Anda di halaman 1dari 95

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA


(Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)

Oleh:

AHMAD SAEFULMILLAH
NIM.: 103011026799

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
LEMBAR PERSETUJUAN
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA
(STUDI KASUS DI SMP ISLAMIYAH CIPUTAT TANGERANG)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)

Oleh:

AHMAD SAEFULMILLAH
NIM: 103011026799

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA Abdul Ghofur, MA


NIP: 19520520 198103 1 001 NIP: 19681208 199703 1 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H./2009 M.
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul: “Kemampuan Membaca Al-Qur’an Berdasarkan


Latar Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat
Tangerang)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah
pada tanggal 26 Januari 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 26 Januari 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)
Dr. H. Abd. Fattah Wibisono, MA. ..................... ..........................
NIP.: 19580112 198803 1 002

Sekretaris Jurusan PAI


Drs. Sapiudin Shiddiq, MA. ..................... ..........................
NIP.: 19670328 200003 1 001

Penguji I
Prof. Dr. H. Salman Harun, MA. ..................... ...........................
NIP.:

Penguji II
Drs. Sapiudin Shiddiq, MA. ..................... ...........................
NIP.: 19670328 200003 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.


NIP.: 19571005 198703 1 003
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ahmad Saefulmillah
Tempat/tgl.Lahir : Tangerang, 24 Februari 1985
Nim : 103011026799
Fakultas/Jurusan : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Kemampuan Membaca Al-Qur’an Berdasarkan Latar
Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di SMP
Islamiyah Ciputat Tangerang).
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.
2. Abdul Ghofur, MA.

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk
memnuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya penulis
atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Januari 2010

Ahmad Saefulmillah
ABSTRAK

Ahmad Saefulmillah, Nomor Induk : 103011026799 “Kemampuan Membaca


al-Qur’an Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa (Studi Kasus di
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang).”

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman


oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya
merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus
mampu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan baik sesuai dengan yang diajarkan
oleh Rasulullah saw. Al-Qur’an juga adalah gudangnya ilmu dan gerbangnya
adalah membacanya. Mungkin tepat untuk mengilustrasikan betapa besarnya
peranan membaca bagi tumbuhnya kekuatan akal dan intelektual.
Berkenaan dengan latar pendidikan pendidikan siswa yang berbeda
sehingga kemampuan dalam membaca al-Qur’an pun akan berbeda pula, terutama
dalam penerapan kaidah ilmu Tajwid dan pengucapan Makharijul Huruf Hijaiyah.
Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dan bagaimana tingkat kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP
Islamiyah yang berasal dari Sekolah Dasar (SD), serta apakah ada perbedaaan
yang signifikan tingkat kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari
latar belakang pendidikan yang berbeda. Begitu juga dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya antara siswa yang berbeda
latar belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu lebih
menitik beratkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan
data statistik. Guna menjawab permasalahan ada atau tidaknya perbedaan kedua
variabel yang diteliti. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analisis Komparasional yaitu untuk mencari perbedaan
antara dua variabel. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan teknik observasi,
wawancara, tes lisan dan dokumentasi. Tekhnik pengolahan data menggunakan
teknik analisis komparasional tes “t” yang bersumber dari hasil tes lisan dan nilai
raport BTQ siswa kelas 1 SMP Islamiyah, kemudian diolah dan dijelaskan secara
deskriptif. Hal ini untuk mengetahui tingkat perbedaan kedua variabel tersebut.
Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian
dengan t tes yang diperoleh dari hasil ujian semeter BTQ sebesar 3,49, sedangkan
t tabel 2,03 dan 2,72, maka t tes adalah lebih besar dari t tabel, baik pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1 %. Begitu juga hasil penelitian
dengan t tes yang diperoleh dari hasil tes lisan sebesar 3,89, baik t tabel pada taraf
signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1% itu t tesnya lebih besar dari t
tabel. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal dari latar belakang
pendidikan yang berbeda.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan tabel “r” product moment
ternyata dengan df sebesar 38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325;
sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro
pada taraf signifikansi 5% dan 1% itu lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325 dan
0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 5% dan 1% Hipotesa Alternatif (Ha)
diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada taraf
signifikansi 5% dan 1% itu memang terdapat korelasi positif yang signifikan antar
variabel X dengan variabel Y korelasinya sedang atau cukup. Maka dari itu tinggi
rendahnya siswa yang berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya
(berpengaruh) terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi yang
sedang atau cukup.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan segala potensi peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., cerdas terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi
pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta Agama. Proses itu sendiri
sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.1

Begitu juga di dalam GBPP PAI, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pangajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.2

Dari pengertian di atas, ternyata Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individu (peserta didik) dan sosial
yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya
mampu memikul amanat yang dikehendaki oleh Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu,
keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an
dan as-Sunnah.

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat
kebudayaannya. Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja
adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan
sosial. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan warisan pemikiran Islam yang
tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan
menjauhkan kemudharatan bagi manusia.3

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan
sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten.4 Dalam surat Al-Isra’ ayat 9 Allah berfirman:

  ⌧

   
&'()* +, $ ! "#$%
1
Dr. Armai Arief, MA., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 3.
2
Drs. Muhaimin, M.A. et.al. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h. 75-76.
3
Prof. Dr. Azyumardi Azra, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. 4, h. 9.
4
Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3.
-5#67 -./02☺
9 2:; "8 ☺8 ,
?@A$% <&=>+ $%
DEF /'B⌧C

“Sesunguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira bagi
kaum mukminin yang banyak berbuat amal kebajikan, sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar.” (Al-
Isra’: 9).

Al-Qur’an merupakan salah satu sumber dari pendidikan yang berbasis Islam. Maka dari itu, siswa yang berada pada
lembaga tersebut harus mempunyai kemampuan dalam membaca al-Qur’an dengan fasih, memahami isi kandungan
al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Membaca al-Qur’an merupakan bagian dari ibadah
misalnya shalat. Oleh karena itu kemampuan membaca al-Qur’an menjadi pra syarat syahnya ibadah shalat seseorang.

Dalam pengajaran agama di sekolah banyak sekali problem yang dihadapi


guru PAI, khususnya dalam membaca al-Qur’an. Siswa yang berasal dari Sekolah
Dasar memasuki sekolah yang berbasis Islam yakni SMP Islam atau Madrasah,
mungkin pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperolehnya dalam membaca
al-Qur’an sangat sedikit. Maka dapat diduga minatnya dalam mempelajari al-
Qur’an pun tidak terlalu besar. Sedangkan siswa yang berasal dari Madrasah
Ibtidaiyah kemudian masuk ke SMP Islam tidak akan terlalu kesulitan dalam
membaca al-Qur’an ini karena mereka mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih daripada siswa yang berasal dari Sekolah Umum. Hal ini akan menyebabkan
perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an yang diraih oleh siswa-siswa yang
berbeda latar belakang pendidikannya tersebut.
Salah satu faktor yang menghambat sampainya informasi yang
disampaikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam proses pembelajaran adalah
latar belakang pendidikan siswa. Latar belakang pendidikan di sini adalah jenjang
pendidikan yang dilalui oleh siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang
pendidikan berikutnya, pada penelitian ini ditujukan pada pendidikan mereka
sebelum mereka memasuki Sekolah Menengah Pertama. Pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan formal yakni pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
Bentuk lembaga pendidikan di Indonesia tidak hanya sekolah, melainkan
juga Madrasah. Dari masing-masing pengelola ini memiliki karakteristik dan
kekhususan tersendiri yang tercermin dalam tujuan intitusionalnya. Perbedaan ini
berimplikasi kepada perbedaan struktur program pengajarannya tertuang dalam
kurikulum yang digunakan oleh lembaga tersebut. Namun demikian, kesemuanya
mengarah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
Begitu pentingnya keseimbangan antara keimanan dan pengetahuan
seseorang. Oleh karena itu disamping ilmu pengetahuan umum siswa mungkin
juga harus mempelajari ajaran-ajaran Allah yang terdapat di dalam al-Qur’an,
dengan cara membaca dan memahami isi kandungannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai hal tersebut dan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah yang
berjudul: “KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SISWA (Studi Kasus di SMP
Islamiyah Ciputat Tangerang)”.

5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Naisonal (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 6.
Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah beberapa pertanyaan yang diidentifikasikan antara lain
sebagai berikut:

a. Perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari


Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di SMP Islamiyah Ciputat
Tangerang.
b. Praktek Pembelajaran Membaca al-Qur’an di SMP Islamiyah Ciputat
Tangerang.
c. Metode yang digunakan pada pembelajaran membaca al-Qur’an di SMP
Islamiyah Ciputat Tangerang.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an di
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.
e. Pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan
kemampuan (kompeten) siswa SMP Islamiyah Ciputat dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.

2. Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan ini, penulis
membatasi permasalahan pada:

a. Perbedaan kemampuan memahami tajwid dalam membaca al-Qur’an SMP


Islamiyah Ciputat siswa yang berasal dari Sekolah Dasar dan siswa yang
berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dengan cara membandingkan
kemampuan memahami tajwid dalam membaca al-Qur’an mereka.
b. Pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dengan
kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.
3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan permasalahannya


adalah:

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan lisan dalam


membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah Dasar dengan
kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Madsarah
Ibtidaiyah.
Apakah ada pengaruh yang signifikan antara siswa yang berbeda latar
belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada skripsi ini adalah untuk:

Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal
dari Sekolah Dasar.
Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah.
Menemukan data terkait dengan perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang nanti akan dilihat dari nilai raport dan kemampuan
lisan dalam membaca al-Qur’an siswa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN BERDASARKAN LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN SISWA

Al-Quran dan Keutamaan Membacanya


Pengertian al-Qur’an dari segi bahasa, terdapat berbagai macam pendapat
berbeda yang dikemukakan oleh para ahli. Sebagian berpendapat, penulisan lafal
al-Qur’an dibubuhi huruf hamzah. Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa
dibubuhi huruf hamzah. Asy-Syafi’i, al-Farra, dan al-Asy’ari termasuk di antara
ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah. Dan
pendapat ini jauh dari kaidah pemecahan kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di
antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis dengan
tambahan huruf hamzah di tengahnya adalah al-Zajjaj, dan al-Lihyani.
Pendapat yang terakhir bahwa al-Qur’an dengan tambahan huruf hamzah
di tengahnya itu lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab lafal al-
Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sinonim dengan qira’ah berarti
bacaan. Ia merupakan kata turunan (Masdar) dari kata Qara’a (fiil madhi) dengan
ism al-maf’ul, yaitu maqru’ yang artinya dibaca. Pengertian ini merujuk pada sifat
al-Qur’an yang difirmankan-Nya dalam al-Qur’an (Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18).
Dalam ayat tersebut Allah berfirman:
I&> 8J2
 /GH  
2NO2P DLMF I&> K 8# $
@QRS2P &> KP% 2#
DLF I&> K 8#
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah: 17-
18).6

6
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h.
4-6.
Menurut Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan dalam bukunya
Pengantar Ilmu Tafsir bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah, meliputi dua macam
Kalam yaitu Nafsi dan Lafdzi. Mereka yang cenderung pada kalam nafsi hanya
kalangan Mutakallimin. Mereka mungkin berkepentingan untuk membebaskan
Allah dari sifat-sifat yang hadits di satu pihak. Adapun yang lebih condong pada
kalam lafdzi adalah dari kalangan: Ushuliyyin, para Fuqaha dan ahli bahasa Arab.
Ulama Ushul dan Fuqaha cenderung pada kalam lafdzi karena mereka
berkepentingan dengan lafaz-lafaz al-Qur’an itu dalam rangka menentukan dalil-
dalil hukum atau dalam rangka istinbath hukum, karena untuk itu semua, tidak
mungkin dilakukan tanpa ada lafaz.
Dengan pola pikir tersebut di atas, dari segi istilah ulama Ushul, Fuqaha
dan ahli bahasa Arab menyepakati definisi al-Qur’an sebagai berikut:

 ‫ ا ب‬.‫م‬.‫ا ان ه ا م ا  ا  ل   ص‬


.&‫ ا ( وﺕ‬,‫ﺡ" ا  ل إ   اﺕ‬$ ‫ا‬
“Al-Qur’an adalah kalamullah yang mengandung i’jaz yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam mushaf-mushaf
(utsmani) yang dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang
dianggap bernilai ibadah.”7

Menurut Manna’ al-Qaththan, al-Qur’an adalah firman Allah (kalamullah)


yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang pembacaannya menjadi suatu
ibadah.8
Menurut Abu Syuhbah al-Qur’an adalah firman Allah swt. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yang memiliki kemu’jizatan lafal,
membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis dalam
mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas. 9
Menurut Dr. Subhi as-Shalih merumuskan definisi al-Qur’an adalah
Kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan tertulis di dalam

7
Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan
Binatang, 1992), h. 38-39.
8
Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), cet. Ke-4, h. 18.
9
Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 5.
mushaf berdasarkan sumber-sumber mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya,
dan yang dibaca umat Islam dalam rangka ibadah. Penamaan al-Qur’an yang
demikian itu telah disepakati bulat oleh semua ulama ahli ilmu kalam, ulama ahli
ilmu Fiqh dan ulama ahli ilmu bahasa Arab.10
Dari definisi-definisi di atas terdapat beberapa segi yang membedakan al-
Qur’an dari kitab-kitab lainnya, yaitu:
1. Isi al-Qur’an
Dari segi isi, al-Qur’an adalah kalamullah atau firman Allah. Dengan jenis
ini, ucapan Rasulullah, Malaikat, Jin, dan sebagainya tidak dapat disebut
al-Qur’an. Kalamullah mempunyai keistimewaan yang tak mungkin dapat
ditandingi oleh perkataan lainnya.
2. Cara turunnya
Dari segi turunnya, al-Qur’an disampaikan melalui Malaikat Jibril yang
terpercaya (al-Ruh al-Amin). Dengan demikian, jika ada wahyu Allah
langsung disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, tanpa perantaraan
Malaikat jibril, seperti hadis qudsi, tidaklah termasuk al-Qur’an.
3. Penerimanya
Dari segi penerimanya, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw, seorang Rasul yang dikenal bergelar al-Amin (terpercaya). Ini berarti
bahwa wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi lainnya tidak dapat
disebut al-Qur’an.

