Anda di halaman 1dari 12

KOPERASI DAN UMKM

RPS 2

NAMA KELOMPOK:

COKORDA ALIT WIRAYUDHA 1607521092

I GUSTI PUTU PUTRA SUAMBARA 1607521107

I DEWA GEDEG WILANTA TINTARA 1607521146

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
2.1 Penyebaran Organisasi Koperasi Modern

Organisasi koperasi terdapat hampir disemua Negara industry dan Negara berkembang. Pada
mulanya organisasi tersebut tumbuh di Negara – Negara industry di Eropa Barat, namun kemudian setelah
adanya kolonialisme di beberapa Negara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, koperasi juga tumbuh di
Negara – Negara jajahan. Setelah Negara – Negara jajahan mengalami kemerdekaan, banyak Negara yang
memanfaatkan koperasi sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kesejahteraan. Bahkan koperasi sebagai
salah satu alat pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pembangunan.

2.2 Penyebaran Organisasi Koperasi Modern


Koperasi modern di dirikan pada akhir abad ke-18 terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah
sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri . Perubahan-perubahan yang berlangsung saat itu
terutama disebabkan oleh perkembangan ekonomi pasar dan penciptaan berbagai persyaratan pokok dalam
ruang lingkup dimana berlangsung proses industrialisasi serta modernisasi perdagangan dan pertanian yang
cepat . Industri yang mula-mula bercorak padat karya berubah menjadi padat modal dan produksi yang
mula-mula dilaksanakan berdasarkan pesanan berubah menjadi produksi untuk kebutuhan pasar (produksi
massa) , bukan hanya pasar dalam negeri dan pasar di negara-negara Eropa tetapi juga pasar di daerah
jajahan . Perubahan ini membawa dampak terhadap berbagai kalangan masyarakat , ada yang di untungkan
tetapi ada juga yang di rugikan . Mereka yang paling menderita selama tahap-tahap awal perubahan struktur
ekonomi praindustri yang demikian cepat , terdapat pada berbagai lapisan masyarakat , terutama di inggris
dimana golongan kaum buruh yang semakin besar di kota-kota harus menghadapi masalah pengangguran ,
tingkat upah yang rendah , hubungan perburuhan dan syarat-syarat kerja yang jelek , dan tanpa jaminan
sosial .
Pelopor-pelopor organisasi koperasi dari Rochdale misalnya , telah memberikan andil yang cukup
besar dalam perkembangan koperasi . Aturan-aturan yang mulanya disusun hanya sekedar petunjuk tentang
bagaimana seharusnya pokok koperasi konsumen yang baik di organisasi dan dijalankan oleh para
anggotanya sendiri kemudian menjadi prinsip –prinsip koperasi Rochdale yang dijadikan dasar kegiatan
oleh berbagai koperasi dunia .Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Keanggotaan yang bersifat terbuka (Open membershipsand voluntary)
b. Pengawasan secara demokratis (Democratic control)
c. Bunga yang terbatas atas modal (Limited interest of capital)
d. Pembagian SHU yang sesuai dengan jasa anggota (Proportional distribution of surplus)
e. Penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar yang berlaku secara tunai (Trading in cash)
f. Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras,suku,agama dan politik (Poilitical , racial , religius netrality)
g. Barang-barang yang dijual harus merupakan barang-barang yang asli tidak rusak atau palsu (Adulted
goods forbiden to sell )
h. Pendidikan terhadap anggota secar berkesinambungan (Promotion of education)
Prinsip-prinsip tersebut ternyata menjadi petunjuk yang berguna bagi pembentukan koperasi
konsumen yang hidup dalam keadaan serupa . Namun dalam perkembangan berikutnya prinsip-prinsip
koperasi yang dipelopori oleh Rochdale berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana koperasi
tersebut berkembang . Dewasa ini bahkan banyak normaatau nilai-nilai suatu bangsa dijadikan salah satu
prinsip koperasi yang harus dilaksanakan .
Dinegara-negara jajahan penyebaran organisasi modern telah dilakukan terutama karena nilai-
nilai koperasi sesuai dengan kebutuhan saat itu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat atau untuk di
jadikan alat penguasa kolonial dalam mengumpulkan hasil kekayaan pribumi . Berbagai prakarsa untuk
mengembangkan organisasi koperasi khususnya koperasi pertanian telah dilakukan beberapa negara jajahan
