Anda di halaman 1dari 10

Tawuran Antar Pelajar

MAKALAH SOSIOLOGI

Disusun Oleh :

Nama : ALPAN AMIN

NIS : 2412

Kelas : XII IPS 1

SMAN -1 MENTAYA HULU

KUALA KUAYAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TAWURAN ANTAR PELAJAR”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Sosiologi, sekaligus bertujuan agar dapat menambah
wawasan mengenai fenomena-fenomena sosial yang sering terjadi didalam masyarakat terutama kalangan
pelajar dengan memakai pendekatan fungsional struktural.
Saya menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya, sehingga partisipasi berupa saran serta
kritik membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1

1.2 Permasalahan ............................................................................................................ 2

BAB II – PEMBAHASAN

2.1 Perempuan Sebagai Korban ......................................................................................3

2.2 Beberapa Hal Pendorong Kriminalitas ......................................................................8

2.3 Kepedulian Hukum Terhadap Kekerasan Pada Perempuan .................................... 10

BAB III – PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tawuran yang terjadi belakangan ini terus menyisakan perih dan tanda tanya besar bagi negeri ini,
kenapa tawuran harus terjadi lagi dan lagi, seakan tak ada yang peduli untuk berpartisipasi menyelesaikan
masalah lama yang kini menghangat kembali untuk dibahas karena telah terlalu banyak meminta korban.
Menarik memang jika dikaji lebih mendalam, mengingat banyaknya pihak yang harus berperan aktif
sebagai kontrol sosial agar masalah lama ini tidak berulang lagi. Peran keluarga, sekolah, pihak
berwenang dan yang terpenting adalah peran aktif masyarakat yang berada diarea dimana tawuran itu
terjadi akan berpengaruh besar terhadap aksi anarkis tersebut kedepannya.
Makin maraknya geng-geng yang dibentuk, membuat tawuran juga semakin marak terjadi, karena
pada dasarnya masalah pelajar sebagai generasi muda pada umumnya ditandai oleh keinginan untuk
melawan dan bersikap apatis. Perilaku anarki yang kerap kali dipertontonkan ditengah-tengah
masyarakat. Mereka sudah tidak peduli lagi jika perbuatan yang mereka lakukan tersebut sangat tidak
terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika ditakuti
oleh orang-orang atau lawan disekitarnya. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang
sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagi sebuah
tantangan.
Jika menilik duduk perkara mengenai tawuran yang melibatkan pelajar, termasuk juga tawuran
yang baru-baru ini terjadi seperti tawuran antara SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta yang menewaskan
seorang pelajar, seolah-olah mengindikasikan bahwa tawuran menjadi pemecah solusi yang sangat
efektif dari setiap permasalahan yang mereka hadapi. Lalu pertanyaannya, apakah harus demikian? Segala
fenomena yang ada di alam ini sebenarnya bisa dicegah agar tidak terjadi, walaupun terjadi setidaknya
kemungkinan yang ditimbulkan bisa diminimalisir.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan muncul permasalahan yang perlu dikaji kembali
untuk mencari solusi terbaik yang terumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
 Dimana kontrol sosial pelajar yang timpang, sehingga tawuran masih marak terjadi?

C. Tujuan
 Menganalisis penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
 Menemukan solusi terbaik untuk mencegah dan menyelesaikan terjadinya tawuran antar
pelajar agar tidak terulang kembali
BAB II
PEMBAHASAN

