Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang jarang sekali
dilaporkan kejadiannya. Secara rata-rata angka kejadian trikomoniasis kurang jika
dibandingkan dengan penyakit menular seksual akibat Syphilis atau Herpes.
Namun jika pasien dengan trikomoniasis yang tidak didiagnosa atau diobati
dengan cepat, maka prognosis pasien tersebut lebih buruk dan lebih mudah
terpapar terhadap infeksi HIV (WHO, 2007).
Data prevalensi dan insidens trikomoniasis masih kurang dilaporkan, ini
kemungkinan disebabkan masyarakat masih merasakan stigma tentang penyakit
menular seksual maka mereka tidak mendapatkan diagnosa yang sebenarnya
(WHO, 2001; WHO, 2007; CDC, 2007; WHO, 2008)
Trikomoniasis adalah jangkitan penyakit menular seksual yang dapat
diatasi dan sering terjadi pada wanita dan laki-laki, namun gejalanya lebih
menonjol pada wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa patogenik yaitu
T.vaginalis. Selain melalui hubungan seksual, trikomoniasis juga dapat ditularkan
melalui penggunaan pakaian seperti pakaian dalam atau handuk yang mempunyai
trofozoitnya yang masih viabel. (CDC, 2009)
Gejala infeksi muncul setelah beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah infeksi. Pada wanita sering salah didiagnosis sebagai urethritis sehingga
trikomoniasis tidak diobati dengan tepat lalu menimbulkan komplikasi yang
lanjut. Laki-laki dengan infeksi ini sering asimptomatik maka resiko transmisi
meningkat pada wanita. Perhatian medik yang sesuai dapat menurunkan insidens
terjadinya trikomoniasis dan komplikasinya. Pada wanita, lokasi infeksi biasanya
pada vagina sedangkan pada laki-laki di prostat. Gejala yang timbul pada laki-laki
yang terinfeksi adalah iritasi penis, pengeluaran cairan, atau perasaan terbakar
setelah berkemih atau ejakulasi. Gejala yang timbul pada wanita berupa
pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau, menimbulkan
iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria. (Slave, 2007)

Universitas Sumatera Utara


Menurut Centre for Disease Control and Prevention (2007), diperkirakan
bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat
trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki. Selain itu, survey sex global oleh
perusahaan Durex (2005) menyatakan bahwa hanya 7% dari rakyat Indonesia
yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat
trikomoniasis.
Angka kejadian penyakit menular seksual dan AIDS turut meningkat di
dunia walaupun terdapat campaign dari pihak WHO, UNAIDS atau instansi lokal
sama ada dari pemerintah atau bukan pemerintah (non-govermental organization)
di Indonesia yang memberi pendidikan seksual kepada masyarakat (WHO, 2001;
WHO, 2008).
Maka dapat disimpulkan bahwa walaupun pendidikan seksual tentang
penyakit menular seks telah diberikan kepada masyarakat namun banyak yang
masih kurang memahaminya sehingga trikomoniasis sebagai penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual masih sering terjadi.
Mahasiwa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara merupakan
mahasiswa non medis yang memiliki faktor resiko pemaparan terhadap infeksi
menular seksual yang tinggi. Hal ini disebabkan mereka berada pada usia
reproduktif yang aktif dan mereka mungkin telah melakukan hubungan seksual
tetapi tidak tahu tentang faktor resiko penularan infeksi menular seksual. Selain
itu, penyuluhan tentang penyebab infeksi menular seksual secara spesifik kurang
diberi penekanan penyuluhannya kepada mahasiswa-mahasiswa ini.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka dianggap perlu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan yang dimiliki tentang trikomoniasis.

1.2. Rumusan Masalah


Dari pernyataan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian:

a) Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas


Sumatera Utara (USU) angkatan 2007 tentang trikomoniasis?

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang trikomoniasis
sebagai penyakit menular seksual.

1.3.2. Tujuan Khusus,


Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara penularan
trikomoniasis.
2. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang keluhan yang dialami jika
terinfeksi trikomoniasis.
3. Tingkat pengetahuan yang dimililki mahasiswa tentang pengobatan
dan cara pencegahan trikomoniasis.

1.4. Manfaat Penelitan


Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Masukan dalam rangka upaya meningkatkan pengetahuan yang
dimiliki masyarakat Indonesia tentang infeksi menular seksual
akibat trikomoniasis.
2. Masukkan ke Dinas Kesehatan untuk mencegah serta keperluan
edukasi trikomoniasis.
3. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa
tentang trikomoniasis.
4. Dalam upaya mencegah infeksi menular seksual di kalangan
remaja yang masih bersekolah.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai