Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL 1
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
1
Modul 1
Skenario 1
Gratis………….!!
Melita (24 th) dibawa keluarganya ke Puskesmas Baru karena ada pembengkakan di
wajahnya. Meskipun tidak sakit tetapi membuatnya merasa rendah diri. Dari hasil anamnesa
dan pemeriksaan drg. Monita diketahui pembengkakan sudah terjadi sejak lima tahun yang
lalu. Gigi 16 dan 17 gangren radix. Drg. Monita mengatakan bahwa kemungkinan Melita
menderita kista pada region posterior atas kanan dan menyarankan untuk dibawa kedokter
spesialis bedah mulut. Ibu Melita menanyakan apakah tidak dapat diobati di RSUD yang ada
di kabupaten karena mereka mempunya kartu Jamkesda. Akhirnya drg. Monita merujuk
Melita ke RSUD dan RSUD merujuk ke RSUP yang ada di provinsi.
Di rumah sakit Melita dioperasi dan dirawat selama 10 hari dan tidak dipungut biaya
apapun. Suami melita menceritakan kepada tetangganyayang dating kerumah sakit bahwa
petugas yang melayani mereka di puskesmas dan rumah sakit sangat baik dan ramah.
Puskesmas da rumah sakitnya bersih dan nyaman. Dapatkah saudara menjelaskan system
pelayanan kesehatan nasional ?
Kista : tumor jinak yang terbungkus oleh selaput pipih semacam jaringan yang berisi
udara, cairan dan nanah.
14.apakah yang sudah terdaftar asuransi kesehatan sebelum nya angsung terdaftar bpjs?
15.Apa Perbedaan Memahami Pebedaan JKN, KIS, KJS, BPJS Jamkesmas dan Jamkesda?
2. faktor SKN
Perikemanusiaan
Asas manfaat
Keadilan
Perlindungan
Legalitas
Non driskiminatif
Kemandirian masyarakat
Kemitraan
4.Tujuan SKN
Ini dilakukan pada masyarakat yang memiliki masalaha kesehatan yang ringan atau
masyarakat yang sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar sejahtera.
Ini dilakukan bagi klien yang membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap. Ini
dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
Menurut Leavel dan Clark tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut :
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
5. Rehabilitation (rehabilitasi)
4. Ekonomi
5. Politik
Pemerintah:
Dana Pemerintah Pusat
Dana Pemerintah Propinsi
Dana Pemerintah Kabupaten Kota
Saham Pemerintah dalan BUMN
Premi bagi jaminan kesehatan masyarakat miskin, yang dibayarkan oleh pemerintah.
Swasta dan Masyarakat
JAMKESDA adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang
diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten atau provinsi, untuk menyasar warga fakir miskin
yang belum memililiki jamkesmas, sedangkan JAMKESMAS adalah program yang ruang
lingkupnya lebih luas yang diperuntukan untuk warga miskin di seluruh indonesia.
Adanya Jamkesda karena tidak semua warga miskin terutama yang tinggal di daerah terjaring
program JAMKESMAS oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diluncurkan
program JAMKEDA yang diselenggarakan pemerintah daerah sehingga seluruh warga miskin
indonesia bisa mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah.
14.apakah yang sudah terdaftar asuransi kesehatan sebelum nya angsung terdaftar bpjs?
KIS,JAMKESDAKJAMKESNAS=BPJS PBI
SKN&ASKES=BPJS PPU
15.Apa Perbedaan Memahami Pebedaan JKN, KIS, KJS, BPJS Jamkesmas dan Jamkesda
Perbedaan:
1.KIS, Jamkesmas dan Jamkesda diberikan kepada penduduk miskin dan tidak mampu yang
mendapatkan bantuan iuran dari pemerintah (PBI) untuk menjadi peserta BPJS kesehatan.
2.KIS diberikan kepada PMKS yang mendapatkan bantuan iuran dari pemerintah untuk
menjadi peserta BPJS keseahtan.
3.JKN untuk orang yang mampu (pekerja dan bukan pekerja) dan non PBI.
4.JKN mendapatkan pelayanan kesehatan perorangan dengan indikasi medis, baik promotif,
preventf, kuratif dan rehabilitatif kecuali penyakit tertentu karena terkait dengan prilaku
(HIV/AIDS, pecandu narkoba).
