Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KMB I

TRAUMA PADA MATA

Disusun Oleh:
1. Risky Agustina
2. M. Risky Hidayat
3. Fanny Violita
4. Haris Munandar
5. Susi
6. Jaiz Fauzirahman
7. Rahmadani

DINAS KESEHATAN PEMKAB KOTAWARINGIN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTAWARINGIN TIMUR

Jalan batu berlian no. 11 Sampit kode pos: 74322


Bab I
Pendahuluan

A. Latar belakang masalah


Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak-
anak dan orang Dewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering terjadi
(50%) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA). Meskipun mata telah mendapat
perlindungan dari rongga orbita, rima orbita, alis, tulang pipi dan Hidung, lemak orbita,
reflex mengedip, bulu mata, sekresi kelenjar kelopak mata dan konjungtiva, Juga dengan
telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekwensi Kecelakaan
masih tinggi. Terlebih - lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, Kecelakaan
akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu Lintas,
kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian,
Yang juga mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat main
Panahan, ketepel, senapan angin atau akibat lemparan, tusukan dari gagang mainan.
Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan
karena Kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.

B. Rumusan masalah
Seperti yang disinggung di latar belakang, kita dapat rumuskan:
1. Apa penyebab trauma mata?
2. Bagaimana trauma pada mata dapat terjadi?
3. Penanganan pada pasien dengan trauma pada mata?

C. Tujuan penulisan
Dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini.
1. Menjelaskan definisi, etiologi, serta patofisiologi trauma mata
2. Memberikan pengetahuan tentang trauma pada mata
3. Memberikan diagnose keperawatan yang biasa pada pasien dengan trauma pada
mata
D. Manfaat penulisan
Manfaat yang akan didapat dengan makalah ini.
1. Menambah wawasan baru tentang trauma mata
2. Mengedukasi cara penangan-penanganan pasien dengan trauma mata.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan khusus untuk perawat maupun mahasiswa
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk
ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari
:

1) Palpebra

Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan
konjungtiva.

Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi
jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola
mata.

2) Rongga mata

Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini
diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di
dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh
darah

Gambar Anatomi Mata

3) Bola mata

Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:

Otot-otot penggerak bola mata


Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai
dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-
masing

4) Sistem kelenjar bola mata

Terbagi menjadi dua bagian:

Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata


Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam
rongga hidung

B. DEFINISI

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.
Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi.
Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan
bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma
mata.

Macam-macam bentuk trauma:

Fisik atau Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka
tutup botol tidak dengan alat, ketapel.
2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan
pertukangan.
3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam,
terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan
angin, dan peluru karet.

Khemis

1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,
lem (perekat).
2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

Fisis

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi
C. ETIOLOGI

Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma.

Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya


benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun
dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari
tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan
tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan
sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput
jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan
kebutaan menetap.
Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada
trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan
penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena
dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.
Trauma Mekanik

1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan


kromatolisis sel.
2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga
aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah
maka terjadi edema.
3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera
dan sebagainya.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Tajam penglihatan yang menurun

2. Tekanan bola mata rndah

3. Bilikmata dangkal

4. Bentuk dan letak pupil berubah

5. Terlihat adanya ruptur pada corneaatau sclera

6. Terdapat jaringan yang prolapsseperti caiaran mata iris,lensa,badan kaca atau retina

7. Kunjungtiva kemotis
E. PHATOFISIOLOGI

Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang terdalam.
Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

1) Palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat


menyebabkan suatu ptosis yang permanen

2) Saluran Lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

3) Congjungtiva

Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva

4) Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan
kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan
bola mata, bola mata menjadi injury.

5) Kornea

Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps,
korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus

6) Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya
refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.

7) Iris

Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir
letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada
dasar iris tempat iridodialisis.

8) Pupil

Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil
menjadi midriasis
9) Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca,
hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri
oblaina retina.

A. KOMPLIKASI

a) Galukoma sekunder, di sebabkan oleh adanya penyumbatan oleh darah pada sudut
kamera okuli anterior.

b) Imhibisi kornea, yaitu masuknya darah yang terurai ke dalam lamel-lamel kornea,
sehingga kornea menjadi berwarna kuning tengguli dan visus sangat menurun.

B. MANIFESTASI KLINIS
Hematoma palpebra
Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada
kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan: Kompres
dingin 3 kali sehari.

Ruptura kornea
Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.
Ruptura membran descement
Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang
sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit
menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu
menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol

Hifema
Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini
merupakan suatu keadaan yang serius. Pembagian hifema:
a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan mempengaruhi
visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler. Penanganan: Istirahat, dan apabila
karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya
operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat
limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.

Iridoparese-iridoplegia
Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis. Penanganan:
Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis
maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

Iridodialisis
Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di
sebut dengan pseudopupil. Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-
apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

Irideremia
Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan. Penanganan secara konservatif adalah
dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau.

Subluksasio lentis- luksasio lentis


Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan
menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila terjadi
gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di
lakukan secara konservatif.

Hemoragia pada korpus vitreum


Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat eritrosit pada
korpus siliare, visus akan sangat menurun.

Glaukoma
Disebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di
sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour.
Penanganan di lakukan secara operatif.

Ruptura sklera
Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif segera.

Ruptura retina
Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus di lakukan
operasi.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa,
terutama bila ada benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya,
dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,
retina.

Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT)


Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat “scanning” dari organ
tersebut.

Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata
(normal 12-25 mmHg).
Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,
papiledema, retina hemoragi.
Pemeriksaan Laboratorium, seperti :.
SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder.

Pemeriksaan kultur. Untuk mengetahui jenis kumannya.


g. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan tonografi,
maupun funduskopi (Ilyas, S., 2000)

D. PENATALAKSANAAN
Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka
secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim
kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Sebaiknya dipastikan apakah ada benda
asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus
bola mata selamanya diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan
untuk kegiatan pembdahan. Pasien juga diberi antitetanus provilaksis, dan kalau perlu
penenang. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata.
Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan dan segera dikirim ke
dokter mata. Benda asing yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan dengan mengunakan
magnet raksasa. Benda yang tidak magnetic dikeluarkan dengan vitrektomi. Penyulit yang
dapat timbul karena terdapatnya benda asing intraokular adalah indoftalmitis,
panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi.
E. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Aktivitas dan istirahat


Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan adanya penurunan daya/
kemampuan penglihatan.

Makan dan minum


Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler.

Neurosensori
Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi
(dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan).

Pandangan kabur, halo, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan.

Peningkatan pengeluaran air mata.

Nyeri dan kenyamanan


Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata.

Tiba-toba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala.

Keamanan
Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.

Pemeriksaan penunjang
Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai
untuk retina.

Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri
cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat
trauma.

