D
Choms Gary GT Sibarani, M.Si, AK, CA
Oleh:
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book
Report” mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lain tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian tugas Critical Book Report ini, penulis banyak
mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis juga
menyadari bahwa kelancaran penyusunan tugas Critical Book Report ini tidak
lain berkat dukungan semua teman-teman sehingga kendala dan hambatan dapat
penulis hadapi .
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Andri Zainal, SE, M.Si, Ak, CA, Ph.D dan Bapak Choms Gary GT
Sibarani, M.Si, AK, CA selaku dosen pengampu mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Lain
2. Teman-teman serta Mahasiswa - Mahasiswi UNIMED FE
Penulis menyadari bahwa tugas Critical Book Report ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna memperbaiki pembuatan tugas Critical Book Report
selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas Critical Book Report ini dapat
diterima oleh bapak dosen dan teman-teman yang membacanya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga tugas ini dapat
bermanfaat dan mampu menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tim Penulis
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lain
2. Untuk mengetahui isi buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain khususnya
materi Pegadaian
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing buku Bank
dan Lembaga Keuangan Lain
1.3 Manfaat
Penulisan Critcal Book Report ini diharapkan memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan bagi pembaca terkhususnya mahasiswa dalam memahami
1
lembaga keuangan Pegadaian sehingga mereka dapat merealisasikannya dalam
hidup sehari-hari terkhususnya dalam bidang ekonomi. .
2
BAB II
ISI BUKU
Buku II
Judul Bank Dan Lembaga Keuangan Lain
Pengarang Irsyad Lubis
Penerbit USU Press
Kota Terbit Medan
Tahun Terbit 2010
ISBN 979-458-461-4
3
keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana yang
mendesak dari masyarakat.
Pengenalan usaha pegadaian di Indonesia diawali pada masa awal masuknya
kolonial Belanda, yaitu sekitar akhir abad ke-19, oleh sebuah bank yang bernama
Bank Van Lening. Bank tersebut memberikan jasa pinjaman dengan syarat
pembayaran barang bergerak, sehingga pada hakikatnya telah memberikan jasa
pegadaian.
Kegiatan usaha Perum Pegadaian dipimpin sebuah dewan direksi yang terdiri
dari seorang direktur utama dan beberapa direktur. Jabatan dari masing-masing
dewan direksi adalah 5 tahun, dan setelah masa jabatan tersebut berakhir yang
bersangkutan dapat diangkat kembali. Disamping dewan direksi yang bertugas
untuk menjalankan dan mengelola usaha kegiatan usaha, dewan pegadaian juga
mempunyai seorang pengawas yang fungsi utamanya adalah untuk mengawasi
pelaksanaan kegiatan usaha.
Adapun kegiatan usaha dalam Perum Pegadaian adalah sebagai berikut:
1. Penghimpunan dana
Dana yang diperlukan oleh perum pegadaian untuk melakukan kegiatan
usahanya berasal dari :
a. Pinjaman jangka pendek dari perbankan.
b. Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk ini ( sekitar
80% dari total dana jangka pendek yang dihimpun)
c. Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekan,
utang kepada nasabah, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar,
pendapatan diterima dimuka, dan lain-lain)
d. Penerbitan obligasi
e. Sampai tahun 1994 total nilai obligasi yang diterbitkan adalah Rp 50
miliar.
f. Modal sendiri. Modal sendiri yang dimiliki perum pegadaian terdiri
dari:
Modal awal: kekayaan negara diluar APBN sebesar Rp 205
miliar.
Penyertaan modal pemerintah
4
Laba ditahan: laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak
perusahaan pegadaian ini berdiri pada masa Hindia Belanda.
2. Penggunaan Dana
Dana yang telah berhasil dikumpulkan kemudian digunakan untuk
mendanai kegiatan usaha perum pegadaian. Dana tersebut antara lain
digunakan untuk hal-hal berikut.
a. Uang kas dan dana likuid lain
b. Pembelian dan pengadaan berbagai bentuk aktiva tetap dan
inventaris
c. Pendaan kegiatan operasional
d. Penyaluran dana
e. Investasi lain
Produk dan jasa Perum Pegadaian antara lain adalah pemberian pinjaman atas
dasar hukum gadai. Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai berarti
masyarakat pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh
penerima pinjaman.
Proses pinjaman atas dasar hukum gadai
1. Barang yang dapat digadaikan. Barang-barang yang dapat digadaikan
meliputi:
Barang perhiasan
Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina, intan, mutiara,
dan batu mulia
Kendaraan
Mobil, sepeda motor, sepeda, dan lain-lain
Barang elektronik
Kamera, refrigerator, radio, tape recorder, video player, televisi
dan lain-lain
Barang rumah tangga
Perlengkapan dapur, perlengkapan makanan, dan lain-lain
Mesin-mesin
Tekstil
Barang lain yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian
5
Selain itu, ada juga beberapa barang yang tidak dapat digaikan meliputi:
Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus
dan memerlukan cara pemeliharaan khusus.
Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak
Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat
penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki pegadaian.
Barang yang cepat rusak, busuk, atau susut
Barang yang amat kotor
Kendaraan yang sangat besar
Barang-barang seni yang sulit ditaksir
Barang yang mudah terbakar
Senjata api, amunisi, mesiu
Barang yang disewabelikan
Barang milik pemerintah
Barang ilegal
2. Penaksiran. Dalam pegdaian besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung
pada nilai barang yang akan digadaikan, maka barang yang diterima
hgarus ditaksir terkebih dahulu nilainya oleh petugas penaksiran..
Pengelompokkan penaksiran atas dasar jenis barangnya adalah sebagai
berikut:
a. Barang kantong
Emas
Permata
b. Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil dan lain-lain).
Nilai taksiran terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan tidak
ditentukan sebesar harga pasar melainkan dikalikan dengan persentase
tertentu.
c. Pemberian pinjaman . Nilai taksiran barang yang akan digadaikan
tidak sama dengan besarnya pinjaman yang akan diberikan. Setelah
nilai taksiran ditemukan, maka petugas menentukan jumlah uang
pinjaman yang dapat diberikan.
6
Seesuai dengan syarat-syarat telah ditentukan waktu pemberian pinjaman,
nasabah mempunyai kewajiban melakukan pelunasan pinjaman yang telah
diterima. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya (bunga) dibayarkan
langsung ke kasir disertai surat gadai.
Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan akan dilakukan
perum pegadaian pada saat yang telah ditentukan dimuka apabila terjadi:
1. Pada saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus
barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena
berbagai alasan, dan
2. Pada saat masana pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
memperpanjang batas waktu pinjamannya karena berbagai alasan.
Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan untuk melunasi
seluruh kewajiban nasabah kepada pegadaian yang terdiri dari:
1. Pokok pinjaman
2. Sewa modal atau bunga
3. Biaya lelang
Apabila barang yang digadaikan tidak laku dijual dilelang atau terjual dengan
harga yang lebih rendah daripada nilai taksiran yang telah dilakukan pada awal
pinjaman kepada nasabah yang bersangkutan, maka barang yang tidak laku
dilelang tersebut oleh negara yang timbul ditanggung oleh perum pegadaian.
Manfaat:
Bagi nasabah: Manfaat utama yang diperoleh oleh nasabah yang meminjam dari
perum pegadaian adalah ketersediaan dana dengan prosedur yang relatif sederhana
dan dalam waktu yang lebih cepat terutama apabila dibandingkan dengan kredit
perbankan.
Bagi perum pegadaian : Manfaat yang diharapkan dari perum pegadaian sesuai
jasa yang diberikan kepada nasabahnya adalah :
Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh
peminjam dana.
Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah
memperoleh jasa tertentu dari perum pegadaian
7
Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan
pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk syariah memiliki karakteristik
seperti, tidak memungut bunga dalam bentuk apapun karena riba, menetapkan
uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan
melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil.
Buku II
Pegadaian merupakan satu lembaga keuangan bukan bank yang beroperasi di
tengah masyarakat dan berbagai fasilitasnya relatif digunakan masyarakat kelas
menengah ke bawah yang aktifitasnya berfokus pada pembiayaan atau pemberi
pinjaman dana untuk tujuan konsumsi, produksi dan sebagainya. Pegadaian
memberikan pinjaman dana dengan prosedur yang mudah dan sederhana sehingga
masyarakat tidak terjebak dengan jasa lembaga keuangan ilegal. Dengan
eksistensi pegadaian yang tersebar diharapkan masyarakat memperoleh informasi
yang benar tentang fasilitas pembiayaan resmi. Eksistensi lembaga pegadaian juga
dianggap memperkecil ruang lembaga keuangan illegal dan bentuk perlindungan
pemerintah pada masyarakat dari pengaruh buruk lembaga keuangan illegal yang
ada. Usaha gadai sendiri dilakukan oleh Perum Pegadaian yang merupakan badan
usaha resmi berizin dalam melakukan kegiatan lembaga keuangan dengan tugas
memberi pinjaman untuk masyarakat.
Munculnya lembaga pegadaian Indonesia tidak lepas dari eksistensi
penjajahan Belanda dulu, dimana mulanya Bank Van Lenin memberi pinjaman
dengan syarat yaitu peminjam menyerahkan barang bergerak sebagai jaminan.
Mula-mula rumah gadai Indonesia dikuasi pihak Belanda dengan nama Dinas
Pegadaian. Hal itu berakhir hingga Indonesia merdeka dan pemerintah kembali
mengambil alih dengan status Perusahaan Negara Pegadaian. Status itu berubah
menurut peraturan menjadi Perusahaan Jawatan, namun itu tidak berlangsung
lama karena kondisi yang ada sehingga berubah menjadi Perusahaan Umum
hingga saat ini.
Kegiatan Perum Pegadaian yaitu penghimpun dana dan penggunaan dana,
dimana keduanya harus berjalan seimbang. Apabila penghimpun dana tidak
diikuti penggunaan yang sebanding maka akan mengakibatkan idle cash dan
penerimaan hasil tidak optimal. Penghimpun dana dapat dilakukan dari beberapa
8
sumber memungkinkan seperti modal sendiri, penerbitan obligasi, pinjaman
jangka pendek dari bank, dan pinjaman jangka pendek dari pihak lain. Sedangkan
dalam penggunaan dana pada lembaga pegadaian dapat digolongkan menjadi
peyaluran dana atas hukum gadai, dimana dana yang disediakan adalah 50% dari
total dana yang dimiliki. Penggunaan selanjutnya yaitu untuk persediaan uang kas
dan likuid lainnya untuk membayar berbagai kewajiban lancar yang jatuh tempo,
pembelian dan pengadaan aktiva tetap, pendanaan kegiatan oprerasi perusahaan
untuk membayar gaji maupun biaya perawatan lainnya, dan juga penggunaan
untuk investasi jangka pendek untuk menghindari idle fund.
Secara garis besar untuk mendapatkan pinjamman berdasarkan hukum gadai
dapat dilakukan dengan langkah penyerahan barang gadai, penaksiran nilai, dan
pemberian pinjaman. Untuk pelunasan pinjaman dapat dilakukan dengan tunai
atau pelelangan barang gadai.
Tidak semua barang dapat digadaikan untuk memperoleh pinjaman, barang
yang dapat digadaikan antara lain perhiasan, barang elektronik, kendaraan, barang
rumah tangga, mesin, barang tekstil, serta barang lain yang dianggap bernilai dan
pantas digadaikan. Disatu sisi ada pula barang yang tidak pantas digadaikan
seperti kendaraan yang relatif besar, barang yang mudah terbakar, senjata api,
milik pemerintah, yang cepat rusak, serta barang lain yang dianggap daapt
menimbulkan kerugian. Penaksiran nilai dilakuakn oleh pegaia pegadaian yang
sudah berpengalam dan terlatih sehingga nanti memberikan nilai objektif dan
layak. Penaksiran barang gadaian dikelompokkan menjadi duaa yaitu barang
kantong dan barang gudang. Barang kantong seperti emas ditafsirkan dengan
berpedoman pada Harga Pasar Pusar (HPP), sedangkan barang gudang seperti
mobil, sepeda motor, mesin, dll penafsirannya berpedoman pada Harga Pasar
setempat.
Pelunasan pinjaman oleh nasabah dapat dilakukan kapan saja sebelum waktu
jatuh tempo apabila memang nasabah memiliki uang cukup. Pelunasan dilakukan
dengan menyerahkan surat bukti gadaian pada bagian kasir, kemudia pihak
pegadaian menyerahkan barang gadaian kembali. Barang dapat dimiliki dan
hubungan transaksi dianggap selesai.
9
Apabila nasabah tidak mampu melunasi pinjaman yang jatuh tempo, maka
akan dilakukan pelelangan barang barang gadaian yang telah diketahui nasabah.
Sebelumnya diketahui bahwa pinjaman yang diberikan adalah lebih rendah dari
harga pasar, karena apabila dilelang, nilai lelang itu sendiri setidaknya mampu
melunasi semua pinjaman dan bunganya, dan jikapun nilai lelangnya lebih besar
maka uang sisa setelah pelunasan diserahkan ke nasabah. Apabila barang yang
dilelang tidak laku. Maka barang akan dibeli oleh negara dan keruugian
ditanggung oleh pihak pegadaian.
Perum Pegadaian menawarkan berbagai produk yang dapat memenuhi
harapan masyrarakat sehingga tidak terjebak dengan lembaga keuangan informal
yang menawarkan jasa dengan imbalan yang tidak wajar. Produk yang dimaksud
antara lain yaitu kredit cepat dan aman dan ranh. Kredit cepat dan aman adalah
pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur cepat, aman, dan mudah,
dengan tujuan masyrakat tidak memiliki akses kepada bank terhindar. Barang
yang digadaiankan berbeda, maka pihak Perum Pegadaian menetapkan jumlah
pinjaman minimal dan maksimal untuk nasabah. Selanjutnya ada produk yang
bernama Rahn (gadai syariah) yang merupakan jasa gadai yang berlandaskan
prinsip syariah dimana nasabah hanya diharuskan membayar biaya administrasi,
biaya jasa penyimpanan, dan pemeliharaan barang yang dijamin. pihak Perum
dapat memenuhi keperluan dana dengan cepat karena tidak perlu membuka
rekening.
Kredit Angsuran Fidusiaadalah kredit bagi mereka yang berstatus pengusaha
mikro dan kecil. Kredit ini dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Untuk
memperoleh pinjaman, nasabah hanyadiharuskan menggunakan BPKP
kendaraannya sebagai jaminan, dengan pengangsuran tiap bulan dalam jumlah
tetap. Usaha nasabah disini harus dikategorikan layak berdasarkan survei pegawai
Perum Pegadaian.
Kredit Angsuran Sistem Gadai (Kradisa) juga merupakan kredit bagi
pengusaha mikro dan kecil dengan perbedaan terletak pada barang jaminannya
yaitu hanya perhiasan emas, nasabah juga memperoleh pinjaman 95% dari nilai
taksiran.
10
Kredit Usaha Rumah Tangga (Krista) ditujuakan untuk pengusaha sangat
mikro yang telah bergabung seperti usaha jamu gendong. Kredit yang ditawarkan
maksimum 1 jt dengan jaminan sistem tanggung renteng antar anggota.
Kredit Tunda Jual Gabah merupakan kredit yang ditujukan bagi petani dengan
jaminan gabah kering giling. Kredit ini bertujuan agar petani terhindardari
tekanan yang disebabkan fluktuasi harga ketika masa panen atau akibat ulah
pengijon maupun tengkulak.
Kredit Perumahan Swadaya (Kremada) adalah kredit yang berfokus untuk
membantu masyarakat berpenghasilan rendah yang bermaksud membangun atau
merehap rumah. Membangun rumah memperoleh kredit maksimal 10 jt dan
merehap rumah memperoleeh kredit maksimum 5 jt. Pendanaan ini merupakan
hasil kerjasama Perum Pegadaian dengan Menpera sehingga sewa modal 0%
namun nasabah masih membayar administras 9% dibayar muka.
Gadai efek termasuk salah satu produk pengkreditan dengan jaminan surat
saham yang tercatat dan diperdagangkan dibursa efek. Selain produk itu ada juga
produk jasa lain yaitu jasa titipan, jasa taksiran, properti, jasa lelang, usaha sewa
gedung, kiriman uang, dan tabungan emas OHN.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Kelemahan Buku
Materi dalam buku ini memang mudah dipahami, namun pendalaman
materi dalam buku ini kurang, dimana penulis hanya menggunakan teori sekilas
dalam menjelaskan topik.
Kelemahan Buku
Secara keseluruhan materi yang ada dalam buku ini sudah tersusun dengan
baik dan cukup lengkap, namun ada kata asing yang mungkin menyulitkan
pembaca memahami topik yang ada seperti idle fund,
12
karya Sigit Ttiandaru dan Totok tidak selengkap buku II karya Irsyad
Lubis, dimana penulis hanya memaparkan teori secara garis besar. Misal,
dalam buku I penulis, pembahasan awal tentang apa itu pegadaian hanya
sebatas pengertian dan tugas. Penulis hanya memaparkan pengertian gadai
kemudian perum pegadaian serta tugas perum pegadaian itu sendiri,
sedangkan dalam buku II penulis membahas terlebih dahulu pengertian
pegadaian kemudian tugas, dilanjutkan dengan penulis memaparkan
bagaimana eksistensi perum pegadaian di masyarakat.
2. Buku I karya Sigit dan Totok memiliki sub topik yang tidak ada dalam
buku II karya Irsyad, dimana buku I ikut menjelaskan pimpinan dalam
kegiatan perum pegadaian mulai dari dewan direksi dan pengawas, namun
dalam buku II sub topik ini sama sekali tidak ada dibahas.
3. Dalam buku I dan buku II pemaparan sub topik kegiatan usaha baik itu
penghimpunan dana maupun penggunaan dana hampir sama dimana
penghimpunan dana bersumber dari modal sendiri, penerbitan obligasi,
pinjaman jangka pendek pihak bank, dan pinjaman jangka pendek pihak
lainnya. Sedangkan penggunaan dana digolongksn menjadi lima yakni
penyaluran dana atas dasar hukum gadai, persediaan uang dan liquid
lainnya, pembelian dan pengadaan aktiva tetap, pendanaan kegiatan
operasi, dan investasi. Yg membedakan sub topik kedua buku ini adalah
hanya cara pemaparan materi, dimana dalam buku I, pemaparan yang
dibuat 6 point dalam penggunaan dana padahal sebernarnya 4 point
(penulis berbelit-beli), hal ini berbeda dengan buku II, yang memaparkan
materi kegiatan secara urut.
4. Dalam buku II penulis menjelaskan secara sistematis bagaimana prosedur
untuk mendapat pinjaman mulai dari nasabah datang ke tempat pegadaian
hingga bagaimana pelelangan terhadap barang, karena nasabah tidak
melunasi pinjaman. Sedangkan dalam buku I penulis hanya membuat
bagan prosedur penafsiran, peminjaman, dan pelunasan.
5. Dalam topik barang gadaian penulis pada buku I, tidak terlalu menjelaskan
barang yang dapat digadaikan dan yang tidak dapat digadaikan, hal ini
berbeda dengan buku II yang menperjelas materi dengan memberikan
13
contoh barang seperti apa yang dapat digadaikan dan yang tidak dapat
digadaikan.
6. Baik buku I maupun buku II penulis ada memaparkan topik penafsiran
peminjaman, pelunasan, dan pelelangan. Pada buku I penulis menjelaskan
lebih rinci dan mendalam keempat topik tersenut. Pada bagian penafsiran
dan pemberian pinjaman penulis menjelaskan bagaimana penafsiran nilai
suatu barang dengan menghitung harga pasar dengan persentase yang
ditentukan dan bagaimana menentukan pinjaman yang didasarkan pada
golongan yang ada (membuat contoh). Penulis juga membuat bagan
prosedur pada tiap topik untuk mempermudah pembaca. Berbeda dengan
buku I, pemaparan keempat topik ini didalam buku II hanya secara garis
besar (teori).
7. Dalam buku II penulis memarkan produk dan jasa yang ditawarkan Perum
Pegadaian seperti Kredit Cepat dan Aman dan Rahn, ada juga Krasida,
Krista, Kredit tunda jual gabah, kremada, dan gadai efek. Penulis
memamarkan topik-topik tersebut diawali dengan teori berupa tujuan
produk, bagaimana syaratnya, dan berapa pinjaman yang diperoleh.
Penulis juga ada memaparkan tabel berupa kategori pinjaman dan tarif
biaya penyimpanan barang.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Seacara keseluruhan materi kedua buku Bank dan Lembaga Keuangan Lain
baik itu karya Sigit Triandaru dan Totok Budi Santoso maupun karya Irsyad
Lubis ini sudah disajikan dengan baik, dan mudah dipahami. Akan tetapi buku II
lebih memaparkan materi dengan lengkap dan berurutan sehingga pembaca lebih
mudah memahami topik yang dibahas.
4.2 Saran
Bagi penulis:
Dalam buku I sebaiknya penulis menambah materi agar lebih mudah
dipahami, misalnya dengan memasukkan contoh kedalam topik yang
memang diperlukan contoh.
Sebaiknya untuk buku II memiliki glosarium untuk istilah khusus sehingga
ketika pembaca menemukan kata-kata baru, pembaca tidak kesulitan
memahami materi
Bagi pembaca:
Dalam membaca dan memahami buku ada baikknya pembaca memiliki
referensi buku-buku yang relevan atau jangan berpatokan pada satu buku
saja, sehingga apabila pembaca kesulitan terhadap satu buku, pembaca
dapat mencari penjelasan dibuku lainnya
15
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, I. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Medan: USU Press.
Triandaru, S., & Santoso, T. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Yogyakarta: Salemba Empat.
16