Praktikum 2
Farmasi B
Kelompok 3 :
2016
2.1 Judul: Penentuan Parameter Mutu Ekstrak Kaempferia galanga
2.2 Tujuan: Untuk mengetahui macam- macam metode penentuan mutu ekstrak dan
tujuan dilakukan metode penentuan mutu ekstrak.
a. Standardisasi
Bahan : Alat :
Ektrak kering rimpang kencur Corong pisah Desikator
Aquadest Corong Kaki tiga
A. Parameter Spesifik
1. Identitas
Ditampung dalam
Diambil filtrat sebanyak Diuapkan ad kering
cawan penguapan yang
20 ml
sudah ditara
Dibiarkan selama 18
Disaring Dikocok berkali- kali
jam
selama 4 jam
Ditampung dalam
Diambil filtrat sebanyak Diuapkan ad kering
cawan penguapan yang
20 ml
sudah ditara
1. Susut Pengeringan
Ditimbang cawan+
Didinginkan dalam
ekstrak ad berat konstan
desikator
2. Kadar Air
Dicatat hasil MC air suling. Sebanyak 200 ml toluen ditambah 5 ml air suling,
kemudian dikocok beberapa saat, lalu lapisan air dipisahkan.
3. Kadar Abu
1. Identifikasi
2. Organoleptis
Bentuk : Serbuk
Warna : Kuning
22,0487𝑔−21,8602 𝑔
% kadar senyawa yang larut air =
19,1957 𝑔
x 100 𝑚𝑙
20 𝑚𝑙
x 100% = 4, 91%
67,5390 𝑔−66,9993 𝑔
% kadar senyawa yang larut etanol =
15,7872 𝑔
x 100 𝑚𝑙
20 𝑚𝑙
x 100% = 17, 09%
4. Kadar Abu
33,5885 𝑔−33,0913 𝑔
% kadar abu =
2𝑔
x 100% = 24, 86%
5. Kadar Air
Berat ekstrak : 2, 753 g
Waktu : 64 menit
Suhu : 105C
Kadar MC : 24,95%
6. Susut Pengeringan
1 𝑔−(21,6785𝑔−20,8478 𝑔
% kadar susut pengeringan =
1𝑔
x 100% = 16, 93%
2.7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan parameter mutu ekstrak dari
Kaempferia galanga L.. Pada praktikum kali ini merupakan kelanjutan dari praktikum
sebelumnya yang telah dilakukan proses ekstrak dari Kaempferia galanga L.. Setelah
didapatkan ekstrak kering kemudian dilakukan pengujian parameter mutu ekstrak
Kaempferia galanga L.. Pengujian parameter mutu ekstrak ini meliputi pengujian
parameter spesifik dan parameter non- spesifik.
Pada pengujian parameter mutu spesifik senyawa yang terlarut dalam pelarut
tertentu dengan menggunakan pelarut etanol dan air hasil persentase kadar senyawa
terkarut etanol lebih tinggi yakni 17, 09% dibandingkan dengan senyawa yang terlarut air
4, 91%. Pada hasil pengujian ini terlihat bahwa ekstrak lebih larut dalam etanol
dibandingkan dengan air. Pada pengujian senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
bertujuan sebagai perkiraan kasar kandungan senyawa- senyawa aktif yang bersifat polar
(larut air) dan senyawa aktif yang bersifat semi polar- non polar (larut etanol) (Saifudin et
al., 2011). Hasil pengujian kadar senyawa larut etanol memenuhi persyaratan yang telah
ditetepkan dalam Farmakope herbal, yakni kadar senyawa larut etanol tidak kurang dari
atau lebih besar sama dengan 4,2%. Sedangkan hasil pengujian kadar sneyawa larut air
tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Farmakope Herbal, yakni senyawa
terlarut air tidak kurang dari atau lebih besar sama dengan 14, 2%.
Tahap pengujian parameter non- spesifik meliputi kadar abu total, kadar air, dan
susut pengeringan. Pengujian kadar abu dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak. Pada pengujian ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan kandungan
anorganik. Pada pengujian kadar abu didaptkan hasil sebesar 24, 86%. Hasil ini
menunjukkan bahwa mineral dan kandungan anorganik dalam ekstrak ada sebesar 24,
86%. Hasil yang didapat dalam pengujian kadar abu total tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan dalam Farmkope Herbal, yakni kadar abu dalam ekstrak kurang dari
10,2%.
Susut pengeringan merupakan salah satu parameter non- spesifik yang tujuannya
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Parameter susut pengeringan pada dasarya adalah pengukuran sisa
zat setelah pengeringan pada temperatur 105C sampai berat konstan yang dinyatakan
sebagai nilai persen (Depkes RI, 2000). Hasil pengujian susut pengeringan pada ekstrak
Kaempferia galanga L. sebesar 16, 93%. Hasil yang didapat dalam pengujian susut
pengeringan tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Farmkope Herbal,
yakni susut pengeringan dalam ekstrak kurang dari atau tidak lebih dari 10%.
Ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan standar yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Herbal bisa disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya saja ketidaktelitian
praktikan dalam melakukan serangkaian prosedur pengujian baik pengujian parameter
speisifik maupun non- spesifik. Faktor- faktor lain yang masih belum diketahui juga
menjadi penghambat atau ketidaktepatan hasil pengujian.
2.8 Kesimpulan
1. Identifikasi
2. Organoleptis
Bentuk : Serbuk
Warna : Kuning
LAMPIRAN
\
Setelah ekstrak ditimbang
dimasukkan kedalam alat
Penimbangan berat krus kosong ad MC dan ditunggu selama 64
konstan dan berat krus+ekstrak menit lalu liat hasil kadar
Pemijaran krus kosong dan Pendinginan dalam desikator setelah dipijar ad konstan MC yang tertera pada alat
Pemijaran krus+ekstrak selama 10 menit
Dilakukan
Masing- masing filtrat diambil Fitrat diambil 20 ml dan
penyaringan 20ml dan ditampung di cawan
ditampung di cawan