Anda di halaman 1dari 19

ALBAROKA (04011381320016)

PSDP B 2013

1.Mengapa pasien tidak batuk pilek? (mungkin bukan virus)


Jawab:
 Karena infeksi yang terjadi itu diakibatkan oleh bakteri sehingga tidak terdapat gejala
batuk serta pilek pada Tn.R.
2.Bagamana mekanisme nyeri menelan? (mungkin karena radang) (theo, alba)
Jawab:
 Fisiologis menelan
1. Proses menelan yang kompleks.
Menelan adalah mekanisme kompleks, terutama karena faring hampir setiap saat
melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubah dalam beberapa
detik untuk mendorong makanan. Penting untuk dingat bahwa respirasi tidak terganggu
akibat menelan.
2. Tahap-tahap proses menelan.
Proses menelan bermula dari fase volunter (oral) selama bolus makanan didorong ke
dalam faring oleh kontraksi dari lidah. Bolus kemudian mengaktivasi reseptor sensoris
orofaring yang kemudian akan menginisiasi fase involunter (faringeal dan esofageal),
atau disebut juga refleks deglutisi. Secara lengkap, tahap-tahap menelan umumnya
dapat dibagi menjadi :
Tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan,
Tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui
faring ke dalam esofagus; dan
Tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari
faring ke lambung.
 Mekanisme nyeri
radang selaput lendir tenggorokan karena infeksi virus/bakteri di saluran udara
bagian atas/saluran pencernaan bagian atas. Radang tengorokan dibagi berdasarkan
lokasi.
Tn.R terinfeksi mikroorganisme pada faringnya. Infeksi pada faring menyebabkan
pengaktifan monosit dan makrofag. Makrofag mengeluarkan IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF-
α. IL-8 akan mengaktifkan sel Th1 dan merangsang kompleks CD4. Hal ini
menyebabkan makrofag lain aktif . Makrofag yang aktif akan mengeluarkan TNF-α dan
IFN-γ. TNF-α dan IFN-γ mengaktifkan gen iNOS untuk menghasilkan NO. NO
menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas membran sehingga banyak
eksudat. Eksudat menyebabkan edema dan bisa menekan ujung saraf bebas sehingga
membuat nyeri.

3.Apa dampak merokok lima batang sehari sejak tiga tahun terakhir? (beserta kandungan
(nikotin, tar) dan efeknya)
Jawab:
 Kandungan rokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok
yang tengah dibakar adalah 900 0 C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30 0 C untuk
ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok. Asap rokok yang diisap atau asap
rokok yang dihirup melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan
komponen yang yang bersama gas terkondensasi menjadi partikel. Dengan demikian,
asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel
(Sitepoe, 2000). Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada hujung rokok yang terbakar serta asap
rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream
smoke menyebabkan seseorang menjadi perokok pasif. Asap rokok mainstream
mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya dalam rokok dengan berbagai
mekanisme kerja terhadap tubuh. Dibedakan atas fase partikel dan fase gas. Fase
partikel terdiri daripada nikotin, nitrosamine, N nitrosonorktokin, poliskiklik
hidrokarbon, logam berat dan karsinogenik amin. Sedangkan fase yang dapat menguap
atau seperti gas adalah karbonmonoksid, karbondioksid, benzene, amonia,
formaldehid,hidrosianida dan lain-lain (Sitepoe, 2000). Beberapa bahan kimia yang
terdapat di dalam rokok dan mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan
antara lain nikotin, tar, gas karbon monoksida dan berbagai logam berat seseorang akan
terganggu kesehatan bila merokok secara terus menerus. Hal ini disebabkan adanya
nikotin di dalam asap rokok yang diisap. Nikotin bersifat adiktif sehingga bisa
menyebabkan seseorang menghisap rokok secara terus-menerus. sebagai contoh,
seseorang yang menghisap rokok sebanyak sepuluh kali isapan dan menghabiskan 20
batang rokok sehari, berarti jumlah isapan rokok per tahun mencapai 70.000 kali.
Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf juga menyebabkan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa,
pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh darah koroner bertambah
dan vasokontriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah,
kadar asam lemak bebas, kolestrol LDL dan meningkatkan agresi sel pembekuan darah
(Sitepoe, 2000). Tar mempunyai bahan kimia yang beracun yang bisa menyebabkan
kerusakan pada sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Rokok juga mengandung gas
karbon monoksida (CO) yang bisa membuat berkurangnya kemampuan darah untuk
membawa oksigen. Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan gas oksigen dalam
transport hemoglobin (Sitepoe, 2000).
 Efek dari merokok
Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit
sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian secara langsung,
tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian.
Berbagai jenis penyakit dapat dipicu karena merokok mulai dari penyakit di kepala
sampai dengan penyakit di kaki. Penyakit yang bisa disebabkan oleh merokok adalah
seperti sakit kardiovaskuler, penyakit jantung koroner dan kanker seperti kanker paru-
paru, kanker mulut, kanker esophagus dan lain-lain lagi (Sitepoe, 2000).
Untuk efek lima batang rokok perhari yaitu: Saluran pernafasan terdiri dari selaput
yang ditumbuhi cilia (bulu) yang berfungsi menyalurkan debu yang terbawa nafas dan
kemudian dengan reflex batuk dikeluarkan. Merokok melumpuhkan fungsi cilia.
Kebiasaan merokok akhirnya merubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi
pembersih menghilang, saluran membengkak dan menyempit atau menyumbat.
Bagaimana histologi THT?
Jawab:

-Rongga Hidung

Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh
lubang hidung luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung
dalam (nares internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut
septum basal, menjadi bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut dibatasi oleh
maksila dan tulang langit-langit mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris
bersilia yang mengandung banyak sel goblet penghasil lendir. Rongga hidung
dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai penghalau benda-benda asing
atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara masuk ke hidung, bulu-
bulu hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain.
Mukus ini, dalam hubungannya dengan sekresi serosa, juga berperan untuk membasahi
udara yang masuk dan melindungi pembatas alveolar halus dari pengeringan. Selain itu
udara juga dihangatkan oleh jaringan vaskuler superfisial.
-Laring

Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam
lamina propia terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan
pernapasan. Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar
aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua sebagian dapat mengalami
kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil (epiglottis, cuneiformis, kornikulatum, dan ujung
aritenoid) adalah rawan elastin. Ligamentum-ligamentum menghubungkan rawan-
rawan tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan otot-otot
intrinsic larynx, di mana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka adalah otot
lurik. Selain berperanan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan udara tetap
terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk mencegah makanan atau
cairan yang ditelan masuk trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama
fonasi.

Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu
mempunyai permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang
menghadap ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi
oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglottis pada permukaan yang menghadap
laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar
campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel toraks, bebas menyebar ke
dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin yang berdekatan. Di bawah
epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam lumen larynx.
Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu (atau lipatan vestibular), dan mereka
mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa
dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan
pita suara asli. Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat
berkas-berkas besar sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale.
Sejajar dengan ligamentum terdpat berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur
regangan pita dan ligamentum dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita
menimbulkan suatu suara dengan tonus yang tidak sama.
-Faring
Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan sistem
pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring. Faring dilapisi oleh
epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah bagian respirasi yang tidak
mengalami gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia
bersel goblet. Faring mengandung tonsila, mukosa faring memiliki banyak kelenjar
mukosa kacil dalam lapisan jaringan ikat padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis
faring terletak di luar lapisan ini.
-Telinga

Telinga luar meliputi pinna (telinga terlihat, sebagian besar terdiri dari kulit dan tulang
rawan) dan saluran telinga. Lapisan terakhir dilapisi oleh epitel skuamosa berkeratin
bertingkat. Lapisan ini berbeda dari kulit karena memiliki (ear-wax) kelenjar
ceruminous. Telinga tengah pada dasarnya saluran, yang menghubungkan tabung
eustacian dengan orofaring. Bagian ini dilapisi oleh epitel skuamosa non-keratin sangat
tipis berlapis. Spanning ruang telinga tengah adalah tiga tulang telinga tengah, maleus
(martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi).

Gendang telinga adalah selaput tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Ini adalah jaringan yang berlapis, dengan epitel skuamosa bertingkat keratin
menghadap ke telinga luar, non-keratin epitel skuamosa bertingkat yang menghadap ke
telinga tengah, dan lapisan yang sangat tipis jaringan ikat di antara keduanya.
Telinga dalam

merupakan pengatur keseimbangan,berikut bagian yang mengatur keseimbangan


tersebut :
 Posisi kepala (yaitu, gravitasi, juga percepatan linier) yang diatur oleh organ otolith
dari saccule dan utricle.
 Rotasi kepala (yaitu, percepatan sudut) diatur oleh krista ampularis dari kanalis
semisirkularis.
 Mendengar diatur oleh organ Corti dalam media scala dari koklea.
o Semua pengaturan dari beberapa telinga bagian dalam merupakan tipe sel
mechanoreceptor sama, sel-sel rambut epitel.
o Sel-sel rambut yang terletak di dalam sebuah ruang yang bentuknya sangat rumit yang
disebut labirin membran.
o Labirin membranosa diisi dengan cairan khusus yang disebut endolymph,
disekresikan oleh sel-sel vascularis stria. Endolymph secara substansial berbeda dari
semua cairan tubuh lainnya dan menyediakan lingkungan cairan khusus untuk sel-sel
rambut
o Labirin membranosa merupakan penghubung antara koklea, saccule, utricle, dan
kanal berbentuk setengah lingkaran.
o Labirin membranosa yang terletak di dalam tulang labirin.
o Perilymph mengisi ruangan dari tulang labirin disekitar labirin membranosa.
LEARNING ISSUE

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi THT

Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana
timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi
mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit
dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah


lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan
jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran
kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari
dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula
perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,


menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian
dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang
labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut
90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah
gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan
organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan
langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus
koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan
endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe
dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di
dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke
otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh
nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),
yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari
kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus
adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa
nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak

Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani
tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri
atas bagian- bagian sebagai berikut:
 Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
 Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
 Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka
nasalis media, dan konka nasalis superior.
Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior,
meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara
pernafasan , sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang
disebut koana.
Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung berhubungan
dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris pada rahang atas,
sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus
etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka
nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut terutama terdapat
pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor
dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).
Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran
tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau tuba
lakrimalis.
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-
menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke
belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Tenggorokan
 Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal ditutup
oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-
tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring.
 Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
 Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
- Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adam’s apple) dan sangat jelas terlihat
pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen
thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan
bagian luar cartilago cricoidea.
- Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis
menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
- Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk cincin signet
dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea,
dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior
cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I.
- Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago kecil berbentuk
piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat
dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
 Histologi THT

Telinga

Telinga luar meliputi pinna (telinga terlihat, sebagian besar terdiri dari kulit dan tulang
rawan) dan saluran telinga. Lapisan terakhir dilapisi oleh epitel skuamosa berkeratin
bertingkat. Lapisan ini berbeda dari kulit karena memiliki (ear-wax) kelenjar
ceruminous. Telinga tengah pada dasarnya saluran, yang menghubungkan tabung
eustacian dengan orofaring. Bagian ini dilapisi oleh epitel skuamosa non-keratin sangat
tipis berlapis. Spanning ruang telinga tengah adalah tiga tulang telinga tengah, maleus
(martil), inkus (landasan), dan stapes (sanggurdi).

Gendang telinga adalah selaput tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Ini adalah jaringan yang berlapis, dengan epitel skuamosa bertingkat keratin
menghadap ke telinga luar, non-keratin epitel skuamosa bertingkat yang menghadap ke
telinga tengah, dan lapisan yang sangat tipis jaringan ikat di antara keduanya.
Telinga dalam

merupakan pengatur keseimbangan,berikut bagian yang mengatur keseimbangan


tersebut :
 Posisi kepala (yaitu, gravitasi, juga percepatan linier) yang diatur oleh organ otolith
dari saccule dan utricle.
 Rotasi kepala (yaitu, percepatan sudut) diatur oleh krista ampularis dari kanalis
semisirkularis.
 Mendengar diatur oleh organ Corti dalam media scala dari koklea.
o Semua pengaturan dari beberapa telinga bagian dalam merupakan tipe sel
mechanoreceptor sama, sel-sel rambut epitel.
o Sel-sel rambut yang terletak di dalam sebuah ruang yang bentuknya sangat rumit yang
disebut labirin membran.
o Labirin membranosa diisi dengan cairan khusus yang disebut endolymph,
disekresikan oleh sel-sel vascularis stria. Endolymph secara substansial berbeda dari
semua cairan tubuh lainnya dan menyediakan lingkungan cairan khusus untuk sel-sel
rambut
o Labirin membranosa merupakan penghubung antara koklea, saccule, utricle, dan
kanal berbentuk setengah lingkaran.
o Labirin membranosa yang terletak di dalam tulang labirin.
o Perilymph mengisi ruangan dari tulang labirin disekitar labirin membranosa.

Rongga Hidung

Vestibulum
Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel
respirasi. Epitel respirasi terdiri dari lima jenis sel. Sel silindris bersilia adalah sel yang
terbanyak. sel terbanyak kedua adalah sel goblet mukosa,selanjutnya adalah sel basal
dan jenis sel terakhir adalah sel granul kecil,yang mirip dengan sel basal kecuali pada
sel ini terdapat banyak granul.

Fosa Nasalis
Dari masing – masing dinding lateral keluar tiga tonjolan tulang mirip rak yang disebut
Konka yang tediri dari konka superior, konka media dan konka inferior. Konka media
dan konka inferior yang ditutupi oleh epitel respirasi, dan konka superior ditutupi oleh
epitel olfaktorius khusus. Celah – celah kecil yang terjadi akibat adanya
konkamemudahkan pengkondisian udara inspirasi.
Sinus Paranasal
Adalah rongga tertutup dalam tulang frontal, maksila,etmoid,dan sphenoid. Sinus –
sinus ini dilapisi oleh sel respirasi yang lebih tipis dan sedikit mengandung sel goblet.
Sinus pranasal berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lubang – lubang
kecil.

Tenggorokan
Adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dengan trakea. di dalam lamina
propia, terdapat sejumlah tulang rawan laring. Yang lebih besar,seprti tiroid, krikoid,
dan kebanyakan aritenoid merupakan tulang rawan hyaline. Tulang rawan yang lebih
kecil seperti, epiglottis,kuneiformis,kurnikulatum,dan ujung aritenoid merupakan
tulang rawan elastic.
Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
dilapisi oleh sel epithelium berlapis.
REFERENSI

 /dyahchimu.wordpress.com/2008/05/13/foto-preparat-blok-biodiagnostik-
kardiovaskular-dan-respirasi/#jp-carousel-38
 ojs.unud.ac.id/index.php/BIO/article/download/8325/6202
 buku kapitaselekta kedokteran edisi ketiga;UI 2001: halaman119.
 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37568/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai