Anda di halaman 1dari 14

Page 1 of 14

MODUL NYERI TELINGA

I. Pendahuluan
Modul nyeri telinga dilaksanakan di semester 6, setelah mahasiswa
mendapatkan modul pemeriksaan fisik kepala dan leher, terutama
pemeriksaan telinga, pemeriksaan fungsi pendengaran, rongga mulut dan
saraf kranialis. Dalam modul ini mahasiswa akan belajar melakukan proses
klinik pada pasien dengan keluhan nyeri telinga.
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan masalah
pasien simulasi dengan keluhan utama nyeri telinga
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan
klinik untuk menentukan diagnosis dan penatalaksanaan masalah
pasien (simulasi) secara terstruktur dan komprehensif, untuk kasus
otitis media akut.
 No. ICPC-2 : H71. Acute otitis media/myringitis
 No. ICD-10 : H65.0. Acute serous otitis media
 H65.1. Other acure nonsuppurative otitis media
 H66.0 Acute suppurative otitis media
 Tingkat Kemampuan 4A

II. Ilustrasi Kasus


Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan telinga kanan sangat nyeri.

III. Pengelolaan
a. Anamnesis
Seperti prosedur pemeriksaan klinis pada umumnya, anamnesis
menggunakan Sacred Seven dan Fundamental Four. Dalam anamnesis
ada beberapa hal yang perlu ditekankan sesuai keluhan utama pasien.
Keluhan:
 Pasien datang dengan keluhan yang bergantung pada stadium OMA
yang terjadi.
a) Pada stadium oklusi tuba Eustachius:
 telinga terasa penuh atau nyeri
 pendengaran dapat berkurang
b) Pada stadium hiperemis:
 nyeri telinga makin intens
 demam (bila demam tinggi sering diikuti diare dan kejang-kejang)
 rewel dan gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur (pada
bayi / anak)
 muntah
 nafsu makan hilang
 anak biasanya sering memegang telinga yang nyeri
Page 2 of 14

c) Pada stadium supurasi


 Sama seperti stadium hiperemis (lebih berat)
d) Pada stadium perforasi
 keluar sekret dari liang telinga
e) Pada stadium resolusi
 setelah sekret keluar, intensitas keluhan berkurang (suhu turun,
nyeri mereda, bayi / anak lebih tenang.
 Bila perforasi permanen, pendengaran dapat tetap berkurang

Faktor Risiko
 Bayi dan anak
 Infeksi saluran napas berulang
 Menyusu dari botol dalam posisi berbaring telentang
 Kelainan kongenital, misalnya: sumbing langit-langit, sindrom Down
 Paparan asap rokok
 Alergi
 Tingkat sosio-ekonomi yang rendah

Hasil anamnesis dari kasus:

1. Keluhan utama (termasuk lokasi keluhan utama):


Nyeri di dalam telinga

Riwayat Penyakit Sekarang:


2. Awitan dan kronologis:
Nyeri sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu.
2 minggu yang lalu pasien menderita batuk dan pilek dan sudah
diobati dengan obat dari Puskesmas. 5 hari kemudian obat habis dan
keluhan sudah sempat berkurang, tetapi kemudian tertular kembali
oleh teman di sekolah. Apabila mengeluh pusing, pasien hanya diberi
obat flu yang dibeli di warung, ½ tablet, digerus. Sejak 5 hari yang
keluhan batuk dan pilek membaik, tetapi pasien mengeluh rasa tidak
nyaman di telinganya dan makanan tidak pernah dihabiskan. 3 hari
yang lalu pasien demam dan mengeluh nyeri di telinga kanannya.
Pendengaran pasien sedikit terganggu. Demam turun dengan sirup
turun panas yang dibeli di warung, tetapi timbul lagi. 1 hari yang lalu
pasien tidak bisa tidur dan terganggu aktivitasnya karena telinga
kanannya sangat nyeri.

3. Kualitas dan Kuantitas


Nyeri seperti rasa panas/terbakar, sepanjang hari

4. Faktor yang memperberat dan memperingan


Faktor yang memperberat: tidak ada/tidak tahu
Faktor yang memperingan: setelah minum obat turun panas
Page 3 of 14

5. Riwayat Penyakit Dahulu (termasuk riwayat pengobatan dan alergi)


Batuk/pilek 2-3 kali dalam 1 tahun
Tidak ada riwayat alergi obat/makanan/minuman/debu dll.
Tidak pernah mengalami sakit berat yang harus dirawat inap.

