Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH SOSIOLOGI
Disusun Oleh :
NIS : 2412
KUALA KUAYAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “TAWURAN ANTAR PELAJAR”
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Sosiologi, sekaligus bertujuan agar dapat menambah
wawasan mengenai fenomena-fenomena sosial yang sering terjadi didalam masyarakat terutama kalangan
pelajar dengan memakai pendekatan fungsional struktural.
Saya menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya, sehingga partisipasi berupa saran serta
kritik membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR ISI
BAB I – PENDAHULUAN
BAB II – PEMBAHASAN
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan muncul permasalahan yang perlu dikaji kembali
untuk mencari solusi terbaik yang terumuskan kedalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
Dimana kontrol sosial pelajar yang timpang, sehingga tawuran masih marak terjadi?
C. Tujuan
Menganalisis penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
Menemukan solusi terbaik untuk mencegah dan menyelesaikan terjadinya tawuran antar
pelajar agar tidak terulang kembali
BAB II
PEMBAHASAN
Mengarah pada berbagai fenomena yang ada didalam masyarakat saat ini, begitu banyak suatu
struktur fungsional suatu sistem dalam masyarakat yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
struktur yang dijalankan hanya berdasar formalitas semata --bukan berdasar pada fungsional lagi-- bahkan
yang lebih memperihatinkan, seolah-olah tidak ada lagi sikap peduli terhadap fenomena yang terjadi
dalam masyarakat tersebut untuk bersikap terhadap apa yang seharusnya berjalan dalam sistem
masyarakat tersebut.
Maraknya tawuran antar pelajar yang terjadi akhir-akhir ini mengindikasikan sudah hilangnya
nurani pelajar kita untuk saling melakukan toleransi antar sesama, mereka cenderung mengedepankan ego
dan emosi masing-masing dalam bertindak, sehingga hak dan kepentingan orang lain mereka
kesampingkan jauh dari hadapan mereka, kalau sudah demikian jalan kekerasan pastinya akan menjadi
satu-satunya solusi akhir untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi tanpa melihat
akibat buruk yang akan ditimbulkan nantinya. Parahnya lagi masyarakat selalu bersikap apatis dan seolah-
olah tidak tahu-menahu terhadap kekerasan yang terjadi dihadapan mereka, mereka hanya menyaksikan
dan mencaci apa yang terjadi dihadapan mereka tanpa memberikan sebuah solusi yang bijak untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut karena mereka terlalu menganggap wajar apa yang sudah biasa
terjadi dihadapannya.
Rendahnya kepekaan masyarakat dalam merespon setiap tindakan yang ditimbulkan remaja atau
pelajar, terkadang malah membuat gejolak jiwa para remaja makin tidak karuan, sehingga mereka
berusaha menunjukkan eksistensi mereka dalam lingkungan tersebut dengan menyalurkan sebuah
pelampiasan yang mreka pendam dalam diri mereka. Jika mengacu pada teori Charles P. Loomis di poin
ke-5 berkaitan Kaidah atau Norma,
“Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut kelompok atau
masyarakat atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial merupakan patokan-patokan
tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam situasi- situasi tertentu dan merupakan unsur
paling penting untuk meramalkan tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma sosial dipelajari dan
dikembangkan melalui sosialisasi, sehingga menjadi pranata- pranata sosial yang menyusun sistem itu
sendiri”
sudah bisa mewakili fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial, khususnya bagi pelajar. Dengan
demikian, masyarakat harusnya turut berperan aktif terhadap suatu peristiwa yang terjadi disekitar mereka
berkaitan layak atau tidak, baik atau buruknya suatu tindakan yang ada dihadapan mereka. Agar sistem
yang ada didalamnya berjalan secara teratur.
Jika dianalisis secara mendalam, sebenarnya ada tiga faktor mendasar yang sering ditemui dan
menjadi akar permasalahan penyebab terjadinya tawuran antar pelajar, yaitu;
Tapi, kalau tawuran sudah terlanjur terjadi, setidaknya masyarakat juga punya sikap tentang apa
yang harus mereka lakukan untuk menanggulangi tawuran tersebut, antara lain;
1. Dinginkan suasana
2. Lerai pertikaian
3. Laporkan kepada pihak yang berwajib
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurangnya kepekaan masyarakat dalam menyikapi atau merespon fenomena-fenomena sosial yang
terjadi disekitar mereka cenderung akan menambah parah situasi sehingga menumbuhkan fenomena-
fenomena sosial baru yang serupa bahkan bisa jadi lebih parah dari fenomena sosial yang terjadi
sebelumnya. Sikap apatis masyarakat menyebabkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi serasa
diabaikan sehingga secara tidak langsung fenomena sosial tersebut mendapat dukungan kebenaran atas
apa yang mereka lakukan, apa yang harusnya bertentangan dengan norma atau kaidah malah menjadi
sejalan dengan norma atau kaidah tersebut.
Seperti halnya mengenai tawuran antar pelajar yang akhir-akhir ini mulai marak terjadi, masyarakat
serasa mendukung atas apa yang pelajar lakukan. Masyarakat sebagai kontrol sosial harusnya bisa
membaca dan memberikan solusi bijak terhadap apa yang terjadi dihadapan mereka, karena tanpa adanya
peran dan partisipasi dari mereka, tawuran antar pelajar tidak akan pernah berakhir. Karena kita tahu,
kontrol sosial yang dilakukan keluarga dan sekolah hanya bisa mengontrol mereka pada saat mereka
berada dalam area pengawasan keluarga ataupun sekolah mereka, selebihnya masyarakatlah yang
berperan. Oleh karena itu peran aktif masyarakat tentunya sangat dibutuhkan untuk mendidik dan
mengarahkan sikap pelajar diluar kendali sekolah dan keluarga tersebut kearah yang lebih positif, bukan
hanya berpangku tangan dan menyaksikan kejadian demi kejadian yang terjadi diantara para pelajar.
Namun, perlu diingat juga bahwa peran keluarga dan pihak sekolah tidak bisa begitu saja diabaikan,
mengingat pondasi dasar perilaku mereka dibangun oleh kedua pihak tersebut. Jika dari pihak keluarga
harusnya bisa menanamkan pondasi agama sebagai tameng untuk membentuk iman dan akhlak agar
mereka tidak salah dalam bergaul, pihak sekolah harusnya juga bisa menanamkan pondasi moral terhadap
pelajar agar bisa menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi dalam bergaul dengan sesama.
Sederhananya, biarpun masyarakat berperan besar dalam kontrol sosial bagi pelajar saat berada
diluar lingkungan keluarga dan sekolah, semua pihak yang terlibat dalam pengontrol perilaku sosial
pelajar juga harus tetap bersinergi agar sistem yang berada didalamnya tidak terjadi ketimpangan yang
bisa membuat pelajar kita melakukan sesuatu hal yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan hidup
bersama.
B. Saran
Jika menengok ulang terhadap analisa yang ada mengenai penyebab terjadinya tawuran antar
pelajar, beberapa saran berikut bisa menjadi solusi agar angka tawuran antar pelajar bisa ditekan, bahkan
bila memungkinkan bisa dihilangkan;
1. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk sikap, pola pikir,
perilaku, termasuk juga akhlak yang baik untuk para pelajar.
2. Masyarakat mestinya menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif,
semisal dengan mengadakan kontrol terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi
disekitarnya.
3. Sekolah harusnya memberikan pelayanan baik untuk membantu pelajar mengasah kemampuan
dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Baik dalam kemampuan yang
bersifat akademis maupun non-akademis, sehingga tidak ada lagi waktu bagi pelajar untuk
melakukan hal yang tidak berguna, terlebih melakukan tawuran.
4. Hindari ikut berkumpul atau bergabung dengan gang yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan hal yang mengarah pada hal-hal negatif.
5. Tanamkan nilai moral dan religius didalam hati agar senantiasa memiliki kesadaran diri untuk
tidak berbuat negatif saat kontrol sosial yang berada disekitar melemah atau terjadi ketimpangan.
DAFTAR PUSTAKA