahasiswa
Sebagai bahan pengetahuan pentingnya perilaku asertif bagi khusunya
mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari dalam menjalin relasi ataupun
komunakasi dengan orang lain dan sebagai evaluasi apakah selama ini
mahasiswa sudah memiliki perilaku asertif yang cukup tinggi apa masih
belum.
b) Bagi peneliti
Memberikan pengalaman serta wawasan khususnya dalam memberikan
layanan bimbingan kelompok melalui pelatihan asertivitas.
Bab II

Lanadasan Teori

2.1 Definisi
Menurut Rini (2001) asertivitas adalah suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada
orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang
lain. Ditambahkan pula oleh Willis dan Daisley (1995), perilaku asertif adalah
perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Rathus dan Nevid (1983) asertif adalah tingkah laku yang menampilkan
keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan,
dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta
menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan
standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Sedangkan menurut
Alberti dan Emmons (2002) perilaku asertif adalah perilaku yang membuat
seseorang dapat bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya
tanpa cemas, mengekspresikan perasaan secara nyaman, dan menjalankan
haknya tanpa melanggar orang lain.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan asertif adalah
perilaku yang bertujuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain secara jujur dan terbuka dengan
menghormati hak pribadi kita sendiri dan orang lain.

2.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif


menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi
perkembangan perilaku asertif yaitu:

a. Jenis kelamin
wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan
perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.
b. Self Esteem
keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri
yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu
mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan
diri sendiri.
c. Kebudayaan
Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas
perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang
d. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan
berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
dengan lebih terbuka.
e. Tipe Kepribadian
Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang
sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe
kepribadian tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan
individu dengan tipe kepribadian lain.
f. Situasi tertentulingkungan sekitarnya
Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti
luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam
kehidupan tertentu akan dikuatirkan menggangu.

2. 3. Dimennsi Variabel

Dimensi Indikator

Compliance a. Menolak
Berkaitan dengan usaha seseorang untuk permintaan orang
menolak atau tidak sependapat dengan orang lain
lain. Yang perlu ditekankan di sini adalah b. Menyanggah
keberanian seseorang untuk mengatakan pendapat orang lain
“tidak” pada orang lain jika memang itu tidak
sesuai dengan keinginannya.

Duration of reply a. Mengungkapkan


Merupakan lamanya waktu bagi seseorang respon dalam segi
untuk mengatakan apa yang dikehendakinya, waktu berbicara
dengan menerangkannya pada orang lain. yang lama
Eisler dkk (dalam Martin &Poland, 1980)
menemukan bahwa orang yang tingkat
asertifnya

Loudness a. Berbicara dengan


Berbicara dengan lebih keras biasanya lebih suara dan nada yang
asertif, selama seseorang itu tidak berteriak. jelas
Berbicara dengan suara yang jelas merupakan
cara yang terbaik dalam berkomunikasi
secara efektif dengan orang lain.

Request for new behavior a. Meminta munculnya


perilaku baru dari
Meminta munculnya perilaku yang baru pada
orang lain sesuai
orang lain, mengungkapkan tentang fakta
dengan yang kita
ataupun perasaan dalam memberikan saran
inginkan
pada orang lain, dengan tujuan agar situasi
berubah sesuai dengan yang kita inginkan.
Affect a. Berbicara dengan
intonasi yang tepat dan
Afek berarti emosi, pesan yang disampaikan
tidak menampilkan
akan lebih asertif jika seseorang berbicara
respon yang monoton
dengan fluktuasi yang sedang dan tidak
berupa respon yang monoton ataupun respon
yang emosional.
Latency of response a. Memberikan jeda
Adalah jarak waktu antara akhir ucapan ketika orang lain selesai
seseorang sampai giliran kita untuk mulai berbicara
berbicara. Kenyataannya bahwa adanya
sedikit jeda sesaat sebelum menjawab secara
umum lebih asertif daripada yang tidak
terdapat jeda.

Non verbal behavior a. Kontak mata

Komponen-komponen non verbal yang b. Ekspresi muka


mendukung perilaku asertif
c. Jarak fisik

d. Sikap badan

e. Isyarat tubuh

Bab III
3.1. Metode Pengukuran

Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan


dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif,
Masyhuri (2008:34). Menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif
merupakan penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu.

Metode penelitian kuantitatif yang dijelaskan oleh sugiono (2011:14)


adalah: metode penelitian sebagai metode yang berlandaskan pada filsafatb
positifisme; metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel
tetentu; teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan perhitungan
teknik sampel tertentu yang sesuai; pengumpulan data kuantitatif atau statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2. Pendekatan dan Pengukuran

Pedekatan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif


3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswaUniversitas Trunojoyo Madura

3.2.2. Sampel

Saampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2011). Menurut Hadi (2000) sampel itu
harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari mahasiswa Universitas
Trunojoyo Madura
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Angket
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang tua/ anak yang
ingin diselidiki (Bimo Walgito, 2010: 72). Angket ini digunakan untuk
mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan.
Angket disebarkan kepadapara responden (Mahasiswa Universitas
Truojoyo Madura).
b. Studi pustaka
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku
danliteratur lain yang berhubungan dengan materi penelitian.
3.3.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengukuran ini, tahap pengolahan data yang dipergunakan
meliputibeberapa tahap (Santoso dan Tjiptono, 2004):
1) Editing
Tahap awal analisis data adalah melakukan edit terhadap data
yang telahdikumpulkan dari hasil survey lapangan. Tahapan ini
bertujuan untuk mengetahuikesalahan-kesalahan yang terdapat di
dalam sampel, sehingga hasilnya dapatdiyakini bahwa (Freddy,
1997):
a. Data benar-benar akurat.
b. Konsisten dengan informasi yang lain.
c. Lengkap.
d. iap untuk dilakukan koding dan tabulasi.
1) Coding
Data yang berupa data kualitatif harus dikuantifikasi, yaitu
mengubahsebuah data kualitatif atau yang berupa kata-kata
(huruf) manjadi sebuah angka.Tujuannya adalah untuk
memudahkan memasukkan data ke dalam komputer atau kedalam
lembar tabulasi.
2) Scoring
Proses penentuan skor atas jawaban responden yang dilakukan
denganmembuat klasifikasi dari kategori yang tergantung pada
anggapan atau opiniresponden. Dengan menggunakan skala
Likert, kemungkinan jawaban tidak hanyasekedar setuju atau
tidak setuju, tetapi jawaban responden diberi skor 1
sampaidengan 5.
3) Tabulation
Menyajikan data-data yang diperoleh dalam bentuk tabel,
sehinggadiharapkan pembaca dapat melihat hasil penelitian
dengan jelas. Setelah prosestabulasi selesai dilakukan, kemudian
diolah dengan program komputer SPSS forwindow 16.0.
3.3.2. Uji Alat Ukur
Benar atau tidaknya data dalam penelitian tergantung dari baik
tidaknyainstrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratanyang penting yang diperoleh melalui uji
validitas dan uji reliabilitas.
3.3.3. Uji Validitas
Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang
hendakdiukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian
merupakan pengujian validitas isi(content validity) yaitu pengujian
yang dilakukan jika telah memperoleh kisi-kisitersebut dapat
berupa indikator sebagai tolok ukur. Biasanya digunakan
denganmenghitung korelasi antara setiap skor butirinstrumen
dengan skor total (Sugiono,2001).Dalam melakukan penguraian
validitas, digunakan alat bantu programkomputer SPSS for
Windows 16.0, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi
yangsignifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka
dikatakan alat ukurtersebutadalah valid (Ghozali, 2005)
3.3.4. Uji Reabilitas
Reliabilitas (kepercayaan) menunjuk pengertian apakah sebuah
instrumendapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten
dari waktu ke waktu. Jadi katakunci untuk syarat kualifikasi suatu
instrumen pengukuran adalah konsistensi,keajegan atau tidak
berubah-rubah (Sugiono, 2001).
Pengujian reliabilitas dalam pengukuran ini dilakukan
dengan cara mencobakaninstrumen sekali saja, dan dari data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.Teknik reliabilitas
semacam ini disebut internal consisterncy. Dikarenakan
dalampenelitian ini jawaban dari instrumen bersifat berjenjang atau
tidak bersifat dikotomi(mempunyai dua alternative jawaban) maka
digunakan teknik pengujian denganmetode alpha cronbach
(Sugiono, 2001)
Dalam melakukan perhitungan cronbach Alpha. Digunakan
alat bantuprogram komputer SPSS for Windows 16.0 dengan
menggunakan model Alpha.Sedangkan dalam pengambilan
keputusan reliabilitas, suatu insrtumen dikatakanreliable jika nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2001).

3.1. Analisis Data Variable


3.4.1. Analisis validitas
No Pernyataan sig α Keputusan
1 P2 0 0.03 Valid
2 P6 .001 0.03 Valid
3 P10 0 0.03 Valid
4 P14 .010 0.03 Valid
5 P15 0 0.03 Valid
6 P18 .001 0.03 Valid
7 P19 .000 0.03 Valid

Data keseluruhan yang berjumlag 24 item hanya ada 7 item


yangvalid dan yang lainnya ada 17 item gugur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
P total Keterangan
P1 Pearson Correlation
.156
Sig. (2-tailed)
.336 Gugur
N
40
P2 Pearson Correlation .583**
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 40
P3 Pearson Correlation .221
Sig. (2-tailed) .170 Gugur
N 40
P4 Pearson Correlation .254
Sig. (2-tailed) .114 Gugur
N 40
P5 Pearson Correlation .090
Sig. (2-tailed) .579 Gugur
N 40
P6 Pearson Correlation .452**
Sig. (2-tailed) .003 Valid
N 40
P7 Pearson Correlation .247
Sig. (2-tailed) .125 Gugur
N 40
P8 Pearson Correlation .111
Sig. (2-tailed) .493 Gugur
N 40
P9 Pearson Correlation .115
Sig. (2-tailed) .481 Gugur
N 40
P10 Pearson Correlation .427**
Sig. (2-tailed) .006 Valid
N 40
P11 Pearson Correlation .236
Sig. (2-tailed) .143 Gugur
N 40
P12 Pearson Correlation .243
Sig. (2-tailed) .131 Gugur
N 40
P13 Pearson Correlation .006
Sig. (2-tailed) Gugur
.972
N 40
P14 Pearson Correlation .444**
Sig. (2-tailed) .004 Valid
N 40
P15 Pearson Correlation .460**
Sig. (2-tailed) .003 Valid
N 40
P16 Pearson Correlation .196
Sig. (2-tailed) .225 Gugur
N 40
P17 Pearson Correlation .236
Sig. (2-tailed) .143 Gugur
N 40
P18 Pearson Correlation .509**
Sig. (2-tailed) .001 Valid
N 40
P19 Pearson Correlation .350*
Sig. (2-tailed) .027 Valid
N 40
P20 Pearson Correlation .184
Sig. (2-tailed) .257 Gugur
N 40
P21 Pearson Correlation .157
Sig. (2-tailed) .332 Gugur
N 40
P22 Pearson Correlation .264
Sig. (2-tailed) .100 Gugur
N 40
P23 Pearson Correlation .285
Sig. (2-tailed) .075 Gugur
N 40
P24 Pearson Correlation .144
Sig. (2-tailed) .376 Gugur
N 40
Ptotal Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) Gugur
N 40
4.2. Pembahasan
4.2.1. Valid
Alat ukur bisa dikatakan valid apabila mempunyai korelasi antara
skor item dengan skor total.
4.2.2. Reliabel
Dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha lebih besar dari nilai
minimum yang sudah ditentukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang berjumlah 24 item yang digunakan
hanya 7 item yang valid dan 17 item lainnya gugur. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur ini masih jauh dari target yang
ditentukan yaitu item yang valid minimal separuh dari jumlah item yang
digunakan.
Maka dari itu alat ukur ini masih belum bisa pakai kembali untuk
penelitian selanjutnya, kecuali ada pembaharuan atau revisi baik dari
kami maupun dari pihak institusi atau kaum akademisi lainnya.
5.2. Saran
5.2.1. Untuk diri sendiri
Mengingat kami masih dalam prose tahap pembelajaran, dan ini
merupakan yang pertamakalinya kami membuat alat suatu ukur
psikologi, maka alat ini jauh dari kesempurnaan. Sehingga untuk
kedepannya dibutuhkan kerja yang keras, kehati-hatian dan juga
dibutuhkan bimbingan yang intens baik dari teman-teman yang lebih
berpengalaman juga dari dosen-dosen psikologi khususnya yang
mengampu mata kuliah ini. Selsain ituagar supaya lebih diperhatikan lagi
dalam membuat alat ukur selanjutnya, mulai dari kerangka teori, dimensi,
indikator, item-item yang digunakan, juga dalam proses penyebaran
kuesioner.
5.2.2. Orang lain
Saran untuk orang lain apabila hendak menggunakan alat ukur ini
maka diperlukan suatu revisi untuk menjamin kevalidan alat ukur ini.
Sehingga alat ukur yang digunakan dapat memberikan hasil memiliki
kevalidan yang maksimal, sehingga alat ukurnya dapat digunakan
kembali dalam rangka melakukan penelitian untuk mendukung jalannya
pendidikan supaya lebih maju.

Anda mungkin juga menyukai