4344 8343 2 PB PDF
4344 8343 2 PB PDF
Sonny J. R. Kalangi
”Tidak ada mantel ajaib yang dapat dibandingkan dengan kulit dalam
berbagai perannya berupa kedap air, penghangat, tabir surya, pelindung,
pendingin, sensitif terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri, tahan dipakai dan
dapat memperbaiki diri sendiri.”
Prof. R.D. Lockhart
Ahli anatomi terkenal berkebangsaan Skotlandia
(Author of Anatomy of the Human Body)
Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar keringat,
dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit terutama tergantung
sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan
tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku,
dan kelenjar-kelenjar.
S12
Kalangi; Histofisiologi Kulit S13
Gambar 2. Lapisan-lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan saling
hubung dan lokasi apendiks dermal (folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea).
Sumber: Mescher AL, 2010.
S14 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
lapis basal yang secara berangsur digeser superfisial. Pergerakan ini dipercepat oleh
ke permukaan epitel. Selama perjalanan- adalah luka, dan regenerasinya dalam
nya, sel-sel ini berdiferensiasi, membesar, keadaan normal cepat.
dan mengumpulkan filamen keratin dalam
sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel- Stratum spinosum (lapis taju)
sel ini mati dan secara tetap dilepaskan Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis
(terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk sel yang besar-besar berbentuk poligonal
mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 dengan inti lonjong. Sitoplasmanya
hari. Modifikasi struktur selama perjalanan kebiruan. Bila dilakukan pengamatan
ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epider- dengan pembesaran obyektif 45x, maka
mis. Bentuknya yang berubah pada tingkat pada dinding sel yang berbatasan dengan
berbeda dalam epitel memungkinkan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju
pembagian dalam potongan histologik yang seolah-olah menghubungkan sel yang
tegak lurus terhadap permukaan kulit. satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah
Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, terletak desmosom yang melekatkan sel-sel
dari dalam ke luar, stratum basal, stratum satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke
spinosum, stratum granulosum, stratum atas bentuk sel semakin gepeng.
lusidum, dan stratum korneum.
Stratum granulosum (lapis berbutir)
Stratum basal (lapis basal, lapis benih)
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel
Lapisan ini terletak paling dalam dan gepeng yang mengandung banyak granula
terdiri atas satu lapis sel yang tersusun basofilik yang disebut granula kerato-
berderet-deret di atas membran basal dan hialin, yang dengan mikroskop elektron
melekat pada dermis di bawahnya. Sel- ternyata merupakan partikel amorf tanpa
selnya kuboid atau silindris. Intinya besar, membran tetapi dikelilingi ribosom. Mikro-
jika dibanding ukuran selnya, dan filamen melekat pada permukaan granula.
sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini
biasanya terlihat gambaran mitotik sel, Stratum lusidum (lapis bening)
proliferasi selnya berfungsi untuk
regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan
bermigrasi ke arah permukaan untuk sel gepeng yang tembus cahaya, dan agak
memasok sel-sel pada lapisan yang lebih eosinofilik. Tak ada inti maupun organel
pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada tirosin dan enzim tirosinase. Melalui
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini serentetan reaksi, tirosin akan diubah
adhesi kurang sehingga pada sajian menjadi melanin yang berfungsi sebagai
seringkali tampak garis celah yang tirai penahan radiasi ultraviolet yang
memisahkan stratum korneum dari lapisan berbahaya.
lain di bawahnya.
Sel Langerhans
Stratum korneum (lapis tanduk) Sel Langerhans merupakan sel
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan dendritik yang bentuknya ireguler,
sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta ditemukan terutama di antara keratinosit
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel- dalam stratum spinosum. Tidak berwarna
sel yang paling permukaan merupa-kan baik dengan HE. Sel ini berperan dalam
sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang respon imun kulit, merupakan sel
selalu terkelupas. pembawa-antigen yang merangsang reaksi
hipersensitivitas tipe lambat pada kulit.
Sel-sel epidermis
Sel Merkel
Terdapat empat jenis sel epidermis,
yaitu: keratinosit, melanosit, sel Jumlah sel jenis ini paling sedikit,
Langerhans, dan sel Merkel. berasal dari krista neuralis dan ditemukan
pada lapisan basal kulit tebal, folikel
Keratinosit rambut, dan membran mukosa mulut.
Merupakan sel besar dengan cabang
Keratinosit merupakan sel terbanyak
sitoplasma pendek. Serat saraf tak
(85-95%), berasal dari ektoderm
bermielin menembus membran basal,
permukaan. Merupakan sel epitel yang
melebar seperti cakram dan berakhir pada
mengalami keratinisasi, menghasilkan
bagian bawah sel Merkel. Kemungkinan
lapisan kedap air dan perisai pelidung
badan Merkel ini merupakan mekano-
tubuh. Proses keratinisasi berlangsung 2-3
reseptor atau reseptor rasa sentuh.
minggu mulai dari proliferasi mitosis,
diferensiasi, kematian sel, dan
pengelupasan (deskuamasi). Pada tahap Dermis
akhir diferensiasi terjadi proses penuaan sel
diikuti penebalan membran sel, kehilangan Dermis terdiri atas stratum papilaris
inti organel lainnya. Keratinosit merupakan dan stratum retikularis, batas antara kedua
sel induk bagi sel epitel di atasnya dan lapisan tidak tegas, serat antaranya saling
derivat kulit lain. menjalin.
mekanisme “lompat-katak” (leap-frogging) rambut luar, (2) lapis Huxley, terdiri atas
atau “jejak-traktor” (tractor tread). dua atau tiga baris sel-sel gepeng, (3)
kutikula sarung akar rambut dalam, terdiri
atas sel-sel pipih mirip sisik tersusun mirip
RAMBUT
genteng dengan tepi bebasnya mengarah ke
Batang rambut merupakan struktur bawah.
keratin keras yang dihasilkan oleh Pada permulaan perkembangan semua
bangunan epitelial berbentuk kantung yaitu sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi
folikel rambut. Pada ujung basal folikel kemudian setelah folikel terdiferensiasi
melebar melingkari papila pili terdiri atas sempurna hanya sel-sel bagian bawah
jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf bulbus, yaitu sel matriks, yang tetap aktif
yang penting bagi kelangsungan hidup bermitosis. Sel-sel tersebutlah yang akan
folikel rambut; bagian yang melebar mengisi berbagai bagian rambut, yaitu
disebut bulbus pili. Sel-sel terdalam pada medula, korteks, dan kutikula.
bulbus, yang meliputi papila pili
menghasilkan batang rambut yang akan Medula rambut
muncul ke permukaan kulit. Sel-sel yang
Medula rambut terletak paling tengah,
membungkus bulbus merupakan lanjutan
biasanya terlihat lebih terang daripada
sel-sel stratum basal dan spinosum
bagian lain. Sel-selnya berbentuk poli-
epidermis kulit. Sel-sel tersebut terus-
gobal, tersusun jarang satu sama lain. Di
menerus mengalami mitosis dan meng-
dalam sitoplasmanya dapat terlihat sedikit
hasilkan berbagai selubung selular bagi
pigmen melanin. Perlu diperhatikan bahwa
rambut. Sel-sel papila memiliki sifat
tidak semua rambut mempunyai medula.
induktif terhadap aktivitas folikel, dan
nutrien dari kapilernya adalah esensial
untuk fungsi normalnya. Sel-sel epitel yang
membungkus papila dapat disamakan
dengan sel-sel stratum basal pada
epidermis, dan mereka membentuk matriks
rambut. Pada dasarnya proliferasinya
berfungsi menumbuhkan rambut.
Folikel rambut
Folikel rambut dikelilingi pema-datan
komponen fibrosa dermis. Di antara
komponen tersebut dengan epitel folikel
terdapat membran vitrea non-seluler, yang
merupakan membran basal sangat tebal dari
lapis luar epitel folikel, yang disebut sarung
akar rambut luar. Pada bagian bulbus pili,
sarung akar rambut luar ini hanya setebal
satu sel sesuai stratum basal epidermis.
Mendekati permukaan kulit, tebalnya
beberapa lapis sel dan memiliki strata
menyerupai epidermis kulit tipis.
Lapis-lapis konsentris berikut dari
folikel adalah sarung akar rambut dalam, Gambar 4. Gambar skematik rambut,
yang memiliki tiga komponen: (1) lapis memperlihatkan folikel rambut, termasuk m.
Henle, selapis sel gepeng yang melekat erat arrector pili dan kelenjar sebasea. Sumber:
pada sel-sel paling dalam dari sarung akar Mescher AL, 2010.
S18 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
lebih banyak vakuola udara sehingga pubertas. Kelenjar bergetah lilin seperti
granula melanin jadi tersebar. kelenjar serumen dan kelenjar Moll juga
tergolong kelenjar ini. Baik kelenjar
merokrin maupun apokrin dilengkapi
KELENJAR SEBASEA
dengan sel mioepitel (Gambar 7).
Kelenjar sebasea atau kelenjar rambut
merupakan kelenjar holokrin yang terdapat
pada seluruh kulit yang berambut. Hampir
semua kelenjar sebasea bermuara ke dalam
folikel rambut kecuali yang terdapat pada
puting susu, kelopak mata, glans penis,
klitoris, dan labium minus. Kelenjar
sebasea yang berhubungan dengan folikel
rambut biasanya terdapat pada sisi yang
sama dengan otot penegak rambut (m.
arrector pili) (Gambar 6).
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 6. Kelenjar sebasea (S) yang berhu-
bungan dengan folikel rambut (H). Sumber: 1. Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM.
Mescher AL, 2010. Histology. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996.
2. Bergman RA, Afifi KA, Heidger Jr PM.
KELENJAR KERINGAT Histology. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996.
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu 3. Calvin M. Cutaneous wound repair. Wounds
kelenjar keringat merokrin dan apokrin, 1998;10:12-32.
yang berbeda cara sekresinya. Kelenjar 4. Clark RAF. Cutaneous tissue repair: Basic
merokrin bergetah encer (banyak biologic considerations. I. J Am Acad
mengandung air), terdapat di seluruh Dermatol. 1985;13:701-25.
permukaan tubuh kecuali daerah yang 5. Cormack DH. Ham’s Histology (Ninth
Edition). Philadelphia: JB Lippincott
berkuku; fungsinya menggetahkan keringat
Company; 1987.
yang berguna untuk ikut mengatur suhu 6. Fawcett DW. Bloom and Fawcett: A
tubuh. Kelenjar apokrin hanya terdapat Textbook of Histology (Twelfth
pada kulit daerah tertentu, misalnya areola Edition). New York: Chapman & Hall;
mamma, ketiak, sekitar dubur, kelopak 1994.
mata, dan labium mayus. Kelenjar ini 7. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of
bergetah kental dan baru berfungsi setelah Histology (Third Edition). Philadelphia:
S20 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
Saunders Elsevier; 2007. 11. McKenzie JC, Klein RM. Basic Concepts
8. Kessel RG. Basic Medical Histology. The in Cell Biology and Histology. A
biology of Cells, Tissues, and Organs. Student’s Survival Guide. New York:
New York: Oxford University Press; McGraw-Hill; 2000.
1998. 12. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology
9. Kirsner RS, Eaglstein WH. The wound Text & Atlas. New York: McGraw Hill
healing process. Dermatol Clin. Medical; 2010.
1993;11:629-40. 13. Ross MH, Pawlina W. Histology a Text
10. Lazarus GS, Cooper DM, Knighton DR, and Atlas (Sixth Edition). Philadelphia:
Margolis DJ, Pecoraro RE, Wolters Kluwer Lippincott Williams &
Rodeheaver G, et al. Definition and Wilkins; 2011.
guiedelines for assessment of wounds 14. Singer AJ, Clark RAF. Cutaneous wound
and evaluation of healing. Arch healing. N Engl J Med. 1999;341:738-
Dermatol. 1994;130:489-93. 46.