A. PENGERTIAN
Entero – enteral atau enterocutaneous fistula adalah saluran abnomal
terjadi pada perut atau usus besar/ usus kecil dengan organ lain, bisa
terjadi pada usus yang satu dengan usus lainnya ( enteroenteral ) atau
usus dengan kulit enterocutaneous fistul).
Fistul adalah hubungan abnormal antara dua struktur tubuh baik
interna ( antara dua struktur ) atau eksterna ( antara struktur interna
dan permukaan luas tubuh).
Entero Cutaneous fistul : gastrointestinal fistul
Setiap hubungan abnormal antara dua buah permukaan atau rongga
tubuh.
B. PENYEBAB
- Akibat pembedahan
- Trauma, khususnya trauma penestrasi seperti luka bacok atau luka
tembak
- Proses inflamasi
- Infeksi
- Penyakit inflamasi usus ( penyakit Crohn )
D. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laborat
Hitung darah lengkap untuk mengkaji HMT , Kadar Hb yang biasanya
menurun serta hitung sel darah putih ( yang mungkin meningkat ). Laju
Sedimentasi biasanya akan meningkat. Kadar albumin dan protein
menurun yang menunjukkan malnutrisi
2. Pemeriksaan Rontgen
Dengan radio pague untuk mengetahui antomi fistule
Bila fistel terjadi pada colon penggunaan contras enema ( pemberian
contras di berikan melalui rektum ) lebih bermanfaat
3. CT Scan Abdomen
Untuk mengetahui peradangan atau infeksi
4. Fistulogram
Dengan memberikan cairan radio opaque disuntikan dalam fistul
enterocutaneus,kemudian di rontgen maka hasilnya akan tampak lebih
bagus
F. PENATALAKSANAAN
1. Fistul akan menutup dengan sendirinya setelah beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Tergantung keadaan kliniknya, yaitu klien
mendapatkan n tambahan nutrisi per IV , tanpa suplemen
makanan fistul akan menutup
2. Masukan diit dan cairan
Cairan oral , diit rendah residu tinggi protein tinggi kalori dan terapi
suplemen vitamin dan pengganti zat besi untuk diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Terapi obat-obatan
Obat-obatan sedatif dan antidiare atau antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltic sampai minimun untuk mengistirahatkan usus
yang terinflamasi
4. Pembedahan
Pembedahan akan dilakukan pada bagian tertentu, untuk membuka
bagian usus tertentu seandainya mengalami kesulitan penyembuhan
5. Segera periksa :
- bila anda menemukan perubahan yang signifikan pada
kebiasaan eliminasi, diare yang hebat
- Ada kebocoran dari usus atau kebocoran dari kulit setelah
pembedahan
G. PROGNOSIS
Prognosis tergantung paa penyebab dan kekomplekan fistul,
serta kondisi pasien banyak pasien mempunyai prognosis yang
bagus atau sebaliknya
H. KOMPLIKASI
Fistule bisa mengakibatkan manultrisi dan dehidrasi, tergantung
pada lokasinya di usus. Fistule juga merupakan sumber dari masalah
kulit dan infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart (2001) Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Vol 2
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
ASSUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.W . DENGAN FISTULA ENTEROCUTANEOUS
PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny W
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sedayu, Bantul, DIY
