Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa peradaban telah terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa manusia sudah
mengenal dan mengobati gangguan jiwa. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai
tengkorak yang dilubangi di Negara Peru. Diperkirakan tengkorak tersebut adalah tengkorak
seorang penderita penyakit ayan atau seorang yang menunjukan perilaku kekerasan, tindakan
tersebut diharapkan dapat mengeluarkan roh jahat yang memasuki tubuh penderita. Usaha
pengobatan untuk mengusir roh tersebut dipengaruhi oleh sistem magik-keagamaan ini dapat
dipandang sebagai usaha untuk memakai pemikiran rasional.

Di Yunani, Hippocrates ( 460 – 357 SM ), yang sekarang dianggap sebagai bapak ilmu
kedokteran membantah anggapan bahwa penyakit ayan disebabkan oleh roh atau mahkluk halus,
tetapi karena adanya gangguan pada otak. Hippocrates juga menerangkan perubahan perilaku
pada gangguan mental disebabkan oleh perubahan hormon dan cairan tubuh yang dapat
menghasilkan panas, kering dan kelembaban. ( Riya dan Purwanto, 2009 halaman 5 ).

Menurut American Nurse Association ( ANA ), keperawatan jiwa adalah area khusus dalam
praktik keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri sebagai cara terapeutik dalam meningkatkan, memepertahankan, serta
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat di mana klien berada.
Fokusnya

adalah penggunaan diri sendiri secara terapeutik, artinya perawat jiwa membutuhkan alat atau
media untuk melakukan perawatan. Alat yang digunakan selain keterampilan selain teknik dan
alat klinik, yang terpenting adalah menggunakan dirinya sendiri. Sebagai contoh gerak tubuh,
mimik wajah, bahasa, tatapan mata, pendengaran, sentuhan, nada suara, dan sebagainya.

1
Sikap ini merupakan suatu sikap yang baik terhadap diri sendiri, yaitu tidak merasakan harga diri
yang rendah, tidak memiliki pemkiran negatif tentang kondisi kesehatan diri, dan selalu optimis
terhadap kemampuan diri. ( Farida dan Yudi, 2011 halaman 2 ).

Kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya dalam berinteraksi dengan orang lain
sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan
kemampuan mental yang dimilikinya ( kognisi, afeksi, relasi ) memiliki prestasi individu serta
kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku. ( Australian Health Minister, Mental health
nursing Practice, 1996. dalam Yosep, 2011 halaman 1 ).

Kesehatan jiwa menurut Roshadi ( 1999 ) adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, terbebas dari stress yang
serius. ( dikutip Oleh Ade Herman, 2011 halaman 1 ).

Menurut WHO, masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental,
diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Permasalahan gangguan jiwa tidak hanya berpengaruh terhadap produktivitas manusia, juga
berkaitan dengan kasus bunuh diri. Temuan WHO menunjukkan, diperkirakan 873.000 orang
bunuh diri setiap tahun. Lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa
seperti Depresi, Skizofrenia, dan ketergantungan terhadap alkohol. ( Febriani, 2008 ).

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur,
bekerja sama dengan diklat keperawatan didapat data selama 6 bulan terkahir dari bulan Januari
2012 sampai dengan Juni 2012, jumlah pasien sebanyak 340 orang yang meliputi kasus :
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi sebanyak 277 orang ( 81,47 % ), Isolasi Sosial sebanyak
27 orang ( 7,94 % ), Defisit Perawatan Diri sebanayak 7 orang ( 2,05 % ), Waham sebanyak 3
orang ( 0,88 % ), Harga Diri Rendah 0 orang ( 0 % ) dan Perilaku Kekerasan sebanyak 26 orang (
7,64 % ). Dilihat dari data di atas prevalensi Isolasi Sosial sebanyak 27 orang, sehingga penulis
perlu melakukan pendekatan yang lebih dalam kepada klien dengan Isolasi Sosial.

Melihat data tersebut jika klien dengan isolasi sosial tidak diatasi akan menyebabkan munculnya
perilaku halusinasi yang diakibatkan dari perasaan tidak berharga yang dalami oleh klien yang

2
latar belakang penuh dengan permasalaahan, dapat menyebabkan klien makin sulit
mengembangkan hubungan sosial dengan orang lain dan lingkuangan, tidak memperlihatkan
kebersihan diri seperti personal hygiene dan nutrisi, aktivitas motorik kurang.

Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi : peran perawat promotif adalah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/menurunkan angka kesakitan dengan cara
memberikan penyuluhan tentang kesehatan, peran perawat preventiv adalah mengidentifikasi
prilaku khusus dan menghindari kegagalan peran, peran perawat kuratif adalah menyediakan
linkungan yang kondusif, memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik/mencegah usaha
bunuh diri melalui terapi psikoterapi dan terapi medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan
mengikutsertakan klien dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan
dan melatih keterampilan klien sehingga isolasi sosial dapat terkontrol dengan baik.

Melihat data di atas , penulis tertarik dan berminat untuk membahas kasus “ Asuhan
Keperawatan pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman wediodiningrat Lawang “.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini agar penulis memperoleh gambaran
pengalaman langsung serta mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada Tn. J
dengan isolasi sosial dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman
wediodiningrat Lawang.
b. Mampu merumuskan diagnosa pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman
wediodiningrat Lawang.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawtan pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr.
Radjiman wediodiningrat Lawang.
d. Mampu melaksanakn tindakan keperawatan pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr.
Radjiman wediodiningrat Lawang.

3
e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman
wediodiningrat Lawang.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus yang terdapat
di ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman wediodiningrat Lawang.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mencari
solusinya di ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman wediodiningrat Lawang.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan Tn. J di Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman
wediodiningrat Lawang

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah “ Asuhan Keperawatan pada Tn. J di
Ruang Kemuning RSJ dr. Radjiman wediodiningrat Lawang. “ Selama 7 hari,yang dimulai pada
tanggal 10 oktober sampai dengan tanggal 15 oktober 2016.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dan metode kepustakaan. Metode
deskriptif pendekatan yang digunakan yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data,
menganalisa data serta menarik kesimpulan, dan studi kasus. Dalam penulisan ilmiah ini, data
didapat dengan cara : studi kepustakaan, yaitu penulis menggunakan beberapa buku sebagai
referensi dalam penysunan makalah ilmiah ini, mengadakan observasi dan wawancara dengan
Tn. J serta perawat ruangan, studi kasus, yaitu dengan penerapan Asuhan Keperawatan serta
langsung pada kasus dengan masalah Isolasi Sosial, dan studi dokumentasi, yaitu mempelajari
data-data klien dari rekam medik. Dan selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi yang akan
menjadi bahan pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai