Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy
loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama
setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara
itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau
kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan
mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus
per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-
20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya
bisa mendekati 50%.

1
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE
pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap
komplikasi yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan abortus imminen?
2. Apakah yang dimaksud dengan abortus insipient?
3. Apakah yang dimaksud dengan abortus inkomplit?
4. Apakah yang dimaksud dengan abortus komplit?
5. Apakah yang dimaksud dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)?
6. Apakah yang dimaksud mola?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian abortus imminen
2. Untuk mengetahui pengertian abortus insipient
3. Untuk mengetahui pengertian abortus inkomplit
4. Untuk mengetahui pengertian abortus komplit
5. Untuk mengetahui pengertian Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
6. Untuk mengetahui pengertian mola

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.1.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor dari janin (fetal yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom)
2. Faktor dari ibu (maternal, yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal
seperti hipotiroidisme, diabetes melllitus, malnutrisi, penggunaan obat-
obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek
anatomis seperti uterus didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan
pembukaan serviks sebelum waktu inpartu, umumnya pada trimester
kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
3. Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma
Tabel jenis dan derajat abortus
Diagnosis Perdarahan Uterus Serviks Gejala khas Gejala lain

Abortus Sediki- Sesuai Tertutup Tidak ada Pt positif


Iminens sedang usia lunak ekspulsi
Kram
gestasi jaringan
konsepsi Uterus lunak

Abortus Sedang- Sesuai Terbuka Tidak ada Kram


insipiens banyak usia lunak ekspulsi sedang/kuat
kehamilan jaringan
uterus lunak
atau lebih konsepsi
kecil

3
Abortus Sedikit- Lebih Terbuka Ekspulsi Kram kuat
inkomplit banyak kecil dari lunak sebagian
Keluar jaringan
usia jaringan
gestasi konsepsi Uterus lunak

Abortus Sedikit/ tidak Lebih Lunak Ekspulsi Sedikit/tak kram


komplit ada kecil dari (Terbuka/ seluruh keluar jaringan
usia tertutup) jaringan
Uterus kenyal
gestasi konsepsi

2.1.2 Tatalaksana umum

1. Lakukan penilaian awal secara cepat mengenai keadaan umum ibu


termasuk tanda-tanda vital( nadi,tekanan darah, pernafasan, suhu).

2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan


sistosil <90 mmHg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana awal syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Bila terdapat
dugaan sepsis/dugaan aborus dengan komplikasi, berikan antibiotika
sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:

a. Ampicillin 2 g IV/IM kemudia 1 g diberikan setiap 6 jam

b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

3. Segera rujuk ibu ke rumah sakit

4. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapatkan dukungan


emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.

5. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

4
2.2 Abortus iminens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ovarium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran
Penderita akan merasa mulas karna kontraksi yang sering dang
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus
dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan,
gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah
mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding rahim.
Pengelolaan penderitaan ini harus memperhatikan keadaan umum
dan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera dilakukan tindakan
pengeluaran/evakuasi hasil konsopi disusul dengan kuretase bila
pendarahan banyak. Pada umur kehamilan diatas 12 minggu , uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus
hati-hati, jika perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian
disusul dengan tindakan kuretase sambil memberikan uterotonika. Hal ini
diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.
Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika,
dan antibiotika profilaksis.

2.2.1 Tatalaksana khusus:


1. Pertahankan kehamilan
2. Tidak perlu pengobatan khusus
3. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
4. Pasien harus diistirahatkan atau tirah baring total selama 24-48 jam.
5. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG

5
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
6. Jika perdarahan tidak berhenti nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain pasien harus dievaluasi ulang
7. Bila keadaannya membaik, pasien dipulangkan dan dianjurkan periksa
ulang 1 hingga 2 minggu mendatang.

2.3 Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari


rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan
leher rahim, namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini
terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama
semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher Rahim.
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan
merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya
bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati
pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin
dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak
normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya.
Perhatikan ada tidaknya pelepasan plasenta dari dinding uterus.[2,hal.469]

6
Aborsi yang tak terelakkan (abortus insipiens). Ruptur kotor pada
membran, yang diakibatkan oleh kebocoran cairan amnion, dengan adanya
sinyal dilatasi serviks hampir pasti aborsi. Biasanya, kontraksi uterus
dimulai segera, mengakibatkan aborsi, atau infeksi berkembang. Aliran
cairan dari rahim selama paruh pertama kehamilan tanpa konsekuensi
serius. Cairan mungkin telah terkumpul sebelumnya antara amnion dan
chorion.[3]

2.3.1 Penanganan Awal Abortus Insipient


Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila
perdarahan banyak. Pada umur kehamilan di atas 12 minggu, uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus
hati-hati, kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang
kemudian disusul dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika.
Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding
uterus. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian
uterotonika, dan antibiotika profilaksis [2.hal,469]
Jadi, jika pengeluaran cairan tiba-tiba pada awal kehamilan terjadi
sebelum rasa sakit, demam, atau pendarahan, wanita itu dapat ditidurkan
dan diamati. Jika setelah 48 jam tidak ada cairan amnion yang keluar, dan
tidak ada perdarahan, nyeri, atau demam, ia dapat melanjutkan

7
aktivitasnya yang biasa kecuali untuk segala bentuk penetrasi vagina.
Namun, jika semburan cairan disertai atau diikuti oleh perdarahan, nyeri,
atau demam, aborsi harus dianggap tak terelakkan dan rahim
dikosongkan.[3]

 Lakukan konseling untuk menjelaskan


kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi,
serta memberikan informasi mengenai
kontrasepsi pascakeguguran. Jika usia
kehamilan kurang dari 16 minggu:
lakukan evakuasi isi uterus lihat lampiran A.3).

Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:


a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian
bila perlu)
b. Rencanakan evakuasi segera.
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi
sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
b. Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi
 Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa keadaan
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar
Hb>8 gldl, ibu dapat diperbolehkan pulang.[4. Hal.86]

8
2.4 Abortus Inkomplit

Abortus inkompletus adalah pendarahan pada kehamilan muda


dimana sebagian dari hasil konsepsi telah ke luar dari kavum uteri melalui
kanalis servikalis.[5] Pengeluaran dengan sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.[2] Sehingga, sisanya memberikan gejala klinis.

2.4.1 Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi :

1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis


2. Pendarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
3. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi.
4. Dapat ditandai degenerasi ganas (korio karsinoma).[6]

2.4.2 Penilaian awal dari abortus inkompletus :


1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda syok pasien (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik <90 mmHg, nadi >112x/menit)[5]
3. Bila terdapat syok karena pendarahan yang rembes dan pendarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam
penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena
perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau
cairan Ringer yang disusul dengan transfusi.[2] Setelah syok diatasi,
dilakukan pemeriksaan lanjutan dan penanganan yang spesifik.

2.4.3 Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:

1. Kanalis servikalis terbuka


2. Dapat diraba jaringan dalam rahim atau karnalis servikalis.
3. Kanalis servikalis tertutup dan pendarahan berlangsung terus.
4. Dengan pemeriksaan sonde pendarahan bertambah.[6]
5. Kram atau nyeri perut bawah.

9
6. Ekspulsi sebagian hasil konsepsi[5]

2.4.4 Tatalaksana Khusus


Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsi)
1. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital
atau cunam ovum. Setelah itu, evaluasi pendarahan :
- Bila pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
- Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin)
2. Bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
3. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap
8 jam
4. Bila terjadi pendarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,
segera lakukan evakuasi dengan AVM
5. Bila pasien tampak anemis, berikan sulfuas ferosus 600 mg perhari
selama 2 minggu (anemia sedang) atau tranfusi darah untuk anemia
berat.

Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus


tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal yang berikut ini :
1. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus
atau cedera intra-abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam,
perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang)
2. Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu atau benda-
benda lainnya dari regio genitalia

10
3. Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada
dinding vagina atau kanalis servikalisdan pasien pernah diimunisasi.
4. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti
tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid
0,5 ml setelah 4 minggu.
5. Konseling untuk konstrasepsi pasca keguguran dan pemantauan
lanjut.[6]

2.5 Abortus Komplit

Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan


muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.

2.5.1 Tanda dan Gejala :

1. Biasa tidak ada keluhan .


2. Biasa diawali dngan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh,
tapi pertumbuhan terhenti.
3. Pada pemeriksaan USG akan didapatka uterus yang mengecil ,
kantong yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
4. Pemeriksaan tes urine biasa hasil negatif setelah satu minggu dari
terhentinya kehamilan.

2.5.2 Faktor resiko atau predisposisi yang (diduga) berhubungan


dengan terjadinya abortus:

1. Usia ibu yang lanjut.


2. Riwayat Obstetri/ginekologi yang kurang baik.
3. Riwayat Infertilitas.
4. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya
diabetes, penyakit imunologi sistemik,dll)
5. Berbagao macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)

11
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatan,
alkohol, radiasi,dsb)
7. Trauma abdomen/ pelvis pada trimester pertama.
8. Kelainan kromosom (trisomi/monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling
sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.

2.5.3 Tatalaksana Khusus Abortus Komplit


 Tidak diperlukan evakuasi.
 Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
 Observasi keadaan ibu.
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan
transfusi darah.
 Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu

2.6 Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim


(uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba
falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di
dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka
akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang
disebut kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) adalah gangguan yang muncul


akibat implantasi hasil konsepsi (blastosit) diluar endometrium kavum
uteri (95 %) yang terjadi abortus tubaria atau ruptur tuba maupun yang
belum (Kehamilan Ektopik Belum Terganggu)

2.6.1 Etiologi

12
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur
dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor
resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:

 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya


 Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbul gangguan pada
motilitas saluran telur.

 Riwayat operasi tuba.

 Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang

 Aborsi tuba dan pemakaian IUD.

 Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.

 Abortus buatan

 Operasi pada tuba.

 Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-


perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat
terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.

2.6.2 Patofisiologi

Prinsip patofisiologinaya adalah adanya gangguan mekanik terhadap


ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada
suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu.

Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini:

 Kemungkinan "tubal abortion", lepas, keluar darah dan jaringan ke


ujung distal (fimbrie) ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla darah yang keluar dan kemudian

13
masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena
dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

 Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,


sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.

 Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

 Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantas pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda.

 Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.

2.6.3 Tanda dan Gejala


 Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang
 Kesadaran menurun
 Pucat
 Hipotensi dan hypovolemia
 Nyeri abdomen dan pelvis
 Nyeri goyang porsio
 Serviks tertutup
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat beda-beda;
dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut
sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosanya

Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik


terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.

14
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin.

Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik


dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai
oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga
sulit untuk membuat diagnosanya.

2.6.4 Diagnosis

Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa


cara ditegakkan, antara lain dengan melihat:

 Anamnesis dan gejala klinis

 Riwayat terlambat haid

 Gejala dan tanda kehamilan muda

 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam

 Ada nyeri perut kanan/kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri


tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.

 Pemeriksaan fisik.

 Didapatkan rahim yang juga membesar, ada daerah adneksa.

 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat


dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda akut abdomen,.
yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
pada dinding abdomen.

 Pemeriksaan ginekologis (Pemeriksaan dalam): serviks teraba


lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri

15
2.6.5 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomy. Saat laparotomi,
lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
1) Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi
(eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
2) Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk
penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4
minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60
mg/hari selama 6 bulan.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga
perut sebanyak mungkin dikeluarkan.

Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus


dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil
ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan
bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.

16
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi,


infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.

2.6.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:

 Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik


terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan
ulang, ini merupakan indikasi operasi.

 Infeksi

 Sterilitas

 Pecahnya tuba falopii

 Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya


embrio.

2.6.7 Prognosis

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu, cenderung turun


dengan pemeriksaan diagnosis secara dini dan persediaan darah yang
cukup. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi

17
lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar
antara 0-14,6%. Kernungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar
50%.

2.6.8 Pemerksaan Penunjang

 Pemerikasaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit tes


kehamilan bila baru terganggu.

 Dilatasi kuretasi.

 Kuldosentesis, yaitu sustu cara pemeriksaan untuk mengetahui


apakah di dalam kavum Duoglasi terdapat darah. Teknik
kuldosintesis:
- Baringkan pasien pada posisi litotomi.
- Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic
- Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan
cunam serviks. Lakukan teraksi ke depan sehingga forniks
posterior tampak. Suntikan jarum spinal no.18 ke cavum
immiDuoglasi dan lakukan pengisapan dengan semprit 10 ml.
- Bila pada penghisapan keluar darah, perhatikan apakah
darahnya berwarna coklat kehitaman, tidak membeku atau
berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel
retrouterina.

 Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong


gestasi di luar uterus.

 Laparoskopi atau laparatomi sebagai pendekatan diagnosis


terakhir.

2.7 Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional,


yang disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang disebabkan oleh
proliferasi trofoblastik dan edem.

2.7.1 Tanda dan Gejala


a. Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak
b. Mual dan muntah hebat
c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan

18
d. Tidak ditemukan janin intrauteri
e. Nyeri perut
f. Serviks terbuka
g. Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
h. Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penegakkan diagnosis kehamilan mola dapat dibantu dengan
pemeriksaan USG.
2.7.2 Faktor Predisposisi
a. Usia – kehamilan terlalu muda dan tua
b. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
c. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan kontraseptif oral
2.7.3 Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam
untuk mendilatasi serviks serta siapkan darah untuk transfusi,
terutama pada mola berukuran besar.
b. Tatalaksana Khusus
Lakukan evakuasi dengan menggunakan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) dan kosongkan isi uterus secara cepat. Pastikan
tersedia tiga tabung AVM yang siap dipakai karena
banyaknya jaringan yang dievakuasi. Aspirasi vakum elektrik
lebih diutamakan bila tersedia.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang


berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500
gram. Perlu dikemukakan bahwa hasil konsepsi adalah seperti benda asing yang
berimplantasi dalam uterus sehinga terjadi upaya mempertahankan dan menolak
benda asing tersebar dengan berbagai reaksi tubuh.

Faktor utama untuk mempertahankannya adalah sistem hormon dan sistem


imunologi. Sistem hormon berupa produksi human chorionic gonadotrophin
(HCG) dan progesteron. Sistem imunologi berupa imunologi lokal maupun
imunologi umum tubah. Dengan demikian, kehamilan dapat berlangsung sampai
aterm dan sampai berlangsung persalinan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mudah untuk
dipahami, mohon maaf apabila masih ada kesalahan pada penulisannya karna
kami masih dalam peroses pembelajaran. Terima Kasih

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. Ida bagus. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC
2. Prawirohardjo,Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirhardjo
3. F. Gary. III. Williams. 2005. Williams obstetrics twenty-second edition.
4. Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta.WHO,Baktihusada,IBI
5. Prawirohardjo,Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo
6. Prof. Dr. Ida bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed.Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013
8. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
9. Varney. 1997. Varney’s Midwifer. 3rd Edition. Jones and Barlet
Publishers. Sudbury: England
10. dr. Taufan Nugroho. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika
11. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

12. Setyarini, Didien Ika dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

21

Anda mungkin juga menyukai