Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
(PENGARUH KDRT TERHADAP SIKAP ANAK BERDASARKAN
UU NO 17 TAHUN 2016)

KELOMPOK 2 :

FARAH KHAIRUL ANNISA (KETUA) 1822201020


M. YASIR NASUTION 1822201006
MUHAMMAD RIDHO 1822201061
SETYO EKA PUTRA 1822201066
FAJAR FAKHRURAZI 1822201021
BAYU BASTANTA TARIGAN 1822201049
DAUD AL RASYID 1822201010
M. SIDDIK 1822201043

UNIVERSITAS LANCANG KUNING


TA. 2018 / 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kekerasan terhadap anak ternyata masih terus terjadi. Setiap hari
ratusan ribu bahkan jutaan anak Indonesia mencari nafkah di terik matahari, di
kedinginan malam, atau di tempat-tempat yang berbahaya,ada anak yang disiksa
orangtuanya atau orang yang memeliharanya. Setiap malam, di antara
gelandangan ada saja gadis-gadis kecil yang diperkosa preman jalanan, Setiap
menit ada saja anak yang ditelantarkan orangtuanya karena kesibukan karier,
kemiskinan, atau sekedar egoisme. Mereka tidak masuk koran karena mereka
tidak mati tiba-tiba. Umumnya mereka mati perlahan-lahan. Mereka tidak
muncul dalam media karena perlakuan kejam yang mereka terima tidak
dilaporkan polisi.
Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih sering terjadi.
Data laporan K3JHAM selama tahun 2000 di Kota Semarang terjadi 29 kasus
perkosaan yang terpublikasi, jumlah tersebut terbesar terjadi di antara 29
kabupaten/kota di Jawa Tengah yang terlaporkan perempuan. Kasus kekerasan
dalam rumah tangga yang terpublikasi 26 kasus. Demikian juga kasus kekerasan
terhadap anak secara kualitatif dilaporkan oleh Unicef sering terjadi di Kota
Semarang baik di rumah, di sekolah maupun di komunitas.
(www.semarang.go.id edisi Kamis, 06 Juli 2006).
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan secara sengaja kekuatan
fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang
lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau
kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis,
pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. (Kusworo, Danu. 2006 : 1).
Penggunaan kata kekuasaan di dalam definisi kekerasan bertujuan
untuk memperluas pemahaman tentang kekerasan dan memperluas pemahaman
konvensional tentang kekerasan dengan memasukkan juga tindakan-tindakan
kekerasan yang merupakan hasil dari relasi kekuasaan, termasuk di dalam
ancaman dan intimidasi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
membahas masalah “kekerasan pada anak”.

2
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Gambaran umum kekerasan terhadap anak
2. Pengertian tentang anak
3. Kekerasan terhadap anak
4. Kekerasan seksual
5. Hukum perlindungan anak

C. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak.
2. Mengidentifikasikan pengertian tentang anak.
3. Mengidentifikasikan kekerasan terhadap anak.
4. Mengidentifikasikan kekerasan seksual.
5. Mengetahui hukum perlindungan anak.

D. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak
2. Untuk Memahami pengertian tentang anak
3. Untuk Memahami kekerasan terhadap anak.
4. Untuk Mengetahui kekerasan seksual
5. Untuk Mengetahui perlindungan anak

E. MANFAAT MAKALAH
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kekerasan terhadap anak
dan permasalahannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KEKERASAN TERHADAP ANAK


Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak,
yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi,
seksual, finansial, spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah
dimensi mencakup: fisik (memukul, menampar, mencekik, menendang,
melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong
atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak, menyumpah,
mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit, dan memata-
mati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang
diarahkan kepada orang-orng dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami,
teman dekat, dan lain-lain.1
Kekerasan seksual melakukan tindakan yang mengarah ajakan atau
desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium, atau melakukan
tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban, ucapan-ucapan yang
merendahkan dan melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin atau
seks korban, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dengan
kekerasan fisik maupun tidak memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual
yang tidak disukai, merendahkan, menyakiti, atau melukai korban (dengan
dampak sosial yang sangat luas bagi anak pada umumnya).
Kekerasan finansial mengambil uang korban, menahan atau tidak
memberikan pemenuhan kebutuhan finansial korban, mengendalikan dan
mengawasi pengeluaran uang sekecil-kecilnya, semuanya dengan maksud untuk
dapat mengendalikan tindakan korban.
Kekerasan spiritual merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa
korban untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, memaksa korban
melakukan ritual dan keyakinan tertentu.
Pembagian diatas dilakukan hanya untuk kepentingan memudahkan
pembahasan dalam kenyataan, kekerasan terhadap anak lebih sering
menujukkan bentuk gabungan dari dimensi-dimensi yang ada, baik itu dimensi

1
Luhulima Achie Sudarti, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan
dan Alternatif Pemecahannya (Alumni,Jakarta,2000).Hal 11,12

4
fisik, psikologis, dan atau seksual. Dan dapat dikatakan bahwa semua bentuk
kekerasan memiliki dampak psikologis pada anak, suatu dampak mungkin tidak
langsung keliatan dan memerlukan penelaahan teliti.

B. PENGERTIAN TENTANG ANAK


Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan
nasional karena itu perlu pembinaan dan pengembangannya dimulai sedini
mungkin agar dapat berpartisipassi secaara optimal bagi pembangunan bangsa
dan negara. Bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-
cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan ekstensi bangsa dan negar pada masa
depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka
ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, ber-akhlak mulia,
perlu dilakukan upaya perlindungan serta untukmewujudkan kesejahteraan anak
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya
perlakuan tanpa diskriminasi.2
Banyaknya pengertian tentang anak sehingga bisa dilihat dari
bermacam-macam aspek yang ada sekarang ini seperti :
1. Pengertian anak dari aspek religius atau agama.
Anak anugrah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga orang tua yang
telah dianugrahi seorang anak oleh tuhan bertugas dan bertanggung jawab
untuk mengasuh, membina, dan mendidik anak agar menjadi manusia yang
seutuhnya.
2. Pengertian anak dari aspek sosiologis
Pengertian anak dari dalam makna sosial ini lebih mengarah pada
perlindungan anak secara kodrati karena keterbatasan yang dimilikinya
sebagai seorang anak. Anak tidak mungkin diharapkan untuk waktu yang
relatif singkat , tahu dan mengerti bagaimana ia harus bertingkah laku,
bersikap, dan hidup bermasyarakat dengan orang lain dalm lingkungannya

2
Komnas Ham, Anak-anak Indonesia yang Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi VII/Tahun IV/1-30
November 2006

5
3. Pengertian anak dari aspek ekonomi
Dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan anak oleh orang tuanya demi
menciptakan kesejahteraan bagi anak tersebut, kesejahteraan anak dapat
diperoleh oleh faktor-faktor internal anak itu sendiri maupun dari ekternal
keluarga anak yang bersangkutan. Anak dalam aspek ekonomi ini berkaitan
dengan kegiatan eksploitasi anak dan perdagangan manusia.
4. Pengertian anak dari aspek hukum
Pengertian anak dalam kedudukan hukum yaitu anak dipandang sebagai
subyek hukum.

C. KEKERASAN TERHADAP ANAK


1. Pengertian Kekerasan
Istilah kekerasan setara dengan kata violence dalam bahasa inggris.
Violence berkaitan erat dengan kata latin vis (daya atau kekuatan) dan latus
(yang berasal dari : membawa), yang berarti membawa kekuatan.3
Dalam kamus besar bahasa indonesia, kekerasan diartikan sebagai
perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan
cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain, atau ada paksaan.
Menurut penjelasan ini, kekerasan merupakan wujud perbuatan yang
lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit, atau penderitaan
pada orang lain. Dimana salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah
berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain
yang dilukai.4
Kata kekerasan yang dimaksud disini merupakan padanan dari kata
violence dalam bahasa inggris, meskipun keduanya memikili konsep yang
berbeda. Kata violence diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap
fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangakan kata
kekerasan dalam bahasa indonesia pada umumnya dipahami hanya
menyangkut serangan fisik belaka.5

3
I. Marshana Windu, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johsn Galtung, (Yogyakarta :Kanisius,
1992, hal.63.)
4
Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hal 30
5
Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas Indonesia,1997),
hal.7

6
2. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan pada anak
Bentuk-bentuk kekerasan pada anak antara lain :
a. Penganiayaan fisik : menyakiti dan melukai anak atau membunuhnya.
Termasuk diantaranya : dipukul, dibakar, digigit, juga diracun, diberi
obat yang salah, ditenggelamkan.
b. Penganiayaan seksual: ketika anak-anak, laki-laki maupun perempuan,
dianiaya secara seksual oleh orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan
seksual mereka sendiri. Hal ini dapat berupa hubungan kelamin
(penetrasi), masturbasi (seks oral,hubungan seksual anal, dan
mengekspos anak untuk keperluan pornografi).
c. Penelantaran anak : ketika orang tua tidak memenuhi kebutuhan dasar
anak seperti makanan, pakaian, pengobatan, juga meninggalkan anak
yang masih kecil sendirian dirumah. Orang tua yang menolak atau tidak
memberi cinta dan kasih sayang dikatakan penelantaran emosional.
d. Penganiayaan emosional : ketika anak kurang mendapat cinta dan kasih
sayang, sering diancam dan dicela sehingga anak kehilangan percaya diri
dan harga diri.6

Dimana apabila dilakukan pengelompokkan besar maka bentuk kekerasan


dapat dikelompokkan menjadi :

a. Kekerasan dalam area domestik/hubungan intim-personal


Yaitu berbagai bentuk kekerasan anatara pelaku dan korbannya
memikili hubungan keluarga atau hubungan kedekatan lain. Termasuk
didalmnya penganiayaan terhadap istri, penganiayaan terhadap anak
kandung dan anak tiri, penganiayaan terhadap pacar, bekas istri,
tunangan, orang tua, serangan seksual atau perkosaan oleh anggota
keluarga.
b. Kekerasan dalam are publik
Yaitu berbagai kekerasan yang terjadi diluar Hubungan keluarga
atau hubungan personal lain, meliputi berbagai bentuk kekerasan yang
sangat luas cakupannya, baik yang terjadi ditempat kerja, ditempat
umum (bus dan kendaraan umum, pasar, restiran, dan tempat umum

6
Ibid, hal 52

7
lainnya), di lembaga-lembaga pendidikan, dalam bentuk publikasi atau
produk dan praktek ekonomis yang meluas distribusinya (misalnya
ponografi, perdagangan perempuan dan lainnya) maupun bentu-bentuk
lain.
c. Kekerasan yang dilakukan oleh atau dalam lingkup negara meliputi
kekerasan secraa fisik, seksual, dan atau psikologis yang dilakukan,
dibenarkan, atau didiamkan, dibiarkan terjadi oleh negara dimana pun
terjadinya, termasuk pelanggaran hak asasi perempuan dalam
pertentangan antar kelompok, dalam situasi konflik senjata, berkaitan
dengan antara lain pembunuhan, perkosaan, perbudakan seksual dan
kehamilan paksa.7

3. Dampak kekerasan terhadap anak


Secara rinci dampak kekerasan terhadap anakadalah sebagai berikut :8
a. Anak akan menjadi negative dan agresif serta mudah frustasi
b. Menjadi sangat pasif dan apatis
c. Tidak mempunyai kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang
hidupnya hanyalah memenuhi keinginan orangtuanya (parental
extension).
d. Rendah diri
e. Sulit menjalin relasi dengan individu.

D. KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual terhadap anak merupakan semua bentuk perlakuan
yang merendahkan martabat anak dan menimbulkan trauma yang
berkepanjangan. Bentuk perlakuan tersebut adalah digerayangi, diperkosa,
dicabuli dan digauli. Adapun kekerasan yang ditonjolkan merupakan
pembuktian bahwa pelaku memiliki kekuatan fisik lebih. Kekuatan lain yang
dimiliki selain kekuatan fisik yang dijadikan alat untuk memperlancar usaha-
usaha jahatnya.

7
Ibid , hal 3-4
8
Purnianti dan Rita Serena Kalibonso, op.cit,hal.54

8
Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu
juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu
(Pasal 8 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004).

1. Perkosaan
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto :
“Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang
lelaki terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan
atau hukum yang berlaku melanggar”.

2. Jenis-Jenis Perkosaan
Perkosaan dapat digolongkan sebagai berikut :Forcible rape (pasal 285
KUHP). Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
a. Statutory rape : perkosaan terhadap anak perempuan di bawah umur (<14
tahun) orang gila, imbisil / lemah akal mental (unable person)
b. Exploitation Rape : Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap
kesempatan melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki
dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi
perempuan yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial.
Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau pembantu rumah
tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak
mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang
berwajib.
c. Victim Precipitated Rape Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung)
dengan menempatkan korban sebagai pencetusnya.
d. Sadistic rape : perkosaan yang disertai agresi / serangan beerapa
kekejaman tindakan-tindakan merusak.
e. Anger Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas
yang menjadi sarana untuk menyatakan dan melampiaskan rasa geram
dan marah yang tertahan. Tubuh korban disini seakanakan merupakan

9
obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan kekecewaan hidupnya.
f. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku
mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban.
Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun
tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
g. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang
merangsang yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban
memutuskan bahwa keintiman personal harus dibatasi tidak sampai
sejauh persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai keyakinan
membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak mempunyai perasaan
bersalah yang menyangkut seks
h. Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan
agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah
nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya,
melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan
tubuh korban.

3. Faktor penyebab perkosaan


a. Pelampiasan kemarahan – unjuk kekuasaan
b. Naluri lelaki: laki-laki mempunyai dorongan seksual yang tinggi, dan
jika lelaki menunjukan agresivitas seksualnya pada umumnya tidak ada
sanksi sosial bagi pelakunya
c. Pelakunya mempunyai kelainan seksual-harus dihukum dan ditangani
secara klinis. Penyimpangan seksual tidak termasuk dalam dasar
penghapus pidana (dasar pemaaf) yang dialur dalam Pasal. 44 KUHP
d. Mispersepsi pelaku atas korban, mengalami pengalaman buruk
khususnya dalam hubungan personal (cinta), terasing dalam pergaulan
sosial, rendah diri, ada ketidakseimbangan emosional.

4. Tanda Dan Gejala Pelecehan Seksual


Gejala dan tanda seorang anak yang mengalami pelecehan seksual
tidak selalu jelas. Ada anak-anak yang menyimpan rahasia pelecehan seksual
yang dialaminya dengan bersikap manis dan patuh, berusaha agar tidak

10
menjadi pusat perhatian. Meskipun pelecehan seksual terhadap anak tidak
memperlihatkan bukti yang jelas.
Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan tampak pada anak dan
terlihat terus-menerus dalam jangka waktu panjang,Tanda dan indikasi
pelecehan seksual antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi
kencing, penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas
bisa merupakan indikasi seks oral
Remaja Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak
diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai
kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini,
melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa.
Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada
siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan kelakuan
yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol),
menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat.
Anak usia prasekolah Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut:
Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol,
hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit
perut, sembelit. Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang
tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual.
Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara
seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual terang-terangan
pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan
rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah seksual. Anak usia sekolah
Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar,
seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan
teman terganggu, tidak percaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri,
sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka disentuh, serta
menghindari hal-hal sekitar buka pakaian.

11
5. Dampak Perkosaan Bagi Korban Pemerkosaan
a. Dampak fisik
1) Nafsu makan menurun drastis
2) Sakit asma
3) Sakit kepala
4) Sulit tidur
5) Sakit didaerah perut / kemaluan
6) Bengkak disekujur tubuh / tubuh yang terluka
7) Sulit buang air besar / kecil
8) Mungkin akan mandul
9) Tertular PMS, HIV-AIDS
10) Infeksi pada alat reproduksi
b. Dampak Mental / Emosional
1) Stres berat- ketakutan, depresi, phobia
2) Merasa : hina, bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri, tidak
berdaya
3) Curiga pada orang lain
4) Takut hamil
5) Goncangan jiwa yang berat
6) Dorongan untuk bunuh diri
c. Dampak Pada Kehidupan Pribadi dan Sosial
1) Ditinggalkan teman dekat
2) Hubungan dengan suami / pasangan memburuk atau pecah cerai

12
3) Tidak lagi bergairah untuk bercinta
4) Takut atau tidak bisa jatuh cinta
5) Sulit membina hubungan dengan pria lain
6) Menghindari setiap pria
7) Sulit untuk percaya orang lain dan sungguh-sungguh mencintai :
pernah dan merasa dikhianati

6. Dampak kekerasan seksual terhadap anak


Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat
serius dan berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa
pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Seorang anak yang mengalami
kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia maka ia akan mengalami
cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya.
Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa
depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa.
Finkelhor dan Browne (dalam Tower, 2002) menggagas empat jenis
efek trauma akibat kekerasan seksual, yaitu :
a. Betrayal (penghianatan)
Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan seksual.
Sebagai anak individu percaya kepada orang tua dan kepercayaan itu
dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan otoritas orang
tua menjadi hal yang mengancam anak.
b. Traumatic sexualization (trauma secar seksual)
Russel (dalam Tower, 2002) menemukan bahwa perempuan yang
mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual
dalam rumah tangga. Finkelhor mencatat bahwaa korban lebih memilih
pasangan sesama jenis karena menganggap laki-laki tidak dapat
dipercaya.
c. Powerlessness (merasa tidak berdaya)
Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan
kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaaan
tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah. Korban merasa
dirinya tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja. Beberapa korban

13
juga merasa sakit pada tubuhnya. Sebaliknya paada korban lain yang
memiliki intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya.
d. Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran
diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat
ketidakberdayaan dan merassa berbeda dengan orang lain, dan beberapa
korban marah pada tubuhnya akibat penganiayaan yang dialami. Korban
lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman alkohol untuk
menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya. Atau berusaha
menghindari memori kejadian tersebut (Gelinas, Kinzl dan Biebl dalam
Tower, 2002)

7. Landasan Hukum untuk Jaminan Perlindungan dari Tindak Kekerasan


Seksual
a. Nasional
1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 285, 286,287,
290, 291
2) UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga(PKDRT) Pasal 8(b), 47, 48
3) UU No 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang pasal 1 (3,7)
4) UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1(15),
17(2), 59 dan 66(1,2), 69, 78 dan 88
b. Internasional
1) Statuta Roma Pasal 7 ayat 2 (g), Pasal 69 ayat 1&2, Pasal 68
2) Resolusi PBB 1820 tentang Kekerasan Seksual dalam Konflik
Bersenjata
3) Deklarasi penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan
(ICPD) pada bulan
4) Desember 1993,Deklarasi Wina Tahun 1993

14
E. HUKUM PERLINDUNGAN ANAK (UU NO.17 TAHUN 2016)
a. bahwa negara menjamin hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa kekerasan seksual terhadap anak dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan mengancam peran strategis anak sebagai generasi
penerus masa depan bangsa dan negara, sehingga perlu memperberat
sanksi pidana dan memberikan tindakan terhadap pelaku kekerasan
seksual terhadap anak dengan mengubah Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pada tanggal 25 Mei 2016;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-
Undang.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak,
yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi,
seksual, finansial, spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah
dimensi mencakup: fisik (memukul, menampar, mencekik, menendang,
melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan
kosong atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak,
menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit,
dan memata-mati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut
termasuk yang diarahkan kepada orang-orng dekat korban, misalnya
keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain-lain.
Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat
serius dan berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa
pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Seorang anak yang mengalami
kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia maka ia akan mengalami
cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya.
Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa
depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa.
Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga
tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan
komersial atau tujuan tertentu

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kelompok meminta kritk dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Luhulima Achie Sudarti, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap


Perempuan dan Alternatif Pemecahannya (Alumni,Jakarta,2000).Hal 11,12

Komnas Ham, Anak-anak Indonesia yang Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi


VII/Tahun IV/1-30 November 2006

I. Marshana Windu, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johsn Galtung,


(Yogyakarta :Kanisius, 1992, hal.63.)

Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hal 30

Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas


Indonesia,1997), hal.7

Ibid, hal 52

Ibid , hal 3-4

Purnianti dan Rita Serena Kalibonso, op.cit,hal.54

17

Anda mungkin juga menyukai