PENDIDIKAN PANCASILA
(PENGARUH KDRT TERHADAP SIKAP ANAK BERDASARKAN
UU NO 17 TAHUN 2016)
KELOMPOK 2 :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kekerasan terhadap anak ternyata masih terus terjadi. Setiap hari
ratusan ribu bahkan jutaan anak Indonesia mencari nafkah di terik matahari, di
kedinginan malam, atau di tempat-tempat yang berbahaya,ada anak yang disiksa
orangtuanya atau orang yang memeliharanya. Setiap malam, di antara
gelandangan ada saja gadis-gadis kecil yang diperkosa preman jalanan, Setiap
menit ada saja anak yang ditelantarkan orangtuanya karena kesibukan karier,
kemiskinan, atau sekedar egoisme. Mereka tidak masuk koran karena mereka
tidak mati tiba-tiba. Umumnya mereka mati perlahan-lahan. Mereka tidak
muncul dalam media karena perlakuan kejam yang mereka terima tidak
dilaporkan polisi.
Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih sering terjadi.
Data laporan K3JHAM selama tahun 2000 di Kota Semarang terjadi 29 kasus
perkosaan yang terpublikasi, jumlah tersebut terbesar terjadi di antara 29
kabupaten/kota di Jawa Tengah yang terlaporkan perempuan. Kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang terpublikasi 26 kasus. Demikian juga kasus kekerasan
terhadap anak secara kualitatif dilaporkan oleh Unicef sering terjadi di Kota
Semarang baik di rumah, di sekolah maupun di komunitas.
(www.semarang.go.id edisi Kamis, 06 Juli 2006).
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan secara sengaja kekuatan
fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang
lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau
kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis,
pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. (Kusworo, Danu. 2006 : 1).
Penggunaan kata kekuasaan di dalam definisi kekerasan bertujuan
untuk memperluas pemahaman tentang kekerasan dan memperluas pemahaman
konvensional tentang kekerasan dengan memasukkan juga tindakan-tindakan
kekerasan yang merupakan hasil dari relasi kekuasaan, termasuk di dalam
ancaman dan intimidasi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
membahas masalah “kekerasan pada anak”.
2
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Gambaran umum kekerasan terhadap anak
2. Pengertian tentang anak
3. Kekerasan terhadap anak
4. Kekerasan seksual
5. Hukum perlindungan anak
C. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak.
2. Mengidentifikasikan pengertian tentang anak.
3. Mengidentifikasikan kekerasan terhadap anak.
4. Mengidentifikasikan kekerasan seksual.
5. Mengetahui hukum perlindungan anak.
D. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak
2. Untuk Memahami pengertian tentang anak
3. Untuk Memahami kekerasan terhadap anak.
4. Untuk Mengetahui kekerasan seksual
5. Untuk Mengetahui perlindungan anak
E. MANFAAT MAKALAH
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kekerasan terhadap anak
dan permasalahannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Luhulima Achie Sudarti, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan
dan Alternatif Pemecahannya (Alumni,Jakarta,2000).Hal 11,12
4
fisik, psikologis, dan atau seksual. Dan dapat dikatakan bahwa semua bentuk
kekerasan memiliki dampak psikologis pada anak, suatu dampak mungkin tidak
langsung keliatan dan memerlukan penelaahan teliti.
2
Komnas Ham, Anak-anak Indonesia yang Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi VII/Tahun IV/1-30
November 2006
5
3. Pengertian anak dari aspek ekonomi
Dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan anak oleh orang tuanya demi
menciptakan kesejahteraan bagi anak tersebut, kesejahteraan anak dapat
diperoleh oleh faktor-faktor internal anak itu sendiri maupun dari ekternal
keluarga anak yang bersangkutan. Anak dalam aspek ekonomi ini berkaitan
dengan kegiatan eksploitasi anak dan perdagangan manusia.
4. Pengertian anak dari aspek hukum
Pengertian anak dalam kedudukan hukum yaitu anak dipandang sebagai
subyek hukum.
