TINJAUAN PUSTAKA
1) Teori keregangan.
- Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
- Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat mulai.
- Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi pada setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
4) Teori prostaglandin.
- Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
- Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
- Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis.
- Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.
- Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya
kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
- Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan.
- Dari percobaan tersebut diatas ada hubungan antara hipotalamus-
pituitari dengan mulainya peralinan.
3) Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina,
dan vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam
dan bawah panggul.
2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menhalangi jalan rahim).
Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah tua maka
menyebabkan turunya kadar estrogen dan progesterone sehinga
menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan
kontraksi.
d. Psikologi ibu
e. Posisi ibu
f. Penolong
Ketika persalinan dimulai peran ibu, keluarga dan petugas sangatlah
penting.
1) Peran Ibu : melahirkan ibunya.
2) Peran petugas : memantau proses persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi.
3) Peran keluarga : memberikan bantuan serta dukungan pada ibu saat
persalinan.
c. Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selam
persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal jika
tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara
dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit
meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju
pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang lama di anggap tidak
normal dan bias menyebabkan alkalosis.
g. Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial berkurang
banyak sekali selama persalinan. Selai itu, pengeluaran getah lambung
berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa terjadi
samapai mencapai akhir kala I.
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali ada perdarahan post partum.
b. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta
pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih
sering bersosialisasi dengan sesame ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar
pengalaman dan pendapat.
d. Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan
dan kasih saying yang le bih dari seseorang yang di cintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
7. Tanda-tanda Persalinan
Persalinan patut dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu
merasa nyeri abdomen berulang yang disertai dengan cairan lendir yang
mengandung darah atau blood show. Agar dapat mendiagnose persalinan, bidan
harus memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
a. Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks
secara progresif menipis dan membuka.
b. Kontraksi yang cukup/adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika :
- Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi
berlangsung sedikitnya 40 detik.
- Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bias menekan uterus
dengan menggunakan jari tangan.
PERSALINAN PERSALINAN
SESUNGGUHNYA SEMU
Interval antara rasa nyeri yang secara Tidak ada perubahan interval antara
perlahan semakin pendek rasa nyeri yang satu dengan yang lain.
Waktu dan kekuatan kontraksi semakin Tidak ada perubahan pada waktu dan
bertambah kekuatan kontraksi
Rasa nyeri tersa dibagian belakang dan Kebanyakan rasa nyeri di bagian
menyebar ke depan depan
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP Kepala belum masuk PAP walaupun
diantara kontraksi ada kontraksi
c. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil
jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi
ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter
suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis
(11 cm). Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul
atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena
moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan
defleksi.
Gambar 8.c - Kepala janin fleksi maksimal
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai
di dasar panggul.
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m.
levator ani kiri dan kanan.
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala
harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah
suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan
tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun- ubun kecil, ubun-ubun besar,
dahi, mata, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.
f. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan =
putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran
paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul.
g. Eksplusi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan
ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul sehingga pesalinan tidak
begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan
yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau
fleksi kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau
mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
h. Regresi Uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke
dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga menyarankan ibu
untuk berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus kekanan
sebelum kehamilan, sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari uterus
biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak lagi teraba dalam abdomen.
Refleks saraf yang diberikan oleh putting karena isapan bayi menstimuli
kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin, yang menyebabkan kontraksi
uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus di percepat dengan menyusui.
9. Pembagian Fase atau Kala Dalam Persalinan
b) Bloody show
Diartikan sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang
disertai dengan sedikit darah yang berasal dari ruptura pembuluh –
pembuluh kapiler yang halus didalam serviks. Lendir yang memenuhi
canalis servicalis selama kehamilan sebagai overculum.
d) Dilatasi serviks
Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap.
a) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap
pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
b) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan
serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
c) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4
jam), prodeksi urin ,aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan
dan minum.
b) Secara Duncan
Pelepasan mulai dari pinggir plasenta, sehingga bagian pinggir
plasenta yang lahir terlebih dahulu. Darah akan mengalir keluar antara
selaput ketuban dengan dinding rahim. Jadi perdarahan sudah ada sejak
sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh
plasenta lepas. Pelepasan DUNCAN terutama terjadi pada plasenta
letak rendah.
Selama 9 bulan, janin 'berenang' dalam sebuah kantung setipis balon berisi
cairan yang disebut air ketuban. Air ketuban berwarna putih keruh, mempunyai
bau yang khas, agak amis, dan berasa amis. Reaksinya agak alkalis atau netral,
dengan berat jenis 1,008. Cairan amnion merupakan bantalan dan pelindung
untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Komposisinya terdiri atas 98%
air, sisanya albumin, urea, asam urik, keratin, sel-sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa, dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter,
terutama albumin. Dijumpai lesitin dan sfingomielin amat berguna untuk
mengetahui apakah paru-paru janin sudah matang. Fungsi cairan amnion yang
juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan
zeng.
Cairan Amnion
Ketuban
Janin
- Kencing janin
- Asal campuran
c. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk
sementara.
d. Air ketuban juga berfungsi untuk membuat janin lebih leluasa bergerak di
dalam rahim. Pada usia kehamilan 18 minggu, janin biasanya sudah mulai
melakukan gerakan-gerakan kecil. Untuk mempermudah gerakan janin itulah
diperlukan adanya air ketuban.
e. Air ketuban juga memiliki peranan penting dalam proses pembentukan tubuh
janin terutama paru-paru, yang nantinya paru-paru tersebut berfungsi sebagai
alat pernafasan.
g. Air ketuban berfungsi sebagai media pelapis dari sisi membran timpanik yang
akan berdampak bagi pendengaran janin. Dengan adanya air ketuban maka
janin di dalam rahim bisa mendengarkan bunyi-bunyian dari luar tubuh ibu.
Air ketuban adalah media perantara bunyi yang asalnya dari luar sehingga
dapat masuk ke bagian telinga dalam janin.
h. Air ketuban bisa menstabilkan suhu di dalam rahim alias menjadi inkubator
yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin. Suhu yang
stabil di dalam rahim akan membuat janin merasa nyaman dan aman. Hal itu
terjadi karena air ketuban di daur ulang secara sistematis sehingga kestabilan
suhu di dalam rahim tetap terjaga.
i. Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi
kelainan yang dialami janin (Amniocentesis), khususnya yang berhubungan
dengan kelainan kromosom.
k. Ketuban juga bisa menjadi bantalan bagi janin dalam kandungan dari berbagai
bahaya seperti infeksi yang bisa menyebabkan gangguan pada tumbuh
kembang janin dan adanya trauma dari luar.
l. Cairan amnion menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan
zeng.
m. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di
dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
n. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan
membersihkan jalan lahir.
Tidak hanya bermanfaat bagi janin dalam kandungan, namun cairan ketuban
juga sangat penting bagi kesehatan ibu hamil. Air ketuban ini mengisi seluruh
rahim ibu hamil, sehingga ketika janin tumbuh dan berkembang tidak akan
menimbulkan tekanan terhadap rahim.
1) Definisi
2) Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas
maka usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD
antara lain :
a) Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
- Inkompetensi servik
- Kehamilan ganda
- Polihidramnion
- Trauma
- Distensi uteri
- Stress maternal
- Stress fetal
- Infeksi
- Prosedur medis
3) Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa
pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang
khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk
menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara:
4) Prognosis / Komplikasi
Ada pun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
a) Prognosis ibu
b) Prognosis janin
- Prematuritas
5) Penatalaksanaan
n) KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6
jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika
serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika
serviks tidak matang lakukan SC.
b. POLIHIDRAMNION
1) Definisi
b) Hidrops foetalis
c) Diabetes mellitus
d) Toksemia gravidarum
f) Eritroblastosis foetalis
2) Etiologi
3) Gejala Klinis
a) Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia kehamilan enam
minggu, besar perut Ibu seperti telah menginjak usia kehamilan
delapan hingga sembilan bulan
4) Diagnosis
a) Inspeksi
- Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya.
b) Palpasi
- Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding
perut, vulva dan tungkai
c) Auskultasi
d) Pemeriksaan Dalam
d) Solusio Plasenta
6) Penatalaksanaan
a) Waktu hamil
- Timbul his
- Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
- Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan fungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum fungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan.
c) Post partum
c. OLIGOHIDRAMNION
1) Definisi
2) Etiologi
a) Fetal :
- Kromosom
- Kongenital
- Kehamilan postterm
b) Maternal :
- Dehidrasi
- Insufisiensi uteroplasental
- Preeklamsia
- Diabetes
- Hypoxia kronis
c) Induksi Obat :
3) Patofisiologi
Fisiologi Normal :
Patofisiologi :
c) Postterm gestation
5) Gambaran Klinis
a) Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen.
b) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
d) Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.
g) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
6) Pemeriksaan Penunjang
7) Penatalaksanaan:
Tindakan Konservatif :
a) Tirah baring.
b) Hidrasi.
c) Perbaikan nutrisi.
f) Amnion infusion.
g) Induksi dan kelahiran
b) Aterm : persalinan.
c) Post-term : Persalinan
a) Prognosis :
b) Komplikasi :
- Congenital malformations
- Pulmonary hypoplasia
- Fetal morbidity
c) Akibat Oligohidramnion :
- Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat
bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit
jadi tenal dan kering ( lethery appereance )
2) Patofisiologi
Ketuban hijau yang terjadi pada neonatus erat kaitannya dengan resiko
terjadinya sindrom aspirasi mekonium. Ketuban hijau disebabkan oleh faktor -
faktor resiko diatas menyebabkan hipoksia dan fetal disstres pada janin yang
menyebabkan meningkatnya gerakan peristaltik usus janin dan berefek pada
kontraksi tonic sfingter ani atau membukanya sfingter ani. Stimulasi saraf
parasimpatis pada usus janin karena peristiwa hipoksia dan stressor lainya dapat
menyebabkan pergerakan usus dini, Hal ini menyebabkan mekonium keluar dan
menginfeksi air ketuban yang menyebabkannya berwarna hijau.
Ketuban hijau kental berwarna hijau pekat dan disertai subtansi mekonium
di dalamnya. ketuban ini bersifat kental seperti lumpur karena telah bercampur
dengan mekonium janin dalam jumlah yang besar. Hal ini lebih sering terjadi
pada kehamilan lewat bulan, infeksi pada ibu dalam waktu yang lama dan
pada janin yang mengalami hipoksia berat. Ketuban hijau kental adalah
penyebab utama terjadinya sindrom aspirasi mekonium yang berat dan bayi
baru lahir mengalami asfiksia berat.
Ketuban hijau keruh berwarna hijau terang atau hijau muda dan bersifat
cair. Hal ini lebih sering terjadi janin yang mengalami hipoksia ringan. Jarang
disertai asfiksia pada aat proses persalinan.
4) Faktor Resiko
Penyebab pasti terjadinya ketuban hijau saat ini masih menjadi perdebatan.
Namun ada beberapa faktor – faktor resiko yang bisa menyebabkan ketuban hijau
menurut Steven L. Gelfand, 2004, antara lain :
Infeksi lebih umum terjadi dan lebih berat pada wanita wanita yang
mengalami diabetes meitus gestational. Infeksi vagina, khususnya vaginitis
monolial, lebih umum terjadi. Infeksi traktus urinarius, lebih sering terjadi
pada wanita diabetik yang hamil, kemungkinan berhubungan dengan
glikosuria. Infeksi ini juga dapat menyebabkan resistansi insulin dan
ketoasidosis. Angka infeksi pascapartum diantara waanita diabetik-tergantung-
insulin dilaporkan lima kali lebih besar daripada wanita hamil bukan- diabetik.
Denyut jantung janin normal ada bayi mempunyai rentang normal 110
sampai 160 denyut/menit. Frekuensi DJJ di atas 160 denyut/menit atau
takikardi menandakan suatu tanda awal hipoksia janin yang disebabkan oleh
infeksi maternal atau infeksi fetal, seperti ketuban pecah lama disertai
amniosintesis dan anemia pada janin. Apabila janin mengalami bradikardi atau
DJJ dibawah 110 denyut/menit merupakan tanda akhir hipoksia janin dan
diketahui timbul sebelum kematian janin. Bradikardi dapat terjadi sebagai
akibat obat-obatan, seperti obat anestetik yang ditransfer melalu plasenta,
kompresi tali pusat yang lama, dan hipotensi pada ibu.
Faktor – faktor resiko bayi lahir dengan ketuban hijau dapat disebabkan dari
faktor ibu. Ketuban hijau terjadi akibat faktor - faktor resiko diatas menyebabkan
hipoksia dan fetal disstres pada janin yang menyebabkan meningkatnya gerakan
peristaltik usus janin dan berefek pada kontraksi tonic sfingter ani atau
membukanya sfingter ani. Stimulasi saraf parasimpatis pada usus janin karena
peristiwa hipoksia dan stressor lainya dapat menyebabkan pergerakan usus dini,
Hal ini menyebabkan mekonium keluar dan menginfeksi air ketuban yang
menyebabkannya berwarna hijau dan tercemar oleh mekonium.
Ketuban hijau merupakan salah satu faktor resiko bayi lahir mengalami infeksi
neonatal. Ketuban hijau dapat terhirup bayi dan menginfeksi paru – paru dan
gastrointestinal. Penilaian infeksi pada neonatal dapat menggunakan hasil
laboratorium yang diperiksa segera setelah lahir.
1. Pengertian
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien
yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah
sudah tepat, lengkap dan akurat.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi
yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus
mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan
terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap
aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah
semua rencana asuha telah dilaksanakan.
g. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.