2/14/2011
0 Comments
1. Pengertian.
Suatu keadaan ketidak mampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh sesuai
dengan kebutuhan metabolisme.
2. Etiologi.
Faktor predisposisi, penurunan fungsi ventrikel seperti penyakit arteri koroner, hypertensi,
kardiomiopati, penyakit pembuluh darah, penyakit jantung kongenital, stenosis mitralis.
Faktor pencetus, meningkatnya masukan garam, pengobatan anti gagal jantung, infark miocard
akut, hypertensi, aritmia akut, infeksi/ demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, dan
kehamilan endokarditid infektif.
3. Patofisiologi.
Fungsi jantung sebagai pompa diindikasikan oleh kemampuannya untuk memenuhi suplai darah
yang adekuat ke seluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami
stres fisiologis.
Mekanisme fisiologis dasar jantung seperti stroke volume ( isi sekuncup ), cardiac out put ( curah
jantung ), heart rate ( laju jantung ), pre load ( beban awal ) dan after load ( beban akhir ) serta
kontraktilitas sangat berpengaruh dalam mekanisme terjadinya gagal jantung.
Stroke volume ( SV ) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap kali kontraksi.
Cardiac out put adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap menit.
4. Manifestasi Klinik.
♦ Berdebar-debar.
♦ Lekas capek.
♦ Batuk-batuk.
Kriteria Utama :
Kriteria Tambahan :
Edema pada pergelangan kaki, batuk malam hari, dyspneu on effort, hepatomegali, effusi fleura,
takhicardi.
5. Penatalaksanaan Medis.
Terapi non farmakologi : diet rendah garam, batasi cairan, mengurangi BB, menghindari alkohol,
manajemen stress, aktifitas fisik.
Obat-obat lain : Aspirin, anti koagulan, antagonis beta adrenoreseptor, agonis reseptor dopamin.
1. Pengkajian
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes
melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung.
c. Eliminasi
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang
dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah
muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi,
perokok.
k. Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau
akut.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
Tujuan:
Rencana:
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk
dan tiduran jika memungkinkan).
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC.
Jakarta.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.