di Asia , Afrika , dan Amerika Selatan . Pemerintah kolonial seringkali menghindari perkembangan-
perkembangan organisasi koperasi modern yang di prakarsai oleh penduduk setempat , kecuali di daerah-
daerah dimana tinggal para petani eropa , yang membentuk koperasi di kalangan tersendiri dan juga di
daerah-daerah dimana terdapat hubungan antara koperasi dan pergerakan kemerdekaan (misalnya di
Indonesia dan di Kenya) . Ini dilakukan terutama karena para penjajah khawatir koperasi dijadikan ajang
politik penduduk pribumi untuk menentang kolonialisme .
Selama periode 1950-1970 , penyebaran dan pertambahan jumlah koperasi modern terjadi
dibanyak negara berkembang . Pemerintah dari negara-negara di Afrika yang baru merdeka , demikian pula
pemerintah di negara-negara Asia dan Amerika Selatan mulai mendorong pembentukan organisasi koperasi
dan memanfaatkannya sebagai sarana pembangunan di bidang pertanian . Sejumlah kesimpulan dan
rekomendasi telah dikeluarkan oleh organisasi-organisasi Internasional mengenai peranan penting yang
dapat dimainkan oleh organisasi koperasi dalam pembangunan sosial ekonomi dan mengusulkan
pemerintah-pemerintah untuk mendorong perintisan dan pengembangan organisasi-organisasi swadaya .
Namun sejak awal tahun 70-an pula , organisasi-organisasi koperasi menjadi sorotan utama
dalam berbagai kritik . Kritik-kritik tersebut adalah : (Hanel,1989)
a. Dampak terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang dari organisasi koperasi, khususnya
karena koperasi tidak banyak memberikan sumbangan dalam mengatasi kemisikinan dan dalam mengubah
struktur kekuasaan sosial politik setempat bagi kepentingan golongan masyarakat yang miskin.
b. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh organisasi koperasi seringkali dinilai tidak efisien dan tidak
mengarah pada kebutuhan anggotanya , bahkan sebaliknya hanya memberikan manfaat bagi para petani
besar yang telah maju dan kelompok-kelompok tersebut .
c. Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah (manajemen tidak mampu, terjadi
penyelewengan , korupsi , nepotisme dll)
d. Tingkat ofisialisasi yang seringkali terlalu tinggi pada koperasi-koperasi (khususnya koperasi
pertanian) , ditandai oleh adanya pengawasan dan dukungan/bantuan pemerintah yang terlalu besar ,
struktur pengambilan keputusan dan komunikasi seringkali memperlihatkan struktur yang hampir sama
dengan strategi pengembangan koperasi pada instasi-instasi pemerintah dan lembaga-lembaga semi
pemerintah , ketimbang sebagai suatu organisasi swadaya yang otonom , parsitipasif dan berorientasi pada
anggota .
e. Terdapat kesalahan-kesalahan dalam pemberian bantuan pembangunan internasional dan khususnya
kelemahan-kelemahan pada strategi pembangunan pemerintahyang diterapkan untuk penunjang organisasi-
organisasi koperasi.
2.3 Sejarah Awal Koperasi Di Indonesia
Sejarah koperasi pada awalnya dimulai pada abad ke-20 . Pada umumnya sejarah koperasi dimulai
dari hasil usaha kecil yang spontan dan dilakukan oleh rakyat kecil. Kemampuan ekonomi yang rendah
mendorong para usaha kecil untuk terlepas dari penderitaan .Secara spontan mereka ingin merubah
hidupnya.
Di Indonesia ide - ide perkoperasian diperkenalkan oleh, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun
1896 yang mendirikan sebuah Bank untuk para Pegawai Negeri. Karena semangat yang tinggi
perkoperasian pun selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Dr. Sutomo mendirikan Budi Utomo . Dr Sutomo sangat memiliki peranan bagi
garakan koperasi untuk memperbaiki dan mensejahtrakan kehidupan rakyat.
Pada tahun 1915 dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging dan pada
tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.
Pada tahun 1927 dibentuklah Serikat Dagang Islam. Dengan tujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi para pengusah-pengusaha pribumi. pada tahun 1929 berdiri Partai Nasional Indonesia
yang memberikan dan memperjuangkan semangat untuk penyebaran koperasi di Indonesia.
Pada tahun 1942 negara Jepang menduduki Indonesia.Lalu jepang mendirikan koperasi yang diberi
nama koperasi kumiyai.

2.4 Sejarah Koperasi Setelah Indonesia Merdeka


Setelah bangsa Indonesia merdeka tanggal 12 Juli 1947. Gerakan koperasi di Indonesia
mengadakan Kongres Koperasi pertama kalinya di Tasikmalaya.Hari itu kemudian ditetapkanlah sebagai
Hari Koperasi Indonesia.
Kongres Koperasi pertama menghasilkan beberapa keputusan :
1. Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia [SOKRI]
2. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi
3. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi
Pada tanggal 12 Juli 1953, mengadakan kembali Kongres Koperasi yang ke-2 di Bandung. Kongres
koperasi ke -2 mengambil putusan :
1. Membentuk Dewan Koperasi Indonesia [ Dekopin ]sebagai pengganti SOKRI
2. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
3 Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
4. Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru
Pelaksanaan program perkoperasian pemerintah mengadakan kebijakan :
1. Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutam koperasi
2. Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
3 .Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri maupun pertanian yang bermodal
kecil

2.5 Sejarah Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia

Di Indonesia, koperasi berbasis syariah atau nilai Islam hadir pertama kali dalam bentuk paguyuban
usaha bernama Syariat Dagang Islam (SDI). SDI didirikan oleh H.Samanhudi di Solo, Jawa Tengah.
Adapun anggotanya berasal dari para pedagang muslim, dengan mayoritas pedagang batik. Gerakan
Ekonomi Islam sebenarnya telah ada sejak tahun 1905 dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam. Karena
pengaruh beberapa faktor, gerakan ini tidak dapat diwariskan sehingga terjadi kevakuman ekonomi Islam
yang cukup lama di Indonesia. Gerakan ini kemudian muncul kembali pada tahun 1980-an, ditandai dengan
berdirinya Baitutamwil Teknosa di Bandung, kemudian disusul dengan berdirinya Baituttamwil Ridho
Gusti di Jakarta. Namun, seperti para pendahulunya, gerakan ini tidak dapat bertahan lama kemudian tidak
terdengar gaungnya kembali.

Pada tahun 1992, dengan kemunculan BMT (Baitul Maal Tamwil) Bina Insan Kamil di Jakarta,
perbincangan mengenai koperasi syariah mulai marak. Hal ini dikarenakan suksesnya BMT Bina Insan
Kamil memberikan warna baru bagi perekonomian, utamanya bagi para pengusaha mikro. Sejak saat itu,
wacana mengenai koperasi syariah mulai mendapatkan perhatian yang cukup besar di dalam masyarakat.
Pada awal berdirinya, BMT ini hanya berbentuk KSM Syariah (Kelompok Swadaya Masyarakat
Berlandaskan Syariah) namun memiliki kinerja layaknya sebuah bank. Diklasifikasikannya BMT ke dalam
KSM Syariah saat itu semata-mata hanya untuk menghindari jeratan hukum sebagai bank gelap. Hal ini
terkait dengan peraturan Bank Indonesia yang memiliki program PHBK Bank Indonesia (Pola Hubungan
kerja sama antara Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat).

