Anda di halaman 1dari 4

Nama : SYOFYAN YULIANTONI

Nim : 16043064
Matakuliah : Etika Bisnis dan Profesi Akuntan
Resume Minggu :7

Tata Kelola Etis Perusahaan (Good Governance) dan Akuntabilitas

A. Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabiltas Modern


1. Ekspektasi Baru – Kerangka Kerja untuk Mengembalikan Kredibilitas
Para pemangku kepentingan memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar
konsumen perusahaan, pasar modal, dan dukungan perusahaan yang ditawarkan oleh
kelompok pemangku kepentingan lainnya, seperti karyawan dan pemberi pinjaman.
Reputasi perusahaan bisa akan terpengaruh oleh pemangku kepentingan yang marah.
Direksi dan eksekutif menyaksikan boikot, pengurangan pendapatan dan aliran laba,
atau penolakan dari rekrutan atau karyawan yang unggul, dan menemukan bahwa
dukungan dari pemangku kepentingan sangat penting untuk pencapaian optimal tujuan
jangka menengah dan panjang perusahaan. Akuntabilitas kepada Pemegang Saham atau
Pemangku Kepentingan.
Pemangku kepentingan yang bukan pemegang saham mempengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan dan meningkatkan sensitivitas karena pemangku kepentingan
berpotensi menimbulkan konflik dengan beberapa kepentingan pemegang saham,
banyak negara telah secara resmi mengubah undang – undang yang mengatur pendirian
perusahaan untuk memungkinkan direksi untuk memperhitungkan kepentingan
pemangku kepentingan bilamana tepat.
2. Tata Kelola untuk Akuntabilitas Pemangku kepentingan yang Luas.
a. Proses tata kelola berdasarkan Pemangku kepentingan.
Perusahaan harus menilai bagaimana tindakan pemangku kepentingan
berpengaruh terhadap kepentingan kelompok pemangku kepentingan dalam reaksinya
yang membahayakan dan upaya mengoptimalkan peluang dimasa depan
b. Mengidentifikasi nilai – nilai organisasi landasan perilaku , kerangka kerja baru.
Yang paling penting adalah mengeskplorasi kepentingan pemangku dan harapan
bagi organisasi, sehingga sikap hormat ini dapat dibangun kedalam nilai-nilai yang
mengendalikan perilaku. Ini akan mengurangi kemungkinan personel termotivasi untuk
mengambil keputusan dan tindakan yang tidak atas nama kepentingan pemangku
kepentingan, tetapi justru yang penting bagi pencapaian tujuan perusahaan.
3. Mekanisme Pedoman – Budaya Etis dan Kode Etik
Nilai – nilai yang ingin ditanamkan oleh direktur sebuah perusahaan biasanya
bimbingan tersebut berbentuk kode etik yang menyatakan nilai – nilai yang dipilih,
prinsip – prinsip yang mengalir dari nilai – nilai dan peraturan yang harus diikuti untuk
memastikan bahwa nilai – nilai yang sesuai telah dihormati.

B. Ancaman Terhadap Tata Kelola yang Baik dan Akuntabilitas


Ada tiga ancaman yang signifikan terhadap tata kelola meliputi:
1) Kesalahpahaman Tujuan dan Tugas Fidusia.
Pada kasus Enron, banyak direksi dan karyawannya percaya bahwa tujuan
perusahaan terpenuhi dengan baik oleh tindakan-tindakan yang membawa keuntungan
jangka pendek, sehingga perusahaan melakukan manipulasi untuk memperoleh
keuntungan tersebut yang ternyata berujung pada kehancuran perusahan tersebut.
2) Kegagalan Untuk Mengidentifikasi dan mengelola Resiko Etika.
Meningkatnya kompleksitas, volatilitas, dan risiko yang melekat pada
kepentingan dan operasi perusahaan, maka risiko harus dapat diidentifikasi, dinilai, dan
dikelola dengan hati-hati. Hal itu dapat dilakukan dengan menetapkan tanggung jawab,
mengembangkan proses tahunan, dan tinjauan dari dewan organisasi.
3) Konflik Kepentingan.
Berbagai konflik kepentingan yang muncul baru–baru ini, dimana karyawan,
agen, dan para professional gagal untuk melakukan penilaian yang tepat atas nama
principal mereka. Pimpinan dan karyawan perusahaan harus dapat menjaga kondisi
yang bebas dari konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini lebih dari sekedar bias,
dimana dapat diukur dan disesuaikan. Jadi karena ketidakjelasan sifat dan besarnya
pegaruh, perhatian harus benar-benar diberikan pada setiap kecenderungan yang menuju
kepada bias.
C. Elemen Kunci Tata Kelola Perusahaan dan Akuntabilitas
1. Mengembangkan, Menerapkan, dan Mengelola Budaya Perusahaan Secara Etis.
Direksi dan para eksekutif harus cermat dalam mengatur bisnis dan risiko etika
perusahaannya, juga memastikan bahwa budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam
perusahaan. Sehingga dibutuhkanlah pengembangan kode etik sehingga dapat
menciptakan pemahaman yang tepat mengenai perilaku-perilaku etis, memperkuat
perilaku-perilaku tersebut, dan memastikan bahwa nilai-nilai yang mendasarinya
melekat pada strategi dan operasi perusahaan.
2. Kode Etik Perusahaan
Kode etik dalam tingkah laku bisnis di perusahaan merupakan implementasi salah
satu prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Kode etik menuntut karyawan dan
pimpinan perusahaan untuk melakukan praktik-praktik etika bisnis terbaik dalam semua
hal yang dilakukan atas nama perusahaan. Pelanggaran kode etik merupakan hal yang
serius, bahkan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum.
3. Kepemimpinan Etika
Salah satu unsur penting dari tata kelola dan akuntabilitas perusahaan adalah
“tone at the top” dan peran pimpinan dalam membangun, membina, melaksanakan, dan
memantau budaya perusahaan yang diharapkan. Budaya formal organisasi jika
dibiarkan maka timbul budaya informal yang menganggap sebagai suatu ocehan atau
istilah lainnya “window dressing”.

D. Kewajiban Direktur dan Pejabat


Pendekatan COSO terkait dengan sistem pengendalian internal menjelaskan
bagaimana cara suatu perusahaan mencapai tujuannnya melalui 4 dimensi, yaitu
strategi, operasi, pelaporan, dan kepatuhan. Melalui 4 dimensi tersebut, kerangka
manajemen etika melibatkan 8 unsur yang saling terkait mengenai cara manajemen
menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka terintegrasi dengan proses manajemen
yang meliputi lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian
risiko, tanggapan terhadap risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,
dan monitoring.
Etika dan budaya etis perusahaan penting dalam penetapan pengendalian
lingkungan, dan serta manajemen risiko etika yang efektif yang berorientasi pada sistem
pengendalian internal dan perilaku yang dihasilkan, hal tersebut dapat menentukan
“tone at the top”, kode etik, kepedulian pegawai, tekanan untuk memperoleh tujuan
yang tidak realistis, kesediaan manajemen untuk mengabaikan pengendalian, kepatuhan
dalam penilaian kinerja, pemantauan terhadap efektivitas pengendalian internal,
program “whistle-blowing”, dan tindakan perbaikan dalam menanggapi pelanggaran
kode etik.

E. Acuan Akuntabilitas Publik


Salah satu perkembangan terkini yang perlu dipertimbangkan oleh dewan direksi
dan manajemen ketika mengembangkan nilai-nilai, kebijakan, dan prinsip-prinsip yang
mendasari budaya perusahaan dan tindakan karyawan mereka adalah gelombang baru
dalam pengawasan pemangku kepentingan dan kebutuhan untuk transparansi dan
akuntabilitas publik. Jika direksi mampu mengenali dan mempersiapkan perusahaan
mereka di era baru dimana akan berhadapan dengan akuntabilitas para pemangku
kepentingan yang efektif dan juga sistem tata kelola yang beretika, mereka tidak hanya
akan mengurangi risiko, tapi juga akan menghasilkan keuntungan kompetitif dari
perlanggan, karyawan, mitra, lingkungan, dan para stakeholder lainnya yang tentunya
menarik bagi pemegang saham. Intinya, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional
harus fokus sepenuhnya terhadap pengembangan dan pemeliharaan budaya integritas
jika mereka ingin memuaskan harapan seluruh pemangku kepentingannya.

Anda mungkin juga menyukai