Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan bahan yang diregulasi oleh pemerintah, dalam hal ini

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Segala pengaturan pembuatan,

pelabelan, distribusi dan penjualannya di atur oleh badan ini, melalui undang-

undang dan peraturan. Tujuan regulasi adalah melindungi konsumen dari efek

yang merugikan karena kualitas atau keamanannya. Sayangnya pengamanan

undang-undang dan peraturan di negara kita masih lemah sehingga tujuan

seringkali tidak tercapai (1).

Saat ini obat keras atau berbahaya dapat dibeli dengan mudah di apotek

atau toko obat walaupun tanpa resep dokter, hal ini kemungkinan salah satunya

dikarenakan kurangnya kesadaran pasien akan bahaya dari obat keras tersebut.

Seringnya pasien hanya datang sekali ke dokter untuk suatu penyakit, dan bila

penyakitnya kambuh maka tanpa ragu pasien datang ke apotek dan langsung

membeli obat keras yang diresepkan dahulu. Upaya masyarakat melakukan

pengobatan sendiri dinilai seperti pedang bermata dua. Di satu sisi akan

mengurangi beban pelayanan di puskesmas atau rumah sakit. Di sisi lain bila

obat yang digunakan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang memadai, maka

akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan (2).

1
2

Obat-obat yang termasuk dalam obat keras, seperti antibiotik,

antidiabetes, hormon dan antihipertensi menurut undang-undang tidak boleh

diberikan tanpa resep dokter. Namun, penggunaan obat keras, seperti antibiotik

tanpa resep dokter sudah merupakan hal yang umum dijumpai dalam

masyarakat. Penggunaan obat keras tanpa resep dokter dapat menimbulkan

masalah, misalnya penggunaan antibiotik yang tidak terkendali sehingga

mengakibatkan terjadinya resistensi antibiotik. Oleh sebab itu, penggunaan obat

keras tanpa resep dokter kini sedang menjadi topik hangat di masyarakat (2).

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting,khususnya di Negara berkembang. Salah satu obat

andalan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain antibakteri/antibiotik,

antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling

banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri (3). Antibiotik

selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi bakteri juga

membantu sistem pertahanan alami tubuh untuk mengeleminasi bakteri tersebut

(4).

Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan

secara tidak tepat antara lain untuk penyakit penyakit yang sebenarnya tidak

memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik

diberbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak

didasarkan pada indikasi (3). Pengobatan dengan antibiotik tanpa resep dokter,

tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-


3

negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa seperi Romania, dan Lithuania,

juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotik

(5).

Resistensi antibiotik makin meningkat terutama pada antibiotik esensial

lini pertama, yang relatif murah harganya. Keadaan ini dinilai sangat

membahayakan, karena pada akhirnya dunia kesehatan akan kehilangan

antibiotik yang masih peka dan potensial untuk memerangi penyakit-penyakit

infeksi yang baru muncul (emerging) maupun muncul kembali (reemerging).

Penyebabnya karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik oleh tenaga

kesehatan maupun oleh penderita sendiri (6).

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu serta

memperoleh pengetahuan tentang segi positif dan negatif dari suatu hal yang

mempengaruhi sikap dan perilaku. Pengetahuan, sikap, dan perilaku merupakan

faktor penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (8).

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas bahwa masih

banyaknya pasien yang melakukan pengobatan sendiri dengan antibiotik tanpa

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke dokter (tanpa resep dokter), termasuk

di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor individu meliputi tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku masyarakat

mengenai penggunaan antibiotik yang kurang. Oleh karena itu peneliti ingin

mengetahui apakah terdapat hubungan faktor individu warga meliputi tingkat


4

pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait antibiotik dengan penggunaan antibiotik

tanpa resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu Desa Pulau Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu

apakah terdapat hubungan antara faktor individu warga (meliputi tingkat

pengetahuan, sikap, dan perilaku) dengan penggunaan antibiotik tanpa resep di

wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu Desa Pulau Padang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan warga dengan penggunaan antibiotik tanpa resep di wilayah

kerja Puskesmas Muara Lembu Desa Pulau Padang.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penggunaan antibiotik tanpa resep di wilayah kerja

Puskesmas Muara Lembu.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan warga tentang penggunaan antibiotik

tanpa resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.

3. Mengidentifikasi sikap warga tentang penggunaan antibiotik tanpa resep di

wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.

4. Mengidentifikasi perilaku warga tentang penggunaan antibiotik tanpa resep di

wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.


5

5. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan warga dengan penggunaan

antibiotik tanpa resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.

6. Menganalisis hubungan sikap warga dengan penggunaan antibiotik tanpa

resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.

7. Menganalisis hubungan perilaku warga dengan penggunaan antibiotik tanpa

resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini antara lain mengetahui kebiasaan

penggunaan antibiotik tanpa resep oleh pasien di wilayah kerja Puskesmas

Muara Lembu, memberikan gambaran mengenai hubungan faktor individu

warga (meliputi tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku) dengan kebiasaan

penggunaan antibiotik tanpa resep di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu

dan menjadi acuan untuk penelitian lanjutan mengenai penggunaan antibiotik

di masyarakat.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini antara lain menjadi pembelajaran dan

pengalaman bagi peneliti dalam praktek belajar lapangan, menjadi masukan

bagi Puskesmas Muara Lembu untuk melakukan intervensi program promosi

kesehatan mengenai penggunaan antibiotik yang rasional dengan kondisi di


6

masyarakat, serta menimbulkan kesadaran dan motivasi bagi masyarakat

untuk meningkatkan pengetahuannya dan memberikan gambaran sikap dan

perilaku yang tepat tentang penggunaan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai