DISUSUN OLEH :
AGNAN ABIYASA
1606868901
UNIVERSITAS INDONESIA
Daftar Isi
A. Definisi Infra Merah.............................................................................................................. 3
3. Pigmentasi .......................................................................................................................... 4
F. Indikasi .................................................................................................................................. 5
A. Definisi Infra Merah
Sinar Infra Merah akan terlihat, jika dilihat dengan menggunakan spektroskop cahaya
dengan begitu maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spectrum elektromagnet
yang mana panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya merah. Dengan adanya
panjang gelombang maka cahaya infra merah yang ada, tidak akan terlihat oleh mata telanjang.
Walaupun begitu ridiasi yang dihasilkan yaitu panas, akan terasa atau terdetaksi oleh kulit
tubuh. Infra Merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu:
1. Infra merah jarak dekat (Near Infra Red) dengan panjang gelombang 0.75 – 1.5 µm.
2. Infra merah jarak menengah (Mid Infra Red) dengan panjang gelombang 1.50 – 10 µm.
3. Infra merah jarak jauh (Far Infra Red) dengan panjang gelombang 10 – 100 µm.
Pengaruh fisiologis sinar infra merah jika diabsorpsi oleh kulit akan meningkatkan
temperatur suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain :
Seperti yang telah dikemukakan oleh hokum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia akan
dapat dipercepat dengan adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses
metabolism terjadi pada lapisan superfiscial kulit akan meningkat sehingga pemberian oksigen
da nutrisi kepada jaringan lebih diperbaiki,begitu juga pengeluaran sisa – sisa pembakaran.
Dilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolae akan terjadi segera setelah penyinaran,
sehingga kulit akan segera tampak kemerah –merhan tetapi tidak merata, berkelompok –
kelompok atau seperti bergaris – garis. Reaksi kemerah – merahan pada kulit disebut juga
erythema yaitu disebabkan oleh adanya energy panas yang diterima ujung –ujung saraf sensoris
yang kemudian mempengaruhi mekanisme pengaturan panas (heat regulating mechanism).
3. Pigmentasi
Penyinaran yang berulang – ulang dengan sinar infra red akan menimbulkan pigmentasi
pada tempat ysng disinari. Hal tersebut terjadi karena adanya perusakan pada sebagian sel – sel
darah merah ditempat tersebut.
Mild heating (pemanasan yang ringan) mempunyai pengaruh sedative terhadap ujung
– ujung saraf sensoris, sedangkan pemanasan yang berat akan menimbulkan iritasi. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh pengaruh ultra violet yang terkandung didalamnya.
6. Destruksi jaringan
Hal ini bisa terjadi apabila penyinaran yang diberikan cukup tinggi dan berlangsung
dalam waktu yang cukup lama atau diluar toleransi penderita.
Penyinaran yang luas dalam waktu yang relative lama dapat meningkatkan temperatur
tubuh. Hal ini terjadi oleh karena penyinaran akan mempengaruhi darah dan jaringan yag ada
di superficial kulit, panas ini kemudian akan diteruskan ke seluruh tubuh denga cara konveksi
dan konduksi.
Pengaruh rangsangan panas yang dibawa ujung saraf sensoris dapat mengakifkan kerja
kelenjar keringat sehingga terjadi pengeluaran keringat pada daerah yang diberi penyinaran.
E. Efek Teurapeutik
Efek teraupetik yang diperoleh dari infra red, antara lain :
b. Rasa nyeri bisa juga karena adanya pembengkakan, sehingga dengan pengaruh pemberian
mild heating, maka terjadi pengurangan nyeri disebabkan oleh adanya efek sedative pada
superficial sensory nerve ending.
c. Apabila diberi stronger heating, maka akan terjadi counter irritation yang menimbulkan
penguranga nyeri
d. Rasa nyeri ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi sisa – sisa hasil metabolism yang
disebut zat “p” yang menumpuk dalam jaringan. Dengan adanya sinar infra red akan
memperlancar sirkulasi darah, maka pengurangan odema (bengkak) akan berkurangan seiring
dengan pengurangan nyeri.
Relaksasi akan lebih mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat dan rasa
nyeri tidak ada. Oleh karena itu, suhu tubuh yang meningkatkan akan menghilangkan spasme
dan membuat rileksasi otot.
F. Indikasi
1. Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Misal: nyeri punggung bawah, nyeri
leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi tangan, sendi lutut, dsb.
2. Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak sendi karena berbagai sebab.
3. Ketegangan otot atau spasme otot.
4. Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan.
5. Penyembuhan luka di kulit.
G. Kontraindikasi
Terapi infrared (IR) merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Meskipun demikian ada beberapa kontraindikasi untuk
mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai kontraindikasi di bawah ini
memberitahu terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis sebelum mendapatkan terapi ini.
Kontra indikasi absolut ( yang mutlak tidak boleh) meliputi:
1. Kelainan perdarahan
2. Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah, seperti
thrombophlebitis
3. Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu
4. Gangguan mental
5. Tumor ganas atau kanker
6. Penggunaan infrared pada mata.
Kontra indikasi relatif (boleh diberikan tetapi dengan pengawasan ketat dari dokter ataupun
terapis yang memberikan) meliputi:
1. Trauma atau peradangan akut
2. Kehamilan
3. Gangguan sirkulasi darah
4. Gangguan regulasi suhu tubuh
5. Bengkak atau edema
6. Kelainan jantung
7. Adanya metal di dalam tubuh
8. Luka terbuka
9. Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok
10. Kerusakan saraf.