JKN adalah program Jaminan kesehatan dan penyelenggaranya adalah BPJS kesehatan dan
BPJS ketenagakerjaan yang memberikan jaminan kesehatan, sosial dan ekonomi.
sedangkan KIS, KJS, Jamkesmas dan Jamkesda, adalah warga kurang mampu yang sudah
mendapatkan jaminan kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai Peserta BPJS Penerima
bantuan iuran) PBI yang diperuntukan untuk fakir miskin dan warga tidak mampu.
pemegang Kartu KIS, KJS, Jamkesda ataupun Jamkesmas, sudah secara otomatis terdaftar
sebagai peserta BPJS PBI dan masih bisa menggunakan kartu anda untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan sama halnya seperti Peserta BPJS PBI kelas III yang iuran bulannaya
dibayarkan oleh pemerintah.
Melita (24 th )
Mempunyai
Pembengkakan di
Jamkesda
wajahnya
Berobat ke puskesmas
Pelayanan
Di rujuk ke RSUP
-Asuransi kesehatan
System kesehatan
-Tarif pelayanan
nasional
SISTEM KESEHATAN
Pengertian Sistem Kesehatan menurut WHO, 2000 ialah semua kegiatan yang secara
bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan & pemeliharaan
kesehatan. Adapun tujuan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, merespon harapan-harapan/ kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai harga diri
& hak azasi manusia (kepedulian) serta memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat
terhadap kemungkinan biaya kesehatan (keadilan dalam pembiayaan).
Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
LANDASAN
1. Pasal 28 a
- Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang
- Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia
- Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan
sosial yg memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yg
bermartabat
- Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memperdayakan masyarakat yg lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
PRINSIP SKN
Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah dan
budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak. Terdapat
7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian sebagai berikut:
1. Perikemanusiaan;
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak
azasi manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat secara ekonomi dan geografi.
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan
perorangan (individu).
5. Kemitraan;
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang dinamis dan
harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
8. Perikemanusiaan
9. HakAsasi Manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya derajat
kesehatan yg setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Penyelenggaraan SKN berdasarkan prinsip adil dan merata. Dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yg setinggi- tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yg bermutu
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata baik grafis maupun
ekonomis.
12. Kemitraan
TUJUAN SKN
KEDUDUKAN SKN
SKN 1982 yan ditetapkan dengan SK Menkes No. 999/1982 berisikan lengkap tata
nilai, proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan. Lengkapnya substansi SKN
1982 ini telah dimanfaatkan dalam penyusunan UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Sesuai amanat Tap MPR X/1998 tentang Reformasi, tata nilai pembangunan
kesehatan ini juga telah direformasi, yaitu dengan ditetapkannya Visi Indonesia sehat 2010
yang termuat dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju indonesia 2010. Dalam
dokumen rencana kebijakan ini memuat pula proses pembangunan kesehatan yang meliputi
kebijakan dan program-program pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010.
Sesuai Tap MPR No. VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, yang menetapkan
pula visi antaranya yaitu Indonesia 2020, maka prosespembangunan kesehatan juga sedang
diperbaharui, dimana dewasa ini kita sedang menyusun RPJPK 2005-2020.
SKN yang ditetapkan tahun 2004 ini menyampaikan secara rinci struktur dan wujud
pembangunan kesehatan. Bila RPJPK 2005-2020 telah selesai disusun, maka diharapkan
materi yang meliputi tata nilai, proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan
menjadi lengkap guna merevisi UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.
Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang harus di sediakan untuk menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar : 1996) Sistem pembiayaan kesehatan
didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Helda : 2011) Sedangkan,
Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan
saling mendukung untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Ana Faiza : 2013)
Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem yaitu:
Fee for Service ( Out of Pocket ) Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem
pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu
membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah
sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin
banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima.
Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship,
dimana PPK mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya
kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien
yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang
ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk
meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih
banyak.
Health Insurance , Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan
oleh pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.
Sistem health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose
Related Group (DRG system).
Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana
PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah
ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan system kapitasi adalah
pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan
dengan pembayaran di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya
(unicost) tertentu.
Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh dengan system
kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit
yang dialami pasien.
PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan
jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika
dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization dimana
dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung
dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan,
terdapat kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market),
mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga
mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK
lebih kearah preventif dan promotif kesehatan.
1. Bersumber dari anggaran pemerintah Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya
diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat jarang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara
yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan karena
memerlukan dana yang sangat besar. Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini
dibagi juga menjadi :
- Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM dan
ABT
- Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana desentralisasi
DAU provinsi dan DAK provinsi)
- Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota dan DAK kabupaten atau kota
- Perusahaan swasta
4. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya
untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari
bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara
lain. Misalnya bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1
yang diberikan oleh WHO kepada negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).
5. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat Sistem ini banyak diadopsi oleh
negara-negara di dunia karena dapat mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang
timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan
yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan
kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat dalam
memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat pokok yakni :
- Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup. Yang
dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan semua upaya kesehatan yang
dibutuhkan serta tidak menyulitkan masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
- Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika dana yang tersedia
tidak dapat dialokasikan dengan baik, niscaya akan menyulitkan penyelenggaraan setiap
upaya kesehatan.
- Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya tidak mendapat
pengaturan yang optimal, niscaya akan banyak menimbulkan masalah, yang jika
berkelanjutan akan menyulitkan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
- Standar minimal sarana, misalnya standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
Penggalian dana
II. Penggalian dana untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berasal dari
masing-masing individu dalam satu kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan
keluarga miskin, sumber dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
Pengalokasian dana
I. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk
UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja baik
pusat maupun daerah sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
II. Alokasi dana dari masyarakat yakni alokasi dana dari masyarakat untuk UKM
dilaksanakan berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan
untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.
Pembelanjaan
- Pembiayaan kesehatan yang terkumpul dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk membiayai UKM dan UKP.
INA-CBG merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base Groups yaitu sebuah
aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah. Menurut
kepala Dinas kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, INA-CBG merupakan sistem
pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien. KJS
menerapkan sistem pembayaran ini untuk pelayanan baru kesehatan bagi warga Jakarta. Arti
dari Case Base Groups (CBG) itu sendiri, adalah cara pembayaran perawatan pasien
berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.
INA DRG menggunakan CGS Grouper IR-DRG oleh PT. 3M sedangkan INA CBG’s
Menggunakan UNU Grouper dari UNU-IIGH.
INA DRG memerlukan Kode Lisensi / Kode security pada instalasi di setiap Komputer
sedangkan INA CBG’s tidak memerlukan kode Lisensi dan dapat langsung digunakan lebih
dari satu PC.
INA DRG terdapat 23 MDC (Major Diagnostic Category), label menggunakan numerik
01 s/d 23 dan mengacu pada ICD-10. Sedangkan INA CBG’s terdapat 31 CMG’s (Casemix
Main Groups), label menggunakan abjad A s/d Z serta mengacu pada ICD-10 dan ICD-9CM.
Kode pada INA DRG menggunakan 6 digit. Sedangkan INA CBG’s menggunakan 5 digit
kode alfanumerik.
Pelayanan Kesehatan
Adalah setiap upaya yang dilaksanakan sendiri atau secara bersama2 dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan dan meningkatkan kesehatan perorangan , keluarga, kelompok maupun
masyarakat
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus
tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh
masyarakat.
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan
masyarakat dan bersifat wajar.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari
sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka
pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau
(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya.
Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan
keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya
kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik
serta standar yang telah ditetapkan.
1. Promosi Kesehatan
2. Perlindungan Khusus
4. Pembatasan cacat
5. Rehabilitasi
- Diagnosis dini & pengobatan segera dengan cara yg tepat – patogenesis – pencegahan
secondary
KEGIATAN MASING-MASING
- Peningkatan gizi
- Olahraga teratur
- Edukasi kesehatan
- Perlindungan khusus
- Pemberian imunisasi
- Diagnosis dini
- Pembatasan cacat
- Pemulihan
- Penyuluhan dan usaha2 kelanjutan yang harus dilakukan stelah sembuh dari penyakit
Definisi Mutu
Menurut Ali Gufran, 2007; Istilah mutu memiliki banyak penafsiran yang mungkin
berbeda-beda, ketika ia digunakan untuk menggambarkan sebuah produk atau pelayanan
tertentu. Bisa saja beberapa orang mengatakan bahwa sesuatu dikatakan bermutu tinggi
ketika sesuatu tersebut dianggap lebih baik, lebih cepat, lebih cemerlang, lux, lebih wah dan
biasanya lebih mahal dibandingkan produk atau layanan yang mutunya dianggap lebih
rendah. Hal ini tentu tidak sepenuhnya benar. Beberapa orang mengartikan layanan kesehatan
bermutu adalah layanan yang memuaskan pelanggan. Padahal layanan yang diberikan tidak
memenuhi standar pelayanan medis profesional. Bahkan bisa terjadi di sebuah institusi
layanan kesehatan seperti rumah sakit jika pasien datang di Unit Gawat Darurat langsung
ditangani “diinfus”. Pasien puas karena mereka merasa langsung “ditangani” padahal infus
tidak selalu diperlukan. Bahkan jika tidak terkontrol dapat menimbulkan efek samping seperti
oedem pulmo1,2.
Lebih lanjut dalam uraian Ali Gufran, 2007; Layanan bermutu dalam pengertian yang
luas diartikan sejauh mana realitas layanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kriteria
dan standar profesional medis terkini dan baik yang sekaligus telah memenuhi atau bahkan
melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang optimal. Abstrak
mutu dapat dinilai dan diukur dengan berbagai pendekatan. Pendekatan maupun metode
pengukuran yang digunakan dalam upaya meningkatkan mutu tersebut telah tersedia baik
dari dimensi input, proses dan output. Mutu memiliki kharakteristik melakukan pelayanan
yang benar dengan cara yang benar, pertama benar dan selanjutnya diharapkan benar1,2.
Dua hal yang perlu dipantau dalam upaya perbaikan mutu adalah Kepuasan
Pelanggan dan Standar Pelayanan Kesehatan. Kedua aspek ini haruslah seimbang.
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa, Prinsip utama perbaikan mutu dan kinerja
pelayanan kesehatan adalah kepedulian terhadap pelanggan. Pasien sebagai pelanggan
eksternal tidak hanya menginginkan kesembuhan dari sakit yang diderita yang merupakan
luaran (outcome) pelayan, tetapi juga merasakan dan menilai bagaimana ia diperlakukan
dalam proses pelayanan3,4. Hasil pelayanan kesehatan adalah luaran klinis, manfaat
yang diperoleh pelanggan, dan pengalaman pelanggan yang berupa kepuasan atau
kekecewaan. Pengalaman pelanggan tersebut sangat tergantung pada proses pelayanan pada
lini depan atau sistem mikro pelayanan, suatu sistem pelayanan yang bersentuhan langsung
dengan pelanggan3.
PERBAIKAN MUTU
Pelanggan merupakan pihak luar dan kita Pelanggan (internal dan eksternal)
menjual kepada mereka merupakan bagian vital organisasi
Cukup baik adalah cukup baik Tidak ada yang kurang dari 100% usaha
yang dilakukan
Sumber : Ali Ghufron Mukti, Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan:
Konsep dan Implementasi, Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen
Asuransi/ Jaminan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, 2007.
Lebih lanjut Ali Gufran, 2007 mengulas, mengapa kita menggunakan Total Quality
management? Hal ini disebabkan karena keempat prinsip yang dimiliki oleh TQM akan
sangat membantu dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Keempat prinsip itu
adalah:
- Melakukan perncanaan secara strategis sehingga dapat berpikir jangka panjang, tetapi
tetap melakukan aksi-aksi jangka pendek;
- Menghimpun kekuatan otak dan gagasan dari setiap orang di organisasi sehingga
diperoleh manfaat dari sinergi yang sedang dan telah dibangun, serta
- Pelayanan prima
Istilah pelayanan prima i merupakan terjemahan dari excellent service, yang secara
harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Dalam usaha
untuk mencapai usaha Indonesia sehat 2010, Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa
pelayanan prima seharusnya meliputi aspek-aspek berikut:
- Pelaksanaan hak dan kewajiban pemberi dan penerima pelayanan (aspek SDM dan
kepuasan pelanggan)
- Penciptaan pola pelayanan yang sesuai dengan sifat dan jenisnya sebagai efisiensi dan
efektivitas (aspek SDM, dan proses pelayanan)
- Sikap ramah dan sopan petugas serta meningkatkan kinerja secara kualitatif dan
kuantitatif dengan kapasitas optimal (aspek kepuasan pelanggan dan aspek SDM) agar
mutu tetap terus terjaga.
- Bentuk tim
- Tentukan pengukuran
- Implementasikan perubahan
- curah pendapat
- multivoting
- fishbone
- bagan alir
- bagan gantt
- diagram pencar
- histogram
- diagram Pareto
- diagram kendali
Mulai 1 Januari 2014 sistem Jaminan Sosial terbaru atau JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional) resmi diberlakukan. Namun masih banyak warga yang belum tahu apa itu BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN.
Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS ini
adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT Askes. Begitupun juga
BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja).
Antara JKN dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama programnya, sedangkan
BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan
Jaminan Sosial Nasional).
Peserta JKN
Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya.
Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat tidak mampu karena
metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung pemerintah.
- Pekerja bukan penerima upah (Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
karyawan swasta) akan mendapatkan pelayanan kelas I, II dan III sesuai dengan premi
dan kelas perawatan yang dipilih.
Orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu yang dibayarkan preminya oleh
pemerintah mendapatkan layanan kesehatan kelas III
- Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri pertusis tetanus dan
Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.
2. Pembayaran premi
Anda akan diberikan virtual account atau kode bank untuk pembayaran premi pertama
yang bisa dilakukan melalui ATM atau bank terdekat yang saat ini sudah bekerjasama yaitu
bank BRI, BNI dan Mandiri.
Untuk biaya premi peserta mandiri dengan perawatan kelas 3, sebulan hanya Rp
25.500 per orang, untuk perawatan kelas II sebulan Rp 42.500 per orang dan perawatan kelas
I sebesar Rp 50.000 per orang.
Adapun besaran premi pada kelompok pekerja sebesar 5 persen dari gaji pokoknya, 2
persen dibayarkan oleh yang bersangkutan dan 3 persen dibayarkan oleh perusahaan tempat
pekerja bekerja.
Setelah membayar premi, nantinya Anda akan mendapat kartu BPJS Kesehatan yang
menjadi bukti bahwa Anda merupakan peserta JKN. Saat ini fasilitas kesehatan yang dimiliki
pemerintah otomatis melayani JKN. Sementara fasilitas kesehatan milik swasta yang dapat
melayani JKN jumlahnya terus bertambah. Hanya tinggal sekitar 30 persen saja yang belum
bergabung.
- Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama (Puskesmas) yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat
rekomendasi dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
- Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta berhak memilih
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.
Fasilitas kesehatan tingkat 1 terdiri dari puskesmas, klinik, praktek dokter, praktek
dokter gigi dan rumah sakit tipe D.
Tingkat 2 menurut Sistem Rujukan Berjenjang diisi oleh dua tipe 2 rumah sakit yaitu
C, B. Di lapangan, BPJSK akan mengarahkan bahwa jika dari PPK 1 pasien tidak bisa
ditangani maka akan dirujuk secara berjenjang ke tipe D atau C lebih dulu, baru ke tipe B.
Bila diperlukan baru ke tipe A.
Fasilitas keseahtan tingkat 3 diisi oleh rumah sakit tipe A, rumah sakit ini adalah
rumah sakit yang paling lengkap dengan sarana dan prasarana ini adalah rujukan terakhir
pasien BPJS jika pasien tdak bsa ditangai di PPK1 dan juga PPK2.
Perbedaan fasilitas keseahatan terutama rumah sakit A, B, C dan D tersebut juga ikut
menentukan tarif rawat inap bpjs di tiap-tiap rumah sakit, meskipun satu tindakan yang sama.
Sangat jelas bahwa itu sebenarnya berkaitan erat dengan kemampuan layanan dan kualifikasi
Dokter Spesialis di tiap-tiap tipe RS.
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal,
pengawasan akan dilakukan oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) dan Lembaga
pengawas independen. Dan secara internal, BPJS akan diawasi oleh dewan pengawas satuan
pengawas internal.
Sosial
2. non profit
3. manfaat komperenshif
komersial
2. profit
3. manfaat sesuai yang dibayarakan
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/syarat-pokok-pelayanan-kesehatan.html?m=1
https://www.scribd.com/mobile/doc/125093922/5-tingkat-pelayanan-kesehatan-docx
https://inacbg.blogspot.co.id/2015/01/tata-cara-rujukan-berjenjang.html?m=1
http://mahendro.staff.umy.ac.id/rujukan-berjenjang-jaminan-kesehatan-nasional/
http://www.pasienbpjs.com/2016/09/perbedaan-faskes-tingkat-1-2-dan-3-bpjs.html?m=1
https://www.academia.edu/9792807/BAB_I_KONSEP_DASAR_MUTU_PELAYANAN_KE
SEHATAN
http://niszk-pharmacy.blogspot.co.id/2017/03/pembiayaan-kesehatan.html?m=1
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/10/sistem-kesehatan-nasional.pdf
fkm-uvri.blogspot.co.id/2012/04/sistem-kesehatan-nasional.html?m=1
https://kangadangsetiana.wordpress.com/2014/04/14/antara-ina-drgs-dengan-ina-cbgs/