Anda di halaman 1dari 24

Makalah Deteksi Dini Terhadap Kelainan Komplikasi Masa Kehamilan

Pada Trimester I, II, dan III


by Muhammad Yani

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO)
karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka
kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.

Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu
3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam
yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal
yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang
perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

B. Tujuan

1. Mengetahui tentang deteksi dini terhadap kelainan masa kehamilan pada trimester I, II dan III
2. Mengetahui tentang komplikasi dan penyulit masa kehamilan trimester I, II dan III
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit Pada Ibu Hamil

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di
dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan
dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru,
memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga
mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.

Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama
kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor
dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan.

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat


2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
 Pemeriksaan kehamilan dini (early anc detection)

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal.

Ketika seorang ibu mulai mendapatkan tanda presumtif hamil seperti :

1. Amenorhe
2. mual dan muntah
3. Mengidam
4. Pingsan
5. pembesaran payudara dan lain-lain.
6. Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti :
7. pembesaran perut
8. tes kehamilan positif,
9. tanda hegar
10. tanda piscazek
11. tanda pembesaran uterus dan lain-lain
Diharapkan ibu tersebut segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan baik itu bidan maupun
dokter.

 Kontak dini kehamilan trimester 1

Kebijakan program untuk kunjungan ante natal minimal 4 kali selama kehamilan, terdiri dari :

a. 1 kali pada trimester pertama


b. 1 kali pada trimester kedua
c. 2 kali pada trimester ketiga
Pelayanan standar minimal yang diperoleh harus mencakup “ 7 T ”

1. Timbang berat badan

2. Ukur Tekanan darah

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri

4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap

5. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan (fe 60 mg, asam folat 500 ug).

6. Tes terhadap penyakit menular seksual

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Dengan adanya kontak dini khususnya pada trimester I, maka akan memudahkan kita dalam
mendeteksi adanya kelainan atau komplikasi yang mungkin dialami oleh ibu hamil dalam kehamilannya.
 Skrining untuk deteksi

1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

a. Penapisan dan pengobatan anemia


b. Perencanaan persalinan
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2. Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


b. Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c. Mengulang perencanaan persalinan

3. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


b. Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c. Mengulang perencanaan persalinan

4. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :

a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III


b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c. Memantapkan rencana persalinan
d. Mengenali tanda-tanda persalinan.
Riwayat Riwayat obstetric Riwayat penyakit Riwayat sosial ekonomi
kehamilan ini lalu

1. Usia ibu hamil 1. jumlah kehamilan1. Jantung 1. Status perkawinan

2. HPHT, siklus haid2. jumlah persalinan2. tekanan darah 2. respon ibu dan
tinggi keluarga terhadap
3. perdarahan 3. jumlah persalinan
kehamilan
pervaginam cukup bulan 3. DM
4. keputihan 4. jumlah persalinan4. TBC 3. jumlah keluarga di
premature rumah yang membantu
5. mual dan 5. Pernah operasi
muntah 5. jumlah anak hidup 4. Siapa pembuat
6. Alergi obat /
keputusan dalam
6. masalah/kelainan6. jumlah keguguran makanan
keluarga
pada kehamilan
7. jumlah aborsi 7. Ginjal
sekarang 5. kebiasaan makan dan
8. perdarahan pada8. Asma minum
7. pemakaian obat-
kehamilan,
obat (termasuk 9. Epilepsi 6. kebiasaan merokok,
persalin-an, nifas
jamu-jamuan) menggunakan obat-
terdahulu 10. Penyakit hati
obat dan alkohol
9. adanya hipertensi11. Pernah
7. kehidupan seksual
dalam kehamilan kecelakaan
pada kehamilan 8. pekerjaan dan aktivitas
terdahulu sehari-hari

10. berat bayi < 2,5 kg 9. pilihan tempat untuk


atau berat bayi > 4 melahirkan
kg
10. pendidikan
11. Adanya masalah-
11. penghasilan
masalah selama
kehamilan,
persalin-an, nifas
terdahulu

Deteksi dini pada kala I

1. Insersia Uteri
Tanda dan gejala :

 His tidak adekuat


 <2 kali dalam 10 menit
<20 detik

Manajemen :

