Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama, bahwa wilayah Indonesia akhir – akhir ini
dilanda bencana terutama karena ulah manusia yang menyebabkan terjadinya
korban massal. Di samping itu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi seharusnya membawa manusia pada kehidupan yang lebih mudah
dan sejahtera. Namun sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi tersebut menimbulkan berbagai dampak yang memerlukan perhatian
dan penanganan yang lebih teliti.
Dilain pihak kemajuan ilmu pengetahuan juga menimbulkan peningkatan
kesadaran hukum, hak azasi manusia serta cara berfikir yang kritis dan
rasional. Adanya kejadian bencana entah karena pemboman atau alam,
kejadian ini menyebabkan korban mati massal dimana hamper semua korban
dirujuk ke rumah sakit ternyata tidak tertampung di Rumah Sakit karena
selama ini Rumah Sakit tidak mengantisipasi datangnya korban mati massal
secara bersamaan. Hal – hal tersebut membuka mata kita semua betapa
pentingnya mempersiapkan Rumah Sakit ( sarana, prasarana, SDM) untuk
penanganan korban mati massal. Fasilitas kamar jenazah tetapi Rumah Sakit
tidak saja berfungsi untuk menyimpan jenazah tetapi juga harus mampu
melakukan identifikasi korban massal serta mempunyai sarana informasi dan
komunikasi yang baik.
Penyimpanan jenazah harus dilakukan sebaik – baiknya sebelum
dikuburkan sebagai penghormatan kepada korban. Kamar jenazah dapat
diakses langsung oleh masyarakat.
Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit khususnya
Rumah Sakit Rujukan / Propinsi selama ini tidak mengantisipasi adanya
korban mati massal karena memang belum ada pedoman / standar untuk

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 1


kamar jenazah serta pada waktu – waktu lalu belum merupakan kebutuhan
sehingga di rumah sakit fasilitas dan SDM yang tersedia sangat minim.
Kamar jenazah suatu rumah sakit, bukanlah satu – satunya “ pintu keluar
“ pasien, karena masih banyak “ pintu kesembuhan “, “ pintu kecutian “ dan “
pintu transisi “. Walaupun diakui bahwa kamar jenazah merupakan bagian
final keluarnya pasien yang telah benar – benar tanpa nyawa / roh lagi.
Dalam pembahasan ini istilah jenazah ( badan orang yang baru
meningggal ) mencakup pula “ mayat “ ( konotasi bias baru meninggal atau
sudah lama mati ). Satu diantara contributor terbesar mayat dirumah sakit
adalah yang berasal dari luar rumah sakit yang dikenal sebagai kasus – mati
forensic. Satandar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang
dihadapi saat ini dan merupakan standar minimal kamar jenazah bagi rumah
sakit yang seharusnya dikaitkan dengan pelayanan tipe rumah sakit yang
bersangkutan.

B. Tujuan Pedoman
Umum : Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada korban mati
sehari – hari & pasca bencana
Khusus :Tersedianya Standr Kamar Jenazah di Rumah Sakit yang dapat
dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi korban mati dan keluarganya.

C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas yang bertugas di instalasi kamar
jenazah dalam melaksanakan alur pemprosesan Jenazah baik yang dari ruang
perawatan maupun yang melalui IGD ( pasien datang sudah meninggal ).
Dengan pengalaman yang sudah ada, pedoman ini juga dapat diterapkan untuk
menghadapi jenazah – jenaza dengan kasus penyakit infeksius maupun non
infeksius
D. Batasan Operasional
a. Pelayanan
1. Prinsip Pelayanan Jenazah.
2. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 2


3. Jenis Pelayanan terkait Kamar Jenazah
4. Tujuan Pelayanan
5. Penatalaksanaan Jenazah di Rumah Sakit
6. Embalming dan Pengiriman Jenazah
7. Pemulasaran jenazah
b. Sumber Daya Manusia
c. Sarana
d. Prasarana

E. Landasan Hukum
1. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI tahub
2004
2. Sesuai dengan peraturan / perundang – undangan yang berlaku yaitu
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 ( KUHAP ), setiap dokter baik
dokter umum, dokter ahli Kedokteran Kehakiman ( Dokter spesialis
Forensik ), maupun dokter spesialis klinik lain wajib memberi bantuan
kapada pihak yang berwajib untuk kepentingan peradilan, bila diminta
petugas kepolisian / pihak penyidik yang berwenang.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kriteria Petugas Kamar Jenazah :
1. Minimal mempunyai minat
2. Pernah mengikuti pelatihan pemulasaran jenazah
3. Pendidikan SPK / SMA

B. Distribusi Ketenagaan
Anggota Kamar Jenazah terdiri dari :
a. Perawat 3 org dengan klasifikasi pendidikan D3 1 org dan SPK 2 org

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 3


b. Tenaga administrasi 1 org
c. Supir kereta jenazah 2 org

Sumber daya manusia yang ada di kamar duka terdiri dari :

a. Koordinator : 1 org
b. Anggota : 4 org
c. Sopir : 1 org

C. Pengaturan Jaga
1. Monitoring :
a. Petugas UKM yang purna waktu 3 org dibagi dalam tiga shif ( pagi ,
sore, malam )
b. Petugas kamar duka 24 jam standbay
2. Evaluasi :
a. Dilakukan oleh koordinator UKM setiap 1 bulan sekali
3. Pelaporan :
a. Laporan tertulis kepada Dir / Wadir Keperawatan setiap 3 bulan

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 4


B. Standar Fasilitas

N Standar Fasilitas Satuan Spesifikasi Standar yang


o dibutuhkan
1. Ruang Kamar Jenazah : 2
- Tempat Mandi
Jenazah 1

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 5


- Peti
- Kursi Tamu dan
± 15
meja
1 set
- Kursi dan meja
1 set
kerja
- ATK 1 bh
- Lemari tempat
perlengkapan
jenazah ( baju,
sepatu dll )

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN

I. Prinsip Pelayanan Jenazah


Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia,
karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara / adatnya,
perlakuan sopan dan tidak merusak wadahnya tanpa indikasi atau

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 6


kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan atas kerahasiaanya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari
kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas atau penyulit
analisa kemurnian identifikasi ( termasuk kontaminasi DNA dalam
kasus foransik mati ). Demikian pula aman bagi petugas yang bekerja,
termasuk terhadap resiko penularan jenasah terinfeksi karena penyakit
mematikan

II. Ciri khusus Pelayanan Jenazah


Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap social budaya
org tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan
prasarana pelayanan. Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana
kekagetan, kesedihan atau haru luar biasa yang dapat menjurus pada
keputus asaan keluarga / kenalan, kesibukan atau bahkan kebingungan
untuk jenazah segera dikubur ( bagi orang islam disunahkan sebelum
24 jam ). Kemendadakan mengkofirmasi keputusan dari pelbagai
family dan handai taulan, rasa ingin tahu masyarakat pada kematian
khusus, atau bahkan suasana ketidak menentuan pada korban mati
massal atau mereka yang mencari keluarga / kenalan yang hilang. Hal
– hal tersebut memunculkan suasana yang seringkali emosional,
dengan akses kemarahan yang dapat membahayakan keselamatan
dokter dan atau petugas kamar jenazah terkait dengan kasus forensic
yang memerlukan pengamanan jenazah sebagai barang bukti, hal – hal
yang berkaitan dengan chain of custody memerlukan sarana dan
prasarana khusus.
Dengan perkembangan dunia yang anomic ( kematian akibat risk
society , buah dari “ juggernaut syndrome “ sebagaimana ditujukan
oleh terror bom ) yang makin banyak menyebabkan kematian tidak
wajar ( pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri ) siapapun, kamar
jenazah seharusnya menjadi “ outlet “ yang dikelolah integrative

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 7


dengan sekaligus dipimpin oleh pelayanan penuh 24 jam dalam sehari.
Demikian pula dalam pembahasan tentang ruang, secara implicit
tercakup pula sarana dan prasarana kenyamanan seperti AC, ventilasi
ruangan yang baik, air yang mengalir lancer, cahaya terang siang atau
lampu terang dimalam hari, dengan ruang public dilengkapi oleh toilet
umum dan sarana telepon umum

III. Jenis Pelayanan terkait Kamar Jenazah.


Pelayanan jasa ( service ) yang terkait dengan kamar jenazah dapat
dikelompokkan dalam 6 kategori yakni :
a. Pelayanan jenazah purna – pasien atau “ mayat dalam “
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan
kesehatan yang dilakukan rumah sakit, setelah pasien dinyatakan
meningkal, sebelum jenazahnya diserahkan kepihak keluarga atau
pihak berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan social kemanusiaan lainnya : seperti pencarian orang hilang,
rumah duka / penitipan jenazah.
c. Pelayanan bencana bencana atau peristiwa dengan korban mati massal

IV. Tujuan Pelayanan


a. Pencegahan Penularan Penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena
penyakit menular misalnya HIV / AIDS, maka dalamperaatan jenazah
perlu diterapkan prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang – orang sekitanya
menjadi tertular
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah ( kencing, darah,
kotoran, dll ) bisa mengandung kuman sehingga menjadi sumber
penularan
3. Penerapan universal precaution :
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan goggles
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skot

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 8


f. Sepatu laras panjang ( boot )
4. Alat yang dipakai merawat jenasah diperlakukan khusus yang
diduga mengidap penyakit menular, ( misalnya HIV / AIDS ) maka
pelaksanaan autopsy tetap mengacu prinsip – prinsip universal
precaution. Tetapi apabila dapat dikoordinasikan dengan penyidik
untuk tidak dilakukan autopsy, cukup pemeriksaan luar.

V. Penatalaksanaan Jenasah di Rumah Sakit


Pasien yang datang kerumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi
2 yaitu :
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan.
Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal
dunia, langsung diberi surat kematian. Kemudian dibawa
kekamar jenasah hanya untuk dicatat dalam buku register
2. Pasien yang mengalami kekerasan.
Pasien yang mengalami kekerasan misalnya karena percobaan
bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan, pasien overdosis
narkoba disamping dokter menolong pasien, dokter melapor
polisi atau menuruh keluarga pasien utk melapor polisi.
Apabila pasien meninggal dokter tidak memberikan surat
kematian tetapi korban dikirim ke kamar jenasah dengan
disertai surat pengantar yang ditanda tangani oleh dokter yang
bersangkutan.
Apabila jenasah sudah dilengkapi dengan SPVeR, maka
keluarga korban diminta membuat surat pernyataan tidak
keberatan untuk dilakukan otosi ( bedah jenasah ). Setelah
selesai otopsi dibuatkan surat kematian.

VI. Embalming dan Pengiriman Jenasah


Embalming atau pengawet jenasah dilakukan dengan Formalin.
Pengiriman jenasah harus dilakukan embalming ( hati – hati dalam
pengiriman Jangan disertai dengan barang illegal, seperti : narkoba

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 9


). Harus dibuat berita acara pemetian kalau perlu dilibatkan polisi.
( contoh berita acara terlampir )

VII. Pemulasaran Jenasah


Perawatan jenazah penderita menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya
dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama
perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan
yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah resiko penularan
penyakit seperti halnya hepatitis – B, AIDS, Kolera dsb. Tradisi yang
berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan
dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya
mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat
bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh
manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi – HIV
meninggal, virus pun akan mati.
Beberapa pedoman perawatan jenazah yang terinfeksius dan tidak
terinfeksius adalah seperti berikut :
a. Perawatan jenasah penderita penyakit menular :
Tindakan di luar kamar jenasah :
 Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
 Memakai pelindung wajah dan jubah
 Luruskan tubuh jenasah dan letakkan dalam posisi terlentang
dengan tangan disisi atau terlipat di dada
 Tutup kelopak mata dan atau ditutup dengan kapas atau kasa,
begitu pila mulut, hidung dan telinga
 Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila
ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya
 Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air
 Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas pakai
tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah
kewaspadaan universal
 Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 10


 Bersihkan tubuh jenasah dan tutup dengan kain bersih untuk
disaksikan oleh keluarga
 Pasang lebel identitas pada kaki
 Beritahu petugas kamar jenasah bahwa jenasah adalah
penderita penyakit menular
 Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.

Tindakan di Kamar Jenasah :

 Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci


tangan sebelum memakai sarung tangan sebelum memakai
sarung tangan
 Petugas memakai alat pelindung :
 Sarung tangan karet yang panjang ( sampai ke siku )
 Sebaiknya memakai sepatu bot sampai lutu
 Pelindung wajag ( masker dan kaca mata ) jubah atau
celemek, sebaiknya yang kedap air
 Jenasah dimandikan oleh petugas kamar jenasah yang telah
memahami cara membersihkan / memandikan jenasah
penderita penyakit menular
 Bungkus jenasah dengan kain kafan atau kain pembungkus
lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut
 Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan
dab sesudah melepas sarung tangan
 Jenasah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
 Jenasah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk
pengawetan kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir
dalam hal tersebut
 Jenasah tdk boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan
rumah sakit dan dilaksnakan oleh petugas yang telah mahir
dalam hal tersebut
 Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 11


 Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan
air mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh
lain
 Dilarang memanipulasi alat suntik atau
menjarumkan jarum suntik ke tutupnya. Buang
semua alat / benda tajam dalam wadah yang tahan
tusukan
 Semua permukaan yg terkena percikan tubuh lain
segera dibersihkan dengan larutan klorin 0,5 %
 Semua peralatan yang akan digunakan kembali
harus diproses dengan urutan : dekontaminasi,
pembersihan desinfeksi atau sterilisasi
 Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya
ditempatkan dalam kantong plastic
 Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar
sesuai cara pengelolaan sampah medis.
b. Perawatan jenazah penderita dengan penyakit yang tidak menular
Tindakan di kamar perawatan :
 Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
 Luruskan tubuh jenazah dan letakkan dalam posisi terlentang
dengan tangan disisi atau dilipat di dada
 Tutup kelopak mata dan / di tutup dengan kapas atau kasa,
begitu pula mulut, hidung dan telinga
 Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila
ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya.
 Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas
tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah
keawaspadaan universal
 Tutup setiap luka yang ada dengan pleister kedap air
 Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk
disaksikan oleh keluarga
 Pasang lebel identitas pada kaki

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 12


 Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah bukan
penderita penyakit menular
 Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

Tindakan di kamar jenazah :

 Menanyakan kepada keluarga apakah jenazah akan di


bersihkan di kamar jenazah atau langsung di bawa pulang
kerumah ( khusus yang beragama muslim )
 Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
 Petugas memakai alat pelindung jubah atau celemek,
sebaiknya yang kedap air
 Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah
memahami cara membersihkan / memandikan jenazah
 Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus
lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut
 Cuci tangan dengan sabun sesudah melepas sarung tangan

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah :


 Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air
mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lain
 Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum
suntik ketutupnya. Buang semua alat / benda tajam dalam
wadah yang tahan tusukan
 Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuhan
darah dan atau cairan tubuh lain segera dibersihkan dengan
larutan klorin 0,5%
 Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus
diproses dengan urutan : dekontaminasi, pembersihan,
desinfeksi atau sterilisasi
 Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempat dalam
kantong plastic

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 13


 Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesuai cara
pengelolaan sampah medis

B. SUMBER DAYA MANUSIA


Kamar jenazah yang ada di Rumah Sakit Stella Maris bekerja sama dengan
Rumah Duka yang dikelolah oleh pihak ke tiga. Sumber daya manusia yang
yang ada pada Kamar Jenazah terdiri dari :

d. Perawat 3 org dengan klasifikasi pendidikan D3 1 org dan SPK 2 org


e. Tenaga administrasi 1 org
f. Supir kereta jenazah 2 org

Sumber daya manusia yang ada di kamar duka terdiri dari :

d. Koordinator : 1 org
e. Anggota : 4 org
f. Sopir : 1 org

C. SARANA
Sarana yang disediakan pada Kamar Jenazah :
1. Ruang mandi jenazah
2. Ruang tempat peti jenazah
3. Ruang tempat perlengkapan alat jenazah
4. Ruang tunggu keluarga
5. Ruang persemayaman jenazah ( rumah duka )
6. Kantor tata usaha

D. PRASARANA
1. Kriteria bangunan pada kamar jenazah terdiri dari :
a. Area tertutup yang tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan, kecuali untuk akses keluar rumah sakit
b. Jalur jenazah : lantai yang tidak berpori, memiliki system pembuangan
limbah, system sirkulasi udara
c. Ruang mandi jenazah hanya memiliki satu pintu
d. Hubungan antara area jenazah menggunakan pintu ganda
e. Ruang istirahat pegawai
f. Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet.

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 14


2. Peralatan
Peralatan yang harus disediakan untuk mnedukung kegiatan / aktifitas
pada kamar jenazah adalah :
 Mobile
 Brankar jenazah terbuat dari aluminium atau stainlesssteel
 Ambulans jenazah
 Non Mobile :
 Peralatan embalming
 Kantong mayat
 Sarung tangan panjang karet
 Apron Plastik
 Masker
 Tutup kepala
 Formulir surat kematian
 Label jenazah

JENAZAH DARI
RUMAH SAKIT

Instalasi
Instalasi Rawat Jalan Ruang
Gawat rawat
E. ALUR
Darurat JENAZAH DAN SKK ( Surat Keterangan Kematian
Inap )

Surat Keterangan

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 15

Ada Tidak ada Pemeriksaan Dokter


Surat kematian diregistrasi oleh petugas
UKM

Pemulasaran jenazah

Jenazah keluar melalui pntu depan rumah


duka

F. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pada pelayanan kamar jenazah saat ini sepenuhnya dibebankan
pada keluarga pasien, seperti halnya pelayanan kesehatan lainnya. Kadang
rumah sakit sulit menarik pembayaran yang seharusnya menjadi tanggung

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 16


jawab pasien atau keluarganya. Pembiayaan Cuma – Cuma bagi orang tidak
mampu tidak berlaku untuk mayat.
Kegiatan – kegiatan yang dapat merupakan sumber pemasukan dalam
pembiayaan di kamar jenazah antara lain :
 Pelayanan Embalming
 Pelayanan Ambulans jenazah
 Peti mati Jasa packing dan transportasi udara dan darat
 Rumah duka

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan standar yang ada pada ruang kamar jenazah adalah :

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 17


A. Alat tulis kantor :
 Buku tulis dengan berbagai ukuran
 Pulpen, pensil, penghapus dan mistar, tip ex
 Kertas HVX ukuran A4
 Kalkulator
 Map plastic dan map transparan
 Heacter, binderklip dgn berbagai ukuran

B. Alat penunjang lain :


 Mobil ambulance
 Brancar
 Kursi dan meja
 Tempat tidur mandi jenazah
 Peti
 Tempat sampah medis dan non medis
 Sapu, kain pel dan kemoceng

BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 18


lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja, tetapi juga dapat menganggu proses
pelayanan secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Dalam pelayanan keselamatan kerja di instalasi kamar jenazah program keselamatan
petugas merupakan program dari penyelenggaraan panitia K3 dan Panitia Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi serta merupakan tanggung jawab bersama dari setiap unit
yang terkait yang ada di rumah sakit.
Petugas kamar jenazah beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja, sehingga
penyediaan fasilitas kesehatan untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi
bagi petugas harus ada.
Imunisasiyang dianjurkan untuk petugas kamar jenazah adalah hepatitis B. Untuk alur
paska pajanan harua dibuat dan dipastikan untuk dipatuhi.
I. Adapun tujuan dari program K3 Rumah Sakit :
 Manajemen resiko terhadap bahaya kebakaran dan bencana alam serta
mencegah timbulnya wabah
 Pelaporan insiden kecelakaan kerja atau kasus kecelakaan kerja serta
mempertahankan kesehatan petugas kesehatan
 Mencegah tuntutan hukum.

II. Program kesehatan dan keselamatan karyawan meliputi :


 Pemeriksaan kesehatan
 Pemberian imunusasi
 Pengadaan Sarana Kewaspadaan Standar
 Pencegahan penularan petugas kesehatan

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 19


 Penatalaksanaan penularan / paparan luka tusuk jarum

III. Hal – hal yang perlu diketahui petugas yang terpapar :


 Tindakan sesuai jenis paparan
 Status kesehatan petugas terpapar
 Sumber paparan
 Kebijakan yang ada

IV. Strategi Pencegahan Kecelakaan kerja :


 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 Program surveilans
 Pendidikan & latihan berkesinambungan
 Gunakan APD sesuai jenis tindakan
 Baca etiket / cairan sebelum digunakan
 Tidak menyarungkan kembali jarum yang telah dipakai
 Buang jarum bekas pakai pada container yang telah disediakan
 Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai pada orang untuk
dibuang
 Buang container jarum jika ¾ penuh
 Jangan tinggalkan jarum sembarangan
 Buang sampah sesuai tempat dan jenisnya
 Jaga kebersihan lingkungan
 Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin.

V. Tindakan paska tertusuk jarum bekas pakai :


 Jangan panik

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 20


 Segera keluarkan darah dan cuci dengan air mengalir menggunakan
sabun atau antiseptic
 Laporkan ke Tim PPI dan K3

VI. Monitoring dan Evaluasi Keselamatan Kerja :


 Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan kerja mengacu pada
Pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Kerja ( K3 )
 Monitoring dan evaluasi secara berkala oleh Tim PPIRS, Panitia Mutu
dan K3
 Tim PPIRS , K3 dan Panitia Mutu RS Stella Maris melakukan
evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 21


Pengetahuan tentang Pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas kamar jenazah
yang merupakan sarana yang sangat berbahaya, dalam arti rawan untuk terjadi
infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi dirumah sakit utamanya di
kamar jenazah merupakan masalah penting dan merupakan juga tolak ukur mutu
pelayanan rumah sakit.
Pengendalian mutu di kamar jenazah berlangsung secara berkesinambungan melalui
pelatihan menggunaan APD, cara pemulasaran jenazah baik yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi.
Tujuan dari Pengendalian Mutu kamar jenazah yang ada di Rumah Sakit Stella Maris
adalah :
1. Ambulance / kereta jenazah :
 Waktu pelayanan ambulance / kereta jenazah
 Kecepatan memberikan pelayanan ambulance / kereta jenazah di
rumah sakit
 Respon time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang
membutuhkan
2. Pemulasaraan jenazah :
 Waktu tanggap ( response time ) pelayanan pemulasaraan jenazah

Rincian kegiatan :
1. Pertemuan anggota kamar jenazah beserta koordinator untuk perbaikan
pelayanan setiap 3 bulan sekali
2. Pertemuan anggota kamar jenazah beserta koordinator dengan Panitia PPIRS
untuk mereviuw kembali tentang pentingnya kewaspadaan standar dalam
pelayanan pemulasaran jenazah
3. Pelatihan dan pendidikan untuk petugas UKM yang baru

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan :

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 22


1. Setiap bulan sekertariat kamar jenazah melakukan rekap kasus kematian
pasien dengan penyakit infeksius dan non infeksius
2. Setiap akhir tahun sekertariat kamar jenazah membuat laporan evaluasi
kegiatan ke Direktur RS
3. Setiap akhir tahun Sekertariat kamar jenazah membuat laporan evaluasi kerja
staf.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 23


Kamar Jenazah merupakan salah satu unsure pada System Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ). Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta cara berfikir
yang kritis dan rasional. Untuk itu Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik termasuk pelayanan terhadap jenazah dan keluarganya.
Fasilitas kamar jenazah rumah sakit tidak saja berfungsi untuk menyimpan
jenazah tetapi juga harus mampu melakukan identifikasi korban massal serta
merupakan sarana informasi komunikasi yang baik
Standar kamar jenazah ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya
manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar jenazah
Perlu disusun peraturan – peraturan pemerintah untuk mendukung
pengembangan pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau keseluruh lapisan
masyarakat agar terwujud masyarakat sehat dan aman ( safe community ).

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 24


1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, PERDALIN, Cetakan Ketiga Tahun 2011
2. Pedoman Manejerial PPI DI Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya. Kepmenkes Tahun 2011
3. Standar Kamar Jenazah , Direktorat Jenderal Pelayanan Medik DEPKES
tahun 2004.
4. Pedoman Tatalaksana Perawatan Jenazah Penderita Infeksi HIV / AIDS ,
terbitan PPM & PL Depkes 2001.

KATA PENGANTAR

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 25


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Standar Kamar Jenazah ini.
Pelayanan dikamar jenazah merupakan salah satu rangkaian dari pelayanan pada
system Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) terutama pada saat
bencana.
Untuk itu perlu disusun standar agar dapat dipakai sebagai acuan dalam
mengembangkan dan meningkatkan fasilitas kamar jenazah yang sesuai dengan
kebutuhan saat ini
Buku Standar Kamar Jenazah ini disusun berdasarkan buku standar kamar jenazah,
Depkes tahun 2004 dan disesuaikan dengan keadaan yang ada dikamar janazah
Rumah Sakit Stella Maris saat ini.

Pedoman Pemulasaraan Jenazah Page 26

Anda mungkin juga menyukai