Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai

dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat

besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada

ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini

terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi,

berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya

penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap

sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN

2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8-

28 hari (Riskesdas, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN),

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak.

Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar

59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan RI

tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 19 per 1.000

kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun

1
2007 dan hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003

yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.

Kunjungan Neonatus (KN) lengkap di Indonesia terjadi

peningkatan selama periode enam tahun terakhir dari 78,04% pada tahun

2009 menjadi 93,33% pada tahun 2014. Pencapaian indikator KN lengkap

di Indonesia sudah cukup baik yang dapat dilihat dari capaian yang cukup

tinggi di sebagian besar provinsi. Terdapat 16 provinsi telah mencapai

target program tahun 2014 yakni 88% dimana, capaian tertinggi terdapat

di Provinsi Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Sedangkan untuk Provinsi Jawa Tengah sekitar sebanyak 85% (Kemenkes

RI, 2016).

Penelitian Wandira dan Indawati (2012) menyimpulkan bahwa

faktor penyebab kematian bayi di Kabupaten Sidoarjo salah satu

diantaranya karena faktor kondisi fisik ibu. Terdapat keterkaitan antara

faktor kondisi fisik ibu saat hamil serta karakteristik demografi ibu dengan

kematian bayi. Kematian bayi yang teridentifikasi sebesar 4,3% BBLR,

65,2% bayi prematur dan 3 bayi meninggal disertai kelainan kongenital

dan 4 bayi meninggal disertai asfiksia. Dari empat kondisi bayi tersebut,

sebagian besar bayi meninggal karena prematur. Adapun faktor ibu yang

menyertai bayi lahir prematur diantaranya umur ibu yang berisiko (<20

tahun dan >34 tahun) dengan paritas 2-3 anak dan jarak kelahiran yang

cukup aman yaitu lebih dari 2 tahun. Oleh karena itu kunjungan neonatus

perlu dilakukan oleh ibu dan bayinya. Beberapa penelitian telah dilakukan,

2
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Legowo (2004) menyimpulkan

terdapat hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan

Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-1

(0-7 hari) dan tidak terdapat hubungan umur, tingkat, pendidikan, status

pekerjaan, penolong persalinan, dan lokasi persalinan dengan Kunjungan

Neonatus 1 dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-1 (0-7 hari).

Demikian pula pada penelitian Afifah dkk (2013), menyimpulkan

bahwa ibu yang berpendidikan SMA dan mempunyai anak lebih dari satu,

sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 47,5%. Sikap ibu

dalam Kunjungan Neonatus sebagian besar bersikap positif atau

mendukung sebanyak 23 orang (57,5%). Perilaku ibu dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa Kunjungan Neonatus (KN) 1 masih sangat kurang

yakni sebesar 37,5%. Namun, pada saat Kunjungan Neonatus 2 dan 3 lebih

banyak. Pada saat tali pusat bayi lepas (KN 2) sebanyak 70% karena

responden sebagian besar telah memiliki anak lebih dari satu, sehingga

sudah memiliki pengalaman dari anak pertama dalam hal melakukan

perawatan pada bayi. Kemudian pada saat imunisasi BCG (KN 3)

sebanyak 100%.

Penelitian lainnya oleh Nawati dan Nurhayati (2016)

menyimpulkan tidak ada hubungan antara status paritas dengan tingkat

kemandirian ibu post partum dalam perawatan diri dan bayi di RS PMI

Bogor. Penelitian di Kenya oleh McConnel.M dkk, (2016) menyimpulkan

ada peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap kunjungan yang

3
dilakukan oleh petugas kesehatan dengan menggunakan checklist

kunjungan rumah, pada 10 hari setelah melahirkan. Sebanyak 85% ibu

mampu menyebutkan 3 atau lebih tanda bahaya yang dapat terjadi pada

bayi maupun tanda bahaya yang dapat meningkatkan risiko kematian ibu

dan bayi seperti warna abnormal kulit atau bayi sangat kuning dan suhu

terlalu panas.

Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa kematian anak

(2008-2012) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Artinya,

setiap satu dari 31 anak yang lahir di Indonesia meninggal sebelum

mencapai umur satu tahun. Diketahui 60% bayi mati terjadi pada umur

satu bulan, dan menghasilkan angka neonatum sebesar 19 kematian per

1.000 kelahiran hidup. Sebanyak 80% anak meninggal terjadi saat

berumur 1-11 bulan, yang menghasilkan angka post neonatum sebesar 13

per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa ibu yang

tinggal di perdesaan lebih banyak mengalami kasus kematian neonatum

sebesar 24 per 1.000 kelahiran jika dibandingkan dengan ibu yang tinggal

di perkotaan sebesar 15 per 1.000 kelahiran. Selain itu pendidikan ibu juga

berpengaruh terhadap kematian neonatum. Ibu yang tidak tamat SD lebih

banyak mengalami kasus kematian neonatum sebesar 37 per 1.000

kelahiran dan yang berada pada kuintil kekayaan terbawah sebesar 29 per

1.000 kelahiran. Hasil SDKI tahun 2012 juga memperlihatkan secara

umum ada hubungan positif yang nyata antara urutan kelahiran dan

4
peluang meninggal, risiko kematian meningkat pada urutan kelahiran yang

tinggi pada bayi pertama sebesar 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Bayi laki-laki memiliki angka kematian lebih tinggi sebesar 24 kematian

per 1.000 kelahiran dibanding dengan perempuan sebesar 16 kematian per

1.000 kelahiran. Umur ibu <20 tahun saat melahirkan memiliki angka

sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Jarak antar kelahiran yang

kurang dari 2 tahun memiliki nilai risiko kematian sebesar 36 kematian per

1.000 kelahiran hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

tentang tanda bahaya dan perawatan neonatus masih menjadi faktor

kematian bayi. Hal tersebut menarik untuk diteliti kembali terkait

pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus, sehingga diharapkan dapat

menurunkan kematian bayi.

Data profil Kesehatan Surakarta tahun 2015 angka kematian bayi

di wilayah puskesmas Sangkrah termasuk urutan yang tertinggi yaitu

sebesar 8 kasus. Dibandingkan dengan di Puskesmas Kratonan 3 kasus, di

Puskesmas Pajang 4 Kasus dan di Puskesmas Gajahan 1 kasus. Data yang

diperoleh dari Puskesmas Sangkrah sampai dengan akhir oktober 2016

mengenai kunjungan neonatus, terdapat 58 bayi yang tercatat di daftar

kunjungan neonatus Puskesmas Sangkrah hanya terdapat 8 bayi yang

melakukan Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dan Kunjungan Neonatus 2

(KN2). Hal tersebut menunjukan bahwa kunjungan neonatus masih sangat

rendah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap ibu tentang

5
perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus di wilayah kerja

Puskesmas Sangkrah.

B. Masalah Penelitian

Apakah ada hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap

ibu tentang perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus di wilayah

kerja Puskesmas Sangkrah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap

ibu tentang perawatan neonatus dengan kunjungan neonatus di wilayah

kerja Puskesmas Sangkrah.

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik ibu, pengetahuan, sikap ibu tentang

perawatan neonatus dan kunjungan neonatus di wilayah kerja

Puskesmas Sangkrah.

b. Menganalisis hubungan umur ibu dengan kunjungan neonatus di

wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

c. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan kunjungan

neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

d. Menganalisis hubungan paritas ibu dengan kunjungan neonatus di

wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

e. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan neonatus

di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

6
f. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan kunjungan

neonatus di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

g. Menganalisis hubungan sikap ibu dengan kunjungan neonatus di

wilayah kerja Puskesmas Sangkrah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Bayi

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu

tentang perawatan neonatus, sehingga ibu akan terinspirasi untuk

melakukan kunjungan neonatus.

2. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini diharapkan, dapat menjadi masukan untuk

bidan agar lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai

kunjungan neonatus kepada ibu yang telah melahirkan.

3. Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk

mengambil keputusan dan kebijakan bagi Dinas Kesehatan pada

program dalam menangani masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

dan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Dinas

Kesehatan dan Puskesmas Sangkrah untuk lebih meningkatkan upaya

promotif dan preventif melalui kunjungan neonatus.

7
4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi

bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang

sama.

Anda mungkin juga menyukai