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal masuk RS : 5 Mei 2005
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2005
Sumber Informasi : Klien, Keluarga, Medical Record
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Tanggal 05 Mei 2005
- WBC : 7,4 X 10 /UL
- Ne % : 19,6 %
- Ly % : 12,3 %
- Mo % : 7,6 %
- Eo % : 0,3 %
- BA % : 0,2 %
- NE # : 5 - 9 10/UL
- LY# : 0 - 9 10/Ul
- MO # : 0 - 6 10/UL
- EO # : 0 - 0 10/UL
- BA # : 0 - 0 10/UL
Kekuatan otot : 5 5
+
5 5
9. Program Terapi
Tanggal 16 Mei 2005
- Diit TKTP
- Perawatan FEK (Fistel Enterocutaneus) pada pagi dan sore
- Infus KaEnMg3 : D105 : Amiparen = 2 : 1 : 1 = (2500cc/24 jam)
- Injeksi cefriaxone 1x 1 gr . iv
- Injeksi Remopair 2 x 30 mg im/iv
- Injeksi Gastridin 2 x 1 amp i.v
Tanggal 17 Mei 2003
- Diit TKTP
- Perawatan FEK (Fistel Enterocutaneus) pada pagi dan sore
- Infus KaEnMg3 : D10% : Amiparen = 2 : 2 : 1 = (2500cc/24 jam)
- Injeksi cefriaxone 1x 1 gr iv
- Injeksi Remopair 2 x 1amp .iv/im
- Injeksi Gastridin 2 x 1 amp. iv
- Lavemen pagi dan sore
Tanggal 18 mei 2003
- Diit TKTP + Ektra telur ( 8 – 10 butir / hari )
- Perawatan FEK (Fistel Enterocutaneus) pada pagi dan sore
- Infus KaEnMg3 : D10% : Amiparen = 2 : 1 : 1 = (2500cc/24 jam) selingi
dengan cairan asering
- Injeksi cefriaxone 1 x 1gr iv Stop
- Injeksi Remopair 2 x 30 mg iv/im Stop
- Injeksi Gastridin 2 x 1 amp iv Stop
- Aff DC
- Lavemen pagi dan sore
- Obat ganti Oral Cefdroxil 2 x 500 mg
- Cek HB
Tanggal 19 Mei 2005
- Diit TKTP + Ekstra telur
- Perawatan FEK pagi dan sore
- Infus KaEn Mg3 : D10 : Amiparen = 2 : 2 : 1 = (2500 cc/24 jam) diselingi
cairan Asering
- Cefadroxil 2 x 500mg peroral
- Lavemen pagi dan sore
- Posisi ½ duduk.
Tanggal 20 Mei 2005
- Diit TKTP + Ekstra telur
- Perawatan FEK pagi dan sore
- Infus KaEn Mg3 : D10 : Amiparen = 2 : 2 : 1 = (2500 cc/24 jam) diselingi
cairan Asering
- Cefadroxil 2 x 500mg peroral
- Lavemen pagi dan sore
- Posisi ½ duduk.
Tanggal 21 Mei 2005
- Diit TKTP + Ekstra telur
- Perawatan FEK pagi dan sore
- Infus KaEn Mg3 : D10 : Amiparen = 2 : 2 : 1 = (2500 cc/24 jam) diselingi
cairan Asering
- Cefadroxil 2 x 500mg peroral
- Lavemen pagi dan sore
- Posisi ½ duduk.
10. Pemeriksa laborat dan penunjang
Tanggal 18 Mei 2005
- WBC : 15,30 x 163 nl
- Neu : 11.87
- Lymph : 2, 10
- Mono : 1,06
- Eo : 0,25
- Baso : –
- RBC : 3,96 x 10 6 /ml
- HGB : 11,0 g/dl
- HCT : 34,8
- MCV : 37,9 fl
- MCH : 27,8 fl
- MCHC : 31,6 g/dl
- RDW SD : 45,6 (fl)
- RDW CV : 13,6 ( %)
- PLT : 149 x 163 ml
- PDW : 8,2 fl
- MPV : 9,1 fl
- P-LCR : 20,1%
ANALISA DATA
4 DS Kurang Kerusakan
Klien mengatakan selama ini pengetahuan mobilitas fisik
tidur terlentang saja, oleh tentang kegunaan
suaminya tidak boleh tidur pergerakan fisik
miring kiri atau kanan dan
tidak boleh duduk, padahal
ia juga pingin untuk miring
kiri atau kanan
DO :
- Klien tidur terlentang
ADL dibantu perawat
dan keluarga
Kekuatan otot
5 5
+
5 5
5 DS Tidak mengenal Kurang
Klien mengatakan tidak ( familiar ) dengan Pengetahuan
begitu jelas dengan sakitnya, sumber – sumber
DO informasi
Keluarganya tanya tentang
penyakit istrinya dan hasil
pemeriksaan usus yang
diperiksa dulu.
Diagnosa 2. PK : Infeksi
Tujuan : Perawat dapat meminimalkan dan mengelola komplikasi yang terjadi
dengan criteria hasil : tanda vital stabil, angka lekosit normal, tidak ada
tanda-tanda infeksi ( Rubor, dolor, kalor, tumor dan fungsiolesa)
Translate
Pilih Bahasa ▼
Top of Form
Contoh Penulisan Askep
Prosedur Melakukan Suction
Makalah dan Askep CHF (Congestive Heart Failure)
Makalah Luka Bakar
LP dan Askp Hipertermi
LP dan Askep DM (Diabetes Mellitus)
Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga
LP ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
LP dan Askep Sengatan Listrik atau Electric Shock
Contoh Askep Post Apendiktomy
LP Encephalitis
Laporan Pendahuluan Hemoroid
LP dan Askep Fistula Entero Cutaneous
Pemeriksaan GDS Pasien Cidera Kepala
LP BPH dan Pelaksanaan Bedah BPH
Indikasi dan Prosedur Hemoroidektomi
Olahraga Terapi Penderita Diabetes Mellitus
Manajemen Puskesmas Klinik Sanitasi
LP Hemaptoe dan TB Paru
LP dan Askep Herpes Zoster
Sukai ini
Contoh PenulisanLP Encephalitis
Askep
Laporan
Prosedur Pendahuluan
Melakukan Hemoroid
Suction
LP dan Askep LP dan Askep
DM (Diabetes Fistula Entero
Mellitus) Cutaneous
Makalah dan Pemeriksaan GDS
Askep CHF Pasien Cidera
(Congestive Kepala
Heart Failure)
LP BPH dan
Makalah Luka Pelaksanaan
Bakar Bedah BPH
Sekedar Perawat. Powered by Blogger.
eirichzon3
Life is a Journey...
Rabu, 15 September 2010
fistula enterkutaneus
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal atau antara
organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare, 2001).
b. Entero-enteral atau enterocutaneous adalah petikan yang abnormal kebocoran isi perut atau usus
(usus besar atau kecil) ke organ lain, biasanya bagian dari usus (entero-enteral) atau kulit
(enterocutaneous). (Lee, 2006).
c. Umbilikalis fistel atau fistel umbilikalis atau fistula vitellina adalah suatu keadaan kongenital dimana
duktus vitellinus tetap dipertahankan seluruhnya sehingga membentuk hubungan langsung antara
pusat dengan seluruh pencernaan. Dalam hal ini dapat dikeluarkan tinja melalui pusat. (Watson, dkk,
1987).
2. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum. Kadang-kadang fistula
merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses anorektal.
Fistula secara umum sering ditemukan pada penderita :
a. Penyakit Crohn
b. Tuberkulosis
c. Divertikulitis
d. Kanker
e. Cedera anus maupun rektum.
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
a. Spontaneous (15% sampai 25%)
- Radang usus buntu
- Lubang duodenal ulcers
- Radiasi
- Penyakit diverticular
- Ischemic usus
- Malignancies.
b. Postoperative (75% hingga 85%)
- Kegagalan anastomotic
- Penutupan abdominal.
- Operasi kanker
- Lysis yang adhesions
3. Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang
kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung
pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala
yang berhubungan.
4. Klasifikasi
Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung pada lokasi
organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan tehnik atau prosedur pembedahan. Kompleksitas
dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah pengeluaran.
a. Rendah: 200 ml/24 jam
b. Moderat: 200-500 ml/24 jam
c. Tinggi: 500 ml/24 jam
Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum dalam seri klasik
oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas memiliki mortality 54%, pasien dengan
moderat output meninggal dalam 30% kasus sedanglan rendah output fistulas meninggal dalam 16%
kasus. Dalam seri yang lebih baru, Levy dkk. melaporkan kematian dari 50%, 24% dan 26% di tinggi,
moderat dan rendah output fistulas, masing-masing. Kira-kira 30% semua tipe fistula akan menutup
secara spontan dalam waktu 6-7 minggu.
5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana ditemukan satu atau
lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah permukaan. Sebuah alat penguji bisa
dimasukan untuk menentukan kedalaman dan arahnya. Ujung dalamnya bisa ditentukan lokasinya
dengan melihat melalui anoskop yang dimasukkan ke dalam rectum.
6. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan. Fistulektomi (eksisi
saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah dievakuasi secara seksama dengan
enema yang diprogramkan.
Selama pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau dengan
menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan terbuka, dan
insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa.
Sebuah studi menelan kontras, di mana radio-kekusaman dye adalah ditelan oleh pasien dan diambil
foto sinar-x dan CT scan, sering menunjukkan anatomi dari hiliran. Jika hiliran melibatkan titik dua,
yang kontras enema (kontras dye diberikan melalui dubur) dapat bermanfaat.
Parcel merupakan sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka lebih luas dengan
menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan tindakan yang
dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung terakumulasi pada lokasi yang
dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain dapat menggunakan kantong ostomi.
Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi jaringan,
mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien. Sedangkan penggunaan wound
drain untuk mempertahankan keamanan drain, menampung pengeluaran, mencegah infeksi silang,
memonitor keefektifitasan drain dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan, meningkatkan
kenyamanan pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan biaya lebih efektif.
Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula terlalu banyak biasanya
lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2009).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :
a. Infeksi
b. Gangguan fungsi reproduksi
c. Gangguan dalam berkemih
d. Gangguan dalam defekasi
e. Ruptur/ perforasi organ yang terkait
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fistel enterokutaneus :
a. Kekurangan gizi
b. Dehidrasi
c. Masalah kulit
d. keracunan darah
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
2) Pantau tanda-tanda vital.
3) Ajarkan teknik nafas dalam
4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Rasional :
1) Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap pasca
operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2) Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3) Meningkatkan relaksasi,mening kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4) Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang
5) Memblok lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
2) Obeservasi penyatuan luka, adanya inflamasi
3) Pantau pernapasan, bunyi napas. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 35-45 derajat, bantu
pasien untuk membalik, batuk, dan napas dalam.
4) Observasi terhadap tanda/ gejala peritonitis, mis, demam, peningkatan nyeri, distensi abdomen.
5) Pertahankan perawatan luka aspetik. Pertahankan balutan kering.
6) Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
Rasional
1) Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.
2) Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan.
3) Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan, ketidakefektifan batuk, dan distensi
abdomen.
4) Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan, peritonitis dapat terjadi bila usus
terganggu, mis, ruptur praoperasi, kebocoran anastomosis.
5) Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak
sebagai retrograd, menyerap kontaminan eksternal.
6) Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi
Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri
Intervensi
1) Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya.
2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga.
3) Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga.
4) Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganannya.
Rasional
1) Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan
dalam hidup
2) Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.
3) Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang pembatasan
yang ditetapkan.
4) Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula, absorbsi tidak
adekuat.
Tujun : menunjukkan berat badan stabil atau penigkatakan berat badan sesuai sasaran dengan nilai
normal
Intervensi :
1) Timbang berat badan tiap hari
2) Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
3) Anjurkan istirahat sebelum makan
4) Berikan kebersihan oral
5) Catat masukan dan sintomatologi
6) Dorong pasien untuk mengatakan perasaan masalah mulai makan diet
7) Kolaborasi obat anti kolinergik sesuai indikasi
8) Kolaborasi vitamin B12 dan asam folat
Rasional :
1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keefektifan terapi.
2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi
3) Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan
4) Mulut yang bersih dapat menambah nafsu makan
5) Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan unutk memilih makanan yang diingikan,
dapat meningkatkan masukan.
6) Keragu-raguan untuk makan mungkin dikibatkan oleh takut makan akan menyebabkan eksaserasi
gejala.
7) Anti kolinergik diberikan 15 sampai 30 menit sebelum makan memberikan penghilangan keram dan
deare.
8) Malabsorbsi B12 akibat kehilangan fungsi ileum penggantiannya mengatasi depresi sum-sum
tulang karena proses inflamasi lama, kekurangan asam folat umumnya terjadi sehubungan dengan
penurunan masukan atau absorbsi
e. Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri
Tujuan : Klien dapat merawat dirinya secara bertahap
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya
2) Bantu klien dalam merawat dirinya
3) Berikan dorongan pada klien untuk melakukan perawatan mandiri secara bertahap.
4) Berikan motivasi pada keluarga agar membantu pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
Rasional :
1) Mengetahui kemampuan klien dalam merawat dirinya
2) Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
3) Memberi keyakinan pada klien bahwa ia dapat merawat diri tanpa bantuan orang lain
4) Keterlibatan keluarga membantu tercapainya tujuan serta membantu dalam mempertahankan hasil
yang telah dicapai.
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Kecemasan berkurang atau teratasi
Intervensi
1) Catat petunjuk perilaku mis, gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku
menarik perhatian.
2) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
3) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian
mendengan pasien.
4) Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
5) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
6) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
7) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis teknik mengatasi stres.
Rasional
1) Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi, juga reaksi lain.
2) Membuka hubungan terapeutik. Membantu dalam meng-indentifikasi masalah yang menyebabkan
stres.
3) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
4) Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu
menurunkan ansietas.
5) Meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
6) Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang.
7) Meningkatkan kontrol penyakit.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi
Tujuan : Klien/ keluarga menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi
1) Tentukan persepsi pasien/ keluarga tentang proses penyakit.
2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek hubungan faktor yang menimbulkan faktor pendukung.
3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
4) Tekankan pentingnya perawatan kulit, mis, teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal
yang baik.
5) Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi periodik.
Rasional
1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kebutuhan belajar individu.
2) Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan
informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit.
3) Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
4) Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.
5) Pasien dengan inflamasi beresiko untuk kanker dan evaluasi diagnostik teratur dapat diperlukan.
h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri
Tujuan : kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Intervensi :
1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi
2) Anjurkan beberapa aktifitas ringan selama siang hari jamin pasien berhenti beraktifitas beberapa
jam sebelum tidur
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional :
1) Membantu dalam mengidentifikasi intervensi yang tepat
2) Aktifitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur pada malam
hari
3) Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan kualitas tidur
4. Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini
ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik
keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi
masalah – masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit,
catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan
keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan
kesehatan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai.
Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses
keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Peter, DMD, dkk..2000. Kompleks Enterocutaneus Hiliran: Penutupan dengan Rectus
Abdominalis Muscle Flap. http://www.medscape.com/viewarticle/410567 diakses tanggal 26 Agustus
2009.
Chang, Petrus. 2000. Kompleks Enterocutaneous hiliran.
http://www.medscape.com/files/public/blank.html diakses tanggal 26 Agustus 2009
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, EGC : Jakarta
Evenson, Amy, R., MD., Josef E. Fischer, MD, Facs. 2006. Peristiwa Pengelolaan
Enterocutaneoushiliran.http://www.ptolemy.ca/members/archives/2006/Fistula/evenson 2006.pdf
diakses tanggal 26 Agustus 2009
Haryanto. 2009. Penggunaan Parcel Dressing dan Wound Drain dengan Kantong Ostomi pada
Pasien Fistel Enterocutaneus..
http://gibyantowoundostomicontinent.blogspot.com/2009/02/penggunaan-parcel-dressing-dan-
wound.html diakses tanggal 26 Agustus 2009
http://www.imeem.com/people/51vqZE_/blogs/2009/03/04/0_Ph7hDf/enterocutaneous-
fistulasurgeryenterocutaneous-fistula. diakses tanggal 26 Agustus 2009
Lee, JA, MD. 2006. Entero-enteral atau enterocutaneous hiliran.
http://www.myonlinewellness.com/topic/adam1001129 diakses tanggal 26 Agustus 2009
Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Medika Aesculapius FKUI : Jakarta
Medeiros, Aldo Cunha.,dkk. 2004. Perawatan Postoperative Enterocutaneous Fistulas oleh High-
Pressure Vacuum dengan lisan Diet Normal. http://content.karger.com/ProdukteDB/produkte.asp?
Doi=82317 diakses tanggal 26 Agustus 2009
Nining. 2008. Anak Asuhan Keperawatan dengan Fistula.
http://niningbai.wordpress.com/2008/03/11/asuhan-keperawatan-anak-dengan-fistula/ diakses tanggal
26 Agustus 2009
Price A, Sylvia., Loraiine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6
EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.,Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8. Vol. 2, EGC : Jakarta
Diposting oleh eirichzon3 di 08.56
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Onkologi
Berlangganan
Postingan
Komentar
Clock
Mengenai Saya
eirichzon3
hanya orang biasa yang ingin menjadi luar biasa...hehehehe
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
► 2011 (3)
▼ 2010 (15)
o ► Desember (4)
o ► November (3)
o ▼ September (7)
KTI Leukimia
KTI Sindrom Nefrotik
KTI Limfoma Hodkins
KTI Tumor Colon
KTI Ikterus obstruktif
KTI Tumor Paru
fistula enterkutaneus
o ► Januari (1)
Top of Form
Telusuri
Pengikut