Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TELAH MENGANCAM

KEHIDUPAN MANUSIA TUMBUHAN DAN HEWAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap tanggal 22 April, masyarakat dunia khususnya masyarakat


peduli lingkungan memperingatinya sebagai Hari Bumi. Peringatan
yang pertama kali dilakukan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat
atas prakarsa seorang senator yang bernama Geylord Nelson, bagi
pejuang lingkungan hidup merupakan momen untuk mendesak
masuknya isu lingkungan hidup dalam agenda tetap nasional. Isu
dunia tentang lingkungan yang terhangat saat ini adalah masalah
pemanasan global.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana upaya melestarikan lingkungan ?

2. Apakah pemanasan global itu ?

3. Bagaimana cara mencegah pemanasan global ?

4. Bagaimana pandangan iptek tentang pemanasan global ?

Karerna alasan tersebut kami mencoba untuk menuliskan makalah


tentang pemansasan global yang sedang terjadi pada saat ini, yang
ditinjau dari segi umum/ilmiah dan berdasarkan agama khususnya
pandangan umat islam tentang pemanasan global (ditinjau dari
akibat pemanasan global, mengapa terjadi pemanasan global dan
cara pencegahan pemanasan global).
C. TUJUAN KARYA ILMIAH INI DISUSUN DENGA TUJUAN AGAR
KAMI DAPAT MENGETAHUI

1. Agar kita bisa melestarikan lingkungan

2. Pemanasan global

3. Cara mencegah pemanasan global

4. Pandangan IPTEK dan Agama tentang pemanasan global

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN PEMANASAN GLOBAL

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-


rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pada saat ini, Bumi
menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap
disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini
adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.

Diperkirakan, setiap tahun dilepaskan *18,35 miliar* ton karbon


dioksida (18,35 milliar ton karbon dioksida ini sama dengan 18,35 X
1012 atau 18.350.000.000.000/kg karbon dioksida).Ketika atmosfer
semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi
insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang
dipancarkan ke Bumi. Inilah yang disebut dengan Efek Rumah Kaca.

Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F).


Selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah
meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit).Parailmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh
hingga 1,4 – 5,8 derajat Celsius (2,5 – 10,4 derajat Fahrenheit) pada
tahun 2100.

BAB III

A. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

Jika tidak segera diatasi, maka kenaikan temperatur karena


pemanasan global hingga tahun 2100 akan mengakibatkan
mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang
mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan
permukaannya sekitar 9 – 100 cm (4 – 40 inchi), menimbulkan banjir
di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau.
Diantara 17.500 pulau diIndonesia, sekitar 4000 pulau akan
tenggelam.

Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah


hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering.
Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan
menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia.
Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih
dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah.

Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan


global telah lama terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita
mengalami musim kemarau yang panjang. Tahun 1982-1983, 1987
dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang
luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis di Kalimatan Timur akibat
kebakaran tahun 1983. Musim kemarau tahun 1991 juga
menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan produksi gabah
nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127 juta
ton pada tahun 1990.

Pada tahun 2006, akibat pemanasan global terlihat dengan


terlambatnnya musim penghujan yang seharusnya sudah turun pada
Oktober 2006. Namun hingga Desember 2006 hujan belum juga
turun. Keterlambatan itu juga disertai dengan pendeknya periode
hujan, namun intensitasnya tinggi. Akibatnya banjir
melandaJakartadan sekitarnya.

Pemanasan Global juga mengakibatkan siklus perkawinan dan


pertumbuhan nyamuk (dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa)
akan lebih singkat, sehingga jumlah populasi akan cepat naik.
Mengganasnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kemudian
seolah menyebabkan jenis penyakit baru.

B. CARA MENCEGAH PEMANASAN GLOBAL

Satu sisi, Efek Rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga


keseimbangan alam. Namun, Efek Rumah Kaca yang berlebihan
akibat aktifitas manusia akan berubah menjadi ancaman untuk
kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, ketika manusia
menyadari bahwa aktifitasnya telah mengakibatkan Efek Rumah
Kaca yang berlebih, maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh
untuk menguranginya sehingga mencapai keseimbangannya
kembali.

Dunia masih mempunyai kesempatan realistis hingga 2010 guna


menghindari sebagian dari bencana meluas akibat pemanasan
global (global warming). Demikian disampaikan dua peneliti
lingkungan dari Universitas Princetondan Universitas Brown,
Michael Oppenheimer dan Brian O’Neill, di AS dalam suatu kajian
yang dimuat Journal Science.
Sebuah laporan yang dikeluarkan di Cina pada tahun yang sama
menyatakan ramalan, suhu global Bumi bisa meningkat sampai 5,8
derajat Celcius sedikitnya pada akhir abad ini. Pernyataan ini
diperkuat pula oleh laporan lain dari NASA Goddard Institute for
Space Studies yang mengatakan, ambang CO2 meningkat dari
angka satuan 280 ppmv (/parts per million by volume/) pada tahun
1850 menjadi 360 ppmv pada tahun 2001. Padahal, dalam kajian
yang lain dikatakan, ambang CO2 di atmosfer harus dicegah untuk
tidak melebihi ambang 450 ppmv.
Parailmuwan mempelajari cara-cara untuk membatasi pemanasan
global. Kunci utamanya adalah:

1. Membatasi emisi CO2

Tehnik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni
mengganti energi minyak dengan sumber energi lainnya yang tidak
mengemisikan karbon dan yang kedua penggunaan energi minyak
sehemat mungkin.

2. Menyembunyikan karbon yang juga membantu mencegah karbon


dioksida memasuki atmosfer atau mengambil CO2 yang ada.
Menyembunyikan karbon dapt dilakukan dengan dua cara:

1. Di bawah tanah atau penyimpanan air tanah

Bawah tanah atau air bawah tanah bisa digunakan untuk


menyuntikkan emisi CO2 ke dalam lapisan bumi atau ke dalam
lautan. Lapisan bumi yang dapat digunakan adalah penyimpanan
alami minyak dan gas bumi di tambang-tambang minyak. Dengan
memompakan CO2 kedalam tempat-tempat penyimpanan minyak di
perut bumi akan membantu mempermudah pengambilan minyak
atau gas yang masih tersisa. Hal ini bisa menutupi biaya
penyembunyian karbon. Lapisan garam dan batubara yang dalam
juga bias menyembunyikan karbon dioksida.

2. Penyimpanan di dalam tumbuhan hidup.

Tumbuhan hijau menyerap CO2 dari udara untuk tumbuh. Kombinasi


karbon dari CO2 dengan hidrogen diperlukan untuk membentuk gula
sederhana yang disimpan di dalam jaringan. Mengingat pentingnya
tumbuhan dalam menyerap CO2 , maka perlunya memelihara
pepohonan dan menanam pohon baru lebih banyak lagi

C. PEMBAHASAN

Menurut IPTEK tentang pemanasan global.


Sebagian besar para ilmuawan telah mencapai suatu kesepakatan
mengenai fenomena yang terkenal dengan nama pemanasan global
dan telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia sekarang.
Selama setengah abad sekarang ini, gas rumah kaca CO2, methan,
nitrat oksida dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah
yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang sangat besar.
Menurut laporan panel antara pemerintahan antar perserikatan
bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi kenaikan suhu minimum dan
maksimum bumi antara 0,5-1,5 derajat. Kenaikan itu terjadi pada
suhu minimum dan maksimum disiang hari maupun malam hari
antara 0,5 sampai 2,0 derajat celcius atau temperature rata-rata
global telah meningkat sekitar 0,6 derajat celcius (33 derajat F)
diabandingkan dengan masa sebelum industri.

Jika emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan


kecenderungan yang terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih
tinggi dan mencapai dua kali lipat dari sebelum era industri pada
tahun 2100. jika ini terjadi, maka konsentrasi gas rumah kaca akan
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi selama jutaan tahun
terakhir ini. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya temperature
rata-rata global sebesar 2,5 derajat celcius, dengan peningkatan 4
derajat celcius di daratan. Angka tersebut sepertinya kecil dan tidak
berarti, tetapi ketika temperature permukaan bumi meningkat 4
derajat C, peningkatan ini sebenarnya cukup untuk mengakhiri
zaman Es. Saat ini, ketinggian lautan sudah meningkat karena blok-
blok es di lautan mulai mencair.Parailmuawan mengatakan bahwa
abad paling dalam millennium terakhir adalah abad ke-20. tidak
mengehrankan jika tinggi lautan selama abad ke-20 adalah sekitar
10 cm, dan sebagian besar diantaranya terjadi pada abad ke-20.