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa saat ini.
Kakak pasien pernah mengalami hal serupa di masa kecilnya, hingga
keluar cairan dari telinga kirinya.
Tidak ada riwayat alergi, hipertensi, diabetes dalam keluarga

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien duduk di TK B. Orang tua pasien bekerja sebagai buruh
serabutan. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang
kakaknya yang telah duduk di bangku SMP, di rumah sendiri di
perkampungan sekitar Puskesmas.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Dapat ditemukan demam
2. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:
a) Pada stadium oklusi tuba Eustachius:
 retraksi
 warna suram
 reflex cahaya tidak terlihat
 efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi
b) Pada stadium hiperemis:
 hiperemis (tampak pembuluh darah melebar)
 edematus
 sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar dilihat
c) Pada stadium supurasi
 Hiperemis
 menonjol ke arah luar (bulging)
 berwarna kekuningan
d) Pada stadium perforasi
 ruptur
 nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar
(liang telinga luar basah atau dipenuhi sekret)
e) Pada stadium resolusi/ komplikasi
 bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali
 bila telah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
mongering
 bila perforasi membrane timpani menetap, dapat terjadi
kompikasi
Page 4 of 14

3. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih besar
dapat ditemukan tuli konduktif, yaitu: tes Rinne (-) dan tes
Schwabach memendek pada telinga yang sakit, tes Weber terjadi
lateralisasi ke telinga yang sakit

Hasil pemeriksaan fisik dari kasus:


Tanda vital:
 TD : 100/70
N : 96 kali/menit
 RR : 20 kali/menit
T : 38,3°C (aksiler)

Pemeriksaan head to toe:


1) Kepala :
 status lokalis: telinga:
o inspeksi auricula d.b.n.
o nyeri tekan tragus (-)
o otoskopi:
 canalis auditorius externus d.b.n. , sekret (-)
 reflex cahaya tidak terlihat, membrana tympani tampak
hiperemis dan edematous
 status lokalis mata, hidung, mulut dan tenggorokan d.b.n.

2) Leher :
 pembesaran KGB leher jugularis profunda superior (+),
 status lokalis lain d.b.n.
3) Thorax : jantung dan paru d.b.n.
4) Abdomen : d.b.n.
5) Ekstremitas : d.b.n.

Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garpu tala: tidak dilakukan


mengingat usia pasien yang kemungkinan tidak dapat memahami
instruksi.

c. Pemeriksaan Penunjang
 Audiometri tidak dilakukan karena hasil bisa dipastikan tuli konduktif
(CHL)
 Kultur bakteri pada kasus OMA berulang dan dilakukan di layanan
sekunder (Namun demikian, di Indonesia jarang dilakukan karena
seringkali anak tidak kooperatif).

Hasil pemeriksaan penunjang dari kasus: tidak dilakukan


pemeriksaan penunjang pada kasus ini.

d. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Page 5 of 14

Penegakan diagnosis dilakukan dengan mempertimbangkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan hasil dari pemeriksaan penunjang. Bila baku
emas (gold standard) pemeriksaan penyakit dapat dilakukan, maka
diagnosis dapat ditegakkan dengan lebih jelas. Namun bila tidak, dapat
digunakan kriteria diagnostik penegakan penyakit tersebut. Diagnosis
banding disusun berdasarkan kriteria penyakit yang paling mendekati
diagnosis yang ditegakkan.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis Klinis:
No. ICPC-2 : H71. Acute otitis media/myringitis

Diagnosis Banding
a. Otitis media akut
 No. ICD-10 : H65.0. Acute serous otitis media
 H65.1. Other acute nonsuppurative otitis media
 H66.0 Acute suppurative otitis media
 Otitis Media Akut Stadium oklusi tuba Eustachius sulit dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi
 Apabila belum terjadi perforasi, sulit membedakan otitis media
serosa dan supuratif.
 Apabila sudah perforasi, dan masih terlihat cairan radangnya,
antara serosa dan supuratif dibedakan berdasarkan dischargenya.
(serosa: serous, supuratif: purulent).

b. Otitis eksterna difusa

Diagnosis dari kasus: Otitis media akut stadium hiperemis


Diagnosis banding dari kasus: otitis media serosa akut, otitis media
supuratif akut, otitis eksterna difusa

e. Penulisan Resep
a. Topikal
 Pada stadium oklusi tuba, terapi bertujuan membuka kembali tuba
eustachius.
 Pada stadium hiperemis dan supurasi
 Tdp 2 pendapat: di Amerika & Australia= antibiotik, analgetik-
antipiretik

 Eropa= watcfull waiting= antibiotik diberikan dlm waktu 3x24 jam


jika dengan analgetik-antipiretik tidak membaik.

 Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga:


- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit, didiamkan
selama 2 – 5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di telinga yang sakit.
Page 6 of 14

- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama


maksimal 2 minggu

b. Oral Sistemik:
 Antibiotik (masih kontroversial karena etiologi terbanyak adalah
virus). (Cochrane review 2015: Manajemen klinis hendaknya
menekankan pada analgetik adekuat dan penggunaan terbatas
antibiotic. Antibiotik paling bermanfaat pada anak-anak kurang dari
2 tahun dengan OMA bilateral atau dengan OMA disertai otorrhoea).
 Antihistamin (bila terdapat tanda-tanda alergi)
 Dekongestan
 Analgetik / antipiretik

Obat yang diberikan pada kasus: analgetik-antipiretik: Paracetamol


(untuk anak 10-33 kg: 15 mg/kg BB SD, setidaknya tiap 4 jam sekali,
maksimal 60 mg/kg BB per hari (maks. 2 gram/hari)). BB Anak: 20 kg.
Diberikan: 300 mg perkali minum, diberikan tiap 4 jam atau bila demam.
Diberikan selama 3 hari.

R/ Paracetamol syr 160 mg/5ml fl No. II


s.prn cth II
------------------------------------------------

f. Edukasi
Pasien dan atau keluarga perlu diberikan edukasi mengenai:
1) Penyakit yang dideritanya
2) Penyebab atau pencetusnya
3) Apabila pernah mengalami hal serupa sebelumnya: perubahan
penyakit (apakah membaik atau memburuk)
4) Jenis dan mekanisme kerja obat yang diberikan
5) Pentingnya mentaati aturan pengobatan sampai selesai karena
pengobatan harus adekuat agar membran timpani dapat kembali
normal.
6) Kapan harus datang lagi untuk kontrol
7) Kapan harus segera meminta pertolongan dokter meskipun belum
waktunya kontrol
 Apabila keluhan tidak berkurang atau justru bertambah berat
8) Akan dirujuk bila:
 Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang di pusat kesehatan yang
mempunyai fasilitas yang diperlukan.
 Terdapat indikasi miringotomi
o Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah: nyeri
berat, demam, timbul komplikasi OMA
Page 7 of 14

o Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang


mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada
satu episode OMA.
 Bila terjadi komplikasi:
o Komplikasi intra-temporal: mastoiditis, labirinitis, paresis
nervus fasialis, petrositis, hidrosefalus otik
o Komplikasi ekstra-temporal / intrakranial: abses subperiosteal,
abses epidura, abses perisinus, abses subdura, abses otak,
meningitis, trombosis sinus lateral, sereberitis
9) Rencana Tindak Lanjut:
 Dilakukan pemeriksaan membran tympani selama 2-4 minggu
sampai terjadi resolusi membran tymphani (menutup kembali) jika
terjadi perforasi.
10) Prognosis
 Ad vitam : Bonam
 Ad functionam : Bonam
 Ad sanationam : Bonam
11) Bagaimana mencegah untuk terjadi lagi atau terjadi pada
anak/anggota keluarga yang lain:
 Pentingnya pencegahan infeksi saluran napas atas (ispa) pada bayi
dan anak-anak
 Pentingnya penanganan ispa dengan pengobatan adekuat.
 Pentingnya pemberian asi minimal enam bulan sampai dengan 2
tahun.
 Pentingnya menghindari pajanan asap rokok dan polutan lain,
khususnya pada bayi dan anak-anak.
 Pentingnya pencegahan oma dengan imunisasi hib dan pcv sesuai
panduan jadwal imunisasi anak dari idai
 Pentingya asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan
tubuh

Edukasi bagi pasien dari kasus: s.d.a

IV. Aktivitas Pembelajaran


Waktu Aktivitas Mahasiswa Trainer Material
5 menit pendahuluan Mendengarkan menjelaskan modul
2x 10 Latihan Melakukan observasi  modul
menit anamnesis anamnesis  kasus
( 2 mhs)  pasien
standar

