Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang jarang sekali dilaporkan kejadiannya. Secara rata-rata angka kejadian trikomoniasis kurang jika dibandingkan dengan penyakit menular seksual akibat Syphilis atau Herpes. Namun jika pasien dengan trikomoniasis yang tidak didiagnosa atau diobati dengan cepat, maka prognosis pasien tersebut lebih buruk dan lebih mudah terpapar terhadap infeksi HIV (WHO, 2007). Data prevalensi dan insidens trikomoniasis masih kurang dilaporkan, ini kemungkinan disebabkan masyarakat masih merasakan stigma tentang penyakit menular seksual maka mereka tidak mendapatkan diagnosa yang sebenarnya (WHO, 2001; WHO, 2007; CDC, 2007; WHO, 2008) Trikomoniasis adalah jangkitan penyakit menular seksual yang dapat diatasi dan sering terjadi pada wanita dan laki-laki, namun gejalanya lebih menonjol pada wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa patogenik yaitu T.vaginalis. Selain melalui hubungan seksual, trikomoniasis juga dapat ditularkan melalui penggunaan pakaian seperti pakaian dalam atau handuk yang mempunyai trofozoitnya yang masih viabel. (CDC, 2009) Gejala infeksi muncul setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah infeksi. Pada wanita sering salah didiagnosis sebagai urethritis sehingga trikomoniasis tidak diobati dengan tepat lalu menimbulkan komplikasi yang lanjut. Laki-laki dengan infeksi ini sering asimptomatik maka resiko transmisi meningkat pada wanita. Perhatian medik yang sesuai dapat menurunkan insidens terjadinya trikomoniasis dan komplikasinya. Pada wanita, lokasi infeksi biasanya pada vagina sedangkan pada laki-laki di prostat. Gejala yang timbul pada laki-laki yang terinfeksi adalah iritasi penis, pengeluaran cairan, atau perasaan terbakar setelah berkemih atau ejakulasi. Gejala yang timbul pada wanita berupa pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau, menimbulkan iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria. (Slave, 2007)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Centre for Disease Control and Prevention (2007), diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki. Selain itu, survey sex global oleh perusahaan Durex (2005) menyatakan bahwa hanya 7% dari rakyat Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis. Angka kejadian penyakit menular seksual dan AIDS turut meningkat di dunia walaupun terdapat campaign dari pihak WHO, UNAIDS atau instansi lokal sama ada dari pemerintah atau bukan pemerintah (non-govermental organization) di Indonesia yang memberi pendidikan seksual kepada masyarakat (WHO, 2001; WHO, 2008). Maka dapat disimpulkan bahwa walaupun pendidikan seksual tentang penyakit menular seks telah diberikan kepada masyarakat namun banyak yang masih kurang memahaminya sehingga trikomoniasis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual masih sering terjadi. Mahasiwa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara merupakan mahasiswa non medis yang memiliki faktor resiko pemaparan terhadap infeksi menular seksual yang tinggi. Hal ini disebabkan mereka berada pada usia reproduktif yang aktif dan mereka mungkin telah melakukan hubungan seksual tetapi tidak tahu tentang faktor resiko penularan infeksi menular seksual. Selain itu, penyuluhan tentang penyebab infeksi menular seksual secara spesifik kurang diberi penekanan penyuluhannya kepada mahasiswa-mahasiswa ini. Berdasarkan kenyataan di atas, maka dianggap perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki tentang trikomoniasis.
1.2. Rumusan Masalah
Dari pernyataan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian:
a) Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara (USU) angkatan 2007 tentang trikomoniasis?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual.
1.3.2. Tujuan Khusus,
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara penularan trikomoniasis. 2. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang keluhan yang dialami jika terinfeksi trikomoniasis. 3. Tingkat pengetahuan yang dimililki mahasiswa tentang pengobatan dan cara pencegahan trikomoniasis.
1.4. Manfaat Penelitan
Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1. Masukan dalam rangka upaya meningkatkan pengetahuan yang dimiliki masyarakat Indonesia tentang infeksi menular seksual akibat trikomoniasis. 2. Masukkan ke Dinas Kesehatan untuk mencegah serta keperluan edukasi trikomoniasis. 3. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang trikomoniasis. 4. Dalam upaya mencegah infeksi menular seksual di kalangan remaja yang masih bersekolah.