Kenaikan suhu secara execeptional sangat mencemaskan


dibandingkan dengan bencana seperti banjir dan kekeringan karena
kenaikan suhu tidak tergantung dari musim dan bersifat lintas batas
sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu
durasinya lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas
energi. Berbeda dengan banjir dan kekeringan, sekalipun polanya
saat itu acak tetapi magnitude banjir besar terjadi pada musim
hujan dan magnitude kekeringan ekstrem terjadi pada puncak
musim kemarau. Perubahan iklim sudah tidak lagi nmenyangkut
kepentingan lingkungan hidup. Namun, sudah meluas pada aspek
keamanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan masyarakat,
gangguan cuaca berupa badai yang kian meningkat intensitasnya
serta ancamannya. Intinya, resiko resiko yang dihadapi manusia
naik tajam. Tidak hanya mengarah pada kerusakan harta benda atau
lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa manusia. Pemanasan
global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan
melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air,
naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya.
Pemanasan global seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental
panel on Climate change, 10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu
permukaan bumi lima tahun mendatang berupa kegagalan panen,
kelangkaan air, dan kekeringan. Diperkirakan asia akan mengalami
dampak yang paling parah, produksi pertanian tiongkok dan
banglades akan anjlok 30 persen, India akan mengalami kelangkaan
air dan 100 juta rumah warga pesisir akan tergenang.

Laju pemanasan global yang tidak terkendali akan makin


mempercepat pencairan es dikutub dan meningkatkan permukaan
air laut secara drastic. Dampaknya, kawasan pulau kecil dan pesisir
makin tenggelam. Kemudian menimbulkan sedimentasi yang
menutup permukaan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan
memicu tingkat keasaman terumbu karang yang menimbulkan
pemudaran (bleaching) hingga kepunahan ekosistem tersebut akibat
sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang berkurang. Sifat
perubahan Iklim tentu tidak mengenal batas Negara. Begitu pula
distribusi dan dampaknya, bahkan akan menimbulkan
ketidakseimbangan dan ketidak adilan antar Negara. Negara-negara
industri adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca yang
berdampak pada perubahan iklim, sedangkan Negara yang sedang
berkembang yang sedikit konstribusinya dalam fenomena
pemanasan global ini justru terkena dampak yang nyata. Oleh
karena itu, semua pihak harus menyatakan perang melawan
pemanasan global dengan perannya masing-masing. Industri
transportasi, ahli pertanian, aktifis lingkungan, pemerintah hingga
individu harus mengerem peningkatan pemanasan global.
Pemanasan global menjadi salah satu isu panas yang diangkat di
pertemuan ilmiah tahunan European Society Cardiology di Wina
akhir September 2007, yang menyatakan bahwa apabila pemanasan
global tidak dapat dikontrol, akan menimbulkan masalah
kardiovaskular di tahun-tahun mendatang. Dr Karin Schenk-
Gustafsson dari Departemen Kardiologi, Institut Karolinska di
Swedia, bahkan dengan yakin menyatakan bahwa bila mana terjadi
peningkatan suhu beberapa derajat celcius dalam tempo 50 tahun
kedepan, akan terjadi peningkatan insiden penyakit kardiovaskular.
Ia merujuk pada gelombang panas yang menyerang di kawasan
eropa pada tahun 2003, berdasarkan data rekam medik dari
beberapa rumah sakit dilaporkan terjadi kematian sebanyak 35.000
orang pada dua minggu pertama bulan Agustus. Di Prancis saja
terjadi hamper 15.000 kematian pada saat itu. Sebagian besar
kematian terjadi pada usia lanjut dan menderita penyakit jantung.

Sependapat dengan pemikiran tersebut, DR. Gordon Tomaselli, ketua


Departemen kardiologi di Universitas Johns Hopkins,
menganalogikan proses aterosklerosis, penumpukan kolesterol di
dinding pembulu darah, ibarat proses akarat di mobil. Karat akan
mudah terjadi pada temperature yang lebih panas, demikian juga
dengan aterosklerosis. Variasi musin terhadap factor resiko
kardiovaskular, seperti tekanan darah, profil lipid, dan factor
pembekuan darah telah banyak diketahui. Namun demikian, namun
demikian manakah yang berdampak paling buruk terhadap jantung
kita; temperature panas, dingin, atau lebarnya variasi harian.

Mengutip laporan yang dipublikasikan di Environmental Health


Perspectives Agustus 2003, di Denver, Colorado pada bulan juli dan
Agustus tahun 1993 sampai denggan 1997, memperlihatkan
peningkatan temperature berkaitan dengan peningkatan insidens
serangan jantung pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun.
Sebenarnya tubuh manusia memiliki kemampuan pengaturan agar
menjaga suhu tetap stabil pada kisaran fisiologis. Apabila suhu
lingkungan mengalami peningkatan, maka tubuh akan memproduksi
keringat agar terjadi penguapan pada permukaan tubuh, sehingga
peningkatan suhu tubuh dapat di cegah. Selama proses tersebut,
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi (pembesaran
diameter lumen) untuk mengirim darah lebih banyak ke kulit tubuh,
dimana temperature lebih dingin. Sebagai akibatnya, tekanan nadi
akan bertambah (takikardi) untuk mempertahankan curah jantung.

Penurunan tekanan darah berarti pengurangan suplai oksigen ke


otot jantung, sedangkan peningkatan denyut nadi adalah
peningkatan demand. Kedua hal tersebut merupakan kombinasi
yang dapat membahayakan orang usia lanjut yang pada umumnya
menderita penyakit jantung koroner atau penderita lemah jantung.
Di samping itu, keluar keringat berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hemokonsentrasi yang pada akhirnya mempermudah
kecenderungan terjadi gumpalan darah.

Berbagai laporan telah memperlihatkan bahwa perubahan iklim


memiliki potensi besar untuk menimbulkan masalah kardiovaskuler.
Namun demikian, para pakar kesehatan menyatakan bahwa terlalu
banyak variable yang tidak diketahui yang mengaitkan antara
pemanasan global dengan penyakit jantung koroner atau
aterosklerosis, sehingga sulit untuk meramalkan dampaknya
dikemudian hari. Harus diakui, bahwa hingga saat ini belum ada
satupun penelitian membuktikan bahwa cuaca yang panas secara
langsung dapat meningkatkan kecenderungan menderita
aterosklerosis. Tampaknya, factor polusi atau kualitas udara
lingkungan akibat pemanasan global akan lebih banyak memegang
peran untuk terjadinya masalah kardiovaskular, dibandingkan
peningkatan temperature sendiri.

Para ahli klimatologi amerika sudah memprediksikan bahwa


penyebab dari global warming adalah karena bumi menyeraplebih
banyak energi matahari dari pada yang di pantulkan. Menurut
mereka perbedaanya sangat_sangat fantastik 1 dibanding 7.
Kesimpulan ini diambil dengan menggunakan stimulasi komputer
mengenai data data pemanasan pada permukaan buni dan laut. Data
tersebut semakin menguatkan pendapat para ahli tersebut. Para
peneliti juga membandingkan energi tang masuk armosfer dengan
energi yang di pantulkan ke angkasa. Ini sangat sulit di lakukan
karena itu para peneliti menggunakan suhu permukaan laut,
“Mengukur perubahan secara langsung sulit dilakukan, karena Anda
harus mendeteksi variabel tertentu dari sekian banyak variabel,”
kata Gavin Smith, salah satu anggota tim peneliti dari NASA. “Tapi
kami tahu berapa besar energi yang diserap lautan dari pengukuran
selama puluhan tahun melalui satelit maupun peralatan yang
ditempatkan langsung. Didukung pemahaman kami
tentang atmosfer, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa
selama ini terjadi ketidakseimbangan di atmosfer,” lanjutnya.
Caranya dengan memonitor suhu permukaan laut dari ribuan
pelampung (buoys) yang tersebar di berbagai lokasi. Data-data yang
diambil dari berbagai tempat dimasukkan dalam komputer dan
merepresentasikan model iklim yang kompleks meliputi aktivitas
atmosfer, laut, angin, arus, gas, dan zat pencemar lainnya.
Dari simulasi tersebut tampak bahwa atmosfer bumi menyerap
energi 0,85 watt per meter persegi (secara keseluruhan setara
dengan 7 triliun bola lampu 60 watt), lebih dari energi yang
dilepaskan kembali. Penyebabnya adalah efek rumah kaca yang
terbentuk oleh lapisan gas karbon dioksida. lapisan tersebut
menyerap radiasi panas yang dipantulkan bumi yang seharusnya
dilepaskan ke ruang angkasa. Menurut Gavin Schmidt, butuh energi
yang besar untuk menghasilkan perubahan di permukaan bumi.
Meskipun demikian penyerapan energi telah berjalan dalam rentang
waktu yang lama. Berdasarkan laporan Nasa, penyerapan energi
sudah terlalu besar sehingga peningkatan suhu bumi sebesar
setengah derajat celcius tidak dapat dicegah kecuali manusia
menghentikan produksi gas rumah kaca.

PROTOKOL KYOTO

Pemanasan global sudah menjadi isu internasional. Bahkan,


keresahan dunia ini terwujud dalam konferensiKyotopada Desember
1997. Persetujuan konferensi itu berlaku mulai 16 Februari 2005.
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah
persetujuan internasional mengenai pemanasan global.

Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk


mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida danlimagas rumah
kaca lainnya. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi
akan mengurangi rata-rata pemanasan global antara 0,02°C dan
0,28°C pada tahun 2050.

Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol


tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru,
Rusia, 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.
Untuk mencapai protokolKyotoini, semua negara terus menciptakan
teknologi yang ramah lingkungan, terutama negara maju. Karena,
negara maju yang banyak mengeluarkan CO2 penyebab rumah kaca.

Dengan mengedepankan Protokol Kyoto, industri-industri stategis


seperti industri migas, industri transportasi, industri minyak dan gas
didorong untuk menggunakan energi alternatif yang ramah
lingkungan. Artinya, sedapat mungkin meninggalkan penggunaan
migas yang merupakan sumber utama emisi gas karbon.

Limabesar negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca terbesar


adalah :

1. Amerika Serikat

2. Tiongkok

3. Rusia

4.India

5. Jepang

(sumber : Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC))

Sejumlah negara industri maju seperti Amerika Serikat (AS)


danAustraliahingga kini belum menandatangi protokol ini. Mereka
beranggapan, kesepakatan ini akan mengancam masa depan industi
mereka.Padahal,AStercatat sebagai salah satu negara penyumbang
emis gas karbon terbesar di dunia.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama
dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan
perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada
bahan bakar fosil.Parapenentang ini mengklaim bahwa biaya
ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat
menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya
energi.

KHILAFAH HARUS MEMIMPIN DUNIA

Khilafah adalah institusi satu-satunya yang akan menerapkan


syariat Allah di muka bumi. Penerapan syariat yang sesuai kehendak
Allah sebagai pemilik bumi dan seisinya tentu akan mampu
memberikan dampak positif pada keseimbangan alam. Karena itu,
sudah menjadi kewajiban khalifah sebagai pemegang amanah dari
Allah untuk selalu berusaha menjaga keseimbangan alam dan
menghilangkan segala bentuk kemudharatan atau bahaya yang akan
menimpa seluruh kehidupan karena akibat aktifitas manusia.
Amanah ini didasarkan pada sabda Rasul SAW.:

“Imam adalah ibarat penggembala dan hanya dialah yang


bertanggung jawab terhadap gembalaannya (rakyatnya).” (HR.
Muslim)

Kaidah fikih menyebutkan

“Adh-dlarar yuzal”, artinya segala bentuk kemudharatan atau bahaya


itu wajib dihilangkan. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW “Laa
dharara wa laa dhiraara.” (HR Ahmad & Ibn Majah), artinya tidak
boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang
lain.

Oleh karena itu sebagai upaya menjaga keseimbangan alam, maka


Khalifah wajib menetapkan kebijakan untuk kemaslahatan umum
dalam mengatasi pemanasan global, sebagai berikut :

1. Memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang


berlebih
1. Menjaga dan mengelola hutan sesuai syariah

2. Menjaga keseimbangan antara tingkat polusi dan RTH (Ruang


Terbuka Hijau) di setiap wilayah

3. Mewajibkan rakyat menjaga lingkungan masing-masing

4. Menghidupkan tanah-tanah mati.

5. Mengambil alih tanah-tanah yang tidak dikelola selama tiga tahun


dan memberikan kepada orang lain untuk mengelolanya.

2. Mengurangi emisi gas karbon dari industri, transportasi dan


eksplorasi sumber daya alam

1. Mengadopsi sains dan tehnologi yang bisa menjaga kelestarian


lingkungan

2. Menciptakan mesin-mesin industri dan transportasi yang ramah


lingkungan termasuk menyediakan sistem transportasi yang baik

3. Memberi subsidi untuk konversi bahan bakar industri yang ramah


lingkungan

4. Mendorong penelitian dan pengembangan bahan bakar alternative


yang ramah lingkungan

5. Menetapkan metode yang ramah lingkungan untuk eksplorasi,


misalnya metode carbon sequestration
3. Menyiapkan SDM peduli lingkungan dan undang-undangnya

1. Memberi pendidikan kelestarian lingkungan lewat jalur formal dan


non formal

2. Menyiapkan dan menyebar para qodli hisbah dan polisi

3. Membuat Undang-undang kelestarian lingkungan hidup


4. Melakukan dakwah dan jihad

Dakwah dan jihad merupakan sarana agar Khilafah memimpin dunia


dengan Islam, sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang
akibatnya keseimbangan alam bisa terjaga secara menyeluruh
(global)

Begitu pentingnya kehadiran khilafah untuk menyelamatkan


manusia dan lingkungannya, maka wilayah kekuasaan khilafah
harus meliputi seluruh dunia. Karena tentu tidak ada artinya apabila
kebijakan yang berwawasan lingkungan tersebut hanya diterapkan
di sebagian wilayah di dunia, sedangkan sebagian yang lain
mengabaikannya. Dengan kondisi tersebut keseimbangan alam tidak
akan tercapai secara maksimal, yang berarti masih ada potensi
kerusakan dan ketidak seimbangan alam yang bisa menyebabkan
musibah bagi manusia. Jadi, khilafah memang harus memimpin
dunia dengan Islam, sehingga keseimbangan alam terjaga
sepenuhnya untuk menyelamatkan seluruh kehidupan dari musibah.

KAPITALISME TELAH MERUSAK KESEIMBANGAN ALAM

Penolakan Amerika Serikat danAustraliauntuk melaksanakan


Protokol Kyoto telah menunjukkan bahwa kapitalisme yang mereka
emban lebih mementingkan keuntungan materi dari pada
kepentingan bersama yang lebih besar. Dengan demikian, usaha
mengurangi emisi gas rumah kaca tidak mungkin bisa dilakukan
secara signifikan, karena tidak adanya kepedulian atas berbagai
dampak buruk pemanasan global yang telah diprediksi oleh para
ahli.

Selain itu kapitalisme juga mengutamakan kepemilikan individu dan


pendekatan yang utilitarian (mementingkan kemanfaatan) telah
melahirkan sikap eksploitatif atas sumber daya alam seraya
mengabaikan aspek moralitas Hal ini yang mengakibatkan hak
penguasaan sumber daya alam, khususnya hutan bisa jatuh ke
tangan individu. Padahal kelestarian hutan sangat diperlukan untuk
menjaga keseimbangan alam yang dibutuhkan bagi kehidupan
manusia, tumbuhan dan hewan, serta seluruh ekosistem.
Prinsip kapitalisme yang mementingkan keuntungan dan
mengutamakan kepemilikan individu terhadap sumber daya alam
berakibat rusaknya keseimbangan alam. Selama ide kapitalisme
masih diemban, maka kehidupan dan alam akan senantiasa pada
posisi yang tidak seimbang. Akibatnya, musibah akan senantiasa
mengancam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Dengan
kenyataan tersebut, tentu sangat mengherankan apabila masih
banyak manusia berharap dan merasa nyaman hidup dengan
kapitalisme.

D. PEMANASAN GLOBAL MENURUT AGAMA

(Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)). (QS. Ar-Ruum : 41)

Ayat Allah diatas menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi di


darat dan di laut karena aktifitas manusia yang tidak mengikuti
jalan yang benar (syariat Allah). Akibatnya, musibah akan senantiasa
mengancam kehidupan manusia. Oleh karena itu, penerapan syariat
Allah merupakan satu-satunya jalan untuk memperbaiki kerusakan
kerusakan yang telah terjadi. Sedangkan syariat Allah hanya bisa
diterapkan apabila ada institusi yang menerapkannya.

PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL


Lingkungan memiliki daya lenting berupa kemampuan untuk kembali
ke keadaan semula setelah diintervensi. Lingkungan dapat kembali
ke keadaan keseimbangan apabila terjadi intervensi, namun tingkat
pengembaliannya memerlukan banyak waktu. Kecepatan intervensi
manusia sendiri tergantung dari tingkat kebutuhan dan
keinginannya.

Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar


fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas
karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah
kaca ke atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil umumnya
disebabkan aktivitas industri, transportasi, dan rumah tangga.
Aktivitas tersebut meningkat seiring dengan pertambahan penduduk
dan keinginan masyarakat modern yang semakin beragam.

Pandangan Islam mengenai pertambahan penduduk dan keinginan


masyarakat modern yang makin beragam adalah mengingatkan agar
tindakan dan kebutuhan manusia tidak berlebih-lebihan (Al-Isra:27).
Kebutuhan manusia dapat diperhitungkan dan dipenuhi oleh sumber
alam yang ada di muka bumi, namun keinginan manusia sangatlah
banyak. Memenuhi semua keinginan manusia hanya akan
memperburuk keadaan. Perbandingan pola produksi dan konsumsi di
antara negara berkembang dan negara maju membuktikan hal
tersebut.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa


pada tahun 1991 AS mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat
lebih banyak dari Jepang untuk menghasilkan 1 dolar AS GNP-nya.
Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari penduduk dunia, pada
tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan
pola konsumsi energi sebagai indikator bagi lingkungan yang
berkelanjutan, kelahiran bayi di AS menghasilkan 2 kali lipat
dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan seorang bayi yang lahir
di Swedia, 3 kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding
Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali lipat dibanding Bangladesh.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak


pemanasan global seperti menanam pohon untuk menyerap gas
karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi penggunaan barang-
barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan
sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan
tersebut dari sikap preventif yaitu dengan tidak berlebih-lebihan
atau tidak bersikap boros (Al-Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya


membahas mengenai standar hidup maksimal. Standar hidup
maksimal meliputigayahidup, pemakaian rumah, penggunaan air,
atau yang sejenisnya.Gayahidup berlebihan seperti memiliki
pakaian, sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak
padahal penggunaannya sangat jarang, perlu dibatasi.
Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2
orang artis, atau mobil yang hanya berpenumpang 1 atau 2 orang
dapat menyebabkan pemborosan sumber energi. Pembangunan
rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya
digunakan oleh beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air
dalam rumah tangga perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dasar
dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini
akan sirna dan apa yang kita berikan adalah kepunyaan kita
sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan atau penggunaan
barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam
menuntun agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada
memiliki.

Dari data World Resources Institute tahun 1994 menunjukkan bahwa


pada tahun 1991 AS mengkonsumsi energi hampir tiga kali lipat
lebih banyak dari Jepang untuk menghasilkan 1 dolar AS GNP-nya.
Dengan penduduk yang hanya 4,6 persen dari penduduk dunia, pada
tahun 1991 AS menghasilkan 22 persen emisi global CO2. Dengan
pola konsumsi energi sebagai indikator bagi lingkungan yang
berkelanjutan, kelahiran bayi di AS menghasilkan 2 kali lipat
dampak lingkungan bagi bumi dibandingkan seorang bayi yang lahir
di Swedia, 3 kali lipat dibanding di Italia, 13 kali lipat dibanding
Brazil, 35 kali dari India, dan 140 kali lipat dibanding Bangladesh.

Berbagai macam solusi telah ditawarkan untuk mengurangi dampak


pemanasan global seperti menanam pohon untuk menyerap gas
karbon dioksida yang ada di udara, mengurangi penggunaan barang-
barang yang tidak dapat didaur ulang, mengurangi emisi CFC, dan
sebagainya. Alquran lebih jauh membahas solusi permasalahan
tersebut dari sikap preventif yaitu dengan tidak berlebih-lebihan
atau tidak bersikap boros (Al-Furqan:67).

Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan internasional seharusnya


membahas mengenai standar hidup maksimal. Standar hidup
maksimal meliputigayahidup, pemakaian rumah, penggunaan air,
atau yang sejenisnya.Gayahidup berlebihan seperti memiliki
pakaian, sepatu, dan perhiasan yang jumlahnya sangat banyak
padahal penggunaannya sangat jarang, perlu dibatasi.

Penggunaan pesawat jet pribadi yang hanya mengangkut 1 atau 2


orang artis, atau mobil yang hanya berpenumpang 1 atau 2 orang
dapat menyebabkan pemborosan sumber energi. Pembangunan
rumah yang memiliki kamar sangat banyak padahal hanya
digunakan oleh beberapa orang juga perlu dibatasi. Penggunaan air
dalam rumah tangga perlu diatur sesuai dengan kebutuhan dasar
dan jumlah orang yang ada di rumah tersebut.

Rasulullah telah mengingatkan kita bahwa apa yang ada di dunia ini
akan sirna dan apa yang kita berikan adalah kepunyaan kita
sesungguhnya di akhirat. Karena itu, pemilikan atau penggunaan
barang yang berlebihan sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Islam
menuntun agar setiap manusia lebih banyak memberi daripada
memiliki.

Solusi permasalahan pemanasan global tidak hanya terkait dengan


mengubah energi fosil menjadi energi biofuel atau energi alternatif
lainnya. Menurut Alquran, semua tindakan berlebihan pada akhirnya
akan merugikan manusia. Penggunaan sumber energi massal akan
menyebabkan output dalam jumlah massal. Bahan apapun apabila
dibuang dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat, pasti
akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan.

Oleh karena itu mengubah sumber energi dari energi fosil menjadi
energi biofuel tidak menjamin lingkungan akan aman, sebab
pembakaran biofuel pasti akan menghasilkan polutan dalam jumlah
massal dan dalam waktu yang cepat. Penggunaan energi hendaknya
bersumber dari energi yang paling mudah didapatkan, paling murah
biayanya, dan paling mudah mengoperasikannya di suatu daerah.

BAHAYA PENYERAGAMAN

Pertanian yang dituding menjadi pemicu pemanasan global karena


penggunaan pupuk, peptisida, dan konversi lahan dari hutan menjadi
pertanian perlu juga dikaji. Sentralisasi yang dilakukan oleh orde
baru terhadap pola makan bangsa Indonesiamenyebabkan
ketergantungan rakyat Indonesiaterhadap beras sangat tinggi. Dulu
beberapa kelompok masyarakat di Indonesiapunya sumber-sumber
pangan alternatif.
Semestinya perbedaan sumber makanan itu disyukuri sebagai
rahmat dari Allah. Penyeragaman sumber makanan menyebabkan
ketergantungan pada sumber tertentu yang belum tentu cocok
ditanam di wilayah tertentu sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan.

Selain itu, penyeragaman sumber makanan menyebabkan ekosistem


di beberapa daerah berubah karena lahan yang semula tidak
diperuntukan dan tidak cocok untuk pertanian, dipaksakan untuk
menjadi lahan pertanian. Keanekaragaman hayati di daerah itu pun
menjadi terancam musnah. Hewan-hewan yang biasa makan dari
hasil hutan terancam punah dan beberapa binatang merusak lahan
pertanian karena kehilangan tempat berlindung dan sumber
makanan.

Allah telah menciptakan alam dengan berbeda-beda jenisnya sesuai


dengan keadaan masyarakat. Allah juga telah menciptakan sesuatu
sesuai dengan kadarnya. Produksi yang tidak berasal dari daerah
setempat, baik bahan mentah maupun sumber daya, akan
menyebabkan ketergantungan daerah tersebut pada sumber daya
asing. Tambahan lagi produksi massal tentu akan menghasilkan
jumlah polutan atau limbah yang massal juga. Sebenarnya alam
memiliki kemampuan menyerap polutan yang timbul tetapi apabila
jumlahnya banyak dan dalam waktu yang cepat maka alam tentu
tidak akan sanggup melakukannya.

EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada
1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan
sebuah planet. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya
konsentrasi gas karbondioksida (CO2 ) dan gas-gas lainnya di
atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan
bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Selain gas CO2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
sulfur dioksida (SO2 ), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2 ) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana
(CH4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang
peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan


atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi
permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Proses Efek Rumah Kaca berawal dari sinar matahari yang


menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan
bumi. Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara
yang tepat diatasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut
naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Tanpa Efek Rumah
Kaca maka bagian bumi yang tidak terkena sinar matahari akan
menjadi sangat dingin seperti di dalam freezer lemari es (-18°C)

Mekanisme yang sebenarnya menguntungkan kehidupan di bumi ini


berbalik menjadi sebuah ancaman tatkala manusia memasuki era
industrialisasi (abad ke-18). Untuk menunjang proses industri,
manusia mulai melakukan pembakaran batu bara, minyak dan gas
bumi untuk menghasilkan bahan baker dan listrik.

Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas


buangan berupa CO2. Otomatis kadar lapisan gas rumah kaca yang
menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi
semakin banyak. Bumi pun semakin panas.
KESIMPULAN

1. Pemanasan Global telah mengancam kehidupan manusia,


tumbuhan dan hewan

2. Pemanasan Global merupakan dampak negatif dari aktifitas


manusia yang tidak diatur berdasarkan syariat Allah

3. Kapitalisme yang mendasari aktifitas manusia tersebut telah


terbukti merusak keseimbangan alam dan tidak mampu
menyelesaikan masalah tersebut

4. Khilafah adalah institusi satu-satunya harapan seluruh manusia


yang akan mampu mengatasi pemanasan global dan menyelamatkan
kehidupan seluruhnya.

– Pemanasan global yang kini terjadi, sepenuhnya merupakan


dampak dari perilaku berlebih-lebihan manusia di dunia.

– Allah SWT telah menciptakan alam dengan segala


keseimbangannya, namun perilaku manusia kemudian merusak
keseimbangan itu. – Karena itu, solusi yang ditawarkan Islam untuk
menangkal pemanasan global adalah menghentikangayahidup yang
berlebih-lebihan.

DAFTAR PUSTAKA

Source:http://ilmupedia.com/akademik/geografi/627-pemanasan-global-
termasuk-pola-muka-bumi.html

Anda mungkin juga menyukai