Mengarah pada berbagai fenomena yang ada didalam masyarakat saat ini, begitu banyak suatu
struktur fungsional suatu sistem dalam masyarakat yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
struktur yang dijalankan hanya berdasar formalitas semata --bukan berdasar pada fungsional lagi-- bahkan
yang lebih memperihatinkan, seolah-olah tidak ada lagi sikap peduli terhadap fenomena yang terjadi
dalam masyarakat tersebut untuk bersikap terhadap apa yang seharusnya berjalan dalam sistem
masyarakat tersebut.
Maraknya tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini mengindikasikan sudah hilangnya
nurani pelajar kita untuk saling melakukan toleransi antar sesama, mereka cenderung mengedepankan ego
dan emosi masing-masing dalam bertindak, sehingga hak dan kepentingan orang lain mereka
kesampingkan jauh dari hadapan mereka, kalau sudah demikian jalan kekerasan pastinya akan menjadi
satu-satunya solusi akhir untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi tanpa melihat
akibat buruk yang akan ditimbulkan nantinya. Parahnya lagi masyarakat selalu bersikap apatis dan seolah-
olah tidak tahu-menahu terhadap kekerasan yang terjadi dihadapan mereka, mereka hanya menyaksikan
dan mencaci apa yang terjadi dihadapan mereka tanpa memberikan sebuah solusi yang bijak untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut karena mereka terlalu menganggap wajar apa yang sudah biasa
terjadi dihadapannya.
Rendahnya kepekaan masyarakat dalam merespon setiap tindakan yang ditimbulkan remaja atau
pelajar, terkadang malah membuat gejolak jiwa para remaja makin tidak karuan, sehingga mereka
berusaha menunjukkan eksistensi mereka dalam lingkungan tersebut dengan menyalurkan sebuah
pelampiasan yang mreka pendam dalam diri mereka. Jika mengacu pada teori Charles P. Loomis di poin
ke-5 berkaitan Kaidah atau Norma,
“Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau
masyarakat atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial merupakan patokan-patokan
tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasi- situasi tertentu dan merupakan unsur
paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma sosial dipelajari dan
dikembangkan melalui sosialisasi, sehingga menjadi pranata- pranata sosial yang menyusun sistem itu
sendiri”
sudah bisa mewakili fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial, khususnya bagi pelajar. Dengan
demikian, masyarakat harusnya turut berperan aktif terhadap suatu peristiwa yang terjadi disekitar mereka
berkaitan layak atau tidak, baik atau buruknya suatu tindakan yang ada dihadapan mereka. Agar sistem
yang ada didalamnya berjalan secara teratur.
Jika dianalisis secara mendalam, sebenarnya ada tiga faktor mendasar yang sering ditemui dan
menjadi akar permasalahan penyebab terjadinya tawuran antar pelajar, yaitu;

1. Tawuran Antar Pelajar Akibat Rasa Setia Kawan yang Berlebihan


Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidartas adalah hal yang
lumrah atau biasa kita temukan dalam kehidupan, misalkan dalam persahabatan rasa
setiakawan akan menjadi alasan mengapa persahabatan bisa menjadi kuat. Ia bisa menjadi
indah ketika ditempatkan dalam porsi yang pas dan seimbang. Namun, rasa setia kawan yang
berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan tawuran
antar pelajar. Mungkin dari kita pernah mendengar tawuran antar pelajar yang dipicu karena
ketersingguhan seorang siswa yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di
terminal, atau masalah kompleks lainnya. Misalkan, permasalahan pribadi, rebutan
perempuan, dipalak dan lain sebagainya.
Pemahaman arti sebuah persahabatan memang perlu dipahami oleh masing- masing
individu pelajar itu sendiri. Tawuran antar pelajar yang diakibatkan karena rasa setiakawan
harus segera dihentikan, karena hal ini akan memicu kawan-kawan yang lain untuk
mendapatkan hak atau perlakuan yang sama pada waktu mengalami masalah. Ini dapat
menjadikan pelajar malas dalam menyelesaikan masalah dirinya sendiri, tanpa mau
menyelesaikannya sendiri dan cenderung tidak berani bertanggung jawab. Menjadi
ketergantungan dan akan menimbulkan dampakyang negatif bagi perkawanan itu sendiri.

2. Tawuran antar pelajar akibat sejarah permusuhan dengan sekolah lain


Kadang permasalahan tawuran antar pelajar dipicu pula dengan adanya sejarah
permusuhan yang sudah ada dari generasi sebelumnya dengan sekolah lain, beredarnya
cerita- cerita yang menyesatkan, bahkan memunculkan mitos berlebihan membuat generasi
berikutnya, terpicu melakukan hal yang sama. Contohnya, sebut saja sekolah A dengan
sekolah B adalah musuh abadi, dimana masing- masing sekolah akan melakukan hal yang
antipati terhadap sekolah lain. Biasanya, akan ada pelajar yang menjadi perbincangan,
semacam tokoh bagi sekolahnya, karena kehebatannya pada waktu berkelahi. Dalam
permasalahan tawuran antar pelajar yang dipicu karena permasalahan ini, perlu adanya
pendekatan khusus, yang memasukkan program kerja sama dengan sekolah tersebut. Peranan
sekolah dan guru memegang peranan penting. Ironisnya, sebuah pertandingan persahabatan.
Misalnya, olahraga. Kadang memicu sebuah permusuhan dan perkelahian. Hal ini akhirnya
menuntut kecerdasan dan ketelitian pihak penyelenggara dalam mengemas sebuah acara.

3. Tawuran Antar Pelajar Akibat Jiwa Premanisme


Premanisme bukan istilah yang asing lagi. Premanisme yang berasal dari kata
“preman” adalah sebutan orang yang cenderung memakai kekerasan fisik dalam
menyelesaikan permasalahannya. Kemenangan di ukur karena kekuatan fisiknya bukan
intelektualitas. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar, yang dituntut
kecerdasan berpikir, kecerdasan mengelola emosi, dll.
Jiwa premanisme dalam jiwa pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta merta
muncul begitu saja, ia disebabkan oleh sesuatu hal. Oleh karenanya, kita perlu mengetahui
faktor penyebab sikap premanisme dalam diri pelajar.
Faktor di luar diri pelajar adalah faktor yang kental dapat mempengaruhi ke dalam.
Beberapa contohnya adalah: Tayangan- tayangan di televisi, baik film ataupun liputan berita
yang menceritakan atau sengaja mengekspose tema- tema kekerasan dapat mempengaruhi
psikis remaja. Kekerasan yang terjadi di rumah. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya
individu pelajar saja yang menjadi korban kekerasan namun kekerasan yang terjadi pada satu
anggota keluarganya, dapat mempengaruhi psikis individu. Hal ini yang akan menyebabkan
trauma atau kekerasan beruntun yang diakibatkan karena menganggap kekerasan adalah hal
yang wajar. Acara awal tahun, orientasi sekolah adalah acara di mana pelajar baru diwajibkan
mengikuti kegiatan ini. Kegiatan yang pada dasarnya adalah untuk memahami dan mengenali
sekolah, kegiatan serta untuk lebih kenal kawan-kawannya malah cenderung disalah gunakan
oleh senior untuk ajang balas dendam dari apa yang pernah ia terima pada waktu yang sama
menjadi junior, pola- pola yang dipakai cenderung dengan pola militer. Hal inilah yang
menyebabkan kekerasan dalam dunia pendidikan. Pola yang menjadi semacam suntikan yang
terus diturunkan oleh setiap generasi. Agar terhindar dari pola yang berlebihan, diperlukan
adanya pengawasan dari pihak sekolah dan turunnya langsung pengajar dalam kegiatan ini.
Kedisiplinan berbeda dengan kekerasan, hal ini seharusnya menjadi tantangan setiap panitia
kegiatan dalam mengemas ide, gagasan acara pada waktu perkenalan sekolah, menjadi
sesuatu yang inofatif, kreatif sehingga diharapkan lambat laun sikap premanisme akibat
perpeloncoan akan menjadi cara kuno dan tidak menarik lagi.
Lalu bagaimana solusinya? Jika tawuran masih belum terjadi, setidaknya pelajar berupaya
mencegahnya dengan menerapkan beberapa poin penting berikut yang bisa menjadi alternatif bersama
agar tawuran tidak terjadi, antara lain;
1. Hindari saling ejek
Poin ini begitu penting, pasalnya setiap tawuran umumnya berakar dari perilaku saling
ejek diantara dua kubu pelajar yang berseteru, keadaan yang labil dan kebiasaan bertindak
dengan mengedepankan emosi, ejekan tersebut bukan tidak mungkin akan berakhir dengan
perkelahian bahkan tawuran.
2. Tidak mengompori perselisihan, sehingga perselisihan yang terjadi tidak semakin
meruncing
3. Menjadi pribadi yang produktif dengan melakukan kegiatan positif
Bentuk poin ini lebih mengarahkan pada bentuk teknis. Ekstrakurikuler dan karang
taruna adalah contoh kegiatan positif yang bisa dikategorikan sebagai pencegahan tawuran.
4. Tanamkan moral religi
5. Beri pengertian hukum dan sanksi akibat tawuran

Tapi, kalau tawuran sudah terlanjur terjadi, setidaknya masyarakat juga punya sikap tentang apa
yang harus mereka lakukan untuk menanggulangi tawuran tersebut, antara lain;
1. Dinginkan suasana
2. Lerai pertikaian
3. Laporkan kepada pihak yang berwajib
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurangnya kepekaan masyarakat dalam menyikapi atau merespon fenomena-fenomena sosial yang
terjadi disekitar mereka cenderung akan menambah parah situasi sehingga menumbuhkan fenomena-
fenomena sosial baru yang serupa bahkan bisa jadi lebih parah dari fenomena sosial yang terjadi
sebelumnya. Sikap apatis masyarakat menyebabkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi serasa
diabaikan sehingga secara tidak langsung fenomena sosial tersebut mendapat dukungan kebenaran atas
apa yang mereka lakukan, apa yang harusnya bertentangan dengan norma atau kaidah malah menjadi
sejalan dengan norma atau kaidah tersebut.
Seperti halnya mengenai tawuran antar pelajar yang akhir-akhir ini mulai marak terjadi, masyarakat
serasa mendukung atas apa yang pelajar lakukan. Masyarakat sebagai kontrol sosial harusnya bisa
membaca dan memberikan solusi bijak terhadap apa yang terjadi dihadapan mereka, karena tanpa adanya
peran dan partisipasi dari mereka, tawuran antar pelajar tidak akan pernah berakhir. Karena kita tahu,
kontrol sosial yang dilakukan keluarga dan sekolah hanya bisa mengontrol mereka pada saat mereka
berada dalam area pengawasan keluarga ataupun sekolah mereka, selebihnya masyarakatlah yang
berperan. Oleh karena itu peran aktif masyarakat tentunya sangat dibutuhkan untuk mendidik dan
mengarahkan sikap pelajar diluar kendali sekolah dan keluarga tersebut kearah yang lebih positif, bukan
hanya berpangku tangan dan menyaksikan kejadian demi kejadian yang terjadi diantara para pelajar.
Namun, perlu diingat juga bahwa peran keluarga dan pihak sekolah tidak bisa begitu saja diabaikan,
mengingat pondasi dasar perilaku mereka dibangun oleh kedua pihak tersebut. Jika dari pihak keluarga
harusnya bisa menanamkan pondasi agama sebagai tameng untuk membentuk iman dan akhlak agar
mereka tidak salah dalam bergaul, pihak sekolah harusnya juga bisa menanamkan pondasi moral terhadap
pelajar agar bisa menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi dalam bergaul dengan sesama.
Sederhananya, biarpun masyarakat berperan besar dalam kontrol sosial bagi pelajar saat berada
diluar lingkungan keluarga dan sekolah, semua pihak yang terlibat dalam pengontrol perilaku sosial
pelajar juga harus tetap bersinergi agar sistem yang berada didalamnya tidak terjadi ketimpangan yang
bisa membuat pelajar kita melakukan sesuatu hal yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan hidup
bersama.

B. Saran
Jika menengok ulang terhadap analisa yang ada mengenai penyebab terjadinya tawuran antar
pelajar, beberapa saran berikut bisa menjadi solusi agar angka tawuran antar pelajar bisa ditekan, bahkan
bila memungkinkan bisa dihilangkan;
1. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk sikap, pola pikir,
perilaku, termasuk juga akhlak yang baik untuk para pelajar.
2. Masyarakat mestinya menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif,
semisal dengan mengadakan kontrol terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi
disekitarnya.
3. Sekolah harusnya memberikan pelayanan baik untuk membantu pelajar mengasah kemampuan
dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Baik dalam kemampuan yang
bersifat akademis maupun non-akademis, sehingga tidak ada lagi waktu bagi pelajar untuk
melakukan hal yang tidak berguna, terlebih melakukan tawuran.
4. Hindari ikut berkumpul atau bergabung dengan gang yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan hal yang mengarah pada hal-hal negatif.
5. Tanamkan nilai moral dan religius didalam hati agar senantiasa memiliki kesadaran diri untuk
tidak berbuat negatif saat kontrol sosial yang berada disekitar melemah atau terjadi ketimpangan.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerrjono. 2003. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


http://www.alfinnitihardjo.ohlog.com/masyarakat- sebagai- sistem.oh112681.html
http://www.fikarhomeschooling.net/index.php/86-news/123-penyebab-terjadinya-tawuran-antar-pelajar/
http://www.jebongudik.blogspot.com/2012/03/fenomena-tawurankonflik-antar-pelajar31.html
http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2012/09/30/psikologi-alternatif-solusi-untuk-mencegah-terjadinya-
tawuran/
http://www.iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html

Anda mungkin juga menyukai