 Nutrisi cukup
 Mbilisasi/ubah posisi
 Upayakan kandung kemih/rectum kosong
 Rangsang putting susu

2. Denyut jantung janin


Tanda dan gejala :

 <120 kali dalam 1 menit


 >160 dalam 1 menit
Manajemen :

 Beri oksigen

 Ibu berbaring miring kiri

 Pantau DJJ tip 15 menit

 Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk

3. Dilatasi serviksTanda dan gejala :

 Fase laten > 8 jam


 Dilatasi serviks dikanan garis wspada dalam partograf
Manajemen

 Rujuk

4. Cairan ketuban
Tanda dan gejala :

 Bercampur mekonium
 Air ketuban hijau kental
 Berbau
Manajemen :

 Beri oksigen
 Beri antibiotic
 Rujuk dengan ibu miring kiri

5. Tekanan darah
Tanda dan gejala :

 Bila TD naik hingga >160110 mmHg


 Pusing hebat
 Mata berkunang-kunang
 Kejang
Manajemen :

 Infus cairan RL
 Rujuk

6. Ring bandle
Tanda dan gejala :

 Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah


 Kontraksi hipotonik
 Muncul tanda-tanda pre syok
 Fetal distress
Manajemen :

 Infus cairan RL
 Rujuk

7. Suhu
Tanda dan gejala :
 Suhu > 38Oc

Manajemen :

 Istirahat baring

 Minum banyak

 Kompres untuk menurunkan suhu

 Bila dalam 4 jam suhu tidak turun, beri antibiotik dan rujuk

8. Nadi
Tanda dan gejala :

 >100 x/menit
 Urine pekat
 Suhu > 38oC
Manajemen :

 Beri minum banya/cukup


 Pantau 2 jam
 Bila tidak ada perbaikan beri antibiotic, pasang infuse RL
 Rujuk
Deteksi dini pada kala II

1. Tali pusat menumbung


Tanda dan gejala:

 Teraba tali pusat saat PD


Manajemen :

 Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2 jari penolong dari
dalam vagina
 Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
 Bila DJJ-, beritahu ibu/keluarga tenatang kondisinya dan penatalaksannannya sesuai persalinan
kala I

2. Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :

 Takikardi (>160 dlm 10 menit)


 Bradikardi (<100 dlm 10 menit)
Manajemen:

 Pantau DJJ tiap 15 menit


 Beri O2
 Ubah posisi ibu dengan miring kiri
 Periksa adanya prolapsus tali pusat
 Pastikan lama persalinan yang diharapkan
 Bila tidak ada perbaikan, segera rujuk

3. Keleahan maternal
Tanda dan gejala :

 Ibu tampak lemah


 Apatis
 Dehidrasi
 Suhu dan nadi meningkat
Manajemen:

 Pencegahan adalah cara yang terbaik


 Koreksi ketidak seimbangan cairan lektrolit
 Rujuk bila keadaan menurun
Deteksi dini pada kala III

1. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta


2. Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan beri oksitosin
3. Uterus tidak berkontraksi
4. Perdarahan yang abnormal

B. Komplikasi Dan Penyulit Pada Masa Kehamilan Trimester I dan II

1. Anemia Dalam Kehamilan


Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.

Ukuran hemoglobin normal:

a) Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram

b) Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia

a. Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan


b. Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Sel darah merah mengandung hemoglobin,
yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila
kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut
anemia gravis.

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%.
Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil; terutama wanita yang mendapat pengawasan
selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrot dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan
darah rutin selama pengawasan antenatal. sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling
sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.

a. Penyebab anemia umumnya adalah:


1) Kurang gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi dalam diet

3) Malabsorpsi

4) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.

5) Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/ hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.

Perbandingan pertambahan tersebut adalah:

a) Plasma darah bertambah: 30 %

b) Sel-sel darah bertambah: 18 %

c) Hemoglobin bertambah: 19 %

Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.

2. Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang.

Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

3. Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.

Persentase rel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin
dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.

Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

4. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas:


a) Keguguran

b) Partus prematurus

c) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah

d) Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan

e) Syok

f) Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia

g) Infeksi intrapartum dan dalam nifas

h) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan
kehamilan dan persalinan. Bahkan basa fatal.

5. Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi


Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk
pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannnya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini
merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari
jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini
habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak
zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:

1) Kematian mudigah (keguguran)

2) Kematian janin dalam kandungan

3) Kematian janin waktu lahir (stillbirth)

4) Kematian perinatal tinggi

5) Prematuritas

6) Dapat terjadi cacat bawaan

7) Cadangan besi kurang

3. Hiperemesis Gravidarum

a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya
sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita
mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan
kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

b. Etiologi
Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
mempunyai pengaruh antara lain:

1) Faktor Predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda karena
peningkatan kadar HCG
2) Faktor Organik, karena masuknya Vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat
hamil dan resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap anak

3) Faktor psikologik, memegang peranan yang sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu.

4) Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiroid

c. Gejala Dan Tingkat


Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3:

1) Tingkat I : Ringan

Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit
berkurang, lidah kering, mata cekung.

2) Tingkat II : Sedang

Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis,
turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus
ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, dapat
pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton

3) Tingkat III : Berat

Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan
cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali, ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke.

d. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan
muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri
yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang
dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.

e. Patofisiologis
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas
wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbihidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangannya cairan
yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air
kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

f. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan
cara :

1) Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik

2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.

3) Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering

4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan
roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5) makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

6) Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin

7) Defekasi teratur

8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.

g. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :

1) Obat – obatan

a) Sedativa : phenobarbital

b) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks

c) Anti histamin : Dramamin, avomin

d) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin

Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.

2) Isolasi

a) Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik

b) Catat cairan yang keluar masuk.

c) Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan.

d) Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.

Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.

3) Terapi psikologik

a) Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan


b) Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan

c) Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik

4) Cairan parenteral

a) Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3
liter/hari)

b) Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)

c) Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena

d) Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan
lambat laun makanan yang tidak cair

Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.

4. Abortus
a) Definisi

Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan
hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang
perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana
kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus
yang disengaja” dan “abortus spontan”.

Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum viable,
belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester
ketiga.

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang
ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan
suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia
kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)

b. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1) Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

a) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X

b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

a) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

b) Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

c. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar
dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus.

d. Manifetasi Klinis
1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2) Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus

5) Pemeriksaan ginekologi :

a) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari
vulva

b) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan
keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.

c) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

6) Pemeriksaan Penunjang

a) Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

b) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Komplikasi

d) Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

e) Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah

e. Jenis –Jenis Abortus


Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :

1) Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika
janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika
terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika
sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat
Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana
penatalaksanaan / tindakan.

Penatalaksanaan

a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.

b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila
pasien panas.

c) Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.

d) Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 -1.000 mg

e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f) Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.

2) Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di
dalam uterus. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering,
serviks terbuka.

Penatalaksanaan :
a) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin

b) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

c) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8
tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.

d) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.

3) Abortus Inkomplit

Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.

Penatalaksanaan :

a) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas
mungkin ditransfusi darah

b) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskular.

C. Komplikasi dan Penyulit Pada Kehamilan Trimester III

1. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin
diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau separasi
prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau
terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir
plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.

2. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir
pada waktu tertentu.

3. Persalinan premature
Persalinan prematuritas (prematur) dimaksudkan dengan persalinan yang terjadi diantara umur
kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. persalinan prematuritas
merupakan masalah besar karena dengan berat janin kurang dari 2,5 kg dan umur kurang dari 36
minggu, maka alat-alat vital (otak,jantung ,paru,ginjal) belum sempurna, sehingga mengalami kesulitan
dalam adaptasi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekali pun sudah dapat dirawat bayi
dengan berat antara 1,5 sampai 2,5 kg untuk dapat bertahan hidup, tetapi masih diragukan
kemungkinan untuk memiliki kemampuan dan kualitas yang diharapkan sebagai sumber daya manusia.

4. Ketuban pecah dini


Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahikan. KPD preterm
adalah KPD sebelum usia 37 minggu. KDP yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di
dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam memberikan
dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota keluarga yang baru,
memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga
mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.

Deteksi dini pada kala III

1. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta


2. Plasenta tidak lepas dalam 15 menit setelah bayi lahir dan beri oksitosin
3. Uterus tidak berkontraksi
4. Perdarahan yang abnormal

B. Saran

Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang

http://muhammadyaniishak.blogspot.co.id/2014/08/deteksi-dini-terhadap-kelainan.html

Anda mungkin juga menyukai