MELANOMA MALIGNA
Disusun Oleh:
Desya Billa Kusuma Aninbhira (1102014070)
Pembimbing:
dr. Hapsari Triandriyani, M.Kes, Sp.KK
dr. Gayanti Germania, Sp.KK
dr. Christilla Citra Aryani, Sp.KK
2.1 Definisi
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan yang
terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya berlokasi di kulit tetapi juga
ditemukan di mata, telinga, traktus GI, leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia.
Karena sebagian besar sel melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma seringkali
berwarna coklat atau hitam.
2.2 Epidemiologi
The American Cancer Society memperkirakan bahwa 91.270 kasus melanoma kulit akan
didiagnosis di Amerika Serikat pada 2018 (55.150 pada pria dan 36.120 pada wanita). Tingkat
keseluruhan melanoma meningkat pesat selama 3 dekade terakhir. Namun, sejak 2005 hingga
2014, angka tersebut stabil pada orang yang lebih muda dari 50 tahun, tetapi meningkat sebesar
3% per tahun pada orang yang berusia 50 tahun ke atas. [8]
Meskipun melanoma hanya menyumbang sekitar 1% kanker kulit, melanoma bertanggung
jawab atas sebagian besar kematian akibat kanker kulit. American Cancer Society
memperkirakan bahwa 9.320 orang di AS (5.990 pria dan 3.330 wanita) akan meninggal karena
melanoma pada tahun 2018.
Statistik internasional
Insiden melanoma maligna telah meningkat dengan cepat di seluruh dunia, dan peningkatan
ini terjadi pada tingkat yang lebih cepat daripada kanker lain kecuali kanker paru pada wanita.
Queensland, Australia, memiliki insiden melanoma tertinggi di dunia, sekitar 57 kasus per
100.000 orang per tahun. Israel juga memiliki salah satu insiden tertinggi, sekitar 40 kasus per
100.000 orang setiap tahunnya.
Demografi rasial
Melanoma lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada kulit hitam dan orang Asia. Laju
melanoma pada orang kulit hitam diperkirakan menjadi seperduapuluh dari kulit putih. Orang
kulit putih dengan kulit gelap juga memiliki risiko lebih rendah mengembangkan melanoma
daripada mereka yang memiliki kulit terang. Pasien yang khas dengan melanoma memiliki
kulit yang cerah dan cenderung terbakar sinar matahari daripada berjemur. Orang kulit putih
dengan rambut pirang atau merah dan freckling yang banyak tampaknya paling rentan terhadap
melanoma. Di Hawaii dan Amerika Serikat barat daya, kulit putih memiliki insiden tertinggi,
sekitar 20-30 kasus per 100.000 orang per tahun.
b) Nodular Melanoma
Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya sangat cepat dan
berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak 15%-30% kasus melanoma
yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan nodular melanoma. Dapat terjadi pada semua
umur, namun lebih sering pada individu berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya adalah
tungkai dan tubuh. Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat kemerahan atau biru
hingga kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau
polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan trauma minor,
timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau tidak berpigmen. Fase
perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan sulit di identifikasi dengan deteksi
ABCDE.,
c) Lentigo Maligna Melanoma
Sebanyak 4-10 % kasus melanoma merupakan tipe Lentigo Maligna melanoma.
Terjadi pada kulit yang rusak akibat terpapar sinar matahari pada usia pertengahan dan lebih
tua, khususnya pada wajah, leher dan lengan. Melanoma tipe ini pada tahap dini terdiagnosa
sebagai bercak akibat umur atau terpapar matahari. Karena mudah sekali terjadi salah diagnosa
maka tipe ini dapat tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan cukup berbahaya. Pertumbuhan
tipe ini sangat lambat yaitu sekitar 5-20 tahun.
Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-tahun.
Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi coklat tua sampai hitam atau
timbul nodul yang biru kehitaman. Pada permukaan dijumpai bercak-bercak warna gelap
(warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi nodul biru kehitaman invasive agak
hiperkeratonik.
Pada epidermis di dapatkan Melanositik atipik sepanjang membrane basalis, berbentuk
pleomorfik dengan inti yang atipik. Sel – sel yang di jumpai berbentuk kumparan. Sedangkan
pada dermisnya terdapat Infiltrasi limfosit dan makrofag yang mengandung melanin.
Gambaran yang paling khas paling baik di lihat pada daerah macula berpigmen.
Tampak adanya gambaran proliferasi melanosit atipikal sepanjang lapisan basal.
Selain 4 tipe tersebut terdapat juga salah satu tipe yaitu Non pigmentasi hanya sebanyak
<5% dari jumlah kasus melanoma di Amerika Serikat.. Tipe ini tidak berpigmen dan secara
klinis tampak pink atau gambaran kemerahan.Variasinya yaitu Desmoplastic/ neurotropic
melanoma, mucosal (lentigenous melanoma), malignant blue nevus.
Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa
maupun melanoma maligna. Diagnosa pasti keganasan di tentukan dengan pemeriksaan
patologi anatomi. Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini, sehingga
diagnosa melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru
atau adanya tahi lalat yang berubah.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi melanoma merupakan salah satu proses yang digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh sel-sel kanker tersebut telah bermetastase. Deskripsi klasifikasi tersebut meliputi
ukuran, dan apakah tumor tersebut telah menyebar ke organ lain. Adanya klasifikasi ini,
merupakan standar petugas kesehatan dalam melihat sel-sel kanker tersebut sehingga dapat
memberikan penatalaksanaan yang tepat.
Gambar 17. Perbandingan gambaran klinik (A) dan dengan menggunakan epiluminescence
microscopy (B)
2.8 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama dari melanoma maligna, yang hampir 100% efektif pada
masa-masa awal tumor. Pembedahan ini, dilakukan dengan cara eksisi luas dan dalam dengan
pinggir sayatan yang direkomendasikan sesuai tabel berikut:
Management of Melanoma Patients
Pemetaan lymfatik dan sentinel node biopsy merupakan solusi efektif untuk
dilakukannya lymphadenectomy pada pasien dengan melanoma yang tipis dan secara klinis
kelenjar tidak teraba. Teknik ini dikembangkan pada awal tahun 1990an dengan pemberian zat
warna patent blue V atau isosulfan blue secara intradermal diats tumor saat dilakukan eksisi
luas. Pada eksplorasi kelenjar getah bening akan ditemukan saluran-saluran getah bening yang
berwarna biru, yang menuju kesuatu kelenjar yang berwarna biru pula, lebih dari 80% kelenjar
ini dapat ditemukan. Kelenjar getah bening diangkat dan dilakukan frozen section, jika positif
mengandung metastasis sel tumor baru akan diseksi. Pada penelitian Reintgen menemukan
bahwa sel melanoma maligna menjalar lebih teratur dan jelas dibandingkan dengan tumor
padat lainnya. Jika pada sentinel node ini tidak ditemukan metastasis maka kelenjar lain juga
diasumsikan tidak mengandung metastasis. Cara ini dipermudah dengan menggunakan
lymphoscintigraphy dengan penyuntikan Technitiun (TC99m) ke dalam tumor 1 hari sebelum
operasi. Dengan alat pelacak isotop akan dapat ditentukan tempat insisi kulit di daerah kelenjar
getah bening regional tumor tersebut. Pada penelitian dari 612 pasien pada stage I/II tidak
didapatkan angka recurrent sebesar 60%.,
b. Terapi Adjuvant
Karena pengobatan definitive dari melanoma kulit adalah dengan pembedahan, maka
terapi medikamentosa diberikan sebagai terapi tambahan dan penatalaksanaan pada pasien
melanoma stadium lanjut. Pasien yang memiliki melanoma dengan tebal lebih dari 4 mm atau
metastase ke limfonodi dengan pemberian terapi adjuvant dapat meningkatkan angka
ketahanan hidup. Studi di berbagai center kesehatan menunjukkan pemberian interferon alpha
2b (IFN) menambah lamanya ketahanan hidup dan ketahanan terhadap terjadinya rekurensi
Melanoma, sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) mengajurkan IFN sebagai
terapi tambahan setelah eksisi pada pasien dengan resiko recurrent. IFN γ dilaporkan tidak
efektif pada fase I atau II dari melanoma yang bermetastase, namun potensi IFN γ yang
merupakan mediator pembunuh alami Limfosit T sitotoksik, sebuah pengaktivasi makrofag,
dn HLA klas II ekspresi antigen, merupakan hal yang tak dapat diabaikan.
Interleukin-2 (IL-2) pada penelitian terakhir, dalam dosis tinggi baik diberikan sendiri
maupun dengan kombinasi bersama sel lymphokine activated killer menghasilkan respon pada
pasien sebesar 15% sampai 20%, dengan respon lengkap sebesar 4-6%.
Terapi adjuvan lain selain IFN yaitu Kemoterapi dengan macamnya yaitu:
Dacarbazine (DTIC), baik diberikan sendiri maupun kombinasi bersama Carmustine
(BCNU) dan Cisplastin.
Cisplastin, vinblastin, dan DTIC
Temozolomide merupakan obat baru yang mekanisme kerjanya mirip DTIC, tetapi bisa
diberikan per oral.
Melphalan juga dapat diberikan pada melanoma dengan prosedur tertentu.
Terapi-terapi adjuvan yang lainnya diantaranya yaitu dengan biokemoterapi, yaitu
merupakan kombinasi terapi antara kemoterapi dan imunoterapi, imunoterapi sendiri dan gen
terapi.
Dalam kepustakaan lain disebutkan juga adanya terapi radiasi pada melanoma yang
merupakan terapi paliatif. Radioterapi sering digunakan setelah pembedahan pada pasien
dengan lokal atau regional melanoma atau untuk pasien dengan unresectable dengan metastasis
jauh. Terapi ini dapat mengurangi recurence lokal tetapi tidak memperbaiki prolong survival.
Radioimunoterapi pada metastase melanoma masih dalam penelitian, pada penelitian
yang dilakukan National Cancer Institute (NCI) terapi ini menunjukkan kesuksesan. Terapi ini
dengan memberikan auotologous lymphocytes yang kemudian mengkode T cell receptors
(TCRs) pada lymphosit pasien, kemudian telah terbentuk manipulasi lymphosit yang melekat
pada molekul di permukaan sel melanoma yangf kemudian membunuh sel melanoma tersebut.
2.9 Pencegahan
Pada prinsipnya, pencegahan dilakukan dengan cara menghindari pajanan sinar matahari
secara intens. Sehingga pencegahan dapat dilakukan dengan jalan:
a. Membatasi pajanan sinar Ultraviolet terhadap kulit. Hal ini bisa dilakukan dengan jalan
mencari tempat yang teduh jika berada di luar gedung, memakai baju panjang untuk
mengurangi banyaknya kulit yang terpajan matahari, dan menggunakan lotion sunscreen
dengan SPF 15 atau lebih pada kulit yang terpajan sinar matahari, serta menggunakan
kacamata hitam untuk perlindungan mata.
b. Menghindari sumber-sumber sinar UV lainnya, seperti tempat tidur yang digunakan untuk
mencoklatkan kulit di salon-salon kecantikan.
2.10 Komplikasi
1. Metastasis dapat terjadi pada local (di dalam atau sekitar lesi primer), pada limfonodi,
atau pada:
Kulit yang jauh dari lesi primer
Limfonodi yang jauh
Organ-organ dalam
Tulang
CNS.
2. Metastasis dapat berlangsung cepat secara hematogen maupun limfogen.
3. Ulkus mudah berdarah.
2.11 Prognosis
Prognosis melanoma tidak ditentukan oleh satu macam faktor saja, namun multifaktor
dan utamanya bergantung pada: (1) ketebalan tumor, (2) ada tidaknya ulserasi secara histologi,
dan (3) adanya metastase pada kelenjar limfe.
Pada Cutaneus Melanoma stage I dan II:
Bila ketebalan tumor ≤ 1mm diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup antara 91-
95% tergantung ada tidaknya ulserasi secara histologi dan klasifikasi Clark lebih
besar dari tingkat III.
Ketebalan tumor 1-4 mm, diasosiasikan dengan angka ketahan hidup antara 63-89%
bergantung pada ulserasi dan ketebalan dari tumor primer.
Tebal tumor >4 mm memiliki angka ketahanan hidup 67% tanpa ulserasi, dan 45%
dengan adanya ulserasi primer.
Adanya ulserasi akan menurunkan angka ketahanan hidup pada setiap tingkat tumor.
Stage III
Metastase pada kelenjar limfe regional diasosiasikan dengan angka ketahanan hidup 5
tahun sebesar 13-69%, tergantung pada jumlah kelenjar limfe yang telah terkena, secara
mikroskopik maupun makroskopik, dan adanya ulserasi pada tumor primer.
Stage IV
Prognosis untuk melanoma yang telah bermetastase jauh sangatlah buruk, dengan
angka ketahanan hidup median hanya 6-9 bulan dan 5 tahun sebesar 7-19%, tergantung
pada tempat yang terkena metastase. Umumnya, metastase pada jaringan lunak, kelnjar,
dan paru-paru memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan adanya
metastase ke organ-organ dalam, seperti hati.
DAFTAR PUSTAKA