2. DIAGNOSA, INTERVENSI, RASIONALISASI

No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI

1. Nyeri akut Nyeri berkurang atau Lakukan Tindakan


tindakan penghilangan
berhubungan hilang. penghilangan nyeri yang non
dengan nyeri yang non invasif dan
imflamasi Kriteria hasil : Klien invasif dan non nonfarmakologi
farmakologi, memungkinkan
pada kornea akan :
seperti berikut klien untuk
atau memperoleh
Melaporkan
peningkatan penurunan nyeri 1. Posisi : rasa kontrol
tekanan progresif dan Tinggikan terhadap nyeri.
intraokular. penghilangan bagian kepala
nyeri setelah tempat tidur, Klien
intervensi. berubah-ubah kebanyakan
Klien tidak antara mempunyai
gelisah. berbaring pada pengetahuan
punggung dan yang mendalam
pada sisi yang tentang
tidak sakit. nyerinya dan
2. Distraksi tindakan
3. Latihan penghilangan
relaksasi nyeri yang
efektif.
Bantu klien
dalam Untuk beberapa
mengidentifikasi klien terapi
tindakan farmakologi
penghilangan diperlukan
nyeri yang untuk
efektif. memberikan
penghilangan
Berikan nyeri yang
dukungan efektif.
tindakan Tanda ini
penghilangan menunjukkan
nyeri dengan peningkatan
analgesik yang tekanan
diresepkan. intraokular atau
komplikasi lain.
Beritahu dokter
jika nyeri tidak
hilang setelah
1/2 jam
pemberian obat,
jika nyeri
bertambah.
2. Risiko tinggi Tidak terjadi infeksi. Tingkatkan Nutrisi dan
infeksi penyembuhan hidrasi yang
berhubungan Kriteria hasil : Klien luka : optimal
akan : meningkatkan
dengan
1. Berikan kesehatan
peningkatan dorongan untuk secara
Menunjukkan
kerentanan penyembuhan mengikuti diet keseluruhan,
sekunder tanpa gejala yang seimbang yang
terhadap infeksi. dan asupan meningkatkan
interupsi Nilai cairan yang penyembuhan
permukaan Labotratorium : adekuat. luka
SDP normal, 2. Instruksikan pembedahan.
tubuh.
kultur negatif. klien untuk Memakai
tetap menutup pelindung mata
mata sampai meningkatkan
diberitahukan penyembuhan
untuk dilepas. dengan
menurunkan
Gunakan tehnik kekuatan iritasi.
aseptik untuk
meneteskan Tehnik aseptik
tetes mata : meminimalkan
masuknya
Cuci tangan sebelum mikroorganisme
memulai. dan mengurangi
risiko infeksi.
1. Pegang alat
penetes agak Drainase
jauh dari mata. abnormal
2. Ketika memerlukan
meneteskan, evaluasi medis
hindari kontak dan
antara mata, kemungkinan
tetesan dan alat memulai
penetes. penanganan
3. Ajarkan tehnik farmakologi.
ini kepada klien Mengurangi
dan anggota reaksi radang,
keluarganya. dengan steroid
dan
Beritahu dokter menghalangi
tentang semua hidupnya
drainase yang bakteri, dengan
terlihat antibiotika.
mencurigakan.

Kolaborasi
dengan dokter
dengan
pemberian
antibiotika dan
steroid..

3. Gangguan Tentukan
Hasil yang diharapkan ketajaman
Sensori
/ kriteria evaluasi – penglihatan,
Perseptual :
pasien akan : catat apakah
Penglihatan
satu atau kedua
b/d mata terlibat.
Meningkatkan
gangguan ketajaman penglihatan Orientasikan
penerimaan dalam batas situasi pasien terhadap
sensori / individu. lingkungan, staf,
status organ orang lain di
indera. Mengenal gangguan areanya.
sensori dan Observasi tanda
Lingkungan
berkompensasi – tanda dan
secara gejala-gejala
terhadap perubahan.
terapetik disorientasi:
dibatasi. Mengidentifikasi / pertahankan
memperbaiki potensial pagar tempat
bahaya dalam tidur sampai
lingkungan. benar-benar
sembuh dari
anestasia.
Pendekatan dari
sisi yang tak
dioperasi, bicara
dan menyentuh
sering, dorong
orang tedekat
tinggal dengan
pasien.

Perhatikan
tentang suram
atau penglihatan
kabur dan iritasi
mata dimanan
dapat terjadi
bila
menggunakan
tetes mata.

4. Kurangnya Tujuan: Jelaskan kembali


pengetahuan tentang keadaan
(perawatan) Pasien dan keluarga pasien, rencana
memiliki pengetahuan perawatan dan
berhubungan
yang memadai tentang prosedur
dengan tindakan yang
perawatan.
keterbatasab akan di lakukan.
informasi. Jelaskan pada
pasien agar
tidak
menggunakan
obat tets mata
secara
senbarangan.
Anjurkan pada
pasien gara
tidak membaca
terlebih dahulu,
“mengedan”,
“buang ingus”,
bersin atau
merokok.
Anjurkan pada
pasien untuk
tidur dengan
meunggunakan
punggung,
mengtur cahaya
lampu tidur.
Observasi
kemampuan
pasien dalam
melakukan
tindakan sesuai
dengan anjuran
petugas

Anda mungkin juga menyukai