5 menit Umpan balik Mendengarkan


memberikan umpan s.d.a
balik
10 menit Perencanaan Mendiskusikan memberikan umpan  modul
pemeriksaan DD, PF & balik  kasus
fisik & penunjang
Page 8 of 14

penunjang
2x 10 Latihan Melakukan observasi  modul
menit pemeriksaan pemeriksaan  kasus
fisik fisik (2 mhs)  pasien
standar
 manekuin
 peralatan:
1) Lampu
kepala
2) Corong
telinga
3) Otoskop
4) Aplikator
kapas
5) Garputala
6) Suction
10 menit Umpan balik Mendengarkan, memberikan umpan s.d.a
mengamati balik (dan
mendemonstrasikan
bila diperlukan)
2x 15 Latihan Melakukan memberikan umpan  modul
menit pemeriksaan pemeriksaan balik ( &  kasus
penunjang penunjang &/ mendemonstrasikan
interpretasikan bila diperlukan)
10 menit Diagnosis Mendiskusikan memberikan umpan s.d.a
rencana Dx & balik
tatalaksana tatalaksana,
Penulisan
resep
10 menit Tatalaksana Menjelaskan memberikan umpan  modul
dx, tatalaksana balik  kasus
dan  pasien
memberikan standar
edukasi (1
mhs)
5 menit evaluasi Bertanya, evaluasi,  modul
mendengarkan penutupan sesi  kasus
 pasien
standar
Page 9 of 14

V. Form Penilaian Mahasiswa


No Kompetensi 0 1 2 3 Bobo
. t
1 Anamnesis Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
tidak memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien
memfasilitasi untuk menceritakan untuk menceritakan untuk menceritakan
pasien untuk kesakitannya dengan kesakitannya dengan kesakitannya dengan
menceritakan menggali 1-3 dari 7 menggali 4-6 dari 7 menggali SELURUH
kesakitannya. pertanyaan berikut: pertanyaan berikut: pertanyaan berikut:
1. Keluhan utama 1. Keluhan utama 8. Keluhan utama
(termasuk lokasi (termasuk lokasi (termasuk lokasi
keluhan utama) keluhan utama) keluhan utama)
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Sekarang: Sekarang: Sekarang:
2. Awitan dan 2. Awitan dan 9. Awitan dan
kronologis kronologis kronologis
3. Kualitas dan 3. Kualitas dan 10. Kualitas dan
Kuantitas Kuantitas Kuantitas
4. Faktor yang 4. Faktor yang 11. Faktor yang
memperberat dan memperberat dan memperberat dan
memperingan memperingan memperingan

5. Riwayat Penyakit 5. Riwayat Penyakit 12. Riwayat Penyakit


Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk
riwayat pengobatan riwayat pengobatan riwayat pengobatan
dan alergi) dan alergi) dan alergi)
6. Riwayat Penyakit 6. Riwayat Penyakit 13. Riwayat Penyakit
Keluarga Keluarga Keluarga
7. Riwayat Sosial 7. Riwayat Sosial 14. Riwayat Sosial
Ekonomi Ekonomi Ekonomi
Page 10 of 14

2 Pemeriksaan Peserta ujian Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan 2
Fisik tidak pemeriksaan fisik sesuai cuci tangan sebelum cuci tangan sebelum
melakukan masalah klinik pasien, dan setelah dan setelah
pemeriksaan namun TIDAK pemeriksaan, pemeriksaan, DAN
fisik yang sesuai melakukan CUCI melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan
dengan masalah TANGAN sebelum dan fisik sesuai masalah fisik sesuai masalah
klinik pasien atau setelah pelakukan klinik pasien dengan klinik pasien dengan
pemeriksaan fisik menggunakan teknik menerapkan prinsip
Atau pemeriksaan yang sebagai berikut:
Peserta ujian melakukan benar tetapi TIDAK ● Menggunakan teknik
cuci tangan sebelum dan RUNUT pemeriksaan yang
setelah pemeriksaan, benar DAN
melakukan pemeriksaan ● Sistematik/runut
fisik sesuai masalah
klinik pasien dengan
menggunakan teknik
pemeriksaan yang
TIDAK BENAR

3 Menentukan Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
diagnosis dan tidak dapat menentukan diagnosis, menentukan diagnosis menentukan diagnosis
diagnosis menentukan tetapi tidak dapat dan satu diagnosis dan dua diagnosis
banding diagnosis dan menentukan diagnosis banding banding dengan tepat
diagnosis bandingnya
banding

4 Tatalaksana Peserta ujian Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih 2
Farmakoterap memilih obat obat dengan obat dengan tepat sesuai obat dengan tepat sesuai
i yang tidak tepat menerapkan beberapa seluruh prinsip berikut: seluruh prinsip berikut:
Page 11 of 14

Atau prinsip berikut: 1.


Tepat indikasi 1. Tepat indikasi
Peserta ujian 1. Tepat indikasi 2.
Tepat dosis 2. Tepat dosis
tidak dapat 2. Tepat dosis 3.
Tepat sediaan 3. Tepat sediaan
memilih obat 3. Tepat sediaan 4.
Tepat cara 4. Tepat cara
4. Tepat cara pemberian pemberian
pemberian 5. Tepat harga 5. Tepat harga
TETAPI TIDAK DAN
menuliskan resep ● menuliskan resep
dengan lengkap dan dengan lengkap dan
benar. benar.

5 Komunikasi Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian 2


dan Edukasi sama sekali menunjukkan menunjukkan menunjukkan
tidak melakukan kemampuan kemampuan kemampuan
4 prinsip berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
komunikasi menerapkan salah satu menerapkan 2-3 dari 4 menerapkan seluruh
prinsip berikut: prinsip berikut: prinsip berikut:
1. mampu membina 1. mampu membina 1. mampu membina
hubungan baik hubungan baik hubungan baik
dengan pasien dengan pasien secara dengan pasien
secara verbal non verbal non verbal secara verbal non
verbal (ramah, (ramah, terbuka, verbal (ramah,
terbuka, kontak kontak mata, salam, terbuka, kontak
mata, salam, empati empati dan mata, salam,
dan hubungan hubungan empati dan
komunikasi dua komunikasi dua hubungan
arah, respon) arah, respon) komunikasi dua
2. mampu memberikan 2. mampu memberikan arah, respon)
kesempatan pasien kesempatan pasien 2. mampu
untuk bercerita dan untuk bercerita dan memberikan
Page 12 of 14

mengarahkan cerita mengarahkan cerita kesempatan pasien


3. mampu untuk 3. mampu untuk untuk bercerita dan
melibatkan pasien melibatkan pasien mengarahkan cerita
dalam membuat dalam membuat 3. mampu untuk
keputusan klinik, keputusan klinik, melibatkan pasien
pemeriksaan klinik. pemeriksaan klinik. dalam membuat
4. mampu memberikan 4. mampu memberikan keputusan klinik,
penyuluhan yang penyuluhan yang pemeriksaan klinik.
isinya sesuai dengan isinya sesuai dengan 4. mampu
masalah pasien masalah pasien memberikan
penyuluhan yang
isinya sesuai
dengan masalah
pasien

6 Perilaku Peserta ujian Meminta izin secara Meminta izin secara Meminta izin secara 2
profesional tidak meminta lisan dan 1-2 poin lisan dan 3 poin berikut: lisan dan melakukan di
izin secara lisan berikut : 1. melakukan setiap bawah ini secara
dan sama sekali 1. melakukan setiap tindakan dengan lengkap:
tidak melakukan tindakan dengan berhati-hati dan 1. melakukan setiap
poin berikut: berhati-hati dan teliti sehingga tindakan dengan
1.melakukan teliti sehingga tidak berhati-hati dan
setiap tidak membahayakan teliti sehingga
tindakan membahayakan pasien dan diri tidak
dengan pasien dan diri sendiri membahayakan
berhati-hati sendiri 2. memperhatikan pasien dan diri
dan teliti 2. memperhatikan kenyamanan sendiri
sehingga tidak kenyamanan pasien 2. memperhatikan
membahayaka pasien 3. melakukan kenyamanan
n pasien dan 3. melakukan tindakan sesuai pasien
Page 13 of 14

diri sendiri tindakan sesuai prioritas 3. melakukan


2.memperhatika prioritas 4. menunjukan rasa tindakan sesuai
n kenyamanan 4. menunjukan rasa hormat kepada prioritas
pasien hormat kepada pasien 4. menunjukan rasa
3.melakukan pasien 5. mengetahui hormat kepada
tindakan 5. mengetahui keterbatasan pasien
sesuai prioritas keterbatasan dengan merujuk 5. mengetahui
4.menunjukan dengan merujuk atau melakukan keterbatasan
rasa hormat atau melakukan konsultasi bila dengan merujuk
kepada pasien konsultasi bila diperlukan atau melakukan
5.mengetahui diperlukan konsultasi bila
keterbatasan diperlukan
dengan
merujuk atau
melakukan
konsultasi bila
diperlukan
Page 14 of 14

VI. Referensi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Hal. 249 – 253.

Anda mungkin juga menyukai