4. Fungsinya
Dalam definisi al-Qur’an tersebut di atas disebutkan bahwa al-Qur’an
antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan
Muhammad saw, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi
yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.
5. Susunannya

10
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, h. 15.
Al-Qur’an terhimpun dalam suatu mushaf yang terdiri dari ayat-ayat dan
surah-surah. Ayat-ayat al-Qur’an disusun sesuai dengan petunjuk Nabi
Muhammad saw. Sedangkan urutan surah dimulai dengan al-Fatihah dan
diakhiri surah an-Nas disusun atas tauqifi, usaha, dan kerja keras para
sahabat di zaman pemerintahan khalifah Abu bakar dan Usman bin Affan.
Para sahabat yang menyusun urutan surah-surah tersebut terkenal jujur,
cerdas, pandai, sangat mencintai Allah dan Rasul, dan hidup serta
menyaksikan hal-hal yang berkaitan pada waktu ayat al-Qur’an turun.
6. Penyampaiannya
Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti,
disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-
benar wahyu Allah swt, terpelihara dari perubahan atau pergantian.
Al-Qur’an merupakan Kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw., sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi orang-
orang yang taqwa. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk,
pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya.
Bukan itu saja, tetapi juga al-Qur’an itu adalah kitab suci yang paling penghabisan
diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang
terdapat dala kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap
orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk
membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk
mengamalkan dan mengajarkanya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap
oleh penghuni alam semesta.
Selanjutnya, Setiap Mukmin yakin bahwa membaca al-Qur’an saja sudah
termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda,
sebab yang dibacanya itu, sebab yang dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-
Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang Mukmin, baik di kala senang
maupun di kala susah, di kala gembira ataupun di kala sedih. Malahan membaca
al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat
penawar bagi orang yang gelisah di jiwanya.11
Sungguh banyak ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw. yang
menunjukkan kelebihan dan keutamaan membaca dan mempelajari al-Qur’an.
Berikut ini beberapa keutamaan membaca al-Qur’an:
1. Orang yang membaca al-Qur’an akan bernilai pahala yang melimpah.
Firman Allah dalam QS. Faatir: 29-30:
U"8V , -5#67 
Y"02#$% $ X7 W VC
Y"⌧\K$% $ HZ["H:;
 '(a <^ /# _ ` ]☺0
U"A , /b GKc⌧  $
DeEF `"&R2S d6 /Z b^0
<8
`"Ai% g^ GhP "
[ \l%@E2P dk0 <8
,j , $
DjF ⌦`"B⌧6 ⌦`"\⌧n I&>K
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi
Maha Mensyukuri.” (QS. Faatir: 29-30).12

Membaca al-Qur’an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu
ibadah yang karenanya seorang muslim mendapatkan pahala. Begitu juga kegiatan
membaca al-Qur’an per satu hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini
dapat dilipatgandakan hingga sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau
satu surah saja mengandung puluhan aksara Arab, sebuah anugerah Allah swt.
yang agung. Sebagaimana dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud
bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

11
Muhammad Slamet Saubary, Catatan Kaki Secara Illmiah dalam al-Qur’an, (Jakarta:
Perpustakaan Slamet Saubary, 1999), Jilid 1, h. 135.
12
Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 1999),
h. 235.
‫ل‬/‫ ا‬3 ,0 1‫ أ‬2 ) * ‫ وا‬,) *‫ & & ﺡ‬+‫ آب ا‬- ‫أ ﺡ‬/ -
(‫ى‬: ‫ ا‬7‫ ) روا‬.‫ ﺡف‬5 ‫م ﺡف و‬3‫ أ " ﺡف و‬- ‫ ﺡف و‬5 ‫أ‬
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan
mendapatkan satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dibalas dengan
sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf,
melainkan alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-
Turmudzi).13

2. Membaca al-Qur’an merupakan sebagai obat (terapi) jiwa yang gundah.


Membaca al-Qur’an bukan saja amal ibadah, namun juga bisa menjadi
obat dan penawar jiwa gelisah, pikiran kusut, nurani tidak tenteram, dan
sebagainya. Allah swt. berfirman:
sd0 pkr ?&K $
"8
 0 F 
tb J" ` $ ⌦ 7⌧\6
DeF ......... a -./02☺Ph
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang beriman......” (QS. al-Isra’: 82).

Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati. Mereka
menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca al-Qur’an dengan
khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya di samping lima hal yang lain,
yaitu berteman dengan orang saleh, zikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa.
Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi
dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang ditanggung
jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya tengah menanggung
beban berat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati, agar
terkurangi bebannya. Sementara membaca al-Qur’an ibaratnya adalah komunikasi
dengan Allah. Otomatis, dengan komunikasi itu, orang yang membaca al-Qur’an
jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa
malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca
al-Qur’an.

13
Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadh ash-Sholihin, (Beirut: Darul Fikr,
1992), h. 432.
Jika membaca al-Qur’an efektif mengobati penyakit hati atau mental
(psikoterapi), tidak menutup kemungkinan, membaca Kitab Suci (al-Qur’an) ini
juga efektif untuk mengobati berbagai penyakit fisik, karena sekian penyakit fisik
awalnya banyak dipicu oleh gangguan kejiwaan seperti pikiran kacau, panik,
cemas, gelisah, emosi tak terkendali, dan sebagainya.14
3. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat syafaat pada hari kiamat.
Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia. Dari Abu
Umamah, Dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw, Bersabda:

( 5* 7‫ ) روا‬.&‫ﺕ یم ا  ) ﺵ?  >ﺹ‬B‫ﻥ& ی‬D ‫ؤوا ا أن‬/‫إ‬


“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafaat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim).15

Adab Membaca Al-Qur’an


Adab membaca al-Qur’an sangatlah diperlukan ketika kita hendak akan
membaca al-Qur’an. Adapun adab membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Adab Hati
Menurut Abu ‘Abdu al-Rahman dalam bukunya Pedoman Menghayati dan
Menghafal Al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an secara hati (Bathin) antara
lain:
1. Niat ikhlas membacanya semata-mata karena Allah, dengan
mengharapkan ridha Allah dan memusatkan hati serta membuang semua
bisikan yang ada dalam hati tatkala membaca.
2. Tadabbur (merenungkan) dan berusaha menguasai artinya, karena hal ini
merupakan perintah tuhan alam semesta yang harus dilaksanakan oleh
hamba Allah dengan penuh semangat setelah memahami dan
merenungkannya.
3. Berusaha terkesan sehingga memberi reaksi terhadap setiap ayat yang
dibacanya. Pada ayat ancaman hatinya bergetar karena takut. Terhadap
ayat janji hatinya bersuka ria. Di saat disebutkan Allah, sifat-sifat dan
nama-nama-Nya, hatinya tertunduk merendah.

14
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, Membaca, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 47.
15
Muslim Bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1992),
h. 90.
4. Berlepas diri dari daya dan upayanya, karena tiada daya dan upaya kecuali
dengan pertolongan Allah swt, dan tidak memperhatikan dirinya sendiri
dengan penuh keridhaan dan pensucian.16

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin,


adab membaca secara hati (bathin) itu diperinci lagi menjadi arti memahami asal
kalimat, cara hati membesarkan Allah, menghadirkan hati di kala membaca
sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa.
Bagi pembaca al-Qur’an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus
menghadirkan dalam hatinya betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-
kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah
kalam manusia, tapi adalah kalam Allah swt. membesarkan kalam Allah itu,
bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga tulisan-tulisan al-
Qur’an itu sendiri. 17

b. Adab Lahiriyah
Dianjurkan bagi orang yang hendak membaca al-Qur’an harus
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara membaca al-Qur’an. Abu
‘Abdu al-Rahman menerangkan dalam bukunya Pedoman Menghayati dan
Menghafal Al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an sebagai berikut:
Disunnahkan untuk bersuci dan berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca
al-Qur’an dan bersiwak (sikat gigi) dahulu.
Lebih utamanya, membaca al-Qur’an ditempat yang bersih dan tempat yang
lebih utama adalah masjid. Dengan menghadap ke arah kiblat, karena
kiblat adalah arah yang paling mulia.
Membaca Ta’awudz, kemudian membaca basmalah, jika mulai dari awal surat
serta jangan memotong bacaan dengan pembicaraan yang tidak penting
dan memperindah suara bacaan al-Qur’an semampunya.
Memilih tempat yang layak, seperti masjid atau suatu ruangan dirumahnya
yang jauh dari hal-hal yang dapat menghilangkan nilai kesuciannya.
Memilih waktu yang tepat dan waktu disaat-saat Allah memperhatikan hamba-
hambanya dan saat-saat Allah menurunkan curahan-Nya. Dan waktu yang
paling utama adalah sepertiga malam terakhir dan waktu menjelang subuh.

16
Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta:
Hadi Press, 1997), cet. I, h. 37-39.
17
Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Peroyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an, 2001), h. 11.
Menangis saat membaca al-Qur’an, khususnya saat membaca ayat-ayat adzab
atau melewati ayat-ayat yang melukiskan Masyhad, yaitu pada hari
diperlihatkannya peristiwa yang pasti terjadi di hari kiamat dan peristiwa-
peristiwa yang bakal terjadi di akhirat serta keadaan yang sangat
mengerikan yang pasti diperlihatkan.18

Sedangkan menurut Ahsin W. Al-Hafidz dalam bukunya Bimbingan


Praktis Menghafal Al-Qur’an ia berpendapat bahwa adab membaca al-Qur’an
antara lain adalah:
1. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil (pelan-pelan sambil
memperhatikan tajwidnya).
2. Disunnahkan merenungi dan memahami kandungan al-Qur’an sebab hal
itu merupakan maksud dan tuntutan yang paling mulia.
3. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tafkhim.
4. Disunnahkan dengan mengeraskan suara ketika membaca al-Qur’an. Atau
membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan
suara yang keras lebih uatama, sebagaimana diterangkan dalam hadits
Nabi yang artinya:
“Allah tidak mendengarkan sesuatu selain suara merdu Nabi yang
membacakan al-Qur’an dengan suara jahr.” (HR. Bukhori dan Muslim)19

Sedangkan menurut Syaikh Manna’ al-Qaththan menerangkan dalam


bukunya Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an sebagai
berikut:
1. Membaca al-Qur’an sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang
paling utama dan bersiwak sebelum mulai membaca.
2. Membacanya di tempat yang bersih dan suci, untuk menjaga keagungan
membaca al-Qur’an.
3. Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat. Dan membaca
ta’awudz pada permulaannya serta membaca basmalah pada permulaan
setiap surah.
4. Membacanya dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan
jelas serta memberikan hak setiap huruf, seperti membaca mad dan
idghom.
5. Membaguskan suara dengan membaca al-Qur’an dan mengeraskan bacaan
al-Qur’an, karena membacanya dengan suara jahar (keras) lebih utama.
6. Membaca al-Qur’an dengan melihat langsung kepada mushaf dan
membacanya dengan hafalan.20

18
Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, h. 39-42.
19
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 34.
20
Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, h. 233-237.
Kompetensi dalam Membaca Al-Quran
Kompetensi dalam membaca al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari dan dipraktikan ketika
membaca al-Qur’an, karena dengan memperhatikan kompetensi tersebut, maka kita akan mudah untuk membaca al-
Qur’an dengan fasih dan benar. Adapun kompetensi dalam membaca al-Qur’an itu antara lain :

Tajwid
Tajwid secara bahasa berasal dari kata “Jawwada-yujawwidu-tajwidan”
yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dan pengertian yang lain
menurut lughoh (bahasa), tajwid dapat juga diartikan:

.   ‫ ﺕ ن‬E‫ا‬
“Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.”21
Dalam buku Tajwid dan Ilmu al-Qur’an Depag RI, Tajwid juga menurut
bahasa berarti tahsin (memperindah). dikatakan hadza syaiun jayyidun artinya
saya telah memperindah sesuatu.22
Sedangkan pengertian Tajwid menurut istilah adalah:

‫?ت وا ود‬$ ‫ ا‬- &* ‫ ﺡف ﺡ& و‬H‫ء آ‬J ‫ یف & إ‬5
.‫ وﻥه‬5 K? ‫ وا‬L / ‫ آ‬M ‫  ذ‬O‫و‬
“Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak
huruf (haqqul huruf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-
hak huruf (mustahaqqul huruf) dipenuhi, terdiri atas sifat-sifat huruf,
hukum-hukum madd, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq,
tafhim, dan semisalnya.”23

Dari pengertian Tajwid di atas, maka secara garis besar pokok bahasan (ruang lingkup) Ilmu Tajwid dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:

a. Haqqul Huruf, yaitu segala sesuatu yang lazimat (wajid ada) pada setiap huruf. Hak huruf ini meliputi sifat-sifat
huruf (sifatul huruf) dan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua
suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyinya menjadi tidak jelas.
b. Mustahaqqul Huruf, yaitu hukum-hukum baru (Aridlah) yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak-hak
huruf melekat pada setiap huruf. Mustahaqqul Huruf meliputi hukum-hukum seperti Izh-har, Ikhfa’, Iqlab,
Idghom, Qolqolah, Ghunnah, Tafkhim, Tarqiq, Mad, Waqaf, dan lain-lain.
Selain pembagian di atas, ada juga yang membagi pokok bahasan Ilmu Tajwid ke dalam enam cakupan masalah,
yaitu:

Makharijul Huruf, membahas tentang tempat-tempat keluarnya huruf.

21
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, (Semarang:
Pustaka al-‘Alawiyyah), h. 4.
22
Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, h. 23.
23
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4.
Sifatul Huruf, membahas tentang sifat-sifat huruf.
Ahkamul Huruf, membahas tentang hukum-hukum yang lahir dari hubungan anatr huruf.
Ahkamul Mad Wal Qashr, membahas tentang hukum-hukum memanjangkan dan memendekkan bacaan.
Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’, membahas tentang hukum-hukum menghentikan dan memulai bacaan.
Al-Khoththul Utsmaniy, membahas tentang bentuk tulisan mushaf Ustmaniy.24
Para ahli qira’ah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tajwid adalah menghiasi bacaan al-Qur’an, yakni
memerlukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya mengembalikan huruf pada makhrajnya masing-
masing melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna tanpa berlebih-lebihan. 25

Para ulama, dahulu dan sekarang, menaruh perhatiaan besar terhadap


tilawah (cara membaca) al-Qur’an sehingga mengucapkan lafaz-lafaz al-Qur’an
menjadi lebih baik dan benar. Cara membaca ini, di kalangan mereka dikenal
dengan Tajwidul Qur’an. Mereka mendefinisikan Tajwid sebagai ”memberikan
kepada huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj
dan asalnya, serta mengaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna tanpa
berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan.”
Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan
huruf-huruf dari makhrajnya disamping harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan
sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun juga
harus melalui latihan, praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya.26

Membaca al-Qur’an termasuk ibadah dan karenanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap
memperbaiki bacaan al-Qur’an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya merupakan suatu ibadah, sama halnya
meresapi, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin
Mas’ud berpesan, “Jawwidul Qur’an,” ‘bacalah al-Qur’an itu dengan baik’ (bertajwid). Para ulama menyebut
membaca al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid sebagai al-Lahn, yakni kekeliruan atau cacat
dalam membaca.

Atas dasar perlunya membaca al-Qur’an secara bertajwid, anak (siswa) hendaknya diajarkan ilmu tajwid. Dalam ilmu
tajwid diajarkan bagaimana cara melafalkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf yang
lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara
menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya (idghom), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari
tanda-tanda berhenti dalam bacaan, dan sebagainya. 27

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya
bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus
mampu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah
satu tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad al-Mahmud sebagai berikut :

24
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2008), cet. Ke-2, h. 2-3.
25
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 1999), h. 54.
26
Syeikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, h. 229-230.
27
Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h.
91-92.
)‫ة ا (ی‬Q ‫ ا‬- R‫   ﺕ‬S? ‫ی)  اﺕن‬0 ‫ی& غ ا‬O
. ‫ ﺕ‬+‫ء  آب ا‬JK ‫ ا‬- ‫ی& ﺹن ا *ن‬O H /‫ ) و‬$3‫ا‬
“Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) adalah agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an secara betul (fasih)
sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, juga agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-
kesalahan ketika membaca kitab Allah ta’ala (al-Qur’an).”28

Hukum mempelajari Tajwid sebagai disiplin ilmu adalah Fardlu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Artinya,
mempelajari secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja.
Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorangpun yang mempelajari Ilmu Tajwid, maka berdosalah kaum itu.

Adapun hukum membaca al-Qur’an dengan menggunakan aturan Tajwid adalah Fardlu ‘Ain atau merupakan
kewajiban pribadi, karenanya apabila seseorang membaca al-Qur’an dengan tidak menggunakan Ilmu Tajwid,
hukumnya dosa.

Dalam kitab Hidayatul Mustafid Fi Ahkamit Tajwid dijelaskan:

H‫  آ‬- ‫ & ض‬H ‫ﺥف  اﻥ& ض آ?ی) وا‬3 ‫ا ی‬
.- ? ‫ ا‬- )*‫ و‬5*
“Tidak ada perbedaan pendapat bahwa (mempelajari) Ilmu Tajwid hukumnya Fardlu Kifayah, sementara
mengamalkannya (ketika membaca al-Qur’an) hukumnya Fardlu ‘Ain bagi setiap muslim dan muslimah yang
telah mukallaf.”29

Makharijul Huruf
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal sari fi’il Madly " ‫ "ﺥج‬yang berarti keluar. Kemudian diikutkan wazan "H?"
yang bershigot isim makan, maka menjadi " ‫ج‬K " yang berarti tempat keluar. Bentuk jama’nya adalah ‫رج ا وف‬K
yang berarti tempat-tempat keluar. Jadi “Makharijul Huruf” berarti tempat-tempat keluarnya huruf.