Seiring dengan adanya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang menyebutkan
bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan
menyalurkan dalam bentuk kredit harus berbentuk bank, maka muncullah beberapa LPSM (Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang mencoba memayungi KSM BMT. LPSM tersebut pada
awalnya dimotori oleh P3UK, PINBUK oleh ICMI dan FES Dompet Dhuafa oleh Republika. LPSM ini
berusaha memfasilitasi KSM BMT untuk mendapatkan bantuan dana dari BMI (Bank Muamalat
Indonesia), yang merupakan satu-satunya Bank Umum Syariah pada waktu itu, untuk pengembangan
usahanya. Selain itu, LPSM ini juga menjadi fasilitator bagi pengembangan SDM KSM BMT.
Perkembangan ini dibarengi dengan kesadaran pemerintah akan makna Pasal 33 Ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia dibangun atas dasar asas
kekeluargaan, sehingga asas kemakmuran masyarakat merupakan poin utama. Dari asas inilah, kemudian
dipahami bahwa bentuk usaha yang tepat dan sesuai dengan semangat pasal ini adalah Koperasi. Dari
kesadaran ini, pemerintah mensahkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pada
tanggal 12 Oktober 1992 Tentang Perkoperasian.

Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat yang berpegang teguh pada asas dari
anggota, oleh anggota dan untuk anggota, sesuai dengan Undang-Undang tersebut, berhak menggunakan
badan hukum koperasi. Letak perbedaan BMT dengan koperasi konvensional yang lainnya hanyalah pada
sisi operasional. BMT sebagai Koperasi Syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan
melihat kaidah haram dan halal dalam proses melakukan usahanya. Sejak saat itu, Koperasi Syariah terus
berkembang pesat hingga saat ini.

2.6 Sejarah Departemen Koperasi dan UMKM Indonesia


Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama
antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Industrial
di Eropa pada akhir abad 18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi
Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah-
masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri. Di Indonesia, ide-ide perkoperasian
diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun
1896 mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan
oleh De Wolffvan Westerrode.

Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo memberikan peranan bagi gerakan
koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de
Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev. Pada tahun 1927
dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-
pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi. Hingga saat ini kepedulian pemerintah terhadap keberadaan koperasi
nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus menangani pembinaan dan pengembangan
koperasi.

Kronologis lembaga yang menangani pembinaan koperasi pada saat itu adalah sebagai berikut:
 Tahun 1930
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Jawatan Koperasi yang keberadaannya dibawah
Departemen Dalam Negeri, dan diberi tugas untuk melakukan pendaftaran dan pengesahan
koperasi, tugas ini sebelumnya dilakukan oleh Notaris.
 Tahun 1935
Jawatan Koperasi dipindahkan ke Departemen Economische Zaken, dimasukkan dalam usaha
hukum (Bafdeeling Algemeene Economische Aanglegenheden). Pimpinan Jawatan Koperasi
diangkat menjadi Penasehat.
 Tahun 1939
Jawatan Koperasi dipisahkan dari Afdeeling Algemeene Aanglegenheden ke Departemen
Perdagangan Dalam Negeri menjadi Afdeeling Coperatie en Binnenlandsche Handel. Tugasnya
tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan tentang koperasi tetapi meliputi perdagangan
untuk Bumi Putra.
 Tahun 1942
Pendudukan Jepang berpengaruh pula terhadap keberadaan jawatan koperasi. Saat ini jawatan
koperasi dirubah menjadi SYOMIN KUMIAI TYUO DJIMUSYO dan Kantor di daerah diberi
nama SYOMIN KUMIAI DJIMUSYO.
 Tahun 1944
Didirikan JUMIN KEIZAIKYO (Kantor Perekonomian Rakyat) Urusan Koperasi menjadi
bagiannya dengan nama KUMAIKA, tugasnya adalah mengurus segala aspek yang bersangkutan
dengan Koperasi.

Periode Sebelum Kemerdekaan

 Tahun 1945
Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan Dalam Negeri dibawah
Kementerian Kemakmuran.
 Tahun 1946
Urusan Perdagangan Dalam Negeri dimasukkan pada Jawatan Perdagangan, sedangkan Jawatan
Koperasi berdiri sendiri mengurus soal koperasi.
 Tahun 1947 – 1948
Jawatan Koperasi dibawah pimpinan R. Suria Atmadja, pada masa ini ada suatu peristiwa yang
cukup penting yaitu tanggal 12 Juli 1947, Gerakan Koperasi mengadakan Kongres di Tasikmalaya
dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.
 Tahun 1949
Pusat Jawatan Koperasi RIS berada di Yogyakarta, tugasnya adalah mengadakan kontak dengan
jawatan koperasi di beberapa daerah lainnya. Tugas pokok yang dihasilkan telah melebur Bank dan
Lumbung Desa dialihkan kepada Koperasi. Pada tahun yang sama yang diundangkan dengan
Regeling Cooperatieve 1949 Ordinasi 7 Juli 1949 (SBT. No. 179).
 Tahun 1950
Jawatan Koperasi RI yang berkedudukan di Yogyakarta digabungkan dengan Jawatan Koperasi
RIS, bekedudukan di Jakarta.
 Tahun 1954
Pembina Koperasi masih tetap diperlukan oleh Jawatan Koperasi dibawah pimpinan oleh Rusli
Rahim.
 Tahun 1958
Jawatan Koperasi menjadi bagian dari Kementerian Kemakmuran.
 Tahun 1960
Perkoperasian dikelola oleh Menteri Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa
(TRANSKOPEMADA), dibawah pimpinan seorang Menteri yang dijabat oleh Achmadi.
 Tahun 1963
Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi dan tetap dibawah pimpinan Menteri
Achmadi.
 Tahun 1964
Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan Koperasi dibawah pimpinan
Menteri ACHMADI kemudian diganti oleh Drs. Achadi, dan Direktur Koperasi dibawah pimpinan
seorang Direktur Jenderal yang bernama Chodewi Amin.
PERIODE TAHUN 1966 - 2004

 Tahun 1966

Dalam tahun 1966 Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri, dan dipimpin oleh Pang Suparto.
Pada tahun yang sama, Departemen Koperasi dirubah menjadi Kementerian Perdagangan dan
Koperasi dibawah pimpinan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, sedangkan Direktur Jenderal
Koperasi dijabat oleh Ir. Ibnoe Soedjono (dari tahun 1960 s/d 1966).

 Tahun 1967

Pada tahun 1967 diberlakukan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian tanggal 18 Desember 1967. Koperasi masuk dalam jajaran Departemen Dalam
Negeri dengan status Direktorat Jenderal. Mendagri dijabat oleh Basuki Rachmad, dan menjabat
sebagai Dirjen Koperasi adalah Ir. Ibnoe Soedjono.

 Tahun 1968

Kedudukan Direktorat Jenderal Koperasi dilepas dari Departemen Dalam Negeri, digabungkan
kedalam jajaran Departemen Transmigrasi dan Koperasi, ditetapkan berdasarkan:

1. Keputusan Presiden Nomor 183 Tahun 1968 tentang Susunan Organisasi Departemen.

2. Keputusan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Nomor 120/KTS/ Mentranskop/1969 tentang


Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Susunan Organisasi berserta Tata Kerja Direktorat
Jenderal Koperasi.

3. Menjabat sebagai Menteri Transkop adalah M. Sarbini, sedangkan Dirjen Koperasi tetap Ir.
Ibnoe Soedjono.

 Tahun 1974

Direktorat Jenderal Koperasi kembali mengalami perubahan yaitu digabung kedalam jajaran
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, yang ditetapkan berdasarkan :

1. Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.

2. Instruksi Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor : INS-19/MEN/1974,


tentang Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Koperasi tidak ada perubahan (tetap
memberlakukan Keputusan Menteri Transmigrasi Nomor : 120/KPTS/Mentranskop/1969)
yang berisi penetapan tentang Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Koperasi.

3. Menjabat sebagai Menteri adalah Prof. DR. Subroto, adapun Dirjen Koperasi tetap Ir. Ibnoe
Soedjono.

 Tahun 1978

Direktorat Jenderal Koperasi masuk dalam Departemen Perdagangan dan Koperasi, dengan Drs.
Radius Prawiro sebagai Menterinya. Untuk memperkuat kedudukan koperasi dibentuk puia
Menteri Muda Urusan Koperasi, yang dipimpin oleh Bustanil Arifin, SH. Sedangkan Dirjen
Koperasi dijabat oleh Prof. DR. Ir. Soedjanadi Ronodiwiryo.

 Tahun 1983

Dengan berkembangnya usaha koperasi dan kompleksnya masalah yang dihadapi dan
ditanggulangi, koperasi melangkah maju di berbagai bidang dengan memperkuat kedudukan dalam
pembangunan, maka pada Kabinet Pembangunan IV Direktorat Jenderal Koperasi ditetapkan
menjadi Departemen Koperasi, melalui Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1983, tanggal 23
April 1983.

 Tahun 1991

Melalui Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1991, tanggal 10 September 1991 terjadi perubahan
susunan organisasi Departemen Koperasi yang disesuaikan keadaan dan kebutuhan.

 Tahun 1992

Diberlakukan Undang-undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, selanjutnya


mancabut dan tidak berlakunya lagi Undang-undang Nomor: 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian.

 Tahun 1993

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 96 Tahun 1993, tentang Kabinet Pembangunan VI dan
Keppres Nomor 58 Tahun 1993, telah terjadi perubahan nama Departemen Koperasi menjadi
Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Tugas Departemen Koperasi menjadi
bertambah dengan membina Pengusaha Kecil. Hal ini merupakan perubahan yang strategis dan
mendasar, karena secara fundamental golongan ekonomi kecil sebagai suatu kesatuan dan
keseluruhan dan harus ditangani secara mendasar mengingat yang perekonomian tidak terbatas
hanya pada pembinaan perkoperasian saja.

 Tahun 1996

Dengan adanya perkembangan dan tuntutan di lapangan, maka diadakan peninjauan kembali
susunan organisasi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, khususnya pada unit
operasional, yaitu Ditjen Pembinaan Koperasi Perkotaan, Ditjen Pembinaan Koperasi Pedesaan,
Ditjen Pembinaan Pengusaha Kecil. Untuk mengantisipasi hal tersebut telah diadakan perubahan
dan penyempurnaan susunan organisasi serta menomenklaturkannya, agar secara optimal dapat
menampung seluruh kegiatan dan tugas yang belum tertampung.

 Tahun 1998

Dengan terbentuknya Kabinet Pembangunan VII berdasarkan Keputusan Presiden Republik


Indonesia Nomor : 62 Tahun 1998, tanggal 14 Maret 1998, dan Keppres Nomor 102 Thun 1998
telah terjadi penyempurnaan nama Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil menjadi
Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil, hal ini merupakan penyempurnaan yang kritis dan
strategis karena kesiapan untuk melaksanakan reformasi ekonomi dan keuangan dalam mengatasi
masa krisis saat itu serta menyiapkan landasan yang kokoh, kuat bagi Koperasi dan Pengusaha
Kecil dalam memasuki persaingan bebas/era globalisasi yang penuh tantangan.

 Tahun 1999

Melalui Keppres Nomor 134 Tahun 1999 tanggal 10 November 1999 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara, maka Departemen Koperasi dan PK
diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah.

 Tahun 2000

Berdasarkan Keppres Nomor 51 Tahun 2000 tanggal 7 April 2000, maka ditetapkan Badan
Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah.

 Tahun 2001

Melalui Keppres Nomor 101 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara, maka dikukuhkan
kembali Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan UKM ditetapkan membawahi
Setmeneg, Tujuh Deputi, dan Lima Staf Ahli. Susunan ini berlaku hingga tahun 2004 sekarang ini.
Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : FE-UI
Sejarah Koperasi. http://www.anneahira.com/sejarah-koperasi.htm. Diakses pada: 11 September 2018.
Sejarah Koperasi Syariah di Indonesia. http://ikosindo.or.id/sejarah-koperasi-syariah-di-indonesia/ Diakses
pada: 11 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai