1
Definisi
Karsinoma sel basal adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih
mirip sel germinatif folikel sel rambut dibandingkan dengan sel basal epidermis.
KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri atas stroma independen (jaringan
fibrosa) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari primordial pluropotensial di sel
basal,dan dapat juga dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar sebasea
Nama lain dari karsinoma sel basal adalah Basalioma, Basal Sel Epitelioma, ulkus
Epidemiologi
KSB merupakan tumor ganas kulit yang terbanyak ditemukan. Laki-laki lebih
sering menderita daripada perempuan. Kulit putih lebih sering terkena bila
dibandingkan dengan kulit berwarna, dan kulit hitam jarang ditemukan. Penderita
KSB yang banyak dijumpai 60 tahun. 6,7
Etiopatogenesis
2
Faktor lingkungan yang diketahui dapat memicu terjadinya KSB adalah
hidrokarbon, arsenik, coal, tar, obat topikal methoxipsoralen, dan sinar UV.11-13
Rangsangan onkogen, kondisi imunosupresif, luka kronis, dan trauma akut juga
terbukti sebagai faktor pencetus timbulnya tumor kulit, memicu pertumbuhan
keratinosit menjadi lesi seperti KSB.16 Efek radiasi sinar ultraviolet terhadap kulit
dapat bersifat akut dan kronik.17 Secara klinis, efek akut dari radiasi UV adalah
sunburn inflammation, eritema, nyeri, panas, tanning sintesis melanin,
imunosupresif lokal dan efek sistemik.18 Kerusakan DNA yang terjadi akibat
pembentukan 6,4-photoproducts seperti cyclobutane pyrimidine dimmers,
diperbaiki dengan nucleotide excision repair (NER).18 Jika DNA repair gagal dan
sel yang bersangkutan tetap hidup, akan terjadi kerusakan DNA menetap, berarti
telah terjadi mutasi gen yang bersangkutan. Radiasi UV-B meningkatkan apoptosis
keratinosit untuk membunuh sel yang kerusakan DNA-nya gagal diperbaiki
terutama pada daerah yang aktif mengalami proliferasi pada lapisan basal
epidermis, sehingga kejadian mutasi oleh radiasi UV-B tidaklah mudah terjadi.19,20
Jika mutasi ini mengenai gen yang menyandi sintesis faktor pertumbuhan
(protoonkogen) atau yang menyandi sintesis faktor penghambat pertumbuhan
(tumor supressor gene), maka karsinogenesis sudah berlangsung. Sinar UV yang
secara kronik mengenai stem cell kulit menyebabkan photoaging, imunosupresi,
dan fotokarsinogen. Fotokarsinogen melibatkan pembentukan foto produk yang
merusak DNA. Jika DNA repair gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen
menjadi onkogen atau inaktivasi tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat
fotokarsinogen termasuk genetic deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor
supressor gene yang menyandi pembentukan protein penghambat proliferasi sel. 21
Akumulasi mutasi gen inilah yang berperan dalam memicu terjadinya KSB.21
Faktor Risiko
3
2) Trauma pada kulit seperti bekas vaksinasi dan luka bakar
3) Zat – zat kimia hidrosiklik polikarbon
4) Radiasi ionisasi
5) Arsen organik.
Gambaran Klinis
Pada KSB yang dini ditemukan papul atau nodus, permukaan mengkilap, seperti
lilin, berpigmen atau kemerahan, dan ditemukan telengeaktasis. Bentuk klinis lanjut
adalah sebagai berikut:
4
Gambar 2. KSB tipe berpigmen
3. KSB tipe superfisial: plak dengan tepi berbatas tegas dan dapat dengan
pearly border yang tersusun linier menimbul, seperti benang. Pada
permukaan lesi dapat ditemukan eritema, erosi, ulkus, skuama dan krusta.
4. KSB tipe morfea: macula atau plak padat karena fibrosis, batas tidak tegas,
permukaan licin, warna kekuningan, dan kadang-kadang, seperti jaringan
parut. Ulkus jarang terjadi pada tipe ini.
5
Kebanyakan KSB tumbuh di kepala dan leher, tetapi tipe superfisial lebih banyak
di badan dan tipe fibroepitelioma di punggung. KSB pada telapak kaki dan telapak
tangan jarang di jumpai.
Ada tiga sindrom pada KSB dengan gejala utama KSB yang multiple :
Metastasis
Metastasis KSB jarang terjadi, dengan angka yang hanya berkisar antara
0,0028 % - 0,55%. Keterlibatan nodus limfatik dan paru – paru adalah yang paling
sering terjadi. Von Domarus dkk melaporkan 5 kasus KSB yang bermetastasis,
dimana 3 diantaranya juga telah mengalami invasi perineural atau intravaskular.
Differensiasi skuamosa tidak dijumpai pada tumor primer pada 3 kasus tersebut,
tetapi malah dijumpai pada 2 kasus sisanya. Secara keseluruhan diferensiasi
skuamosa terjadi pada 15% tumor primer atau metastasis dari 170 kasus yang
pernah diamati pada satu penelitian. Gambaran histologi yang agresif, termasuk
gambaran morpheaform, metaplasia skuamosa dan invasi perineural, diidentifikasi
sebagai faktor-faktor resiko untuk metastasis.
Histopatologi
6
tinggi dan rendah. Tanda khas KSB berisiko tinggi adalah lebih sering menyebar
secara subklinis, bersifat agresif lokal dan sering rekuren akibat eksisi inkomplit.
KSB berisiko rendah merupakan KSB dengan prognosis yang baik, misalnya tipe
nodular. Gambaran histopatologis KSB sedikit bervariasi berdasarkan subtipenya,
tetapi sebagian besar KSB menunjukkan gambaran histologis yang sama. Sel basal
yang maligna menunjukkan nukleus yang besar, sitoplasma yang relatif kecil dan
tidak menunjukkan gambaran atipik. Umumnya mitosis tidak ditemui. Pada KSB
seringkali ditemukan gambaran khas, berupa retraksi stroma dari kelompokan
tumor, sehingga menyebabkan lakuna peritumor. Secara umum, KSB dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu tidak berdiferensiasi (solid) dan
berdiferensiasi.
7
2. Karsinoma Sel Basal Berpigmen
KSB berpigmen menunjukkan gambaran histologi yang mirip dengan KSB
nodular tapi dengan tambahan adanya melanin. Kurang lebih 75% KSB
mengandung melanosit, tapi hanya 25% nya yang memiliki melanin dengan jumlah
yang besar. Sel melanosit terletak diantara sel tumor dan mengandung sejumlah
besar granul melanin pada sitoplasma dan dendritnya. Walaupun sel tumor
mengandung sedikit melanin, tapi sejumlah populasi melanofag dijumpai di stroma
di sekeliling tumor.
Gambar 7. Adanya massa irreguler pada sel basofilik yang luas mulai dari
epidermis sampai ke dermis.
8
4. Karsinoma Sel Basal Morfeaform
KSB morfeaform atau infiltratif mengandung serangkaian sel tumor yang terletak
diantara stroma fibrosa yang padat. Sel tumor tampak berkelompok dan pada
beberapa kasus, hanya dijumpai 1 penebalan sel. Rangkaian tumor ini meluas
kedalam, masuk ke dalam dermis. Kanker ini biasanya lebih besar dibanding yang
diperkirakan dari gambaran klinisnya. KSB recurrent juga menunjukkan adanya
pita-pita infiltratif dan sarang/pusat sel kanker terletak diantara fibrosa pada skar
tersebut.
9
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Medikamentosa:
10
6. Radioterapi bila pasien menolak atau tidak dapat dioperasi
7. Krim imiquimod 5 % setiap hari atau 5 hari/ minggu selama 12 minggu.
8. Dermatoskopi: metode diagnostik non invasif, Dermatoskopi lebih spesifik
dan sensitif pada karsinoma sel basal yang membuat diagnosis menjadi
lebih mudah. Dermatoskopi dapat meningkatkan akurasi diagnostik sampai
90%.
Prognosis
Daftar Pustaka
11
2. Hamzah M, Kanker Kulit : Aspek Deteksi Dini, Diagnosis Tingkat
Penyakit dan Pencegahannya. Dalam Kumpulan Makalah Lengkap
PIT
V, PERSDOSKI, Semarang, 2000
3. Bramono,K Tumor Kulit. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Editor Sri linuwih SWM. Dkk ed 3 FK-UI,2016 : 269-270
4. Rahndle W H, Basal cell Carcinoma. Dalam : Premalignant and
Malignant Non Melanoma skin Tumor Dermatology, A color Guide
to diagnosis and Therapy, 3 th ed, St. Louis Baltimore, Mosby 1999:
649-
59
5. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine 5th ed. Vol I, Mc-
Graw Hill, 1992 : 1488-94
6. Habif TP, MD. Basal cell Carcinoma. Dalam : Pre Malignant and
Malignan Non Melanoma skin Tumor Clinical Dermatology, A color
Guide to diagnosis and Therapy, 3 th ed, St. Louis Baltimore,
Mosby,
1996 : 649-59
7. Tjarta A. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol 3. No 22,
1995 : 100-6
8. Buditjahjono S. Tumor- tumor Kulit. Dalam : Harahap M. Ilmu
Penyakit Kulit, Hipocrates, 2000 : 206-36
9. Lever WF. Histopathology of the Skin 6 edition JB Lippincot
Company, 1983 :562-74
10. Tilli CM, Steensel MA, Krekels GA, Neumann HA, Ramaekers FC.
Molecular aetiology and pathogenesis of basal cell carcinoma. British
Journal of Dermatology. 2005; 152: 1108-24.
11. Cohen PR, Schulze KE, Nelson BR. Basal cell carcinoma with mixed
histology: A possible pathogenesis for recurrent skin cancer. Dermatol
Surg. 2006; 32(4): 542-51.
12. Arbiser JL. Translating cyclooxygenase signaling in patch
heterozygote mice into a randomized clinical trial in basal cell
carcinoma. Canser Prev Res. 2010; 3: 4-7.
13. Muzio L. Nevoid basal cell carcinoma syndrome (Gorlin syndrome).
Orphanet J Rare Dis. 2008; 3: 32.
14. Rubin LL, de Sauvage FJ. Targeting the hedgehog pathway in cancer.
Nat Rev Drug Discov. 2006; 5: 1026-33.
12
15. Tang JY, Xiao TZ, Oda Y, Chang KS, Shpall E, Wu A, et al. Vitamin
D3 inhibits hedgehog signaling and proliferation in murine basal cell
carcinomas. Cancer Prev Res (Phila). 2011; 4(5): 744-51. doi:
10.1158/1940-6207.CAPR-10-0285
16. Kasper M, Jaks V, Are A, Bergström A, Schwäger A, Svärd J, et.al.
Wounding enhances epidermal tumorigenesis by recruiting hair
follicle keratinocytes. Proc Natl Acad Sci U S A. 2011; 108(10): 4099-
104. doi: 10.1073/pnas.1014489108
17. Matsumura Y, Ananthaswamy HN. Molecular mechanisms of
photocarcinogenesis. Front Biosci. 2002; 7: 765-83.
18. Rass K, Reichrath J. UV damage and DNA repair in malignant
melanoma and nonmelanoma skin cancer. 2008; 624: 162-78.
19. Qin JZ, Chaturvedi V, Denning MF, Bacon P, Panella J, Choubey D,
et al. Regulation of apoptosis by p53 in UV-irradiated human
epidermis, psoriatic plaques and senescent keratinocytes. Oncogene
2002; 21(19): 2991-3002.
20. .Dallaglio KA, Marconi A, Pincelli C. Survivin: A dual player in
healthy and diseased skin. Journal of Investigative Dermatology 2012;
132: 18-27.
21. Gruijl FR, Kranen HJ, Mullenders LH. UV-induced DNA damage,
repair, mutations and oncogenic pathways in skin cancer. J Photochem
Photobiol B. 2001; 63(1-3): 19-27
13