PENDAHULUAN
1
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE
pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap
komplikasi yang terjadi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian abortus imminen
2. Untuk mengetahui pengertian abortus insipient
3. Untuk mengetahui pengertian abortus inkomplit
4. Untuk mengetahui pengertian abortus komplit
5. Untuk mengetahui pengertian Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
6. Untuk mengetahui pengertian mola
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2.1.1 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor dari janin (fetal yang terdiri dari: kelainan genetik (kromosom)
2. Faktor dari ibu (maternal, yang terdiri dari: infeksi, kelainan hormonal
seperti hipotiroidisme, diabetes melllitus, malnutrisi, penggunaan obat-
obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek
anatomis seperti uterus didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan
pembukaan serviks sebelum waktu inpartu, umumnya pada trimester
kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
3. Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma
Tabel jenis dan derajat abortus
Diagnosis Perdarahan Uterus Serviks Gejala khas Gejala lain
3
Abortus Sedikit- Lebih Terbuka Ekspulsi Kram kuat
inkomplit banyak kecil dari lunak sebagian
Keluar jaringan
usia jaringan
gestasi konsepsi Uterus lunak
4
2.2 Abortus iminens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ovarium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran
Penderita akan merasa mulas karna kontraksi yang sering dang
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus
dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan,
gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah
mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan plasenta dari
dinding rahim.
Pengelolaan penderitaan ini harus memperhatikan keadaan umum
dan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera dilakukan tindakan
pengeluaran/evakuasi hasil konsopi disusul dengan kuretase bila
pendarahan banyak. Pada umur kehamilan diatas 12 minggu , uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus
hati-hati, jika perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian
disusul dengan tindakan kuretase sambil memberikan uterotonika. Hal ini
diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.
Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika,
dan antibiotika profilaksis.
5
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
6. Jika perdarahan tidak berhenti nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain pasien harus dievaluasi ulang
7. Bila keadaannya membaik, pasien dipulangkan dan dianjurkan periksa
ulang 1 hingga 2 minggu mendatang.
6
Aborsi yang tak terelakkan (abortus insipiens). Ruptur kotor pada
membran, yang diakibatkan oleh kebocoran cairan amnion, dengan adanya
sinyal dilatasi serviks hampir pasti aborsi. Biasanya, kontraksi uterus
dimulai segera, mengakibatkan aborsi, atau infeksi berkembang. Aliran
cairan dari rahim selama paruh pertama kehamilan tanpa konsekuensi
serius. Cairan mungkin telah terkumpul sebelumnya antara amnion dan
chorion.[3]
7
aktivitasnya yang biasa kecuali untuk segala bentuk penetrasi vagina.
Namun, jika semburan cairan disertai atau diikuti oleh perdarahan, nyeri,
atau demam, aborsi harus dianggap tak terelakkan dan rahim
dikosongkan.[3]
8
2.4 Abortus Inkomplit
9
6. Ekspulsi sebagian hasil konsepsi[5]
10
3. Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada
dinding vagina atau kanalis servikalisdan pasien pernah diimunisasi.
4. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti
tetanus (ATS) 1500 Unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid
0,5 ml setelah 4 minggu.
5. Konseling untuk konstrasepsi pasca keguguran dan pemantauan
lanjut.[6]
11
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatan,
alkohol, radiasi,dsb)
7. Trauma abdomen/ pelvis pada trimester pertama.
8. Kelainan kromosom (trisomi/monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling
sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
2.6.1 Etiologi
12
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur
dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor
resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:
Abortus buatan
2.6.2 Patofisiologi
13
masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena
dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantas pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda.
Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam
rongga perut, kadang-kadang sedikit banyak, sampai menimbulkan
syok dan kematian.
14
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin.
2.6.4 Diagnosis
Pemeriksaan fisik.
15
2.6.5 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomy. Saat laparotomi,
lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
1) Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi
(eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)
2) Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan
salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi
dikeluarkan, tuba dipertahankan)
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk
penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4
minggu. Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60
mg/hari selama 6 bulan.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga
perut sebanyak mungkin dikeluarkan.
16
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
2.6.6 Komplikasi
Infeksi
Sterilitas
2.6.7 Prognosis
17
lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar
antara 0-14,6%. Kernungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar
50%.
Dilatasi kuretasi.
18
d. Tidak ditemukan janin intrauteri
e. Nyeri perut
f. Serviks terbuka
g. Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
h. Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penegakkan diagnosis kehamilan mola dapat dibantu dengan
pemeriksaan USG.
2.7.2 Faktor Predisposisi
a. Usia – kehamilan terlalu muda dan tua
b. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
c. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan kontraseptif oral
2.7.3 Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, ibu harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam
untuk mendilatasi serviks serta siapkan darah untuk transfusi,
terutama pada mola berukuran besar.
b. Tatalaksana Khusus
Lakukan evakuasi dengan menggunakan Aspirasi Vakum
Manual (AVM) dan kosongkan isi uterus secara cepat. Pastikan
tersedia tiga tabung AVM yang siap dipakai karena
banyaknya jaringan yang dievakuasi. Aspirasi vakum elektrik
lebih diutamakan bila tersedia.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mudah untuk
dipahami, mohon maaf apabila masih ada kesalahan pada penulisannya karna
kami masih dalam peroses pembelajaran. Terima Kasih
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. Ida bagus. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC
2. Prawirohardjo,Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirhardjo
3. F. Gary. III. Williams. 2005. Williams obstetrics twenty-second edition.
4. Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan. Jakarta.WHO,Baktihusada,IBI
5. Prawirohardjo,Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo
6. Prof. Dr. Ida bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed.Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013
8. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
9. Varney. 1997. Varney’s Midwifer. 3rd Edition. Jones and Barlet
Publishers. Sudbury: England
10. dr. Taufan Nugroho. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika
11. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
21