Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI


"PRONA – PENEGASAN – JUAL BELI"

Disusun oleh :

ZAINAL ABD. RASYID


NIM. 14232831
Kelas A

Instruktur :
Dwi Wulan Titik Andari, A.Ptnh, M.Pd.
NIP. 19640227 198503 2 006

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG /


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
YOGYAKARTA
2016
PRONA – PENEGASAN – JUAL BELI

Kepastian hukum atas tanah yang dimiliki merupakan keinginan dari seluruh
masyarakat Indonesia agar menghindari timbulnya sengketa atas tanah yang
dimilikinya. Demi terciptanya kepastian hukum hak atas tanah maka perlu dilakukan
legalisasi. Namun yang menjadi kendala bahwa pengurusan sertipikat hak atas tanah
yang mengeluarkan biaya besar dan susah dijangkau oleh masyarakat golongan
ekonomi lemah ke bawah. Mengatasi hal tersebut BPN RI melaksanakan suatu
kegiatan sertipikasi tanah yang sasarannya adalah masyarakat golongan ekonomi
lemah.

PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) merupakan rangkaian kegiatan


pensertipikatan tanah secara masal, pada suatu wilayah administrasi desa/kelurahan
atau sebutan lain atau bagian-bagiannya sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1
Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata Ruang/BPN No 4 Tahun 2015. Prona
dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981
tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. Dalam konsideran disebutkan bahwa
dalam rangka pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan, pemerintah melaksanakan
pensertipikatan tanah secara massal untuk memberikan jaminan kepastian hukum
bagi penguasaan dan pemilikan tanah sebagai tanda bukti hak yang kuat. Selain itu
juga ditujukan untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis yang
gunanya membuat tentram pemilik tanah dari tuntutan pihak ketiga.

Proyek ini difokuskan untuk membantu masyarakat golongan ekonomi


lemah, sehingga mempermudah masyarakat dalam melakukan legalisasi atas tanah
yang dimilikinya dengan tidak mengeluarkan banyak biaya sebagaimana tujuan dari
prona yaitu untuk memberikan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dengan
proses yang sederhana, cepat, dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran
tanah diseluruh indonesia untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah.
Kegiatan legalisasi asset PRONA ini dibiayai oleh APBN atau APBD.

Sasaran pelaksanaan prona yaitu bidang-bidang tanah yang belum


bersertipikat yang dikuasai dan dimiliki oleh perorangan atau badan hukum/lembaga
sosial dan keagamaan. Tanah-tanah yang dapat menjadi objek PRONA yaitu:
1. Tanah bekas tanah milik adat
2. Tanah yang langsung dikuasai oleh Negara
3. Tanah terletak dalam satu hamparan desa/kelurahan.

Tanah-tanah tersebut dapat berupa :


1. Tanah non pertanian
Kriteria objek prona untuk tanah non pertanian pada wilayah ibukota
kabupaten/kota/kota administrative di pulau Jawa dan/atau ibukota Provinsi
dengan ketentuan luas tanah paling luas 200 m2 (dua ratus meter persegi).
2. Tanah pertanian
Kriteria objek prona untuk tanah pertanian, yaitu:
a. Di pulau Jawa, paling luas 1 Ha (satu hektar), dan
b. Di luar pulau Jawa, paling luas 2 Ha (dua hektar)
3. Tanah perkebunan beserta bangunan atau rumah
Kriteria objek prona untuk tanah perkebunan denga ketentuan:
a. Di pulau Jawa, paling luas 2 Ha (dua hektar)
b. Di luar pulau Jawa, paling luas 4 Ha (empat hektar)
4. Tanah milik badan hukum/lembaga social dan keagamaan.
Luasan tanah milik badan hokum/lembaga social dan keagamaan yang dapat
menjadi obyek prona paling luas 500 m2 (lima ratus meter persegi).

Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali yang dilakukan, dibutuhkan bukti-


bukti kepemilikan bidang tanah yang akan dijadikan dasar pemberian hak atas tanah.
Pembuktian pemilikan HAT merupakan proses yang dapat digunakan pemegang hak
untuk mendalilkan, meneguhkan, membantah/menunjukkan kepunyaan atas
kepemilikan HAT dalam suatu peristiwa atau perbuatan hukum tertentu. Di dalam
pasal 23 dan 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 terdapat tiga
pembuktian yaitu pembuktian hak baru (pasal 23), pembuktian hak lama (pasal 24).
Akan tetapi pada PMNA/Ka. BPN Nomor 3 Tahun 1997 terdapat 2 jenis pembuktian
yaitu alat bukti tertulis dan alat bukti tidak tertulis. Alat bukti tertulis yang
dimakssdkan tercantum didalam pasal 60 PMNA/Ka. BPN Nomor 3 Tahun 1997.
Apabila tidak terdapat bukti tertulis maka pembuktian dilakukan dengan surat
pernyataan penguasaann fisik bidang tanah yang ditandatangani oleh dua orang saksi
dari Desa/Kelurahan setempat dengan persyaratan telah menguasai tanah tersebut
secara 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut sebagaimana disebutkan
didalam pasal 61 PMNA/Ka. BPN nomor 3 Tahun 1997.

Keputusan pemberian Hak Atas Tanah yang diberikan didasarkan atas


lengkap atau tidaknya alat bukti yang tersedia. Status tanah juga menjadi syarat
penting dalam keputusan pemberian hak atas tanah. Status tanah terdiri dari dua yaitu
tanah adat dan tanah negara.
 Tanah Adat; diberikan penegasan hak dan pengakuan hak,
 Tanah Negara; diberikan pemberian hak.

Penegasan, pengakuan dan pemberian diputuskan berdasarkan lengkap atau


tidaknya alat bukti kepemilikan tanah dan status tanah yang akan dicantumkan
didalam catatan Daftar Isian (DI) 201. Didalam pasal 88 angka 1 PMNA/Ka. BPN
Nomor 3 Tahun 1997 disebutkan bahwa penegasan hak diberikan apabila terdapat
alat bukti yang lengkap dan alat bukti tidak lengkap. Jika alat bukti tidak lengkap
maka dilengkapi dengan surat keterangan saksi maupun pernyataan dari pemilik
tanah.

Pengakuan hak diberikan apabila tidak terdapat alat bukti kepemilikan dan
dibuktikan dengan kenyataan penguasaan fisik selama 20 tahun yang termuat dalam
surat pernyataan penguasaan fisik sebagaimana disebutkan dalam Didalam pasal 88
angka 1 PMNA/Ka. BPN Nomor 3 Tahun 1997. Selanjutnya untuk status tanah
negara diberikan pemberian hak atas tanah sesuai dengan Pasal 3 PMNA/Ka. BPN 9
Tahun 1999.

PROSES PELAKSANAAN PRONA


Ruang lingkup pelaksanaan PRONA sesuai dengan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Program Nasional Agraria
(PRONA) yaitu:
a. Penetapan Lokasi
b. Penyuluhan
c. Pengumpulan Data (alas bukti/alas hak);
d. Pengukuran Bidang Tanah;
e. Pemeriksaan Tanah;
f. Pengumuman (Bekas Tanah Milik Adat);
g. Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis;
h. Penerbitan Sertipikat;
i. Penyerahan Sertipikat.

Pendaftaran tanah pertama kali melalui PRONA, bagi peserta harus


melengkapi beberapa persyaratan yaitu:
1. Fotokopi Identitas Diri (KTP dan KK)
2. Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah
3. Surat Keterangan Riwayat Tanah (Garapan) dan Pengakuan Dan Kesaksian
4. Surat Keterangan Kepala Desa
5. Surat Keterangan Jual Beli

Tahapan pelaksanaan PRONA sebagai berikut:


1. Penunjukan dan penetapan lokasi PRONA.
Penunjukan dan penetapan lokasi PRONA berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan. Rekomendasi nama peserta PRONA diajukan oleh
Kepala Desa setempat yang kemudian diidentifikasi oleh Kantor Pertanahan
apakah Desa tersebut bisa menjadi objek pelaksanaan prona atau tidak. Setelah
identifikasi dilakukan, maka Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan surat
keputusan penetapan lokasi PRONA.
2. Pembentukan Satuan Tugas (SATGAS) Prona
Pembentukan satgas Prona untuk memperlancar dan mendukung
pelaksanaan kegiatan Prona. Satgas Prona terdiri dari Satgas pengumpul data
yuridis dan Satgas pengumpul data fisik.
3. Koordinasi dengan instansi terkait
Dalam pelaksanaan PRONA, kantor pertanahan mengadakan koordinasi
dengan Pemerintah Daerah setempat seperti aparat Kantor Kecamatan dan Kantor
Desa setempat.
4. Penyuluhan
Sebelum dilaksanakannya pengumpulan data fisik dan data yuridis,
dilaksanakan penyuluhan. Penyuluhan bertujuan untuk memperkenalkan Prona
kepada masyarakat yaitu memberikan penjelasan terkait proses, syarat dan hasil
dari kegiatan Prona. Kelancaran kegiatan Prona ini tergantung kepada materi
penyuluhan yang diberikan, jika materi penyuluhan dapat dimengerti oleh
masyarakat maka akan ada rspon yang baik sehingga kegiatan Prona berjalan
sukses.
5. Pengumpulan Data Yuridis
Pengumpulan data yuridis dilakukan oleh petugas pengumpul data fisik
dan data yuridis dengan dibantu oleh aparat Desa setempat. Susunan satgas
pengumpul data yuridis. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Melakukan pendataan identifikasi pemohon, nama, alamat, dan pekerjaan
melalui KTP atau KK.
b. Mengumpulkan dan meneliti alat bukti kepemilikan bidang tanah dan
memberikan tanda terima berkas.
c. Menyiapkan data pendukung bukti kepemilikan tanah dengan blanko surat
pernyataan.
6. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah.
Pengukuran bidang tanah dilakukan setelah penetapan batas bidang tanah.
Penetapan batas dilakukan oleh ptugas ukur berdasarkan petunjuk pemilik tanah
dan disetujui oleh pemilik tanah yang berbatasan, kemudian dilakukan
pengukuran terhadap bidang tanah tersebut. Kegiatan pengukuran dapat
dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis pengukuran yang berlaku, setelah
pengukuran dilakukan kegiatan perhitungan luas dan penggambaran bidang tanah
pada peta pendaftaran.
7. Pemeriksaan tanah
Dalam hal ini kegiatan Prona dengan penegasan hak sehingga tidak
dilakukan pemeriksaan tanah oleh Panitia A.
8. Pengumuman
Dalam rangka pelaksanaan PRONA dengan penegasan hak, dalam rangka
menilai kebenaran alat bukti maka pengumpulan dan penelitian data yuridis
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan yang kemudian dituangkan didalam
Daftar Isian (DI) 201 sebagaimana pasal 25 PP Nomor 24 Tahun 1997.
Selanjutnya DI 201 dan peta bidang tanah hasil pengukuran diumumkan selama
30 (tiga puluh) hari, pengumuman dilakukan agar memberi kesempatan bagi
pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan (pasal 26 PP Nomor 24
Tahun 1997). Jika dalam pengumuman ada keberatan maka dapat diselesaikan
dengan cara sebagaimana diatur dalam pasal 27 PP nomor 24 Tahun 1997.
Setelah jangka waktu pengumuman berakhir, maka dibuatkan berita acara yang
menjadi dasar untuk pembukuan hak atas tanah.
9. Penerbitan SK Hak/Pengesahan data fisik dan data yuridis
Setelah dibuatkan berita acara pengesahan maka dilakukan penerbitan SK
Hak/pengesahan data fisik dan data yuridis yang akan dibukukan didalam Buku
Tanah (daftar isian 205),
10. Penerbitan Sertipikat
Untuk kepentingan pemegang hak, maka hak-hak atas tanah yang terdaftar
dalam buku tanah telah diberikan tanda buktinya dengan menerbitkan sertipikat
hak atas tanah (daftar isian 206).
11. Penyerahan sertipikat
Penyerahan sertipikat kepada masyarakat dengan dibuatkan Berita Acara
Penyerahan Sertipikat yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan Kepala Kantor
Pertanahan.

Pada kegiatan pengumpulan data yuridis untuk proses jual beli, memiliki
perbedaan dengan proses waris atau hibah karena harus melampirkan surat
keterangan jual beli sebagai dasar pemberian hak, bahwa tanah tersebut telah
dikuasai atas nama pembeli dari surat keterangan jual beli.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

Nuryaman Imam, 2006, Skripsi: Studi Pendaftaran Hak Atas Tanah Melalui Prona
Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Provinsi
Jawa Barat, Yogyakarta
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1 TAHUN 2010
TANGGAL : 25 JANUARI 2010

STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI

Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak


Dasar Hukum Persyaratan Biaya Waktu Keterangan

1. UU No. 5/1960 1. Formulir permohonan yang Sesuai 100 (seratus) Formulir permohonan
2. UU No. 21/1997 jo. sudah diisi dan ditandatangani ketentuan hari memuat:
UU No. 20/2000 pemohon atau kuasanya di atas Peraturan 1. Identitas diri
3. PP No. 48/1994 jo. materai cukup 2. Luas, letak dan
Pemerintah
PP No. 79/1996 2. Surat Kuasa apabila dikuasakan penggunaan tanah
4. PP No. 24/1997 3. Fotocopy identitas (KTP, KK) tentang Tarif yang dimohon
5. PP No. 46/2002 pemohon dan kuasa apabila yang berlaku 3. Pernyataan tanah
6. PMNA/KBPN No. dikuasakan, yang telah pada Badan tidak sengketa
3/1997 dicocokkan dengan aslinya oleh Pertanahan 4. Pernyataan tanah
7. Peraturan KBPN RI petugas loket Nasional dikuasai secara fisik
No. 7/2007 4. Bukti pemilikan tanah/alas hak Republik
milik adat/bekas milik adat
Indonesia
5. Foto copy SPPT PBB Tahun
berjalan yang telah dicocokkan
dengan aslinya oleh petugas loket
dan penyerahan bukti SSB
(BPHTB)
6. Melampirkan bukti SSP/PPh
sesuai dengan ketentuan
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :
TANGGAL :

BAGAN ALIR
BPNRI.I.1
PROSES KONVERSI, PENGAKUAN DAN PENEGASAN HAK

KANTOR PERTANAHAN

PEMOHON LOKET
PROSES LAYANAN
LOKET PELAYANAN LOKET PEMBAYARAN

1 2 3
Penerimaan Pembayaran
Pengukuran dan pemeriksaan
Penerimaan dan Pemeriksaan Biaya Pengukuran,
tanah
Dokumen Permohonan Pemeriksaan Tanah dan
(Pemohon harus hadir)
Pendaftaran Hak

Pengumuman

6 5

Pembukuan Hak & Penerbitan


Penyerahan Sertipikat
Sertipikat

Anda mungkin juga menyukai