Secara bahasa Makhraj artinya; ‫وج‬K ‫ ا‬Y‫ ﺽ‬yang berarti tempat keluar.

Sedang menurut istilah, makhraj adalah:

‫ء  & ا ف‬2 ‫ي ی‬: ‫ ا‬H 5‫إ ﺱ‬


“Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk (diucapkan).”

Jadi, Makharijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.

Ketika membaca al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai Makhrajnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf
dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu,
kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar.

28
Syeik Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4.
29
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4
Contoh kesalahan Makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya ‘Ainnya lafaz "-   ‫ "ا‬pada kalimat + ‫"ا‬
"-   ‫ رب ا‬yang terbaca Hamzah. Arti "-   ‫ "ا‬dengan ‘Ain adalah semesta alam, sedang "-  3‫ "ا‬dengan hamzah
adalah (segala) penyakit.30

Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian Makharijul Huruf. Imam Syibawaih dan asy-Syatihiby berpendapat
bahwa Makhraj Huruf terbagi atas 16 Makhraj, sementara menurut Imam al-Farra’ terbagi atas 14 Makhraj. Namun
pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini adalah yang menyatakan bahwa Makhorijul Huruf terbagi atas 17
Makhraj. Imam Kholil bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh qori’ termasuk
Imam Ibnu Jazariy – serta para ahli Nahwu.

Selanjutnya, ketujuhbelas Makhraj ini klasifikasikan ke dalam lima tempat. Lima tempat inilah yang merupakan letak
Makhraj dari setiap huruf. Lima tempat yang dimaksud dalam Makharijul Huruf ialah:

a. Al-Jauf, lobang (rongga) tenggorokan dan mulut.= 1 Makhraj


b. Al-Halq, tenggorokan = 3 Makhraj
c. Al-Lisan, Lidah = 10 Makhraj
d. Asy-Syafatan, dua bibir = 2 Makhraj
e. Al-Khoisyum, pangkal hidung = 1 Makhraj +
17 Makhraj

Adapun perincian mengenai Makharijul Huruf yaitu:

Al-Jauf
Al-jauf artinya rongga tenggorokan dan mulut. Dari Makhraj al-Jauf ini keluar tiga huruf Mad, yaitu Alif, Wawu, da
Ya’ yang bersukun. Dan ketiga huruf Mad tersebut disebut juga huruf " ) ‫"ﺝ‬

Al-Halq
Al-Halq artinya tenggorokan. Maksudnya, tempat keluarnya huruf terletak pada tenggorokan. Dari al-Halq ini keluar
tiga Makhraj, yang digunakan untuk tempat keluarnya 6 (enam) huruf. Ketiga Makhraj tersebut antara lain:

Aqshal Halq adalah pangkal tenggorokan atau tenggorokan bagian dalam. Dari Makhraj ini keluar huruf Hamzah
(‫ )ء‬dan Ha (‫)هـ‬
Watsul Halq adalah tenggorokan bagian tengah. Dari makhraj ini keluar huruf ‘Ain (‫ )ع‬dan ha (‫)ح‬
Adnal Halq adalah tenggorokan bagian luar atau ujung tenggorokan. Dari Makhraj ini keluar huruf Kho (‫ )خ‬dan
Ghoin (‫)غ‬

Keenam huruf di atas (‫ء‬-‫هـ‬-‫ح‬-‫ع‬-‫ع‬-‫خ‬-‫ )غ‬disebut juga huruf ") ‫ "ﺡ‬yang artinya tenggorokan, karena huruf-
huruf tersebut keluar dari tenggorokan.

Al-Lisan
Al-Lisan artinya lidah. Maksudnya tempat keluarnya huruf yang terletak pada lidah. Jumlah huruf Hijaiyah yang
keluar dari Makhraj ini berjumlah 18 huruf dan terbagi atas 10 Makhraj.

Kedelapanbelas huruf tersebut: (‫س‬-‫ز‬-‫ص‬-‫ث‬-‫ظ‬-‫ذ‬- ‫ط‬-‫د‬-‫ت‬-‫ر‬- ‫ن‬-‫ل‬-‫ض‬-‫ي‬-‫ج‬-‫ش‬-‫ك‬-‫)ق‬


Asy-Syafatan
Asy-Syafatan artinya dua bibir. Maksudnya, tempat keluarnya huruf yang terletak pada dua bibir. Bibir atas dan bibir
bawah asy-Syafatan ini terbagi atas dua Makhraj, yaitu:

30
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit
Dipenogoro, 2003), h. 20-21.
Perut (bagian dalam) bibir bawah atau bagian tengah bibir bawah dengan ujung dua buah gigi seri yang atas. Dari
Makhraj ini keluar huruf Fa’ (‫)ف‬
Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama, jika kedua bibir tersebut tertutup rapat, keluarlah huruf Mim (‫ )م‬dan Ba
(‫)ب‬. Ba’ lebih rapat daripada Mim. Dan jika terbuka, keluarlah huruf Wawu(‫ )و‬.
Keempat huruf di atas (‫و‬-‫ب‬-‫م‬-‫ )ف‬disebut juga huruf ")‫ "ﺵ?ی‬yang artinya dua bibir.

Al-Khoisyum
Al-Khoisyum artinya Aqshal anfi (pangkal hidung). Dari al-Khoisyum ini keluar satu Makhraj, yaitu al-Ghunnah
(sengau/dengung), sehingga dari Makhraj inilah keluar segala bunyi dengung/sengau. Bunyi sengau ini terjadi pada:

Nun sakinah (‫ )ن‬atau tanwun ketika dibaca idgham Bigunnah, Ikhfa’ dan ketika Nun itu bertasydid.
Mim sakinah (‫ )م‬ketika dibaca Idghom (Mitslain) Ikhfa (Syafawiy) dan ketika Mim itu bertasydid.31

Tartil
Dalam seni suara (nyanyian) dikenal istilah tempo untuk menunjukkan apakah suatu lagu dibawakan dengan cepat
dan semangat seperti lagu-lagu mars atau dengan lambat dan khidmat seperti lagu hymne. Membaca al-Qur’an juga
tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo ini.

Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh ahli Tajwid, yaitu:

At-Tartil yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan
sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru dating (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna
(ayat). Membaca dengan pelan dan tenang maksudnya tidak tergopoh-gopoh namun tidak tidak pula terseret-
seret. Huruf diucapkan satu persatu dengan jelas dan tepat menurut makhrajnya dan sifatnya. Ukuran panjang
pendeknya terpelihara dengan baik serta berusaha mengerti kandungan maknanya.
Al-Hadr yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya. Yang dimaksud cepat di sini adalah
dengan menggunakan ukuran terpendek dalam peraturan Tajwid, jadi bukannya keluar dari peraturan
sebagaimana yang sering kita jumpai.
At-Tadwir yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan at-Tadwir ini lebih dikenal dengan bacaan sedang
tidak terlalu cepat juga tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan anatara keduanya.

At-Tahqiq yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang dan
perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk belajar (latihan) dan
mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada waktu shalat atau menjadi imam.32
Membaca al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah swt. Oleh
karena itu, membacanya mempunyai etika zahir adalah membacanya dengan tartil. Makna membaca dengan tartil
adalah dengan perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.

As-Suyuti mengatakan bahwa disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil. Sebagaimana Allah swt berfirman
dalam QS. Al-Muzammil ayat 4:

  FuZS ` $
DF v⌧S2S
“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”(QS. Al-Muzammil:
4).33

31
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 28-36.
32
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 8-10
Dalam kitab al-Burhan karya az-Zarkasyi dikatakan kesempurnaan tartil
adalah dengan membaca dengan seksama lafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya,
dan satu huruf tidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Dan yang paling
sempurna adalah dengan membacanya di rumahnya. Jika ia membaca ayat yang
berisi ancaman maka ia membacanya dengan ekspresi ancaman dan jika ayat itu
berisi pemuliaan maka ia membacanya dengan ekspresi pemuliaan.
Al-Ghazali mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk
tadabbur. Karena non-Arab yang tidak memahami makna al-Qur’an juga
disunnahkan untuk membaca dengan tartil karena tartil lebih dekat kepada
pemuliaan dan penghormatan terhadap al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati
daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.34

Metode-Metode Pembelajaran Membaca al-Qur’an


Metode merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran
mencapai tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai
tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pegajaran salah
satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang
bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan
metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan
pengajaran.35
Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang tidak
mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan proses belajar
mengajar sebaik-baiknya. Hal yang penting dalam metode ialah, bahwa setiap
metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai.
Adapun jenis-jenis metode pembelajaran membaca al-Qur’an adalah :
Metode Musyafahah (Adu Lidah)
33
Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, h. 231.
34
Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, h. 233.
35
Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar Suatu Pendekatan Baru dan Praktis,
(Bandung: Tunas Nusantara, 2001), h. 58.
Dalam metode ini guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul anak
atau murid. Dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf
dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan
langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut
Musyafahah (adu lidah). Metode ini diterapkan oleh Nabi Muhammad saw kepada
kalangan sahabat.
Metode Sorogan atau ‘Ardul Qira’ah (Setoran Bacaan)
Dalam metode ini murid membaca di depan guru, sedangkan guru
menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode Sorogan atau ‘Ardul Qira’ah
(Setoran Bacaan). Metode ini terdapat sisi positif yaitu aktifnya murid (cara
belajar siswa aktif).36
Metode Al-Bayan
Metode al-Bayan merupakan metode yang mengajarkan cara cepat belajar
al-Qur’an dengan bacaan yang baik dan benar menurut ilmu tajwid, disusun
secara sistematis, dilengkapi dengan pengetahuan tajwid praktis, dan dibantu
dengan cara membaca versi Indonesia. Bacaannya menggunakan bacaan yang
sudah umum di Indonesia yakni menurut riwayat Imam Hafsh ‘an ‘Ashim Thariq
Syathibiyah.
Metode bayan menggunakan tingkat usia sekolah dan jumlah pertemuan
sebagai tolak ukur pembelajarannya, sehingga bagi mereka mempunyai masa
pembelajaran yang berbeda. (Lihat Tabel).
Usia Sekolah Waktu yang diperlukan Buku Panduan
TK B s/d kelas 3 SD 21 pertemuan Jilid 1
Kelas 4 SD s/d 3 SMP 19 pertemuan Jilid 2
SMU s/d seterusnya 16 pertemuan Jilid 3
Adapun bagi mereka yang ingin mengajar dan belajar mandiri dengan
metode al-Bayan, cukup menggunakan jilid 4.
Dengan berpegang pada tolak ukur tersebut maka hingga pertemuan
terakhir, dijamin akan mampu membaca al-Qur’an dengan baik, lancar,

36
Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h.
81.
menguasai bacaan panjang-pendek, bacaan dengung (gunnah) dan hukum-hukum
bacaan panjang (mad).
Untuk memperoleh manfaat terbaik dan mencapai hasil yang maksimal
dengan metode al-Bayan, lakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan skema proses pembelajaran, yakni 10 (sepuluh) pertemuan untuk
menguasai cara membaca,dan 11 (sebelas) pertemuan untuk menguasai
cara membaca yang benar dengan ilmu tajwid.
b. Tidak berpindah ke pertemuan selanjutnya, jika pertemuan sebelunya
belum dikuasai.
Manfaat yang dapat diambil dari belajar dengan menggunakan Metode al-
Bayan antara lain adalah terbebas dari buta huruf al-Qur’an, mempermudah
belajar membaca al-Qur’an, dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar
dalam waktu singkat, dan dapat menguasai pengetahuan ilmu tajwid.37

Metode Drill (Latihan).


Setelah menjelaskan metode-metode di atas, perlu juga dibahas metode Driil. Metode drill (latihan) adalah suatu
metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap pelajaran yang sudah diberikan.

Metode ini berasal dari metode pengajaran Herbart, yaitu metode asosiasi
dan ulangan tanggapan, yang dimaksud dengan memperkuat tangggapan pada
murid-murid. Metode driil biasanya digunakan pada pelajaran yang bersifat
motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa, pelajaran keterampilan, dan
pelajaran yang bersifat kecakapan mental, dalam arti melatih anak-anak berfikir
cepat. Dalam pendidikan agama metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan
pelajaran al-Qur’an dan praktik ibadah.38
Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar
yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan
dari apa yang sudah dipelajari. Metode latihan mempunyai kebaikan-kebaikan,

37
O. Surasman, Metode Al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. vii-viii.
38
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h. 106.
antara lain adalah pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan
mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan, pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak
konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan pembentukan kebiasaan membuat
gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatis.39

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca al-


Qur’an
Dalam diri setiap muslim mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an,
ada berbagai macam tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an dari yang tinggi,
sedasng, sampai yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya
yaitu:
Faktor Pembawaan
Sebelum kita utarakan lebih lanjut, dapatlah kiranya kita mengatakan
bahwa pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-
kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu yang selama masa
perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Kesanggupan untuk membaca Al-Qur’an yang diawali dengan terbata-bata
telah ada dalam pembawaannya akan berkembang, dan karena lingkungan dan
kematangannya pada suatu saat tertentu anak dapat membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar. Sehinga jelas pembawaan dapat mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur’an.
Faktor Keturunan
Maksud dari keturunan di sini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang
anak. Jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-
sel kelamin dari generasi yang lain. Misalnya seorang Bapak atau Ibu ada
persamaan dengan anaknya dalam membaca Al-Qur’an pada waktu membaca Al-
Qur’an. Dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi mungkin

39
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 217-
218.
juga sifat-sifat keturunan itu diwsarisi dari nenek atau buyutnya. Sehingga anak
tersebut mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai dengan keturunan.
Faktor Lingkungan
Seorang ahli psikologi dari Amerika yang bernama Sartain mengatakan
bahwa:
Lingkungan (environment) adalah meliputi segala kondisi-kondisi dalam
dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula
dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.40
Ditambahkan oleh Sartain bahwa lingkungan itu dibagi menjadi 3 bagian
sebagai berikut:
a. Lingkungan Alam/Luar (Extenalor Physical Environment)
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang
bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan dan
sebagainya.
b. Lingkungan Dalam (Internal Environmet)
Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lungkungan luar.
Contohnya makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-
pembuluh darah atau di dalam cairan limpa yang mempengaruhi tiap-tiap
sel di dalam tubuh.
c. Lingkungan Sosial (Social Environment)
Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan soaial itu ada yang kita terima
secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain,
keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, seperjaan, dan
sebagainya. 41
Dari uraian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-
Qur’an di atas, bahwa faktor pembawaan, keturunan, dan lingkungan merupakan

40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
cet. Ke-23, h. 28.
41
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 28-29
faktor yang sangat penting sekali dalam proses meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an.
Pendidikan sebagai Faktor Pengaruh terhadap Kemampuan Membaca Al-
Qur’an
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42
Pendidikan juga dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak
didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai
anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.
Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi
lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara
menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.43
Dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya.
Dilihat dari sudut pengertian atau definisi, dengan demikian pendidikan itu ialah
usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melaui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung dalam bentuk
pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Usaha
sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang
melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau
mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang
ditentukan.
Dengan mulainya anak bersekolah, dunia anak semakin luas dan demikian
pula pemahamannya. Pemahaman anak mengenai lingkungan meningkat tidak
hanya melalui pengajaran formal yang diterima di kelas tetapi juga diperluas
42
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Naisonal, h. 2-3.
43
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 3.
melalui pertukaran pikiran dengan teman-teman sebayanya dan melalui
kemampuan membaca di lingkungan tempat tinggalnya.
Secara lebih khusus Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah memiliki
jumlah mata pelajaran yang berbeda di mana materi pada Sekolah Dasar lebih
bersifat pendidikan umum, sedangkan materi pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
selain pendidikan umum juga mencakup pendidikan agama sehingga materi
pelajarannya pun berbeda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

B. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.44 Sering pula dinyatakan
variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel dalam
penelitian ini adalah kemampuan membaca al-Quran siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan variabel kedua
adalah kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal Sekolah Dasar.

A. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang yang beralamat di Jalan Ki hajar Dewantara No. 23
Ciputat Tangerang-Banten. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah selama empat bulan, dimulai dari tanggal 7
September sampai 23 Desember 2009.

B. Metode penelitian
Metode penilitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data
empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan
ada atau tidaknya perbedaan kedua variabel yang diteliti. Jenis pendekatan yang
digunakan dala penelitian ini adalah komparasional yang bertujuan untuk mencari
perbandingan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara
deskriptif. Hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan
gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu
gambaran perbandingan antara kemampuan membaca al-Qur’an siswa.
Adapun jenis pendekatan yang digunakan juga dalam penelitian ini adalah
korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan (pengaruh) antara dua
variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deksriptif. Hal ini agar penulis
dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran pengaruh siswa yang berbeda
latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an. Dalam teknik penulisan penulis berpedoman
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
44
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-
6, h. 82.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. 45
Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2008-2009 yang berjumlah
292 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu proses proporsi kecil dari populasi yang seharusnya
diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.46 Penulis mengambil
sampel sebanyak 13 % dari keseluruhan populasi yang ada, yaitu 40 orang siswa
masing-masing 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan madrasah ibtidaiyah
dan 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan sekolah dasar. Dengan tehnik
pengambilan sampel yang diambil secara acak yaitu menggunakan tehnik
purposive random sampling.

D. Teknik pengumpulan data


Mengenai perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa berdasarkan
latar belakang pendidikan siswa, dan hubungan (pengaruh) antara sikap siswa
yang berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa
dalam pembelajaran al-Qur’an di SMP Islamiyah, maka penulis menggunakan
beberapa alat untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah
penelitian sehingga tercapai tujuan yang telah dirumuskan, teknik tersebut yaitu:

1. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang yang tampak pada objek penelitian mengenai
perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa berdasarkan latar belakang
siswa, dan pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan

45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), h. 108.
46
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001), h. 266.
dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an di SMP Islamiyah serta mengamati secara langsung data-data yang
diperlukan. Dengan demikian data yang didapat oleh penulis selama observasi
berlangsung dapat menjadi masukan bagi penulisan skripsi ini.
Observasi dilakukan untuk mengadakan pengumpulan dan pencatatan
secara sistematis terhadap yang berkaitan dengan kejadian penelitian. Adapun
yang menjadi sasaran observasi adalah lingkungan sekolah, sarana prasarana
sekolah, keadaan para siswa dan para guru serta pengajaran membaca al-Quran
di Lingkungan SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapat hal-hal atau varibel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan peratura-
peraturan. Dalam hal ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data-data yang
berkenaan dengan latar belakang berdirinya SMP Islamiyah Ciputat yang
memberi input sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Tes Lisan
Tes lisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca al-Quran siswa. Dalam melakukan tes lisan ada empat kategori nilai
kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai antara 80-100: kategori kemampuan membaca al-Qur’an sangat
baik (istimewa), dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam
pengucapan huruf atau makharijul huruf, serta lancar dalam membaca.
Kategori baik dalam penguasaan ilmu tajwid.
c. Nilai antara 70-79: kategori membaca al-Qur’an baik, dilihat dari segi
bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul
huruf, akan tetapi membacanya sedikit terbata-bata atau belum lancar.
Kategori cukup dalam mengetahui ilmu tajwid.
d. Nilai antara 60-69: kategori membaca al-Qur’an cukup, dilihat dari
segi bacaan tajwid belum benar, pengucapan huruf atau makharijul
huruf kurang benar dan membacanya masih terbata-bata atau belum
lancar. Kategori kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.
e. Nilai antara 50-59: kategori membaca al-Qur’an kurang atau tidak
mampu. Masih pengenalan huruf hijaiyah, sanagt kurang dalam
mengetahui ilmu tajwid.
4. Wawancara
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menanyakan kepada kepala
sekolah, guru, dan siswa mengenai pengajaran membaca al-Quran di Lingkungan
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang. Hal ini penulis lakukan untuk memperoleh
data yang menyempurnakan dari hasil observasi, guna mendukung kebenaran
yang diperoleh sekaligus menambah data yang lebih sempurna. Sehingga penlitian
yang penulis lakukan dapat diterima kebenarannya.
5. Angket
Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan
(kuesioner) kepada siswa SMP Islamiyah Ciputat yang menjadi responden. Dalam
hal ini penulis menggunakan pertanyaan-pertanyaan multiple choice dan bersifat
langsung.

Tabel 1
KISI-KISI ANGKET
Siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran
membaca al-Qur’an.
No. Indikator No. Butir Jumlah Item
1. Keinginan 1, 4 2
2. Perhatian 5, 6 2
3. Disiplin 8, 11, 14, 15, 17 5
4. Perasaan 3, 13, 20 3
5. Menyelesaikan tugas 7 1
6. Meningkatkan kemampuan 9, 12, 16, 18, 19 5
7. Mengembangkan bakat 2, 10 2
Jumlah 20

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Setelah data-data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen antara lain
wawancara dan angket. Tiap-tiap instrumen tersebut digunakan untuk melengkapi antara satu sama lainnya. Data
yang diperoleh dari obsevasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan penulis untuk mendapatkan informasi-
informasi yang tidak diperoleh dari angket, untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul maka dapat digunakan
analisa kulaitatif dan analisa kuantitatif. Berkenaan dengan penelitian ini, data-data yang penulis peroleh melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi dianalisa secara kualitatif, sedangkan data yang penulis peroleh melalui
penyebaran angket dan laporan hasil kemampuan baca al-Qur’an diolah atau dianalisa secara kuantitatif.

Teknik analisa merupakan suatu cara untuk menguraikan keterangan-keterangan data-data yang diperoleh agar data-
data tersebut dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang menelitinya, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian itu.

Penggunaan teknik analisa data penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui hasil
penelitian ini, maka data yang penulis peroleh dari kuesioner atau angket yang disebarkan diolah dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

2. Teknik pengolahan data


a. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan kepada responden. Jadi setelah angket diisi
oleh responden dan diserahkan kepada penulis, kemudian penulis periksa satu persatu angket tersebut. Bila ada
jawaban yang meragukan atau ada pertanyaan yang belum terjawab, maka penulis menghubungi kembali responden
yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuan dari editing ini adalah untuk mengurangi kesalahan
atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan.

Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan
pengisian dan kejelasan penulisnya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran
pengisian dan kejelasan penulisnya.

b. Coding
Setelah data-data tersebut diedit, penulis melakukan pengkodean dan pengelompokkan data-data tersebut
berdasarkan kategori pembahasan.

c. Tabulasi
Pada tahap ini langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan memindahkan jawaban yang ada terdapat
dalam angket dan telah dikelompokkan ke dalam bentuk tabel frekwensi ini untuk memudahkan penulis dalam
mengolah data yang telah diedit. Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekwensi dalam setiap item yang
penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket yang terlihat
jawaban yang satu dengan jawaban yang lain dengan jelas.

d. Prosentase
Setiap data perlu diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekwensi jawaban responden untuk setiap
alternatif jawaban. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh
dari hasil besarnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang dimiliki siswa dan sikap siswa
yang berbeda latar belakang pendidikan siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang didapat dari responden tersebut.
Adapun rumus yang di gunakan dalam mencari prosentase terdapat di bawah ini.

Untuk analisis data tentang meningkatkan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an pada siswa SMP Islamiyah, penulis menyimpulkan dengan kriteria perhitungan sebagai berikut:

Rumus perhitungannya: P = F x 100 %


N
Keterangan: P = persentase %
F = frekuensi yang diperoleh
N = Number of casses (jumlah frekuensi)

1. Analisa Data
a. Analisis Kualitatif
Data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti surat kabar, buku, majalah,
dan yang lainnya, kecuali laporan hasil belajar. Akan dioleh dengan analisa kualitatif karena tidak dapat ditabulasikan
(diwujudkan ke dalam angka).

b. Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk
memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket
dan juga digunakan rumus analisis korelasi product moment. Analisis product moment tersebut dimaksudkan untuk
mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan Y dan juga untuk mengetahui apakah ada hubungannya erat, cukup
atau lemah. Dan penulis juga menggunakan rumus analisis komparasional dari data nilai semester/raport dan juga
dari nilai tes lisan yang dilakukan oleh siswa, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari SD dan MI.

Kemudian teknik analisis selanjutnya adalah dengan skoring, untuk menentukan skoring semua pertanyaan dan
pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:

Tabel 2
Skor Item Alternatif Jawaban Rensponden
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Dalam penelitian ini juga digunakan korelasi product moment, adapun


rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, secara operasional
analisa data tersebut dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
1. Mencari angka dengan rumus:
N∑XY- (∑X)( ∑Y)
rxy = √ [N∑x² - (∑x2)²] [N∑y² - (∑y2)²]

keterangan:
X : siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.
Y : Kemampuan (kompeten) dalam membaca al-Qur’an (nilai
raport BTQ)
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
N : Number of cases.

2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment.


a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” product moment di bawah ini:
Besarnya “r” product moment Interpretasi
0.00-0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut
diabaikan (diangap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y.
0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0.90-1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

b. Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan


terlebih dahulu mencri derajat bebasnya (db) atau deegres of fredom (df)
yang rumusnya adalah:
df = N – nr
Dengan ketentuan sebagai berikut:
df : Deegres of freedom
N : Number of Cases
Nr : Banyaknya variabel
Kemudian dengan melihat tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment dari person untuk berbagai (df).

c. Mencari kontribusi variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100%

Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan Teknik Analisis


Komparasional Tes “t” (“t” Tes), yaitu dengan membandingkan kemampuan
membaca al-Qur’an para siswa dengan menggunakan nilai semester/raport dan
tes lisan.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mencari Mean Variabel X1 dengan rumus:
M1 = ∑X1
N1
2. Mencari Mean Varibel X2 dengan rumus:
M2 = ∑X2
N2
3. Mencari Deviasi Sekor Variabel X1, dengan rumus:
x1 = X1 – M1
4. Mencari Deviasi Sekor Variabel X2, dengan rumus:
x2 = X2 – M2
5. Mengkuadratkan x1, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x1²
6. Mengkuadratkan x2, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x2²
7. Mencari to dengan rumus:
M1 – M2
to = √ (∑x1² + ∑x2²) (N1 + N2)
(N1 + N2 – 2) (N1 . N2)
8. Memberikan interpretasi terhadap to dengan mempergunakan Tabel Nilai
“t”, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan,
dengan jalan membandingkan besarnya “t o” yang telah diperoleh
dalam perhitungan dengan besarnya “to” yang tercantum dalam Tabel
Nilai “t” dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau
degrees of freedomnya (df) yang dirumuskan sebagai berikut:
df atau db = (N1 + N2) -2
Keterangan:
df atau db = degrees of freedom atau derajat kebebasan,
N1 = Banyaknya subyek kelompok I (jumlah sampel
kelompok I)
N2 = Banyaknya subyek kelompok II (jumlah sampel
kelompok II)
Setelah (db) atau (df) diperoleh, maka besarnya “t” yang tercantum
dalam Tabel Nilai “t” dapat dicari, baik pada taraf signifikansi 5% maupun
1% jika to sama dengan atau lebih besar daripada harga kritik “t” yang
tercantum dalam Tabel, maka Hipotesa Nihil ditolak, sebaliknya Hipotesa
alternatif diterima, berarti perbedaan Mean dari ke dua sampel itu adalah
perbedaan yang signifikan.
Jika to lebih kecil daripada “t” Tabel, maka Hipotesa Nihil,
disetujui atau diterima; sebaliknya Hipotesa alternatif ditolak. Berarti
perbedaan Mean dua sampel itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau
bukan perbedaan yang signifikan.
b. Menarik Kesimpulan.47

47
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 299-300
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Islamiyah Ciputat


1. Sejarah Singkat
SMP Islamiyah merupakan lembaga pendidikan yang berada dibawah
naungan sebuah Yayasan Islamiyah telah ada sejak tanggal 12 Mei 1965, namun
baru mendapatkan Status hukum pada tanggal 5 Agustus 1976 bertepatan dengan
tanggal 1 Ramadhan 1398 Hijriyah, berdasarkan akta No. 16 Tanggal 11 Agustus
1978, yang berdiri diatas lahan tanah seluas 1.600 M2, yang bertempat di jalan Ki
Hajar Dewantara No 23 Ciputat, Tangerang- Banten. Sebagai pendirinya adalah:
a. Drs. H. Zarkasih, M.A : Ketua
b. H. Abdul Munir, BA : Wakil Ketua
c. A. Saiful Millah, BA : Sekretaris I
d. Arifin Bin Ishaq, BA : Sekretaris I
e. M. Anwar Nur : Bendahara I
f. Ny. Muniroh Nur : Bendahara II
g. M. Yusuf Taujiri : Anggota
h. Ahmad Basyari, BA : Anggota
i. Djajali Adnan, BA : Anggota
Berdirinya Yayasan Islamiyah Ciputat ini bermula adanya keinginan dan
semangat beberapa pemuda di sekitar wilayah Ciputat. Mereka merasa terpanggil
dan ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian dan pengamalan syari’ah islam.
Keinginan dan semangat mereka ini kemudian disambut gembira oleh para orang
tua. Musyawarah demi musyawarah dilaksanakan akhirnya tercetuslah suatu
keinginan dan semangat bersama untuk mengembangkan syari’ah islamiyah
melalui bidang pendidikan. Hal ini didasarkan bahwa pendidikan tingkat
menengah saat itu tergolong masih langkah. Sehingga mereka yang berkeinginan
melanjutkan studi ke tingkat tersebut harus pergi ke Jakarta. Kondisi ini seperti ini
hanya terbatas bagi mereka yang mempunyai kemampuan material saja.
Sementara bagi mereka yang kurang mampu terpaksa harus puas menjadi
pengangguran, dan lebih jauh lagi dikhawatirkan mereka itu akan terpengaruhi
oleh lingkungan kurang baik yang kamudian akan terjerumus ke arah kejahatan.
Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan permintaan
masyarakat semakin meningkat sehingga dalam perkembangan pendidikanpun
semakin berkembang. Mengingat perkembangan tersebut, Yayasan Islamiyah
berupaya untuk mengembangkan diri dengan menyelenggarakan sekolah-sekolah
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Maka berdirilah sekolah MTs, SMP dan juga SMK, MA Islamiyah. SMP
Islamiyah ini dikukuhkan pada tanggal 6 Januari 1969 No.326/1.02.4/R.1983,
dengan proses belajar mengajar dilaksanakan pada pagi dan siang hari.
Yayasan Islamiyah Ciputat (YIC) yang berazaskan Islam berfalsafah Pancasila dan berdasarkan UUD 1945
mempunyai maksud dan tujuan yaitu:

1. Membina dan mengembangkan Pendidikan Islam dalam arti yang seluas-


luasnya.
2. Membentuk masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa kepada
Allah., cinta agama, bangsa dan negara.
3. Membantu pemerintah dengan melaksanakan usaha yang bersifat sosial
dan kebudayaan.
Yayasan Islamiyah Ciputat hingga sekarang banyak menangani Lembaga
Pendidikan, baik yang bersifat formal maupun non formal. Ini merupakan
perwujudan dari maksud dan tujuan berdirinya sebagaimana telah dituangkan di
atas. Lembaga-lembaga pendidikan yang dimaksud adalah:
a. Lembaga Pendidikan Formal, terdiri dari:
1). Pendidikan Guru Agama (PGA) Islamiyah, didirikan pada tahun
1964/1965.
2). Sekolah Kesejahteraan Keluarga Tingkat Pertama (SKKP) NU, yang
didirikan pada tahun ajaran 1965/1966. SKKP NU ini hanya berjalan
satu tahun ajaran dan kemudian diubah menjadi SMPI.
3). Sekolah Menengah Tingkat Pertama Islamiyah (SMPI), sebagai
lanjutan dari SKKP NU, didirikan pada tahun ajaran 1966/1967.
4). Madrasah Tsanawiyah Islamiyah (MTs I) didirikan pada tahun
1979/1980.
5). Madrasah Aliyah Islamiyah (MA I), didirikan pada tahun ajaran
1979/1980, kelanjutan dari PGA Islamiyah.
6). Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas Islamiyah (SMEA I),
didirikan pada tahun ajaran 1980/1981, SMEAI ini mempunyai dua
jurusan Tata Usaha dan Jurusan Tata Niaga.
7). Taman Kanak-kanak Cendrawasih bertempat di Cimanggis, didirikan
pada tahun ajaran 1980/1981.
8). Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah yang bertempat di Jurangmanggu,
didirikan pada tahun ajaran 1984/1985.
9). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islamiyah (STIE I)
b. Lembaga pendidikan non formal yakni majlis ta’lim/pengajian (bagi
kaum ibu dan bapak) didirikan pada tahun 1982. majlis ta’lim ini
berjalan/dilaksanakan tiap bulan satu kali.

2. Idetitas Sekolah
a. Nama sekolah : SMP Islamiyah Ciputat
b. Status : Swasta
c. Nomor NSS/NDS : 20.2.280310.013
d. Alamat sekolah : Jl. Ki Hajar Dewantara No. 23 Ciputat
e. Kecamatan : Ciputat
f. Jenjang Akreditasi : A
g. SK Pendirian : 203/DS-37/1969

3. Visi dan Misi SMP Islamiyah Ciputat


SMP Islamiyah mempunyai visi: “iman dan taqwa merupakan perwujudan
dan landasan manusia yang bertanggung jawab, berbudi luhur dan disiplin
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.”
Dari visi tersebut SMP Islamiyah Ciputat membuat misi-misinya yaitu:
a. Membina dan mempersiapkan siswa yang berakhlakul karimah.
b. Mendidik siswa menjadi manusia yang berbudi luhur, bertanggung
jawab, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Membina dan mengembangkan minat dan bakat siswa.
d. Belajar untuk mencari ilmu.
e. Sekolah sebagai tempat membina kedisiplinan.

4. Keadaan Guru
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan tenaga yang
professional agar tercipta generasi yang berkompeten dan mempunyai skill yang
memadai.
Adapun tenaga pengajar yang tersedia di SMP Islamiyah Ciputat tahun
pelajaran 2008/2009, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:48

Tabel 3
Guru SMP Islamiyah Ciputat tahun 2008/2009

Status Pendidikan Bidang studi Mulai


NO NAMA GURU
Guru Terakhir yang Diampu Kerja
1. Mudalih GBS S1 IPS / Geografi 1992
2. Sarmuji GTT S1 IPS / Ekonomi 1994
3. Wiwin A. GTT S1 Tata Boga 1988
4. Siti Choimah PNS PGA Agama 1980
5. Saan Saputra GTT S1 KTK 1986
6. Rudinanto GBS S1 IPA / Fisika 1988
7. Dede Saroni GTT S1 Bhs.Indonesia 1991
8. H.M.Yatim GTT S1 Ibadah 1993
9. Faiz Fikri Nur GTT S1 Pembukuan 1993
10. Junaidi GTT S1 IPS / Sejarah 1994
11. Ade Laily GTT S1 Pancasila / kewrg 1998
12. Sri Heriawati GTT S1 IPA /Fisika 1998
13. M.Amin GTT S1 Iqra (al-Qur’an) 1999
14. Sarmadih GTT S1 IPS / Sejarah 2000
15. Sohril GTT D2 Pend. Jasmani 2000
16. Syamsul Hadi GTT S1 IPS / Geografi 2000
17. Rita Sari GTT D2 KTK 2000
18. Muh.Hasyim GTT S1 Pend. Jasmani 2000
19. Sumarja GTT S1 B.Indonesia 2002
20. Nuryasin GTT S1 B. Inggris 2003
21. Nana S. GTT S1 B. Indonesia 2003
48
Data guru ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
22. Wiwi tarwiyah GTT S1 IPS / Ekonomi 2004
23. Lia Rosmalia GTT S1 B. Inggris 2004
24. Hermawan GTT SLTA Pend. Jasmani 2005
25. Husen Sakilin GTT S1 Matematika 2005
26. Hasan Basri GTT S1 Tek dan Inform 2005
27. Fuad Faisal GTT S1 Tek dan Inform 2005
28. Sayuti GTT S1 IPS / Sejarah 2005
29. Indra Suradia GTT S1 Matematika 2006
30. Wirda widiya GTT SLTA Matematika 2006
31. Nining W. GTT S1 Bhs. Indonesia 2006
32. Euis N. GTT SLTA Matematika 2006
33. Subhan P. GTT S1 Bhs. Inggris 2006
34. Suhendri GTT S1 Matematika 2006
35. Nurwahdah GTT S1 Pend. Agama 2006
36. Lina M. GTT SLTA Biologi 2006
37. Hadi Winata GTT S1 Bhs. Inggris 2007
38. Reni Rosmiati GTT SLTA Bhs . Inggris 2007
39. Umi Solikah GTT S1 Bhs. Indonesia 2007
40. Lany A. GTT SLTA Bhs. Inggris 2007
41. Hadi Suryadi GTT S1 Bhs. Inggris 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru-guru SMP mayoritas lulusan
S1, sebanyak 33 orang, akan tetapi sebagian kecil masih ada yang belum
mempunyai gelar sarjana. Kendatipun demikian guru-guru di SMP Islamiyah ini
masih banyak yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Disebabkan keterbatasannya tenaga guru yang khusus sesuai vaknya masing-
masing.
5. Keadaan Karyawan
Untuk membantu proses belajar mengajar maka sekolah pun mempunyai
beberapa karyawan. Karyawan termasuk bagian yang penting untuk menentukan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan KBM di sekolah tidak
terlepas dari administrasi yang baik dan teratur serta terencana, Adapun keadaan
tenaga karyawan SMP Islamiyah Ciputat yaitu:49

Tabel 4
Karyawan SMP Islamiyah Ciputat Tahun 2008/2009

49
Data guru ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Pend Mulai
No. Nama L/P Jabatan
terakhir kerja
1. Mursalin L SLTA 1975 Bend. Pemas
2. A. Juanda L S1 1984 Tata Usaha
3. Ade Jumarna L SLTA 1989 Tata Usaha
4. Abdul Rasid L S1 1990 Bend. Pengel
5. Ida Farida P D2 1998 Keu. Penerima
6. M. Soleh L SLTP 1990 Kebersihan
7. Al Jani L SLTA 1990 Kebersihan
8. Iyam P SLTP 1998 Kebersihan
9. Arif Andrianto L SLTA 2005 Kebersihan
10. Nur Abdullah L SLTP 2005 Kebersihan
11. Sugito L SLTA 2004 Satpam
12. Marullah L SLTA 2006 Satpam
13. Enda Ruhenda L SLTA 2006 Satpam
14. Rahmat. B L SLTA 2006 Repsepsionis
15. Rusdi Faisal L S1 2007 Perpustakaan
16. Anna Saraswati P SLTA 2008 Tata Usaha

6. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting,
karena tidak mungkin suatu sekolah mengadakan pembelajaran jika tidak
mempunyai siswa.
SMP Islamiyah Ciputat merupakan lembaga pendidikan tingkat lanjutan
umum yang menerima siswa lulusan SD, MI ditambah siswa pindahan dari
sekolah lain. Siswa di SMP Islamiyah Ciputat berjumlah 850 orang. Pada setiap
kelas (VII, VIII dan IX) dibagi dalam beberapa kelas yaitu masing-masing
tingkatan mempunyai 7 kelas pararel.

Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat untuk menyekolahkan


anaknya ke SMP Islamiyah ini cukup tinggi, sehingga pihak sekolah mempunyai
kebijakan siswa yang masuk harus dibatasi. Dengan pertimbangan sarana dan
prasarana belum cukup representatif. Adapun jumlah siswa pada setiap kelasnya
yaitu sebagai berikut:50

Tabel 5

50
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Siswa-siswi SMP Islamiyah Ciputat Tahun 2008/2009

Jumlah Murid
Kelas / Rombongan
Jumlah
Tingkat Belajar L P
VII 7 168 124 292
VIII 7 153 117 270
IX 7 137 126 263
Jumlah Keseluruhan 825

7. Sarana Dan Prasarana


Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Suatu
kegiatan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana di
bawah ini:51
Tabel 6
Sarana dan Prasarana SMP Islamiyah Ciputat Tahun 2008/2009

Kepemilikan Bangunan Luas


No. Rincian
Milik Sendiri Numpang Bangunan
1. Ruang Belajar 14 - 7x8
2. Ruang kepsek 1 - 7x4
3. Ruang Guru 1 - 7x8
4. Ruang tata Usaha 1 - 7x4
5. Ruang BP 1 - 6x4
6. Ruang Perpus 1 - 7x8
7. Lab IPA 1 - 7x8
8. Lab. Bahasa 1 - 7x8
9. Lab Komputer 2 - 7x8
10. Mushalla 1 - 8 x 10
11. Lapangan futsal 1 - 10 x 15
12. Lapangan basket 1 - 10 x 15
13. Kantin 2 - 6x4
14. Ruang OSIS 1 - 6x4
15. Pos Stpam 1 - 4x4
16. Lapangan Parkir 1 - 10 x 15
17. Lapangan Upacara 1 - 15 x 30
18. Gudang 1 - 6x4

51
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
19. WC Putra 4 - 4 x3
20. WC Putri 4 - 4 x3
21. WC Guru 1 - 4x3

8. Prestasi Yang Pernah Diraih


Perjalanan panjang telah dilalui, tantangan dan hambatan telah banyak
dihadapi oleh SMP Islamiyah. Dari panjangnya perjalanan tersebut tentunya
banyak hal-hal yang pernah diperoleh terutama prestasi. Adapun prestasi yang
pernah diraih diantaranya: perolehan kejuaraan prestasi non akademik SMP
Islamiyah Ciputat.52

Tabel 7
Prestasi yang Pernah Diraih SMP Islamiyah Ciputat

Tahun
No Kejuaraan Juara ke Tingkat Kejuaraan
Perolehan
1. 2007 Futsal I SMP se-Jabodetabek
2. 2007 Marawis II SMP se-Jabodetabek
3. 2007 Ketangkasan II SMP se-Tangerang
4. 2007 PBB Putri II SMP se-Tangerang
5. 2007 Dapur umum II SMP se-Tangerang
6. 2007 Cerdas Tangkas III SMP se-Tangerang
7. 2007 Tri lomba PMR II Madya dan Wira
8. 2008 Porseni/ futsal I SMP se-Gugus Ciputat
9. 2008 Dapur umum II SMP/MTs se Tangerang
10. 2008 Ketangkasan II SMP/MTs se-Tangerang
11. 2008 PBB Putri III SMP/MTs se-Tangerang
12. 2008 Terampil PP II Pur Madya

9. Kegiatan Eksakurikuler
Selain para siswa melakukan kewajibannya untuk belajar, mereka juga
dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah.
Tujuannya tiada lain adalah supaya para siswa dapat mengeluarkan potensi dan

52
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian kesiswaan.
juga bakat yang dimilkinya serta mengisi waktu luang mereka setelah belajar
dengan kegiatan yang positif.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SMP Islamiyah Ciputat
antara lain:53
Tabel 8
Jenis-jenis kegiatan ekstra kurikurer

NO. Jenis Kegiatan


1. Paskibra
2. Pramuka
3. Bimbingan Mental
4. Palang Merah Remaja (PMR)
5. Futsal
6. Marawis
7. KIR (Kelompok Ilmiyah Remaja)

10. Struktur Organisasi SMP Islamiyah Ciputat


Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan
dengan penuh kesadaran, di dalamnya terdapat beberapa orang yang berhubungan
satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
SMP Islamiyah merupakan suatu lembaga pendidikan dimana kepala
sekolah dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang mempunyai tugas yang
berbeda-beda. Namun secara umum bertanggung jawab terhadap jalannya
pendidikan dan pengajaran serta pelaksanaan kurikulum, serta dibantu pula oleh
beberapa staf yang mempunyai tugas dan tangung jawab sesuai dengan
bidangnya. Tugas-tugas dan tanggung jawab dijabarkan ke dalam suatu susunan
organisir. Adapun struktur organisasi SMP Islamiyah Ciputat yaitu:

Struktur Organisasi SMP Islamiyah Ciputat

53
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Komite Sekolah Kepala Sekolah
Hasan Basri, S.E Mudalih

Wakil Kep. Sek.


Sarmuji HM, S.Pd

Koordinator TU
Dede Saroni, S.Ag

Staf Tata Usaha


Ade Jumarna
Ahmad Juanda
Ida Farida
Anna Saraswati

PKS Kurikulum PKS Kesiswaan PKS Sarana PKS Humas


Sarmuji HM, S.Pd Dra. Wiwin Fu’ad Faisal, S.Ag

Laboratorium Perpustakaan
Fu’ad Faisal, S.Ag Rusdi Paisal, S.Pd

Dewan Guru

Siswa

B. Deskripsi Data
Data-data penelitian tentang kemampuan membaca al-Qur’an berdasarkan
latar belakang pendidikan siswa di SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang, peneliti
memperoleh data melalui observasi, wawancara dan angket.
1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan atau mencatat
data-data meliputi:
a. Proses belajar mengajar al-Qur’an (BTQ) di SMP Islamiyah Ciputat-
Tangerang
b. Hasil Belajar siswa (nilai BTQ dan tes lisan)
c. Keadaan guru dan siswa di siswa di SMP Islamiyah Ciputat-
Tangerang.
d. Sarana dan Prasarana di SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang.
e. Struktur organisasi SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang.
2. Wawancara, peneliti melakukan interview kepada kepala SMP Islamiyah
dan guru BTQ.
3. Angket, peneliti menyebarkan pernyataan tertulis kepada siswa-siswi SMP
Islamiyah tentang sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan
dalam pembelajaran membaca al-Qur’an mereka.
4. Tes Lisan
Tes lisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca al-Quran siswa. Dalam melakukan tes lisan ada empat kategori nilai
kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai antara 80-100: kategori kemampuan membaca al-Qur’an sangat baik
(istimewa), dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan
huruf atau makharijul huruf, serta lancar dalam membaca. Kategori baik
dalam penguasaan ilmu tajwid.
b. Nilai antara 70-79: kategori membaca al-Qur’an baik, dilihat dari segi
bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul huruf,
akan tetapi membacanya sedikit terbata-bata atau belum lancar. Kategori
cukup dalam mengetahui ilmu tajwid.
c. Nilai antara 60-69: kategori membaca al-Qur’an cukup, dilihat dari segi
bacaan tajwid belum benar, pengucapan huruf atau makharijul huruf
kurang benar dan membacanya masih terbata-bata atau belum lancar.
Kategori kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.
d. Nilai antara 50-59: kategori membaca al-Qur’an kurang atau tidak mampu.
Masih pengenalan huruf hijaiyah, sanagt kurang dalam mengetahui ilmu
tajwid.
Berikut ini adalah hasil nilai ujian semester BTQ dan nilai tes lisan
membaca al-Qur’an siswa:
Data Nilai Hasil Ujian Semester BTQ siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari MI dan yang berasal dari SD.

Tabel 9
Data Nilai Raport BTQ Lulusan MI Data Nilai Raport BTQ Lulusan SD
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Abdul Kholik 75 1 Azzulfa Rahma 65
2 Agus Pujiono 65 2 Ahmad Saidi 60
3 Andi Topan 70 3 Aris Tastaftian 65
4 Annisa Mutia 75 4 Dio Pramesta 55
5 Dian Wulandari 75 5 Elin Aryani 75
6 Fajar Adi Putra 60 6 Melli Setiawati 60
7 Gunawan S. 55 7 Nur Hauliayani 60
8 Hanafi Hidayat 75 8 Rizki Randi S 60
9 Imam Pramono 75 9 Santi Dwi Putri 70
10 Irwan Ade Putra 65 10 Sartika Tri Utami 80
11 Ita Rosita 70 11 Yoga Mustofa 60
12 Iis Kurniawati 80 12 M. Abdullah 60
13 Kiki Rizki 75 13 Mickel Andrian 55
14 Lismayati 80 14 Rehulina Putri 70
15 Mardiansyah 75 15 Eka Surati F. 65
16 Suhayati 80 16 Guntur yoga 55
17 Sumartini Handayani 75 17 Iqbal Zulmi 60
18 Ratih Purwasih 70 18 Hermawan 50
19 Romy Rahmat R 65 19 Sulfia Aminah 70
20 Zakaria Saputra 60 20 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah 1420 Jumlah 1260

Data nilai tes lisan mengenai kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP
Islamiyah Ciputat yang berasal dari SD dan yang berasal dari MI.
Tabel 10
Nilai Tes Lisan BTQ Lulusan MI Nilai BTQ Tes Lisan Lulusan SD
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Abdul Kholik 75 1 Azzulfa Rahma 70
2 Agus Pujiono 70 2 Ahmad Saidi 60
3 Andi Topan 70 3 Aris Tastaftian 65
4 Annisa Mutia 80 4 Dio Pramesta 55
5 Dian Wulandari 80 5 Elin Aryani 75
6 Fajar Adi Putra 75 6 Melli Setiawati 60
7 Gunawan S. 55 7 Nur Hauliayani 65
8 Hanafi Hidayat 70 8 Rizki Randi S 60
9 Imam Pramono 75 9 Santi Dwi Putri 75
10 Irwan Ade Putra 70 10 Sartika Tri Utami 80
11 Ita Rosita 80 11 Yoga Mustofa 60
12 Iis Kurniawati 85 12 M. Abdullah 60
13 Kiki Rizki 75 13 Mickel Andrian 55
14 Lismayati 80 14 Rehulina Putri 70
15 Mardiansyah 75 15 Eka Surati F. 65
16 Suhayati 80 16 Guntur yoga 55
17 Sumartini Handayani 85 17 Iqbal Zulmi 60
18 Ratih Purwasih 80 18 Hermawan 50
19 Romy Rahmat R 60 19 Sulfia Aminah 75
20 Zakaria Saputra 60 20 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah 1480 Jumlah 1280

C. Analisis dan Interpretasi Data


Dalam penelitian yang dilakukan di SMP Islamiyah dengan menggunakan
sampel sejumlah 20 orang siswa yang berasal dari SD dan 20 siswa yang berasal
dari MI, telah berhasil dihimpun data kuantitatif berupa sekor yang
melambangkan kemampuan membaca al-Qur’an dari kedua kelompok siswa
tersebut.
Tabel 11

Perhitungan untuk memperoleh Mean data nilai ujian semester /raport BTQ siswa SMP Islamiyah Ciputat
yang berasal dari MI dan SD.

N Sekor X1 Y2 X1² Y2²


o
X Y

1 75 65 4 2 16 4
2 65 60 -6 -3 36 9
3 70 65 -1 2 1 4
4 75 55 4 -8 16 64
5 75 75 4 12 16 144
6 60 60 -11 -3 121 9
7 55 60 -16 -3 256 9
8 75 60 4 -3 16 9
9 75 70 4 7 16 49
1 65 80 -6 17 36 289
0
1 70 60 -1 -3 1 9
1
1 80 60 -9 -3 81 9
2
1 75 55 4 -8 16 64
3
1 80 70 9 7 81 49
4
1 75 65 4 2 16 4
5
1 80 55 9 -8 81 64
6
1 75 60 4 -3 16 9
7
1 70 50 -1 -13 1 169
8
1 65 70 -6 7 36 49
9
2 60 65 -11 2 121 4
0
0 0 980 1020
1420 1260

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


1. Mencari Mean Variabel X1 dengan rumus:
M1 = ∑X1 = 1420 = 71
N1 20
2. Mencari Mean Varibel X2 dengan rumus:
M2 = ∑X2 = 1260 = 63
N2 20
3. Mencari Deviasi Sekor Variabel X1, dengan rumus:
x1 = X1 – M1
4. Mencari Deviasi Sekor Variabel X2, dengan rumus:
x2 = X2 – M2
5. Mengkuadratkan x1, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x1²
6. Mengkuadratkan x2, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x2²
7. Mencari to dengan rumus:

M1 – M2
to = √ (∑x1² + ∑x2²) (N1 + N2)
(N1 + N2 – 2 ) (N1 . N2)
71 – 63
= √ (980 + 1020) (20 + 20)
(20 + 20 – 2) (20 . 20)
8
= √ 2000 . 40
38 400
= 8 = 3,487 (dibulatkan menjadi 3,49)
2,294

Interpretasi Data
Langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap t0 : df = (N1 + N2)
– 2 = (20 + 20) – 2 = 38. dengan df sebesar 38 kita berkonsultasi dengan Tabel
Nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikansi 1%
ternyata bahwa:
Pada taraf signifikansi 5% t tabel = 2,03
Pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,72
Karena to telah kita peroleh sebesar 3,49; sedangkan t tabel = 2,03 dan
2,72 maka to adalah lebih besar daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian hipotesa Nihil yang
diajukan ditolak; ini berarti bahwa adanya perbedaan sekor nilai ujian
semester/Raport BTQ siswa SMP Islamiyah yang berasal dari SD dan yang
berasal dari MI terdapat perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan
(signifikan).

Tabel 12

Perhitungan untuk memperoleh Mean data nilai Tes Lisan membaca siswa siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari MI dan SD.

N Sekor X1 Y2 X1² Y2²


o
X Y

1 75 70 1 6 1 36
2 70 60 -4 -4 16 16
3 70 65 -4 1 16 1
4 80 55 6 -9 36 81
5 80 75 6 11 36 121
6 75 60 1 -4 1 16
7 55 65 -19 1 361 1
8 70 60 -4 -4 16 16
9 75 75 1 11 1 121
1 70 80 -4 16 16 256
0
1 80 60 6 -4 36 16
1
1 85 60 11 -4 121 16
2
1 75 55 1 -9 1 81
3
1 80 70 6 6 36 36
4
1 75 65 1 1 1 1
5
1 80 55 6 -9 36 81
6
1 85 60 11 -4 121 16
7
1 80 50 6 -14 36 196
8
1 60 75 -14 11 196 121
9
2 60 65 -14 1 196 1
0
0 0 1280 1230
1480 1280

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


1. Mencari Mean Variabel X1 dengan rumus:
M1 = ∑X1 = 1480 = 74
N1 20
2. Mencari Mean Varibel X2 dengan rumus:
M2 = ∑X2 = 1280 = 64
N2 20
3. Mencari Deviasi Sekor Variabel X1, dengan rumus:
x1 = X1 – M1
4. Mencari Deviasi Sekor Variabel X2, dengan rumus:
x2 = X2 – M2
5. Mengkuadratkan x1, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x1²
6. Mengkuadratkan x2, lalu dijumlahkan; diperoleh ∑x2²
7. Mencari to dengan rumus:
M1 – M2
to = √ (∑x1² + ∑x2²) (N1 + N2)
(N1 + N2 – 2 ) (N1 . N2)
74 – 64
to = √ (1280 + 1230) (20 + 20)
(20 + 20 – 2) (20 . 20)
10
to = √ 2510 . 40
38 400

to = 10 = 3,89
2,57

Interpretasi Data
Langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap to : df = (N1 + N2)
– 2 = (20 + 20) – 2 = 38. dengan df sebesar 38 kita berkonsultasi dengan Tabel
Nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikansi 1%
ternyata bahwa:
Pada taraf signifikansi 5% t tabel = 2,03
Pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,72
Karena to telah kita peroleh sebesar 3,45; sedangkan t tabel = 2,03 dan
2,72 maka to adaalah lebih besar daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian hipotesa Nihil yang
diajukan ditolak; ini berarti bahwa adanya perbedaan sekor nilai tes lisan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah yang berasal dari SD dan yang berasal
dari MI terdapat perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan
(signifikan).

Analisis dan Interpretasi berdasarkan Angket


Setelah memperoleh data berdasarkan angket yang diberikan siswa atau
siswi, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan
teknik deskriptif prosentase dan menggunakan teknik korelasi.
Adapun hasil pengolahan angket pada teknik deskriptif prosentase
menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus perhitungannya: P = F x 100 %
N
Keterangan: P = persentase %
F = frekuensi yang diperoleh
N = Number of casses (jumlah frekuensi)
Kemudian teknik analisis ini selanjutnya adalah dengan scoring, untuk
menentukan skoring semua pertanyaan dan pernyataan setiap itemnya dengan
bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:
Tabel 13
Skor Item Alternatif Jawaban Rensponden
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Dalam penelitian ini juga digunakan korelasi product moment, adapun


rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, secara operasional
analisa data tersebut dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
1. Mencari angka dengan rumus:
N∑XY- (∑X)( ∑Y)
rxy = √ [N∑x² - (∑x2)²] [N∑y² - (∑y2)²]

keterangan:
X : Sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an (BTQ)
Y : Kemampuan (kompeten) dalam membaca al-Quran (nilai raport
BTQ)
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
N : Number of cases.
2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment.
a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” product moment di bawah ini:
Besarnya “r” product moment Interpretasi
0.00-0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut
diabaikan (diangap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y.
0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0.90-1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

b. Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt), dengan


terlebih dahulu mencri derajat bebasnya (db) atau deegres of fredom (df)
yang rumusnya adalah:
df = N – nr
Dengan ketentuan sebagai berikut:
df : Deegres of freedom
N : Number of Cases
Nr : Banyaknya variabel
Kemudian dengan melihat tabel nilai koefisien korelasi “r” product
moment dari person untuk berbagai (df).
c. Mencari kontribusi variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100%
3. Hasil angket
Tabel 14
Siswa Membaca al-Qur’an Setiap Hari di Sekolah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 6 15%
2. Sering 13 32,5%
3. Kadang-kadang 21 52,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa membaca al-
Qur’an setiap hari kurang dari setengahnya (15%) responden menjawab selalu,
kemudian responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (32,5%), dan
lebih dari setengahnya (52,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya siswa kadang-kadang membaca al-Qur’an setiap hari di
sekolah.
Tabel 15
Sekolah memberikan jam tambahan khusus dalam membaca al-Qur’an di
luar jam pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 3 7,5%
2. Sering 3 7,5%
3. Kadang-kadang 14 35%
4. Tidak pernah 20 50%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa sekolah


memberikan jam tambahan khusus dalam membaca al-Qur’an di luar jam
pelajaran kurang dari setengahnya (7,5%) responden menjawab selalu, kemudian
responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (7,5%), dan kurang
dari setengahnya (14%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan
separuhnya (50%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya sekolah tidak pernah memberikan jam tambahan
khusus dalam membaca al-Qur’an di luar jam pelajaran.
Tabel 16
Siswa merasa jenuh belajar baca al-Qur’an di dalam kelas
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 2 5%
2. Sering 5 12,5%
3. Kadang-kadang 23 57,5%
4. Tidak pernah 10 25%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa merasa


jenuh belajar baca al-Qur’an di dalam kelas kurang dari setengahnya (5%)
responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering kurang
dari setengahnya (12,5%), dan lebih dari setengahnya (57,5%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan kurang dari setengahnya (25%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Siswa kadang-kadang merasa jenuh belajar baca al-Qur’an di dalam kelas.
Tabel 17
Siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa membaca al-Qur’an
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 30 75%
2. Sering 6 15%
3. Kadang-kadang 4 10%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa mempunyai


kemauan yang tinggi untuk bisa membaca al-Qur’an lebih dari setengahnya
(7,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (15%), dan kurang dari setengahnya (10%) responden
yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada 0%) responden menjawab tidak
pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa selalu
mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa membaca al-Qur’an.
Tabel 18
Siswa tidak diberitahu kesalahan-kesalahannya kalau anda membaca al-
Qur’an oleh gurunya
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 2 5%
2. Sering 6 15%
3. Kadang-kadang 11 27,5%
4. Tidak pernah 21 52,5%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa tidak


diberitahu kesalahan-kesalahannya kalau anda membaca al-Qur’an oleh gurunya
kurang dari setengahnya (5%) responden menjawab selalu, kemudian responden
yang menjawab sering kurang dari setengahnya (15%), dan kurang dari
setengahnya (27,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan lebih dari
setenganya ada (52,5%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa selalu diberitahu kesalahan-
kesalahannya kalau membaca al-Qur’an oleh gurunya.
Tabel 19
Siswa memperhatikan guru al-Qur’an dengan baik ketika menerangkan
materi pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 20 50%
2. Sering 13 32,5%
3. Kadang-kadang 7 17,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa


memperhatikan guru al-Qur’an dengan baik ketika menerangkan materi pelajaran
separuh (50%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab
sering kurang dari setengahnya (32,5%), dan kurang dari setengahnya (17,5%)
responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Siswa selalu memperhatikan guru al-Qur’an dengan baik ketika menerangkan
materi pelajaran.
Tabel 20
Siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan kepadanya
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 33 82,5%
2. Sering 5 12,5%
3. Kadang-kadang 2 5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa


mengabaikan setiap tugas yang dibebankan kepadanya kurang dari setengahnya
(2,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (5%), dan setengahnya (50%) responden yang menjawab
kadang-kadang, dan kurang dari setengahnya (42,5%) responden menjawab tidak
pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya siswa kadang-
kadang mengabaikan setiap tugas yang dibebankan kepadanya.
Tabel 21
Guru al-Qur’an menggunakan alat peraga ketika menerangkan materi
pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 21 52,5%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 9 22,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Guru al-Qur’an


menggunakan alat peraga ketika menerangkan materi pelajaran setengahnya
(52,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (25%), dan kurang dari setengahnya (22,5%) responden
yang menjawab kadang-kadang, dan kurang dari setengahnya (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Guru al-Qur’an selalu menggunakan alat peraga ketika menerangkan materi
pelajaran.
Tabel 22
Siswa dalam membaca al-Qur’an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 5 12,5%
2. Sering 7 17,5%
3. Kadang-kadang 21 52,5%
4. Tidak pernah 7 17,5%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa dalam


membaca al-Qur’an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid kurang dari
setengahnya (12,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang
menjawab sering kurang dari setengahnya (17,5%), dan lebih dari setengahnya
(52,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan kurang dari setengahnya
(17,5%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya Siswa kadang-kadang dalam membaca al-Qur’an
mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid.
Tabel 23
Dengan mengikuti pelajaran al-Qur’an, minat siswa dalam membaca
al-Qur’an meningkat
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 25 62,5%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 5 12,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa dengan mengikuti


pelajaran al-Qur’an, minat siswa dalam membaca al-Qur’an meningkat lebih dari
setengahnya (62,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang
menjawab sering kurang dari setengahnya (25%), dan kurang dari setengahnya
(12,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Dengan mengikuti pelajaran al-Qur’an, minat siswa dalam membaca al-Qur’an
meningkat.
Tabel 24
Guru al-Qur’an anda memberikan penilaian dalam setiap pelajaran
al-Qur’an
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 36 90%
2. Sering 3 7,5%
3. Kadang-kadang 1 2,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Guru al-Qur’an


anda tidak memberikan penilaian dalam setiap pelajaran al-Qur’an lebih dari
setengahnya (90%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang
menjawab sering kurang dari setengahnya (7,5%), dan kurang dari setengahnya
(2,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Guru al-Qur’an anda selalu memberikan penilaian dalam setiap pelajaran al-
Qur’an.
Tabel 25
Siswa kalau belajar membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan sama sekali
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 4 10%
2. Sering 8 20%
3. Kadang-kadang 15 37,5%
4. Tidak pernah 13 32,5%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa kalau belajar
membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan sama sekali kurang dari setengahnya
(10%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (20%), dan hampr setengahnya (37,5%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir setengahnya (32,5%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa
kadang-kadang kalau belajar membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan sama
sekali.
Tabel 26
Siswa senang belajar membaca al-Qur’an dengan guru al-Qur’an di sekolah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 25 62,5%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 5 12,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa senang


belajar membaca al-Qur’an dengan guru al-Qur’an di sekolah lebih dari
setengahnya (62,5%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang
menjawab sering kurang dari setengahnya (25%), dan hampir tidak ada (12,5%)
responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Siswa selalu senang belajar membaca al-Qur’an dengan guru al-Qur’an di
sekolah.
Tabel 27
Guru al-Qur’an anda mengajarkannya hanya dengan satu metode
pengajaran
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 10 25%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 15 37,5%
4. Tidak pernah 5 12,5%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa guru al-Qur’an


anda mengajarkan hanya dengan satu metode pengajaran kurang dari setengahnya
(25%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (25%), dan hampir dari setengahnya (37,5%) responden
yang menjawab kadang-kadang, dan hampir tidak ada (12,5%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Guru al-Qur’an anda kadang-kadang mengajarkan al-Qur’an hanya dengan satu
metode pengajaran
Tabel 28
Sekolah menyediakan media dalam belajar membaca al-Qur’an seperti Iqra,
al-Qur’an ataupun yang lainnya
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 33 82,5%
2. Sering 5 12,5%
3. Kadang-kadang 2 5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Sekolah


menyediakan media dalam belajar membaca al-Qur’an seperti Iqra, al-Qur’an
ataupun yang lainnya lebih dari setengahnya (82,5%) responden menjawab selalu,
kemudian responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (12,5%), dan
hampir tidak ada (5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada
(0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya Sekolah sekolah menyediakan media dalam belajar
membaca al-Qur’an seperti Iqra, al-Qur’an ataupun yang lainnya.
Tabel 29
Dengan adanya media membuat siswa semakin mudah dalam belajar
al-Qur’an
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 22 55%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 6 15%
4. Tidak pernah 2 5%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa dengan adanya


media membuat siswa semakin mudah dalam belajar al-Qur’an lebih dari
setengahnya (55%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang
menjawab sering kurang dari setengahnya (25%), dan kurang dari setengahnya
(6%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan hampir tidak ada (5%)
responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya dengan adanya media membuat siswa semakin mudah dalam belajar
al-Qur’an.
Tabel 30
Siswa kalau belajar membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang lain
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 3 7,5%
2. Sering 7 17,5%
3. Kadang-kadang 14 35%
4. Tidak pernah 16 40%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa kalau belajar
membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang lain kurang dari setengahnya (7,5%)
responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering kurang
dari setengahnya (17,5%), dan kurang dari setengahnya (35%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir setengahnya (40%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya tidak ada
siswa kalau belajar membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang lain.
Tabel 31
Siswa setiap hari mempelancar membaca al-Qur’an di rumah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 10 25%
2. Sering 14 35%
3. Kadang-kadang 10 25%
4. Tidak pernah 6 15%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa yang setiap
hari mempelancar membaca al-Qur’an di rumah kurang dari setengahnya (25%)
responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering kurang
dari setengahnya (35%), dan kurang dari setengahnya (25%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir tidak ada (15%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa
setiap hari sering mempelancar membaca al-Qur’an di rumah.
Tabel 32
Siswa setiap hari belajar membaca al-Qur’an di tempat-tempat pengajian,
misalnya di musholla, majlis ta’lim dsb
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 35 87,5%
2. Sering 3 7,5%
3. Kadang-kadang 2 5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa setiap hari
belajar membaca al-Qur’an di tempat-tempat pengajian, misalnya di musholla,
majlis ta’lim lebih dari setengahnya (87,5%) responden menjawab selalu,
kemudian responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (7,5%), dan
kurang dari setengahnya (5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya Siswa setiap hari selalu belajar membaca al-Qur’an di
tempat-tempat pengajian, misalnya di musholla, majlis ta’lim.
Tabel 33
Siswa jika membaca al-Qur’an memperkuat keimanan dan meningkatkan
ketakwaan seseorang
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 38 95%
2. Sering 2 5%
3. Kadang-kadang - 0%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%

Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa jika


membaca al-Qur’an memperkuat keimanan dan meningkatkan ketakwaan
seseorang lebih dari setengahnya (95%) responden menjawab selalu, kemudian
responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (5%), dan tidah ada
(0%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan tidak ada (0%) responden
menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
Siswa jika membaca al-Qur’an itu selalu memperkuat keimanan dan
meningkatkan ketakwaan seseorang.
Tabel 34
Hasil Angket Variabel X
Subjek Skor Subjek Skor
1 59 21 63
2 60 22 62
3 59 23 57
4 67 24 53
5 66 25 61
6 58 26 61
7 51 27 58
8 60 28 58
9 62 29 60
10 60 30 67
11 59 31 56
12 63 32 57
13 60 33 52
14 68 34 61
15 58 35 61
16 63 36 57
17 62 37 52
18 60 38 50
19 56 39 63
20 56 40 60

Tabel 35
Mencari Mean dari Angka Variabel X
No x f fx
1 68 1 68
2 67 2 134
3 66 1 66
4 63 4 252
5 62 3 186
6 61 4 244
7 60 7 420
8 59 3 177
9 58 4 232
10 57 3 171
11 56 3 168
12 53 1 53
13 52 2 104
14 51 1 51
15 50 1 50
Jumlah 40 2376

Berikut ini akan dicari mean dari angket Variabel X sebagai berikut:
Mx = ∑ fX
N
Mx = 2376 = 59,4
40
Berdasarkan hitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata
siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an adalah 59,4. Untuk mengetahui kualifikasi hasil angket siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an siswa
SMP Islamiyah, maka penulis menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor
tertinggi yaitu 68 dan terendah adalah 50. Kemudian data-data tersebut disusun
menjadi inteval. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 36
Klasifikasi Skor Angket Variabel X
Nomor Klasifikasi Jumlah Kualifikasi
1 65-70 4 Amat Baik
2 60-64 18 Baik
3 55-59 13 Cukup
4 50-54 5 Kurang
Jumlah 40

Setelah merujuk dari tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 59,4
yang berada pada interval 55-59, sehingga dapat diketahui bahwa hasil sikap
siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an termasuk kategori cukup. Hal ini
juga dapat dibuktikan bahwa siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada
interval 55-59 yaitu sebanyak 13 orang.

Tabel 37
Nilai kemampuan Membaca Al-Qur’an Kelas 1 SMP Islamiyah (Variabel Y)
No. Nama Siswa Nilai
1 Abdul Kholik 75
2 Agus Pujiono 65
3 Andi Topan 70
4 Annisa Mutia 75
5 Dian Wulandari 75
6 Fajar Adi Putra 60
7 Gunawan S. 55
8 Hanafi Hidayat 75
9 Imam Pramono 75
10 Irwan Ade Putra 65
11 Ita Rosita 70
12 Iis Kurniawati 80
13 Kiki Rizki 75
14 Lismayati 80
15 Mardiansyah 75
16 Suhayati 80
17 Sumartini H 75
18 Ratih Purwasih 70
19 Romy Rahmat R 65
20 Zakaria Saputra 60
21 Azzulfa Rahma 65
22 Ahmad Saidi 60
23 Aris Tastaftian 65
24 Dio Pramesta 55
25 Elin Aryani 75
26 Melli Setiawati 60
27 Nur Hauliayani 60
28 Rizki Randi S 60
29 Santi Dwi Putri 70
30 Sartika Tri U 80
31 Yoga Mustofa 60
32 M. Abdullah 60
33 Mickel Andrian 55
34 Rehulina Putri 70
35 Eka Surati F 65
36 Guntur yoga 55
37 Iqbal Zulmi 60
38 Hermawan 50
39 Sulfia Aminah 70
40 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah ∑ 2680

Tabel 38
Mencari Mean dari Nilai Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa
No X f fx
1 80 4 320
2 75 9 675
3 70 6 420
4 65 7 455
5 60 9 540
6 55 4 220
7 50 1 50
Jumlah 40 2680

Berikut ini akan dicari mean dari nilai kemampuan baca al-Qur’an siswa
kelas 1 SMP Islamiyah sebagai berikut:
Mx = ∑ fX
N
Mx = 2680 = 67
40
Berdasarkan hitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata
kemampuan membaca al-Qur’an siswa adalah 67. Untuk mengetahui kualifikasi
nilai kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah, maka penulis
menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor tertinggi yaitu 80 dan terendah
adalah 50. Kemudian data-data tersebut disusun menjadi inteval. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 39
Kualifikasi Skor kemampuan baca al-Qur’an Siswa SMP Islamiyah
Nomor Klasifikasi Jumlah Kualifikasi
1 74-80 13 Amat Baik
2 66-73 6 Baik
3 58-65 16 Cukup
4 50-57 5 Kurang
Jumlah 40

Setelah merujuk dari tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 67
yang berada pada interval 66-73, sehingga dapat diketahui bahwa nilai
kemampuan membaca al-Qur’an siswa termasuk kategori baik. Hal ini juga dapat
dibuktikan bahwa siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada interval 66-
73 yaitu sebanyak 6 orang.

Tabel 40
Perhitungan Antara Variabel X (sikap siswa) dan Variabel (Y) Kemampuan
(Kompetensi) Siswa dalam baca al-Qur’an
Subjek X Y XY X² Y²
1 59 75 4425 3481 5625
2 60 65 3900 3600 4225
3 59 70 4130 3481 4900
4 67 75 5025 4489 5625
5 66 75 4950 4356 5625
6 58 60 3480 3364 3600
7 51 55 2805 2601 3025
8 60 75 4500 3600 5625
9 62 75 4650 3844 5625
10 60 65 3900 3600 4225
11 59 70 4130 3481 4900
12 63 80 5040 3969 6400
13 60 75 4500 3600 5625
14 68 80 5440 4624 6400
15 58 75 4350 3364 5625
16 63 80 5040 3969 6400
17 62 75 4650 3844 5625
18 60 70 4200 3600 4900
19 56 65 3360 3136 4225
20 56 60 3360 3136 3600
21 63 65 4095 3969 4225
22 62 60 3720 3844 3600
23 57 65 3705 3249 4225
24 53 55 2915 2809 3025
25 61 75 4575 3721 5625
26 61 60 3660 3721 3600
27 58 60 3480 3364 3600
28 58 60 3480 3364 3600
29 60 70 4200 3600 4900
30 67 80 5360 4489 6400
31 56 60 3360 3136 3600
32 57 60 3420 3249 3600
33 52 55 2860 2704 3025
34 61 70 4270 3721 4900
35 61 65 3965 3721 4225
36 57 55 3135 3249 3025
37 52 60 3120 2704 3600
38 50 50 2500 2500 2500
39 63 70 4410 3969 4900
40 60 65 3900 3600 4225
2376 2680 159965 141822 182200

Setelah seluruhnya data dihitung dan diletakkan dalam tabel koefisien


korelasi, selanjutnya hasil perhitungan di atas diuji keabsahannya dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

N∑XY- (∑X)( ∑Y)


rxy = √ [N∑x² - (∑x2)²] [N∑y² - (∑y2)²]

40 x 159965 - 2376 x 2680


= √ [40x141822 - 2376²] [40x182200 - 2680²]
6398600 - 6367680
= √ [5672880 - 5645376] [728000 - 7182400]
30920
= √ [27504] [105600]
30920
= √ 2904422400

= 30920 = 0,573 (dibulatkan menjadi 0,57)


53892,69

Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai “rxy”, penulis memberikan
interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi r Product Moment melauli dua cara
yakni:
1. Interpretasi dengan cara sederhana atau cara kasar; interpretasi terhadap
rxy dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan
Variabel Y tidak bertanda negatif; artinya di antara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi yang positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu 0,57), yaitu berkisar antara
0,40 - 0,70 berarti terdapat korelasi positif antar variabel X dan variabel Y
itu termasuk korelasi yang sedang atau cukup.
2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment.
Rumusan Hipotesa kerja/Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang
penulis ajukan dari awal adalah:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa yang berbeda latar
belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten)
siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.
Adapun kriteria pengajuannya adalah: jika r hitung > r tabel maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima.
Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db). Rumusnya
sebagai berikut:
Df = N – nr
= 40-2
= 38
Dengan memeriksa tabel “r” product moment ternyata dengan df sebesar
38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325; sedangkan pada taraf
signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro pada taraf
signifikansi 5% lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325), maka pada signifikansi
5% Hipotesa alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa Nol (Ho) ditolak,
berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu memang terdapat korelasi positif yang
signifikan antar variabel X dengan variabel Y karena korelasinya sedang atau
cukup. Selanjutnya karena pada taraf signifikansi 1% r xy atau ro adalah lebih
besar dari r tabel (0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 1% Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa
pada taraf signifikansi 1% itu memang terdapat korelasi positif yang signifikan
antar variabel X dengan variabel Y korelasinya sedang atau cukup.
Maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya sikap siswa
yang berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya (berpengaruh)
terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran
membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi yang sedang atau
cukup.
Adapun perhitungan koefisiensi determinasi (KD), yang penulis
manfaatkan untuk mengetahui variabel X dan variabel Y, sebagai berikut:
KD = r² x 100
= 0,57² x 100% (nilai r berasal dari hasil perhitungan rxy)
= 0,3249
Jadi, variabel sikap siswa yang ada pengaruhnya terhadap variabel
kemampuan membaca al-Qur’an siswa sebesar 0,3249%. Menunjukkan bahwa
kontribusi sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan terhadap
kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an adalah
0,3249%, sedangkan sisanya 99.6751% adalah sumbangan dari variabel lain yang
juga menunjang tingkat kemampuan baca al-Qur’an siswa. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah SMP Islamiyah dan guru al-
Qur’an yang menyatakan bahwa banyak faktor lain yang menunjang kemampuan
baca al-Qur’an siswa selain sikap siswa antara lain: peran orang tua, kesungguhan
siswa dalam mempelajari bacaan al-Qur’an, kemampuan dasar yang dimiliki
siswa dalam membaca al-Qur’an seperti tajwid, pengucapan huruf (Makharijul
Huruf), pengetahuan tentang huruf serta tingkat kemampuan siswa tentang ilmu
membaca al-Qur’an.
Dengan demikian sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan
terhadap kemampuan (kompeten) dalam pembelajaran membaca al-Qur’an pada
siswa SMP Islamiyah Ciputat, terdapat pengaruh atau sebab akibat yang positif,
walaupun korelasinya yang sedang atau cukup. Berdasarkan penelitian ini sikap
siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an merupakan salah satu faktor
pendukung/berpengaruh dalam penentuan tingkat kemampuan (kompeten) siswa
dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan kemampuan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah dan pengaruh antara sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an menghasilkan rumusan yang dapat penulis
ajukan. Adapun kesimpulan tersebut adalah:
1. Sekor hasil nilai raport mata pelajaran Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) dalam
memahami tajwid antara siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan
Sekolah Dasar di SMP Islamiyah Ciputat terdapat perbedaan yang
signifikan. Karena t tes yang telah diperoleh sebesar 3,49, sedangkan t
tabel 2,03 dan 2,72 maka t tes adalah lebih besar daripada t tabel, baik
pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Ini
mengandung makna, bahwa kemampuan membaca al-Quran yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah lebih unggul dibandingkan siswa yang berasal
dari Sekolah Dasar.
2. Sekor hasil tes lisan dalam memahami tajwid antara siswa yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar di SMP Islamiyah Ciputat
terdapat perbedaan yang signifikan. Karena t tes yang telah diperoleh
sebesar 3,89; sedangkan t tabel 2,03 dan 2,72 maka t tes adalah lebih besar
daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf
signifikansi 1%. Ini mengandung makna, bahwa kemampuan membaca al-
Quran yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah lebih unggul dibandingkan
siswa yang berasal dari Sekolah Dasar.
3. Interpretasi dengan cara sederhana atau cara kasar; interpretasi terhadap
rxy dari perhitungan rumus Product Moment ternyata angka korelasi
antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan terhadap kemampuan
(kompeten) siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an siswa tidak bertanda
negatif; artinya diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi yang
positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya
rxy (yaitu 0,57), yaitu berkisar antara 0,40 - 0,70 berarti termasuk korelasi
yang sedang atau cukup.
4. Dengan memeriksa tabel “r” product moment ternyata dengan df sebesar
38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325; sedangkan pada
taraf signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro pada
taraf signifikansi 5% dan 1% itu lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325 dan
0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 5% dan 1% Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti
bahwa pada taraf signifikansi 5% dan 1% itu memang terdapat korelasi
positif yang signifikan dan korelasinya adalah sedang atau cukup. Maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya (berpengaruh)
terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi
yang sedang atau cukup.
5. Angka koefisien determinasi/penentu sebesar 0,3249%, sehingga
menunjukkan kontribusi siswa yang berbeda latar pendidikan terhadap
kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah sebesar
0,3249%, sedangkan sisanya adalah 99,6751% sumbangan dari variabel
lain yang juga menunjang tingkat kemampuan baca al-Qur’an siswa.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hasil analisis terbukti bahwa kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang
berasal dari Madrasah Ibtidaiyyah lebih unggul dibandingkan siswa yang
berasal dari Sekolah Dasar. Untuk itu kegiatan pembelajaran al-Qur’an di
SMP Islamiyah Ciputat perlu ditingkatkan dan dipertahankan serta
dijadikan tolak ukur bagi lembaga pendidikan tersebut untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran membaca al-Qur’an tersebut mulai
dari persiapan, pengawasan pelaksanaan dan Follow up untuk menarik
minat siswa untuk senantiasa mempelajari al-Qur’an baik di sekolah
maupun di rumah.
2. Pihak sekolah hendaknya mengadakan program belajar baca al-Qur’an di
luar jam pelajaran sehingga siswa merasa terbiasa baca al-Qur’an dan
meningkatkan kemampuan baca al-Qur’an lebih baik lagi.
3. Guru hendaknya mempunyai target atau strategi khusus untuk
mengajarkan al-Qur’an dengan tepat dan cepat supaya siswa kompeten
dalam membaca al-Qur’an dengan benar.
4. Orang tua hendaknya selalu memberikan dorongan, semangat, dan
bimbingan baca al-Qur’an di rumah, sehingga anak merasa cara membaca
al-Qur’annya mendapat perhatian dan berupaya untuk meningkatkan
kemampuan baca al-Qur’an lebih baik lagi.

Ahmad Saefulmillah
DAFTAR PUSTAKA

Abdurohim, Acep Iim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: CV Penerbit


Dipenogoro, 2003.
Abdurrahman, Abu, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, Jakarta:
Hadi Press, 1997, cet. I.
Al-Munawar, Said Agil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002, cet. 1.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
Azra, Azyumardi, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2002, Cet. 4.
Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Peroyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an, 2001.
Fathurrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar Suatu Pendekatan Baru dan
Praktis, Bandung: Tunas Nusantara, 2001.
Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Hasni, Muhammad bin Alawi al-Maliki, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Bandung:
Pustaka Setia, 1999.
Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Darul Fikr.
Mahmud, Syeikh Muhammad, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, Semarang:
Pustaka al-‘Alawiyyah.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, Cet.
Ke-6.
Muhaimin, et. al. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004, cet. 3.
Nawawi, Rif’at Syauqi dan Hasan, M. Ali, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan
Binatang, 1992.
Nawawi, Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Riyadh ash-Shalihin, Beirut: Daarul
Fikr, 1992.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosda Karya, 2007.
Qaradhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 1999.
Qaththan, Syeikh Manna’, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah),
Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009,
cet. Ke-4.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.
Saubary, Muhammad Slamet, Catatan Kaki Secara Illmiah dalam al-Qur’an,
Jakarta: Perpustakaan Slamet Saubary, 1999, Jilid 1.
Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Sudjono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Surasman, O., Metode Al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an,
Jakarta: Erlangga, 2008.
Syarifuddin, Ahmad, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-
Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2008.
Wahyudi, Moh., Ilmu Tajwid Plus, Surabaya: Halim Jaya, 2008, cet. Ke-2.
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
ANGKET UNTUK SISWA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Daftar Pertanyaan Penelitian (Angket)


Kemampuan Membaca Al-Qur’an Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Siswa
(Studi Kasus Di SMP Islamiyah Ciputat Tangerang).
A. Tujuan
1. Angket ini bertujuan dalam rangka meyelesaikan skripsi di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan
2. Untuk memperoleh data-data tentang siswa dalam rangka mengetahui
pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang terhadap kemampuan
(kompeten) siswa SMP Islamiyah Ciputat dalam pembelajaran membaca
al-Qur’an.
B. Petunjuk Pengisian
1. Mohon dengan hormat bantuan siswa untuk menjawab seluruh pertanyaan
yang ada.
2. Daftar pertanyaan ini di ajukan untuk diisi dengan pendapat siswa secara
jujur dan objektif.
3. Berilah tanda (X) pada jawaban a, b, c dan d, sesuai dengan pengalaman
anda.
4. Tulislah nama anda pada tempat yang telah disediakan.
5. Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
C. Identitas Rensponden
Nama :................................................... Jenis Kelamin :.................................
Umur :................................................... Kelas :.................................
D. Pertanyaan
1. Apakah setiap hari di sekolah anda membaca al-Qur’an?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Apakah sekolah memberikan jam tambahan khusus dalam membaca al-
Qur’an di luar jam pelajaran?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda merasa jenuh belajar baca al-Qur’an di dalam kelas?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Apakah anda mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa membaca al-
Qur’an?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah anda tidak diberitahu kesalahan-kesalahannya kalau anda
membaca al-Qur’an oleh guru al-Qur’an?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Apakah anda memperhatikan guru al-Qur’an dengan baik ketika
menerangkan materi pelajaran?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Apakah anda mengerjakan setiap tugas yang diberikan kepada anda?


a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Apakah guru al-Qur’an menggunakan alat peraga ketika menerangkan
materi pelajaran?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Apakah anda dalam membaca al-Qur’an mengalami kesulitan tentang ilmu
tajwid?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Dengan mengikuti pelajaran al-Qur’an, minat anda dalam membaca al-
Qur’an meningkat?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Apakah guru al-Qur’an anda memberikan penilaian dalam setiap pelajaran
al-Qur’an?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah anda kalau belajar membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan
sama sekali?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Apakah anda senang belajar membaca al-Qur’an dengan guru al-Qur’an di
sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Apakah guru al-Qur’an anda mengajarkan hanya dengan satu metode
pengajaran?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
15. Apakah sekolah meyediakan media dalam belajar membaca al-Qur’an
seperti Iqra, al-Qur’an ataupun yang lainnya?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16. Apakah dengan adanya media membuat anda semakin mudah dalam
belajar al-Qur’an?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Apakah anda kalau belajar membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang
lain?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
18. Apakah anda setiap hari mempelancar membaca al-Qur’an di rumah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Apakah anda setiap hari belajar membaca al-Qur’an di tempat-tempat
pengajian, misalnya di musholla, majlis ta’lim dsb?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Apakah menurut anda jika membaca al-Qur’an memperkuat keimanan dan
meningkatkan ketakwaan seseorang?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PEDOMAN WAWANCARA OBSERVASI

Hari, tanggal : Senin, 9 November 2009


Yang diwawancarai : Drs. M. Amin.
Jabatan : Guru BTQ

Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:


1. Metode apa saja yang digunakan oleh Bapak dalam pembelajaran membaca
al-Qur’an?.
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh bapak dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an?
3. Bagaimana Bapak mengatasi kesulitan-kesulitan itu?
4. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah
Dasar (SD)?
5. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari
Madrasah Ibtidaiyah (MI)?
6. Untuk meningkatkan kualitas dalam membaca al-Qur’an, apa yang Bapak
lakukan?
BERITA WAWANCARA

Wawancara ini diajukan kepada:


Nama responden : Drs. M. Amin
Jabatan : Guru BTQ
Tempat : SMP Islamiyah Ciputat
Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2009

Jawaban guru BTQ SMP Islamiyah Ciputat sebagai berikut:


2. Metode apa saja yang digunakan oleh Bapak dalam pembelajaran membaca
al-Qur’an?.
Jawab : metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an
adalah metode iqra yaitu guru membacakan beberapa ayat al-Qur’an dan siswa
mengikutinya. Dan metode yang lainnya adalah setiap sebelum pembelajaran
membaca al-Qur’an siswa selalu membiasakan mengulang bacaan ayat-ayat
al-Qur’an yang sudah diajarkan.
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh bapak dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca al-Qur’an?
Jawab: Hambatan yang saya hadapi dalam pelaksanaan pembelajaraan
membaca al-Qur’an adalah kurang terkontrolnya siswa yang sudah bisa
membaca dengan siswa yang tidak bisa sama sekali membaca al-Qur’an.
Karena waktu yang diberikan hanya satu jam mata pelajaran.
4. Bagaimana Bapak mengatasi kesulitan-kesulitan itu?
Jawab: cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut yaitu dengan cara
mengkelas-kelaskan siswa berdasarkan taraf kemampuan membaca al-
Qur’annya.
5. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah
Dasar (SD)?
Jawab: kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari Sekolah
Dasar (SD) secara umum memiliki kemampuan membacanya berada di bawah
siswa MI, namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa siswa yang
berasal SD yang memiliki kemampuan yang setara dengan siswa yang berasal
dari MI.
6. Bagaimana kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari
Madrasah Ibtidaiyah (MI)?
Jawab: kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal MI ternyata lebih
unggul dibandingkan dengan siswa yang dari SD, hal tersebut terlihat dari
hasil Ujian semester/nilai raport, namun masih ada juga siswa yang berasal MI
yang belum lancar dalam membaca al-Qur’an
7. Untuk meningkatkan kualitas dalam membaca al-Qur’an, apa yang Bapak
lakukan?
Jawab: yang saya lakukan untuk meningkatkan kualitas dalam membaca al-
Qur’an yaitu dengan mengulang kembali ayat-ayat al-Qur’an yang sudah
diajarkan sebelum pelajaran dimulai, dan selalu mengadakan tes lisan,
sehingga dalam hal ini akan terlihat seberapa jauhkah kemampuan siswa
dalam memahami bacaan al-Qur’an.

Pewawancara Yang diwawancarai

(Ahmad Saefulmillah) (Drs. M. Amin)


PEDOMAN WAWANCARA OBSERVASI

Hari, tanggal : Senin, 9 November 2009


Yang diwawancarai : Mudalih, S. Ag.
Jabatan : Kepala SMP Islamiyah Ciputat

Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana Sejarah berdirinya SMP Islamiyah Ciputat?
2. Bagaimana struktur organisasi di sekolah yang bapak pimpin?
3. Berapakah jumlah guru beserta staf-stafnya ada di SMP Islamiyah Ciputat?
4. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki sekolah yang Bapak pimpin?
5. Program apa saja yang telah Bapak lakukan untuk meningkatkan minat
membaca al-Qur’an siswa?
6. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti program yang telah Bapak
lakukan?
7. Apa rencana bapak selanjutnya agar minat dan sikap siswa lebih baik lagi?
BERITA WAWANCARA

Hari, tanggal : Senin, 9 November 2009


Yang diwawancarai : Mudalih, S. Ag.
Jabatan : Kepala SMP Islamiyah Ciputat
Tempat : SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.

Jawaban Kepala SMP Islamiyah sebagai berikut:


1. Bagaimana Sejarah berdirinya SMP Islamiyah Ciputat?
Jawab: SMP Islamiyah Ciputat merupakan lembaga pendidikan yang berada
dibawah naungan sebuah Yayasan Islamiyah telah ada sejak tanggal 12 Mei
1965, namun baru mendapatkan Status hukum pada tanggal 5 Agustus 1976
bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1398 Hijriyah, berdasarkan akta No.
16 Tanggal 11 Agustus 1978, yang berdiri diatas lahan tanah seluas 1.600 M2,
yang bertempat di jalan Ki Hajar Dewantara No 23 Ciputat.
2. Bagaimana struktur organisasi di sekolah yang bapak pimpin?
Jawab: Adapun struktur organisasi di SMP Islamiyah Ciputat secara
berurutan adalah di bawah mendiknas, yayasan, ketua yayasan, kepala
sekolah, staf, guru dan siswa.
3. Berapakah jumlah guru beserta staf-stafnya ada di SMP Islamiyah Ciputat?
Jawab: Gurunya berjumlah 41 guru dan 16 karyawan.
4. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki sekolah yang Bapak pimpin?
Jawab: Sarana dan prasarana penunjang sekolah termasuk cukup memadai
seperti tersedianya ruang belajar 14 lokal, ruang kepsek, ruang guru, ruang
tata usaha, ruang BP, ruang perpustakaan, Lab. IPA, Lab. Bahasa, Lab.
Komputer, sarana Ibadah (Musholla), Lapangan Futsal dan Basket, Kantin,
ruang OSIS dan Pos Satpam.
5. Program apa saja yang telah Bapak lakukan untuk meningkatkan minat
membaca al-Qur’an siswa?
Jawab: sejak awal kami mengadakan general test baca al-Qur’an, setelah
melakukan test kami mengklasifikasikan tingkat kemampuan baca al-Qur’an
pada siswa. Sehingga kami bisa mengetahui siswa yang sudah lancar dan
siswa yang belum bisa baca al-Qur’an sama sekali. Selanjutnya kami
membentuk kelompok iqra, agar siswa bisa membaca lancar. Selain itu guru
al-Qur’an juga mengadakan test qira’at.
6. Bagaimana antusias siswa dalam mengikuti program yang telah Bapak
lakukan?
Jawab: Antusias siswa dalam mengikuti program ini cukup baik, mereka pun
mengikuti program tersebut dengan senang hati.
7. Apa rencana bapak selanjutnya agar minat dan sikap siswa lebih baik lagi?
Jawab: melaksanakan program-program yang telah dirangcang oleh kami
yaitu seperti program yang diadakan sejak siswa masuk SMP Islamiyah
Ciputat.

Pewawancara Yang diwawancarai

(Ahmad Saefulmillah) (Mudalih, S.Ag)


Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment
dari Pearson untuk Berbagai df
df. Banyak variabel yang dikorelasikan
(degrees of freedom) 2
atau Harga “r” pada taraf signifikansi:
db. 5% 1%
(derajat bebas)
21 0,413 0,526
22 0,404 0,515
23 0,396 0,505
24 0,388 0,496
25 0,381 0,487
26 0,374 0,478
27 0,367 0,470
28 0,361 0,463
29 0,355 0.456
30 0.349 0,449
35 0,325 0,418
38 0,325 0,418
40 0,304 0,393
45 0,288 0,372
50 0.273 0,354
60 0,250 0,325
70 0,232 0.302
80 0.217 0,283
90 0,205 0,267
100 0,195 0,254
125 0,174 0,228
150 0,159 0,208
200 0,138 0,181
300 0,113 0,148
400 0,098 0,128
500 0,088 0,115
1000 0,062 0,081
Tabel Nilai “t” Untuk Berbagai df

df. Harga Kritik “t” pada Taraf


(degrees of freedom) Signifikansi:
atau
db. 5% 1%
(derajat bebas)
21 2,08 2,83
22 2,07 2,82
23 2,07 2,81
24 2,06 2,80
25 2,06 2,79
26 2,06 2,78
27 2,05 2,77
28 2,05 2,76
29 2,04 2,76
30 2,04 2,75
35 2,03 2,72
38 2,03 2,72
40 2,02 2,71
45 2,02 2,69
50 2,01 2,68
60 2,00 2,65
70 2,00 2,65
80 1,99 2,64
90 1,99 2,63
100 1,98 2,63
125 1,98 2,62
150 1,98 2,61
200 1,97 2,60
300 1,97 2,59
400 1,97 2,59
500 1,96 2,59
1000 1,96 2,58

Anda mungkin juga menyukai