Disusun Oleh:
1. Risky Agustina
2. M. Risky Hidayat
3. Fanny Violita
4. Haris Munandar
5. Susi
6. Jaiz Fauzirahman
7. Rahmadani
B. Rumusan masalah
Seperti yang disinggung di latar belakang, kita dapat rumuskan:
1. Apa penyebab trauma mata?
2. Bagaimana trauma pada mata dapat terjadi?
3. Penanganan pada pasien dengan trauma pada mata?
C. Tujuan penulisan
Dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini.
1. Menjelaskan definisi, etiologi, serta patofisiologi trauma mata
2. Memberikan pengetahuan tentang trauma pada mata
3. Memberikan diagnose keperawatan yang biasa pada pasien dengan trauma pada
mata
D. Manfaat penulisan
Manfaat yang akan didapat dengan makalah ini.
1. Menambah wawasan baru tentang trauma mata
2. Mengedukasi cara penangan-penanganan pasien dengan trauma mata.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan khusus untuk perawat maupun mahasiswa
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk
ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari
:
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan
konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi
jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola
mata.
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini
diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di
dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh
darah
3) Bola mata
B. DEFINISI
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma
mata.
1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan
pertukangan.
3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,
terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan
angin, dan peluru karet.
Khemis
1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,
lem (perekat).
2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.
Fisis
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
C. ETIOLOGI
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma.
3. Bilikmata dangkal
6. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau retina
7. Kunjungtiva kemotis
E. PHATOFISIOLOGI
Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.
Trauma tembus bola mata bisa mengenai :
1) Palpebra
2) Saluran Lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.
3) Congjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva
4) Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan
kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan
bola mata, bola mata menjadi injury.
5) Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,
korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus
6) Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya
refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.
7) Iris
Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir
letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris tempat iridodialisis.
8) Pupil
Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil
menjadi midriasis
9) Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca,
hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri
oblaina retina.
A. KOMPLIKASI
a) Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut
kamera okuli anterior.
b) Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.
B. MANIFESTASI KLINIS
Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada
kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan: Kompres
dingin 3 kali sehari.
Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit
menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu
menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol
Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini
merupakan suatu keadaan yang serius. Pembagian hifema:
a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi
visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler. Penanganan: Istirahat, dan apabila
karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya
operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat
limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.
Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis. Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis
maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.
Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di
sebut dengan pseudopupil. Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-
apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.
Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan. Penanganan secara konservatif adalah
dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.
Glaukoma
Disebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di
sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.
Ruptura sklera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.
Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan
operasi.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,
dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,
retina.
Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.
SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.
D. PENATALAKSANAAN
Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka
secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim
kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Sebaiknya dipastikan apakah ada benda
asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus
bola mata selamanya diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan
untuk kegiatan pembdahan. Pasien juga diberi antitetanus provilaksis, dan kalau perlu
penenang. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata.
Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan dan segera dikirim ke
dokter mata. Benda asing yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan dengan mengunakan
magnet raksasa. Benda yang tidak magnetic dikeluarkan dengan vitrektomi. Penyulit yang
dapat timbul karena terdapatnya benda asing intraokular adalah indoftalmitis,
panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi
(dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).
Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.
Pemeriksaan penunjang
Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai
untuk retina.
Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri
cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat
trauma.
Kolaborasi
dengan dokter
dengan
pemberian
antibiotika dan
steroid..
3. Gangguan Tentukan
Hasil yang diharapkan ketajaman
Sensori
/ kriteria evaluasi – penglihatan,
Perseptual :
pasien akan : catat apakah
Penglihatan
satu atau kedua
b/d mata terlibat.
Meningkatkan
gangguan ketajaman penglihatan Orientasikan
penerimaan dalam batas situasi pasien terhadap
sensori / individu. lingkungan, staf,
status organ orang lain di
indera. Mengenal gangguan areanya.
sensori dan Observasi tanda
Lingkungan
berkompensasi – tanda dan
secara gejala-gejala
terhadap perubahan.
terapetik disorientasi:
dibatasi. Mengidentifikasi / pertahankan
memperbaiki potensial pagar tempat
bahaya dalam tidur sampai
lingkungan. benar-benar
sembuh dari
anestasia.
Pendekatan dari
sisi yang tak
dioperasi, bicara
dan menyentuh
sering, dorong
orang tedekat
tinggal dengan
pasien.
Perhatikan
tentang suram
atau penglihatan
kabur dan iritasi
mata dimanan
dapat terjadi
bila
menggunakan
tetes mata.