3
I. Marshana Windu, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johsn Galtung, (Yogyakarta :Kanisius,
1992, hal.63.)
4
Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hal 30
5
Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas Indonesia,1997),
hal.7
6
2. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan pada anak
Bentuk-bentuk kekerasan pada anak antara lain :
a. Penganiayaan fisik : menyakiti dan melukai anak atau membunuhnya.
Termasuk diantaranya : dipukul, dibakar, digigit, juga diracun, diberi
obat yang salah, ditenggelamkan.
b. Penganiayaan seksual: ketika anak-anak, laki-laki maupun perempuan,
dianiaya secara seksual oleh orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan
seksual mereka sendiri. Hal ini dapat berupa hubungan kelamin
(penetrasi), masturbasi (seks oral,hubungan seksual anal, dan
mengekspos anak untuk keperluan pornografi).
c. Penelantaran anak : ketika orang tua tidak memenuhi kebutuhan dasar
anak seperti makanan, pakaian, pengobatan, juga meninggalkan anak
yang masih kecil sendirian dirumah. Orang tua yang menolak atau tidak
memberi cinta dan kasih sayang dikatakan penelantaran emosional.
d. Penganiayaan emosional : ketika anak kurang mendapat cinta dan kasih
sayang, sering diancam dan dicela sehingga anak kehilangan percaya diri
dan harga diri.6
6
Ibid, hal 52
7
lainnya), di lembaga-lembaga pendidikan, dalam bentuk publikasi atau
produk dan praktek ekonomis yang meluas distribusinya (misalnya
ponografi, perdagangan perempuan dan lainnya) maupun bentu-bentuk
lain.
c. Kekerasan yang dilakukan oleh atau dalam lingkup negara meliputi
kekerasan secraa fisik, seksual, dan atau psikologis yang dilakukan,
dibenarkan, atau didiamkan, dibiarkan terjadi oleh negara dimana pun
terjadinya, termasuk pelanggaran hak asasi perempuan dalam
pertentangan antar kelompok, dalam situasi konflik senjata, berkaitan
dengan antara lain pembunuhan, perkosaan, perbudakan seksual dan
kehamilan paksa.7
D. KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual terhadap anak merupakan semua bentuk perlakuan
yang merendahkan martabat anak dan menimbulkan trauma yang
berkepanjangan. Bentuk perlakuan tersebut adalah digerayangi, diperkosa,
dicabuli dan digauli. Adapun kekerasan yang ditonjolkan merupakan
pembuktian bahwa pelaku memiliki kekuatan fisik lebih. Kekuatan lain yang
dimiliki selain kekuatan fisik yang dijadikan alat untuk memperlancar usaha-
usaha jahatnya.
7
Ibid , hal 3-4
8
Purnianti dan Rita Serena Kalibonso, op.cit,hal.54
8
Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu
juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu
(Pasal 8 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004).
1. Perkosaan
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto :
“Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang
lelaki terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan
atau hukum yang berlaku melanggar”.
2. Jenis-Jenis Perkosaan
Perkosaan dapat digolongkan sebagai berikut :Forcible rape (pasal 285
KUHP). Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
a. Statutory rape : perkosaan terhadap anak perempuan di bawah umur (<14
tahun) orang gila, imbisil / lemah akal mental (unable person)
b. Exploitation Rape : Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap
kesempatan melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki
dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi
perempuan yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial.
Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau pembantu rumah
tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak
mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang
berwajib.
c. Victim Precipitated Rape Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung)
dengan menempatkan korban sebagai pencetusnya.
d. Sadistic rape : perkosaan yang disertai agresi / serangan beerapa
kekejaman tindakan-tindakan merusak.
e. Anger Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas
yang menjadi sarana untuk menyatakan dan melampiaskan rasa geram
dan marah yang tertahan. Tubuh korban disini seakanakan merupakan
9
obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan kekecewaan hidupnya.
f. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku
mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban.
Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun
tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
g. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang
merangsang yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban
memutuskan bahwa keintiman personal harus dibatasi tidak sampai
sejauh persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai keyakinan
membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak mempunyai perasaan
bersalah yang menyangkut seks
h. Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan
agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah
nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya,
melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan
tubuh korban.
10
menjadi pusat perhatian. Meskipun pelecehan seksual terhadap anak tidak
memperlihatkan bukti yang jelas.
Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan tampak pada anak dan
terlihat terus-menerus dalam jangka waktu panjang,Tanda dan indikasi
pelecehan seksual antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi
kencing, penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas
bisa merupakan indikasi seks oral
Remaja Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak
diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai
kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini,
melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa.
Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada
siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan kelakuan
yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol),
menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat.
Anak usia prasekolah Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol,
hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit
perut, sembelit. Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang
tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual.
Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara
seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual terang-terangan
pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan
rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah seksual. Anak usia sekolah
Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar,
seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan
teman terganggu, tidak percaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri,
sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka disentuh, serta
menghindari hal-hal sekitar buka pakaian.
11
5. Dampak Perkosaan Bagi Korban Pemerkosaan
a. Dampak fisik
1) Nafsu makan menurun drastis
2) Sakit asma
3) Sakit kepala
4) Sulit tidur
5) Sakit didaerah perut / kemaluan
6) Bengkak disekujur tubuh / tubuh yang terluka
7) Sulit buang air besar / kecil
8) Mungkin akan mandul
9) Tertular PMS, HIV-AIDS
10) Infeksi pada alat reproduksi
b. Dampak Mental / Emosional
1) Stres berat- ketakutan, depresi, phobia
2) Merasa : hina, bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri, tidak
berdaya
3) Curiga pada orang lain
4) Takut hamil
5) Goncangan jiwa yang berat
6) Dorongan untuk bunuh diri
c. Dampak Pada Kehidupan Pribadi dan Sosial
1) Ditinggalkan teman dekat
2) Hubungan dengan suami / pasangan memburuk atau pecah cerai
12
3) Tidak lagi bergairah untuk bercinta
4) Takut atau tidak bisa jatuh cinta
5) Sulit membina hubungan dengan pria lain
6) Menghindari setiap pria
7) Sulit untuk percaya orang lain dan sungguh-sungguh mencintai :
pernah dan merasa dikhianati
13
juga merasa sakit pada tubuhnya. Sebaliknya paada korban lain yang
memiliki intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya.
d. Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran
diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat
ketidakberdayaan dan merassa berbeda dengan orang lain, dan beberapa
korban marah pada tubuhnya akibat penganiayaan yang dialami. Korban
lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman alkohol untuk
menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya. Atau berusaha
menghindari memori kejadian tersebut (Gelinas, Kinzl dan Biebl dalam
Tower, 2002)
14
E. HUKUM PERLINDUNGAN ANAK (UU NO.17 TAHUN 2016)
a. bahwa negara menjamin hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa kekerasan seksual terhadap anak dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan mengancam peran strategis anak sebagai generasi
penerus masa depan bangsa dan negara, sehingga perlu memperberat
sanksi pidana dan memberikan tindakan terhadap pelaku kekerasan
seksual terhadap anak dengan mengubah Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pada tanggal 25 Mei 2016;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-
Undang.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak,
yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi,
seksual, finansial, spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah
dimensi mencakup: fisik (memukul, menampar, mencekik, menendang,
melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan
kosong atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak,
menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit,
dan memata-mati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut
termasuk yang diarahkan kepada orang-orng dekat korban, misalnya
keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain-lain.
Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat
serius dan berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa
pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Seorang anak yang mengalami
kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia maka ia akan mengalami
cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya.
Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa
depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa.
Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga
tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial atau tujuan tertentu
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kelompok meminta kritk dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ibid, hal 52
17