Ahmad Saefulmillah Fitk
Ahmad Saefulmillah Fitk
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)
Oleh:
AHMAD SAEFULMILLAH
NIM.: 103011026799
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I.)
Oleh:
AHMAD SAEFULMILLAH
NIM: 103011026799
Di Bawah Bimbingan
Penguji I
Prof. Dr. H. Salman Harun, MA. ..................... ...........................
NIP.:
Penguji II
Drs. Sapiudin Shiddiq, MA. ..................... ...........................
NIP.: 19670328 200003 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Ahmad Saefulmillah
ABSTRAK
Begitu juga di dalam GBPP PAI, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pangajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.2
Dari pengertian di atas, ternyata Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individu (peserta didik) dan sosial
yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara komprehensif. Agar penganutnya
mampu memikul amanat yang dikehendaki oleh Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu,
keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an
dan as-Sunnah.
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipal diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat
kebudayaannya. Dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja
adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan
sosial. Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan warisan pemikiran Islam yang
tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan
menjauhkan kemudharatan bagi manusia.3
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur’an bukan
sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
konsisten.4 Dalam surat Al-Isra’ ayat 9 Allah berfirman:
⌧
&'()*+,$ !"#$%
1
Dr. Armai Arief, MA., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h. 3.
2
Drs. Muhaimin, M.A. et.al. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h. 75-76.
3
Prof. Dr. Azyumardi Azra, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. 4, h. 9.
4
Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3.
-5#67 -./02☺
9 2:; "8 ☺8,
?@A$% <&=>+ $%
DEF /'B⌧C
“Sesunguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira bagi
kaum mukminin yang banyak berbuat amal kebajikan, sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar.” (Al-
Isra’: 9).
Al-Qur’an merupakan salah satu sumber dari pendidikan yang berbasis Islam. Maka dari itu, siswa yang berada pada
lembaga tersebut harus mempunyai kemampuan dalam membaca al-Qur’an dengan fasih, memahami isi kandungan
al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Membaca al-Qur’an merupakan bagian dari ibadah
misalnya shalat. Oleh karena itu kemampuan membaca al-Qur’an menjadi pra syarat syahnya ibadah shalat seseorang.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Naisonal (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 6.
Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka timbullah beberapa pertanyaan yang diidentifikasikan antara lain
sebagai berikut:
2. Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan ini, penulis
membatasi permasalahan pada:
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada skripsi ini adalah untuk:
Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal
dari Sekolah Dasar.
Menemukan data terkait dengan realitas kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah.
Menemukan data terkait dengan perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang nanti akan dilihat dari nilai raport dan kemampuan
lisan dalam membaca al-Qur’an siswa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA
AL-QUR’AN BERDASARKAN LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN SISWA
6
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h.
4-6.
Menurut Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan dalam bukunya
Pengantar Ilmu Tafsir bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah, meliputi dua macam
Kalam yaitu Nafsi dan Lafdzi. Mereka yang cenderung pada kalam nafsi hanya
kalangan Mutakallimin. Mereka mungkin berkepentingan untuk membebaskan
Allah dari sifat-sifat yang hadits di satu pihak. Adapun yang lebih condong pada
kalam lafdzi adalah dari kalangan: Ushuliyyin, para Fuqaha dan ahli bahasa Arab.
Ulama Ushul dan Fuqaha cenderung pada kalam lafdzi karena mereka
berkepentingan dengan lafaz-lafaz al-Qur’an itu dalam rangka menentukan dalil-
dalil hukum atau dalam rangka istinbath hukum, karena untuk itu semua, tidak
mungkin dilakukan tanpa ada lafaz.
Dengan pola pikir tersebut di atas, dari segi istilah ulama Ushul, Fuqaha
dan ahli bahasa Arab menyepakati definisi al-Qur’an sebagai berikut:
7
Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Bulan
Binatang, 1992), h. 38-39.
8
Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), cet. Ke-4, h. 18.
9
Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 5.
mushaf berdasarkan sumber-sumber mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya,
dan yang dibaca umat Islam dalam rangka ibadah. Penamaan al-Qur’an yang
demikian itu telah disepakati bulat oleh semua ulama ahli ilmu kalam, ulama ahli
ilmu Fiqh dan ulama ahli ilmu bahasa Arab.10
Dari definisi-definisi di atas terdapat beberapa segi yang membedakan al-
Qur’an dari kitab-kitab lainnya, yaitu:
1. Isi al-Qur’an
Dari segi isi, al-Qur’an adalah kalamullah atau firman Allah. Dengan jenis
ini, ucapan Rasulullah, Malaikat, Jin, dan sebagainya tidak dapat disebut
al-Qur’an. Kalamullah mempunyai keistimewaan yang tak mungkin dapat
ditandingi oleh perkataan lainnya.
2. Cara turunnya
Dari segi turunnya, al-Qur’an disampaikan melalui Malaikat Jibril yang
terpercaya (al-Ruh al-Amin). Dengan demikian, jika ada wahyu Allah
langsung disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, tanpa perantaraan
Malaikat jibril, seperti hadis qudsi, tidaklah termasuk al-Qur’an.
3. Penerimanya
Dari segi penerimanya, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw, seorang Rasul yang dikenal bergelar al-Amin (terpercaya). Ini berarti
bahwa wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi lainnya tidak dapat
disebut al-Qur’an.
4. Fungsinya
Dalam definisi al-Qur’an tersebut di atas disebutkan bahwa al-Qur’an
antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan
Muhammad saw, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi
yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.
5. Susunannya
10
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, h. 15.
Al-Qur’an terhimpun dalam suatu mushaf yang terdiri dari ayat-ayat dan
surah-surah. Ayat-ayat al-Qur’an disusun sesuai dengan petunjuk Nabi
Muhammad saw. Sedangkan urutan surah dimulai dengan al-Fatihah dan
diakhiri surah an-Nas disusun atas tauqifi, usaha, dan kerja keras para
sahabat di zaman pemerintahan khalifah Abu bakar dan Usman bin Affan.
Para sahabat yang menyusun urutan surah-surah tersebut terkenal jujur,
cerdas, pandai, sangat mencintai Allah dan Rasul, dan hidup serta
menyaksikan hal-hal yang berkaitan pada waktu ayat al-Qur’an turun.
6. Penyampaiannya
Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti,
disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia benar-
benar wahyu Allah swt, terpelihara dari perubahan atau pergantian.
Al-Qur’an merupakan Kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw., sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi orang-
orang yang taqwa. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk,
pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya.
Bukan itu saja, tetapi juga al-Qur’an itu adalah kitab suci yang paling penghabisan
diturunkan Allah, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari’at yang
terdapat dala kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap
orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk
membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk
mengamalkan dan mengajarkanya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap
oleh penghuni alam semesta.
Selanjutnya, Setiap Mukmin yakin bahwa membaca al-Qur’an saja sudah
termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda,
sebab yang dibacanya itu, sebab yang dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-
Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang Mukmin, baik di kala senang
maupun di kala susah, di kala gembira ataupun di kala sedih. Malahan membaca
al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat
penawar bagi orang yang gelisah di jiwanya.11
Sungguh banyak ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw. yang
menunjukkan kelebihan dan keutamaan membaca dan mempelajari al-Qur’an.
Berikut ini beberapa keutamaan membaca al-Qur’an:
1. Orang yang membaca al-Qur’an akan bernilai pahala yang melimpah.
Firman Allah dalam QS. Faatir: 29-30:
U"8V, -5#67
Y"02#$%$ X7 WVC
Y"⌧\K$%$ HZ["H:;
'(a <^/# _` ]☺0
U"A, /bGKc⌧$
DeEF `"&R2S d6 /Zb^0
<8
`"Ai% g^GhP"
[ \l%@E2P dk0 <8
,j,$
DjF ⌦`"B⌧6 ⌦`"\⌧n I&>K
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada
mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi
Maha Mensyukuri.” (QS. Faatir: 29-30).12
Membaca al-Qur’an dengan niat ikhlas dan maksud baik adalah suatu
ibadah yang karenanya seorang muslim mendapatkan pahala. Begitu juga kegiatan
membaca al-Qur’an per satu hurufnya dinilai satu kebaikan dan satu kebaikan ini
dapat dilipatgandakan hingga sepuluh kebaikan. Bayangkan bila satu ayat atau
satu surah saja mengandung puluhan aksara Arab, sebuah anugerah Allah swt.
yang agung. Sebagaimana dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud
bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:
11
Muhammad Slamet Saubary, Catatan Kaki Secara Illmiah dalam al-Qur’an, (Jakarta:
Perpustakaan Slamet Saubary, 1999), Jilid 1, h. 135.
12
Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 1999),
h. 235.
ل/ ا3 ,0
1 أ2 )*
وا,)* & & ﺡ+ آب ا- أ ﺡ/ -
(ى:
ا7 ) روا. ﺡف5 م ﺡف و3 أ
" ﺡف و-
ﺡف و5
أ
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan
mendapatkan satu kebaikan dan setiap kebaikan itu akan dibalas dengan
sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf,
melainkan alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-
Turmudzi).13
Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi hati. Mereka
menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca al-Qur’an dengan
khusyu’ seraya merenungkan makna kandungannya di samping lima hal yang lain,
yaitu berteman dengan orang saleh, zikir di waktu sunyi, shalat malam, dan puasa.
Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi
dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang ditanggung
jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang jiwanya tengah menanggung
beban berat untuk berkomunikasi dengan orang lain, bicara dari hati ke hati, agar
terkurangi bebannya. Sementara membaca al-Qur’an ibaratnya adalah komunikasi
dengan Allah. Otomatis, dengan komunikasi itu, orang yang membaca al-Qur’an
jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram, lebih-lebih bila dihubungkan bahwa
malaikat akan turun memberikan ketenangan kepada orang yang tengah membaca
al-Qur’an.
13
Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadh ash-Sholihin, (Beirut: Darul Fikr,
1992), h. 432.
Jika membaca al-Qur’an efektif mengobati penyakit hati atau mental
(psikoterapi), tidak menutup kemungkinan, membaca Kitab Suci (al-Qur’an) ini
juga efektif untuk mengobati berbagai penyakit fisik, karena sekian penyakit fisik
awalnya banyak dipicu oleh gangguan kejiwaan seperti pikiran kacau, panik,
cemas, gelisah, emosi tak terkendali, dan sebagainya.14
3. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat syafaat pada hari kiamat.
Al-Qur’an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-orang yang senantiasa membacanya di dunia. Dari Abu
Umamah, Dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw, Bersabda:
14
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, Membaca, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 47.
15
Muslim Bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 1992),
h. 90.
4. Berlepas diri dari daya dan upayanya, karena tiada daya dan upaya kecuali
dengan pertolongan Allah swt, dan tidak memperhatikan dirinya sendiri
dengan penuh keridhaan dan pensucian.16
b. Adab Lahiriyah
Dianjurkan bagi orang yang hendak membaca al-Qur’an harus
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tata cara membaca al-Qur’an. Abu
‘Abdu al-Rahman menerangkan dalam bukunya Pedoman Menghayati dan
Menghafal Al-Qur’an bahwa adab membaca al-Qur’an sebagai berikut:
Disunnahkan untuk bersuci dan berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca
al-Qur’an dan bersiwak (sikat gigi) dahulu.
Lebih utamanya, membaca al-Qur’an ditempat yang bersih dan tempat yang
lebih utama adalah masjid. Dengan menghadap ke arah kiblat, karena
kiblat adalah arah yang paling mulia.
Membaca Ta’awudz, kemudian membaca basmalah, jika mulai dari awal surat
serta jangan memotong bacaan dengan pembicaraan yang tidak penting
dan memperindah suara bacaan al-Qur’an semampunya.
Memilih tempat yang layak, seperti masjid atau suatu ruangan dirumahnya
yang jauh dari hal-hal yang dapat menghilangkan nilai kesuciannya.
Memilih waktu yang tepat dan waktu disaat-saat Allah memperhatikan hamba-
hambanya dan saat-saat Allah menurunkan curahan-Nya. Dan waktu yang
paling utama adalah sepertiga malam terakhir dan waktu menjelang subuh.
16
Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta:
Hadi Press, 1997), cet. I, h. 37-39.
17
Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: Peroyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an, 2001), h. 11.
Menangis saat membaca al-Qur’an, khususnya saat membaca ayat-ayat adzab
atau melewati ayat-ayat yang melukiskan Masyhad, yaitu pada hari
diperlihatkannya peristiwa yang pasti terjadi di hari kiamat dan peristiwa-
peristiwa yang bakal terjadi di akhirat serta keadaan yang sangat
mengerikan yang pasti diperlihatkan.18
18
Abu ‘Abdu al-Rahman, Pedoman Menghayati dan Menghafal Al-Qur’an, h. 39-42.
19
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 34.
20
Syaikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, h. 233-237.
Kompetensi dalam Membaca Al-Quran
Kompetensi dalam membaca al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari dan dipraktikan ketika
membaca al-Qur’an, karena dengan memperhatikan kompetensi tersebut, maka kita akan mudah untuk membaca al-
Qur’an dengan fasih dan benar. Adapun kompetensi dalam membaca al-Qur’an itu antara lain :
Tajwid
Tajwid secara bahasa berasal dari kata “Jawwada-yujawwidu-tajwidan”
yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dan pengertian yang lain
menurut lughoh (bahasa), tajwid dapat juga diartikan:
.
ﺕ نEا
“Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan.”21
Dalam buku Tajwid dan Ilmu al-Qur’an Depag RI, Tajwid juga menurut
bahasa berarti tahsin (memperindah). dikatakan hadza syaiun jayyidun artinya
saya telah memperindah sesuatu.22
Sedangkan pengertian Tajwid menurut istilah adalah:
?ت وا
ود$
ا- &* ﺡف ﺡ& وHء آJ یف & إ5
. وﻥه5 K?
واL /
آM
ذOو
“Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak
huruf (haqqul huruf) maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-
hak huruf (mustahaqqul huruf) dipenuhi, terdiri atas sifat-sifat huruf,
hukum-hukum madd, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq,
tafhim, dan semisalnya.”23
Dari pengertian Tajwid di atas, maka secara garis besar pokok bahasan (ruang lingkup) Ilmu Tajwid dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Haqqul Huruf, yaitu segala sesuatu yang lazimat (wajid ada) pada setiap huruf. Hak huruf ini meliputi sifat-sifat
huruf (sifatul huruf) dan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf). Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua
suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyinya menjadi tidak jelas.
b. Mustahaqqul Huruf, yaitu hukum-hukum baru (Aridlah) yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak-hak
huruf melekat pada setiap huruf. Mustahaqqul Huruf meliputi hukum-hukum seperti Izh-har, Ikhfa’, Iqlab,
Idghom, Qolqolah, Ghunnah, Tafkhim, Tarqiq, Mad, Waqaf, dan lain-lain.
Selain pembagian di atas, ada juga yang membagi pokok bahasan Ilmu Tajwid ke dalam enam cakupan masalah,
yaitu:
21
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, (Semarang:
Pustaka al-‘Alawiyyah), h. 4.
22
Departemen Agama RI, Tajwid dan Ilmu al-Qur’an, h. 23.
23
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4.
Sifatul Huruf, membahas tentang sifat-sifat huruf.
Ahkamul Huruf, membahas tentang hukum-hukum yang lahir dari hubungan anatr huruf.
Ahkamul Mad Wal Qashr, membahas tentang hukum-hukum memanjangkan dan memendekkan bacaan.
Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’, membahas tentang hukum-hukum menghentikan dan memulai bacaan.
Al-Khoththul Utsmaniy, membahas tentang bentuk tulisan mushaf Ustmaniy.24
Para ahli qira’ah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tajwid adalah menghiasi bacaan al-Qur’an, yakni
memerlukan setiap huruf sesuai dengan haknya dan runtutannya mengembalikan huruf pada makhrajnya masing-
masing melantunkannya dengan cara yang baik dan sempurna tanpa berlebih-lebihan. 25
Membaca al-Qur’an termasuk ibadah dan karenanya harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap
memperbaiki bacaan al-Qur’an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya merupakan suatu ibadah, sama halnya
meresapi, memahami, dan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an merupakan suatu ibadah. Sahabat Abdullah bin
Mas’ud berpesan, “Jawwidul Qur’an,” ‘bacalah al-Qur’an itu dengan baik’ (bertajwid). Para ulama menyebut
membaca al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid sebagai al-Lahn, yakni kekeliruan atau cacat
dalam membaca.
Atas dasar perlunya membaca al-Qur’an secara bertajwid, anak (siswa) hendaknya diajarkan ilmu tajwid. Dalam ilmu
tajwid diajarkan bagaimana cara melafalkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf yang
lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan pendek, cara
menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya (idghom), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari
tanda-tanda berhenti dalam bacaan, dan sebagainya. 27
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya
bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus
mampu membaca ayat-ayat al-Qur’an dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah
satu tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad al-Mahmud sebagai berikut :
24
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2008), cet. Ke-2, h. 2-3.
25
Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 1999), h. 54.
26
Syeikh Manna’ al-Qaththan, H. Aunur Rafiq el-Mazni, Lc. (Penterjemah), Pengantar
Studi Ilmu al-Qur’an, h. 229-230.
27
Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h.
91-92.
)ة ا
(یQ
ا- R ﺕS?
ی) اﺕن0
ی& غ اO
.
ﺕ+ء آب اJK
ا- ی& ﺹن ا
*نO H / ) و$3ا
“Tujuan (mempelajari Ilmu Tajwid) adalah agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an secara betul (fasih)
sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw, juga agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-
kesalahan ketika membaca kitab Allah ta’ala (al-Qur’an).”28
Hukum mempelajari Tajwid sebagai disiplin ilmu adalah Fardlu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Artinya,
mempelajari secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja.
Namun, jika dalam suatu kaum tidak ada seorangpun yang mempelajari Ilmu Tajwid, maka berdosalah kaum itu.
Adapun hukum membaca al-Qur’an dengan menggunakan aturan Tajwid adalah Fardlu ‘Ain atau merupakan
kewajiban pribadi, karenanya apabila seseorang membaca al-Qur’an dengan tidak menggunakan Ilmu Tajwid,
hukumnya dosa.
H آ- & ضH
ﺥف اﻥ& ض آ?ی) وا3 ا
ی
.- ?
ا- )* و5*
“Tidak ada perbedaan pendapat bahwa (mempelajari) Ilmu Tajwid hukumnya Fardlu Kifayah, sementara
mengamalkannya (ketika membaca al-Qur’an) hukumnya Fardlu ‘Ain bagi setiap muslim dan muslimah yang
telah mukallaf.”29
Makharijul Huruf
Makhraj ditinjau dari morfologi berasal sari fi’il Madly " "ﺥجyang berarti keluar. Kemudian diikutkan wazan "H?"
yang bershigot isim makan, maka menjadi " جK " yang berarti tempat keluar. Bentuk jama’nya adalah رج ا
وفK
yang berarti tempat-tempat keluar. Jadi “Makharijul Huruf” berarti tempat-tempat keluarnya huruf.
Secara bahasa Makhraj artinya; وجK اY ﺽyang berarti tempat keluar.
Jadi, Makharijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Ketika membaca al-Qur’an, setiap huruf harus dibunyikan sesuai Makhrajnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf
dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu,
kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja dan benar.
28
Syeik Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4.
29
Syeikh Muhammad al-Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkam at-Tajwid, h. 4
Contoh kesalahan Makhraj yang menyebabkan berubahnya arti misalnya ‘Ainnya lafaz "-
"اpada kalimat +
"ا
"-
رب اyang terbaca Hamzah. Arti "-
"اdengan ‘Ain adalah semesta alam, sedang "-
3 "اdengan hamzah
adalah (segala) penyakit.30
Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian Makharijul Huruf. Imam Syibawaih dan asy-Syatihiby berpendapat
bahwa Makhraj Huruf terbagi atas 16 Makhraj, sementara menurut Imam al-Farra’ terbagi atas 14 Makhraj. Namun
pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini adalah yang menyatakan bahwa Makhorijul Huruf terbagi atas 17
Makhraj. Imam Kholil bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh qori’ termasuk
Imam Ibnu Jazariy – serta para ahli Nahwu.
Selanjutnya, ketujuhbelas Makhraj ini klasifikasikan ke dalam lima tempat. Lima tempat inilah yang merupakan letak
Makhraj dari setiap huruf. Lima tempat yang dimaksud dalam Makharijul Huruf ialah:
Al-Jauf
Al-jauf artinya rongga tenggorokan dan mulut. Dari Makhraj al-Jauf ini keluar tiga huruf Mad, yaitu Alif, Wawu, da
Ya’ yang bersukun. Dan ketiga huruf Mad tersebut disebut juga huruf " ) "ﺝ
Al-Halq
Al-Halq artinya tenggorokan. Maksudnya, tempat keluarnya huruf terletak pada tenggorokan. Dari al-Halq ini keluar
tiga Makhraj, yang digunakan untuk tempat keluarnya 6 (enam) huruf. Ketiga Makhraj tersebut antara lain:
Aqshal Halq adalah pangkal tenggorokan atau tenggorokan bagian dalam. Dari Makhraj ini keluar huruf Hamzah
( )ءdan Ha ()هـ
Watsul Halq adalah tenggorokan bagian tengah. Dari makhraj ini keluar huruf ‘Ain ( )عdan ha ()ح
Adnal Halq adalah tenggorokan bagian luar atau ujung tenggorokan. Dari Makhraj ini keluar huruf Kho ( )خdan
Ghoin ()غ
Keenam huruf di atas (ء-هـ-ح-ع-ع-خ- )غdisebut juga huruf ") "ﺡyang artinya tenggorokan, karena huruf-
huruf tersebut keluar dari tenggorokan.
Al-Lisan
Al-Lisan artinya lidah. Maksudnya tempat keluarnya huruf yang terletak pada lidah. Jumlah huruf Hijaiyah yang
keluar dari Makhraj ini berjumlah 18 huruf dan terbagi atas 10 Makhraj.
30
Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: CV Penerbit
Dipenogoro, 2003), h. 20-21.
Perut (bagian dalam) bibir bawah atau bagian tengah bibir bawah dengan ujung dua buah gigi seri yang atas. Dari
Makhraj ini keluar huruf Fa’ ()ف
Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama, jika kedua bibir tersebut tertutup rapat, keluarlah huruf Mim ( )مdan Ba
()ب. Ba’ lebih rapat daripada Mim. Dan jika terbuka, keluarlah huruf Wawu( )و.
Keempat huruf di atas (و-ب-م- )فdisebut juga huruf ") "ﺵ?یyang artinya dua bibir.
Al-Khoisyum
Al-Khoisyum artinya Aqshal anfi (pangkal hidung). Dari al-Khoisyum ini keluar satu Makhraj, yaitu al-Ghunnah
(sengau/dengung), sehingga dari Makhraj inilah keluar segala bunyi dengung/sengau. Bunyi sengau ini terjadi pada:
Nun sakinah ( )نatau tanwun ketika dibaca idgham Bigunnah, Ikhfa’ dan ketika Nun itu bertasydid.
Mim sakinah ( )مketika dibaca Idghom (Mitslain) Ikhfa (Syafawiy) dan ketika Mim itu bertasydid.31
Tartil
Dalam seni suara (nyanyian) dikenal istilah tempo untuk menunjukkan apakah suatu lagu dibawakan dengan cepat
dan semangat seperti lagu-lagu mars atau dengan lambat dan khidmat seperti lagu hymne. Membaca al-Qur’an juga
tidak terlepas hubungannya dengan masalah tempo ini.
Ada empat tingkatan (tempo) yang telah disepakati oleh ahli Tajwid, yaitu:
At-Tartil yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan
sifat-sifat yang dimilikinya, baik asli maupun baru dating (hukum-hukumnya) serta memperhatikan makna
(ayat). Membaca dengan pelan dan tenang maksudnya tidak tergopoh-gopoh namun tidak tidak pula terseret-
seret. Huruf diucapkan satu persatu dengan jelas dan tepat menurut makhrajnya dan sifatnya. Ukuran panjang
pendeknya terpelihara dengan baik serta berusaha mengerti kandungan maknanya.
Al-Hadr yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga hukum-hukumnya. Yang dimaksud cepat di sini adalah
dengan menggunakan ukuran terpendek dalam peraturan Tajwid, jadi bukannya keluar dari peraturan
sebagaimana yang sering kita jumpai.
At-Tadwir yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan at-Tadwir ini lebih dikenal dengan bacaan sedang
tidak terlalu cepat juga tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan anatara keduanya.
At-Tahqiq yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang dan
perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk belajar (latihan) dan
mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada waktu shalat atau menjadi imam.32
Membaca al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah swt. Oleh
karena itu, membacanya mempunyai etika zahir adalah membacanya dengan tartil. Makna membaca dengan tartil
adalah dengan perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.
As-Suyuti mengatakan bahwa disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil. Sebagaimana Allah swt berfirman
dalam QS. Al-Muzammil ayat 4:
FuZS`$
DF v⌧S2S
“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”(QS. Al-Muzammil:
4).33
31
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 28-36.
32
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, h. 8-10
Dalam kitab al-Burhan karya az-Zarkasyi dikatakan kesempurnaan tartil
adalah dengan membaca dengan seksama lafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya,
dan satu huruf tidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Dan yang paling
sempurna adalah dengan membacanya di rumahnya. Jika ia membaca ayat yang
berisi ancaman maka ia membacanya dengan ekspresi ancaman dan jika ayat itu
berisi pemuliaan maka ia membacanya dengan ekspresi pemuliaan.
Al-Ghazali mengatakan bahwa tartil disunnahkan tidak semata untuk
tadabbur. Karena non-Arab yang tidak memahami makna al-Qur’an juga
disunnahkan untuk membaca dengan tartil karena tartil lebih dekat kepada
pemuliaan dan penghormatan terhadap al-Qur’an, dan lebih berpengaruh bagi hati
daripada membaca dengan tergesa-gesa dan cepat.34
36
Ahmad Syarifuddin, Mendidik anak, membaca, menulis, dan mencintai al-Qur’an, h.
81.
menguasai bacaan panjang-pendek, bacaan dengung (gunnah) dan hukum-hukum
bacaan panjang (mad).
Untuk memperoleh manfaat terbaik dan mencapai hasil yang maksimal
dengan metode al-Bayan, lakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan skema proses pembelajaran, yakni 10 (sepuluh) pertemuan untuk
menguasai cara membaca,dan 11 (sebelas) pertemuan untuk menguasai
cara membaca yang benar dengan ilmu tajwid.
b. Tidak berpindah ke pertemuan selanjutnya, jika pertemuan sebelunya
belum dikuasai.
Manfaat yang dapat diambil dari belajar dengan menggunakan Metode al-
Bayan antara lain adalah terbebas dari buta huruf al-Qur’an, mempermudah
belajar membaca al-Qur’an, dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar
dalam waktu singkat, dan dapat menguasai pengetahuan ilmu tajwid.37
Metode ini berasal dari metode pengajaran Herbart, yaitu metode asosiasi
dan ulangan tanggapan, yang dimaksud dengan memperkuat tangggapan pada
murid-murid. Metode driil biasanya digunakan pada pelajaran yang bersifat
motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa, pelajaran keterampilan, dan
pelajaran yang bersifat kecakapan mental, dalam arti melatih anak-anak berfikir
cepat. Dalam pendidikan agama metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan
pelajaran al-Qur’an dan praktik ibadah.38
Metode latihan (drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar
yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan
dari apa yang sudah dipelajari. Metode latihan mempunyai kebaikan-kebaikan,
37
O. Surasman, Metode Al-Bayan Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. vii-viii.
38
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
h. 106.
antara lain adalah pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan
mempergunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan, pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak
konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan pembentukan kebiasaan membuat
gerakan-gerakan yang kompleks, rumit menjadi otomatis.39
39
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 217-
218.
juga sifat-sifat keturunan itu diwsarisi dari nenek atau buyutnya. Sehingga anak
tersebut mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai dengan keturunan.
Faktor Lingkungan
Seorang ahli psikologi dari Amerika yang bernama Sartain mengatakan
bahwa:
Lingkungan (environment) adalah meliputi segala kondisi-kondisi dalam
dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula
dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.40
Ditambahkan oleh Sartain bahwa lingkungan itu dibagi menjadi 3 bagian
sebagai berikut:
a. Lingkungan Alam/Luar (Extenalor Physical Environment)
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang
bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan dan
sebagainya.
b. Lingkungan Dalam (Internal Environmet)
Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lungkungan luar.
Contohnya makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-
pembuluh darah atau di dalam cairan limpa yang mempengaruhi tiap-tiap
sel di dalam tubuh.
c. Lingkungan Sosial (Social Environment)
Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan soaial itu ada yang kita terima
secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain,
keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, seperjaan, dan
sebagainya. 41
Dari uraian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-
Qur’an di atas, bahwa faktor pembawaan, keturunan, dan lingkungan merupakan
40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
cet. Ke-23, h. 28.
41
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 28-29
faktor yang sangat penting sekali dalam proses meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an.
Pendidikan sebagai Faktor Pengaruh terhadap Kemampuan Membaca Al-
Qur’an
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42
Pendidikan juga dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak
didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai
anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.
Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi
lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara
menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.43
Dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya.
Dilihat dari sudut pengertian atau definisi, dengan demikian pendidikan itu ialah
usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melaui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung dalam bentuk
pendidikan formal, non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Usaha
sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang
melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau
mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang
ditentukan.
Dengan mulainya anak bersekolah, dunia anak semakin luas dan demikian
pula pemahamannya. Pemahaman anak mengenai lingkungan meningkat tidak
hanya melalui pengajaran formal yang diterima di kelas tetapi juga diperluas
42
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Naisonal, h. 2-3.
43
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 3.
melalui pertukaran pikiran dengan teman-teman sebayanya dan melalui
kemampuan membaca di lingkungan tempat tinggalnya.
Secara lebih khusus Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah memiliki
jumlah mata pelajaran yang berbeda di mana materi pada Sekolah Dasar lebih
bersifat pendidikan umum, sedangkan materi pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
selain pendidikan umum juga mencakup pendidikan agama sehingga materi
pelajarannya pun berbeda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.44 Sering pula dinyatakan
variabel penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel dalam
penelitian ini adalah kemampuan membaca al-Quran siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan variabel kedua
adalah kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal Sekolah Dasar.
B. Metode penelitian
Metode penilitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data
empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan
ada atau tidaknya perbedaan kedua variabel yang diteliti. Jenis pendekatan yang
digunakan dala penelitian ini adalah komparasional yang bertujuan untuk mencari
perbandingan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara
deskriptif. Hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan
gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu
gambaran perbandingan antara kemampuan membaca al-Qur’an siswa.
Adapun jenis pendekatan yang digunakan juga dalam penelitian ini adalah
korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan (pengaruh) antara dua
variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deksriptif. Hal ini agar penulis
dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti, yaitu gambaran pengaruh siswa yang berbeda
latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an. Dalam teknik penulisan penulis berpedoman
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
44
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-
6, h. 82.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. 45
Adapun populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas satu
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Tahun Pelajaran 2008-2009 yang berjumlah
292 orang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu proses proporsi kecil dari populasi yang seharusnya
diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisa.46 Penulis mengambil
sampel sebanyak 13 % dari keseluruhan populasi yang ada, yaitu 40 orang siswa
masing-masing 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan madrasah ibtidaiyah
dan 20 orang siswa berlatar belakang pendidikan sekolah dasar. Dengan tehnik
pengambilan sampel yang diambil secara acak yaitu menggunakan tehnik
purposive random sampling.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang yang tampak pada objek penelitian mengenai
perbedaan kemampuan membaca al-Qur’an siswa berdasarkan latar belakang
siswa, dan pengaruh antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), h. 108.
46
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2001), h. 266.
dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an di SMP Islamiyah serta mengamati secara langsung data-data yang
diperlukan. Dengan demikian data yang didapat oleh penulis selama observasi
berlangsung dapat menjadi masukan bagi penulisan skripsi ini.
Observasi dilakukan untuk mengadakan pengumpulan dan pencatatan
secara sistematis terhadap yang berkaitan dengan kejadian penelitian. Adapun
yang menjadi sasaran observasi adalah lingkungan sekolah, sarana prasarana
sekolah, keadaan para siswa dan para guru serta pengajaran membaca al-Quran
di Lingkungan SMP Islamiyah Ciputat Tangerang.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapat hal-hal atau varibel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan peratura-
peraturan. Dalam hal ini, penulis gunakan untuk mendapatkan data-data yang
berkenaan dengan latar belakang berdirinya SMP Islamiyah Ciputat yang
memberi input sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Tes Lisan
Tes lisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca al-Quran siswa. Dalam melakukan tes lisan ada empat kategori nilai
kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai antara 80-100: kategori kemampuan membaca al-Qur’an sangat
baik (istimewa), dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam
pengucapan huruf atau makharijul huruf, serta lancar dalam membaca.
Kategori baik dalam penguasaan ilmu tajwid.
c. Nilai antara 70-79: kategori membaca al-Qur’an baik, dilihat dari segi
bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul
huruf, akan tetapi membacanya sedikit terbata-bata atau belum lancar.
Kategori cukup dalam mengetahui ilmu tajwid.
d. Nilai antara 60-69: kategori membaca al-Qur’an cukup, dilihat dari
segi bacaan tajwid belum benar, pengucapan huruf atau makharijul
huruf kurang benar dan membacanya masih terbata-bata atau belum
lancar. Kategori kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.
e. Nilai antara 50-59: kategori membaca al-Qur’an kurang atau tidak
mampu. Masih pengenalan huruf hijaiyah, sanagt kurang dalam
mengetahui ilmu tajwid.
4. Wawancara
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menanyakan kepada kepala
sekolah, guru, dan siswa mengenai pengajaran membaca al-Quran di Lingkungan
SMP Islamiyah Ciputat Tangerang. Hal ini penulis lakukan untuk memperoleh
data yang menyempurnakan dari hasil observasi, guna mendukung kebenaran
yang diperoleh sekaligus menambah data yang lebih sempurna. Sehingga penlitian
yang penulis lakukan dapat diterima kebenarannya.
5. Angket
Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan
(kuesioner) kepada siswa SMP Islamiyah Ciputat yang menjadi responden. Dalam
hal ini penulis menggunakan pertanyaan-pertanyaan multiple choice dan bersifat
langsung.
Tabel 1
KISI-KISI ANGKET
Siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran
membaca al-Qur’an.
No. Indikator No. Butir Jumlah Item
1. Keinginan 1, 4 2
2. Perhatian 5, 6 2
3. Disiplin 8, 11, 14, 15, 17 5
4. Perasaan 3, 13, 20 3
5. Menyelesaikan tugas 7 1
6. Meningkatkan kemampuan 9, 12, 16, 18, 19 5
7. Mengembangkan bakat 2, 10 2
Jumlah 20
Teknik analisa merupakan suatu cara untuk menguraikan keterangan-keterangan data-data yang diperoleh agar data-
data tersebut dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang menelitinya, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian itu.
Penggunaan teknik analisa data penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui hasil
penelitian ini, maka data yang penulis peroleh dari kuesioner atau angket yang disebarkan diolah dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah editing, yaitu meneliti satu persatu kelengkapan
pengisian dan kejelasan penulisnya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran
pengisian dan kejelasan penulisnya.
b. Coding
Setelah data-data tersebut diedit, penulis melakukan pengkodean dan pengelompokkan data-data tersebut
berdasarkan kategori pembahasan.
c. Tabulasi
Pada tahap ini langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan memindahkan jawaban yang ada terdapat
dalam angket dan telah dikelompokkan ke dalam bentuk tabel frekwensi ini untuk memudahkan penulis dalam
mengolah data yang telah diedit. Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekwensi dalam setiap item yang
penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel yang mempunyai kolom setiap bagian angket yang terlihat
jawaban yang satu dengan jawaban yang lain dengan jelas.
d. Prosentase
Setiap data perlu diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekwensi jawaban responden untuk setiap
alternatif jawaban. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh
dari hasil besarnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang dimiliki siswa dan sikap siswa
yang berbeda latar belakang pendidikan siswa dalam pembelajaran al-Qur’an yang didapat dari responden tersebut.
Adapun rumus yang di gunakan dalam mencari prosentase terdapat di bawah ini.
Untuk analisis data tentang meningkatkan kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an pada siswa SMP Islamiyah, penulis menyimpulkan dengan kriteria perhitungan sebagai berikut:
1. Analisa Data
a. Analisis Kualitatif
Data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti surat kabar, buku, majalah,
dan yang lainnya, kecuali laporan hasil belajar. Akan dioleh dengan analisa kualitatif karena tidak dapat ditabulasikan
(diwujudkan ke dalam angka).
b. Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk
memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket
dan juga digunakan rumus analisis korelasi product moment. Analisis product moment tersebut dimaksudkan untuk
mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan Y dan juga untuk mengetahui apakah ada hubungannya erat, cukup
atau lemah. Dan penulis juga menggunakan rumus analisis komparasional dari data nilai semester/raport dan juga
dari nilai tes lisan yang dilakukan oleh siswa, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang berasal dari SD dan MI.
Kemudian teknik analisis selanjutnya adalah dengan skoring, untuk menentukan skoring semua pertanyaan dan
pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:
Tabel 2
Skor Item Alternatif Jawaban Rensponden
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
keterangan:
X : siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.
Y : Kemampuan (kompeten) dalam membaca al-Qur’an (nilai
raport BTQ)
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
N : Number of cases.
KD = r² x 100%
47
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, h. 299-300
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2. Idetitas Sekolah
a. Nama sekolah : SMP Islamiyah Ciputat
b. Status : Swasta
c. Nomor NSS/NDS : 20.2.280310.013
d. Alamat sekolah : Jl. Ki Hajar Dewantara No. 23 Ciputat
e. Kecamatan : Ciputat
f. Jenjang Akreditasi : A
g. SK Pendirian : 203/DS-37/1969
4. Keadaan Guru
Dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan tenaga yang
professional agar tercipta generasi yang berkompeten dan mempunyai skill yang
memadai.
Adapun tenaga pengajar yang tersedia di SMP Islamiyah Ciputat tahun
pelajaran 2008/2009, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:48
Tabel 3
Guru SMP Islamiyah Ciputat tahun 2008/2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru-guru SMP mayoritas lulusan
S1, sebanyak 33 orang, akan tetapi sebagian kecil masih ada yang belum
mempunyai gelar sarjana. Kendatipun demikian guru-guru di SMP Islamiyah ini
masih banyak yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Disebabkan keterbatasannya tenaga guru yang khusus sesuai vaknya masing-
masing.
5. Keadaan Karyawan
Untuk membantu proses belajar mengajar maka sekolah pun mempunyai
beberapa karyawan. Karyawan termasuk bagian yang penting untuk menentukan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan KBM di sekolah tidak
terlepas dari administrasi yang baik dan teratur serta terencana, Adapun keadaan
tenaga karyawan SMP Islamiyah Ciputat yaitu:49
Tabel 4
Karyawan SMP Islamiyah Ciputat Tahun 2008/2009
49
Data guru ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Pend Mulai
No. Nama L/P Jabatan
terakhir kerja
1. Mursalin L SLTA 1975 Bend. Pemas
2. A. Juanda L S1 1984 Tata Usaha
3. Ade Jumarna L SLTA 1989 Tata Usaha
4. Abdul Rasid L S1 1990 Bend. Pengel
5. Ida Farida P D2 1998 Keu. Penerima
6. M. Soleh L SLTP 1990 Kebersihan
7. Al Jani L SLTA 1990 Kebersihan
8. Iyam P SLTP 1998 Kebersihan
9. Arif Andrianto L SLTA 2005 Kebersihan
10. Nur Abdullah L SLTP 2005 Kebersihan
11. Sugito L SLTA 2004 Satpam
12. Marullah L SLTA 2006 Satpam
13. Enda Ruhenda L SLTA 2006 Satpam
14. Rahmat. B L SLTA 2006 Repsepsionis
15. Rusdi Faisal L S1 2007 Perpustakaan
16. Anna Saraswati P SLTA 2008 Tata Usaha
6. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting,
karena tidak mungkin suatu sekolah mengadakan pembelajaran jika tidak
mempunyai siswa.
SMP Islamiyah Ciputat merupakan lembaga pendidikan tingkat lanjutan
umum yang menerima siswa lulusan SD, MI ditambah siswa pindahan dari
sekolah lain. Siswa di SMP Islamiyah Ciputat berjumlah 850 orang. Pada setiap
kelas (VII, VIII dan IX) dibagi dalam beberapa kelas yaitu masing-masing
tingkatan mempunyai 7 kelas pararel.
Tabel 5
50
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Siswa-siswi SMP Islamiyah Ciputat Tahun 2008/2009
Jumlah Murid
Kelas / Rombongan
Jumlah
Tingkat Belajar L P
VII 7 168 124 292
VIII 7 153 117 270
IX 7 137 126 263
Jumlah Keseluruhan 825
51
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
19. WC Putra 4 - 4 x3
20. WC Putri 4 - 4 x3
21. WC Guru 1 - 4x3
Tabel 7
Prestasi yang Pernah Diraih SMP Islamiyah Ciputat
Tahun
No Kejuaraan Juara ke Tingkat Kejuaraan
Perolehan
1. 2007 Futsal I SMP se-Jabodetabek
2. 2007 Marawis II SMP se-Jabodetabek
3. 2007 Ketangkasan II SMP se-Tangerang
4. 2007 PBB Putri II SMP se-Tangerang
5. 2007 Dapur umum II SMP se-Tangerang
6. 2007 Cerdas Tangkas III SMP se-Tangerang
7. 2007 Tri lomba PMR II Madya dan Wira
8. 2008 Porseni/ futsal I SMP se-Gugus Ciputat
9. 2008 Dapur umum II SMP/MTs se Tangerang
10. 2008 Ketangkasan II SMP/MTs se-Tangerang
11. 2008 PBB Putri III SMP/MTs se-Tangerang
12. 2008 Terampil PP II Pur Madya
9. Kegiatan Eksakurikuler
Selain para siswa melakukan kewajibannya untuk belajar, mereka juga
dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah.
Tujuannya tiada lain adalah supaya para siswa dapat mengeluarkan potensi dan
52
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian kesiswaan.
juga bakat yang dimilkinya serta mengisi waktu luang mereka setelah belajar
dengan kegiatan yang positif.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SMP Islamiyah Ciputat
antara lain:53
Tabel 8
Jenis-jenis kegiatan ekstra kurikurer
53
Data ini di ambil dari arsip SMP Islamiyah Ciputat bagian administrasi
Komite Sekolah Kepala Sekolah
Hasan Basri, S.E Mudalih
Koordinator TU
Dede Saroni, S.Ag
Laboratorium Perpustakaan
Fu’ad Faisal, S.Ag Rusdi Paisal, S.Pd
Dewan Guru
Siswa
B. Deskripsi Data
Data-data penelitian tentang kemampuan membaca al-Qur’an berdasarkan
latar belakang pendidikan siswa di SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang, peneliti
memperoleh data melalui observasi, wawancara dan angket.
1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan atau mencatat
data-data meliputi:
a. Proses belajar mengajar al-Qur’an (BTQ) di SMP Islamiyah Ciputat-
Tangerang
b. Hasil Belajar siswa (nilai BTQ dan tes lisan)
c. Keadaan guru dan siswa di siswa di SMP Islamiyah Ciputat-
Tangerang.
d. Sarana dan Prasarana di SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang.
e. Struktur organisasi SMP Islamiyah Ciputat-Tangerang.
2. Wawancara, peneliti melakukan interview kepada kepala SMP Islamiyah
dan guru BTQ.
3. Angket, peneliti menyebarkan pernyataan tertulis kepada siswa-siswi SMP
Islamiyah tentang sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan
dalam pembelajaran membaca al-Qur’an mereka.
4. Tes Lisan
Tes lisan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca al-Quran siswa. Dalam melakukan tes lisan ada empat kategori nilai
kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai antara 80-100: kategori kemampuan membaca al-Qur’an sangat baik
(istimewa), dilihat dari segi bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan
huruf atau makharijul huruf, serta lancar dalam membaca. Kategori baik
dalam penguasaan ilmu tajwid.
b. Nilai antara 70-79: kategori membaca al-Qur’an baik, dilihat dari segi
bacaan sesuai tajwid, fasih dalam pengucapan huruf atau makharijul huruf,
akan tetapi membacanya sedikit terbata-bata atau belum lancar. Kategori
cukup dalam mengetahui ilmu tajwid.
c. Nilai antara 60-69: kategori membaca al-Qur’an cukup, dilihat dari segi
bacaan tajwid belum benar, pengucapan huruf atau makharijul huruf
kurang benar dan membacanya masih terbata-bata atau belum lancar.
Kategori kurang dalam mengetahui ilmu tajwid.
d. Nilai antara 50-59: kategori membaca al-Qur’an kurang atau tidak mampu.
Masih pengenalan huruf hijaiyah, sanagt kurang dalam mengetahui ilmu
tajwid.
Berikut ini adalah hasil nilai ujian semester BTQ dan nilai tes lisan
membaca al-Qur’an siswa:
Data Nilai Hasil Ujian Semester BTQ siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari MI dan yang berasal dari SD.
Tabel 9
Data Nilai Raport BTQ Lulusan MI Data Nilai Raport BTQ Lulusan SD
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Abdul Kholik 75 1 Azzulfa Rahma 65
2 Agus Pujiono 65 2 Ahmad Saidi 60
3 Andi Topan 70 3 Aris Tastaftian 65
4 Annisa Mutia 75 4 Dio Pramesta 55
5 Dian Wulandari 75 5 Elin Aryani 75
6 Fajar Adi Putra 60 6 Melli Setiawati 60
7 Gunawan S. 55 7 Nur Hauliayani 60
8 Hanafi Hidayat 75 8 Rizki Randi S 60
9 Imam Pramono 75 9 Santi Dwi Putri 70
10 Irwan Ade Putra 65 10 Sartika Tri Utami 80
11 Ita Rosita 70 11 Yoga Mustofa 60
12 Iis Kurniawati 80 12 M. Abdullah 60
13 Kiki Rizki 75 13 Mickel Andrian 55
14 Lismayati 80 14 Rehulina Putri 70
15 Mardiansyah 75 15 Eka Surati F. 65
16 Suhayati 80 16 Guntur yoga 55
17 Sumartini Handayani 75 17 Iqbal Zulmi 60
18 Ratih Purwasih 70 18 Hermawan 50
19 Romy Rahmat R 65 19 Sulfia Aminah 70
20 Zakaria Saputra 60 20 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah 1420 Jumlah 1260
Data nilai tes lisan mengenai kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP
Islamiyah Ciputat yang berasal dari SD dan yang berasal dari MI.
Tabel 10
Nilai Tes Lisan BTQ Lulusan MI Nilai BTQ Tes Lisan Lulusan SD
No Nama Nilai No Nama Nilai
1 Abdul Kholik 75 1 Azzulfa Rahma 70
2 Agus Pujiono 70 2 Ahmad Saidi 60
3 Andi Topan 70 3 Aris Tastaftian 65
4 Annisa Mutia 80 4 Dio Pramesta 55
5 Dian Wulandari 80 5 Elin Aryani 75
6 Fajar Adi Putra 75 6 Melli Setiawati 60
7 Gunawan S. 55 7 Nur Hauliayani 65
8 Hanafi Hidayat 70 8 Rizki Randi S 60
9 Imam Pramono 75 9 Santi Dwi Putri 75
10 Irwan Ade Putra 70 10 Sartika Tri Utami 80
11 Ita Rosita 80 11 Yoga Mustofa 60
12 Iis Kurniawati 85 12 M. Abdullah 60
13 Kiki Rizki 75 13 Mickel Andrian 55
14 Lismayati 80 14 Rehulina Putri 70
15 Mardiansyah 75 15 Eka Surati F. 65
16 Suhayati 80 16 Guntur yoga 55
17 Sumartini Handayani 85 17 Iqbal Zulmi 60
18 Ratih Purwasih 80 18 Hermawan 50
19 Romy Rahmat R 60 19 Sulfia Aminah 75
20 Zakaria Saputra 60 20 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah 1480 Jumlah 1280
Perhitungan untuk memperoleh Mean data nilai ujian semester /raport BTQ siswa SMP Islamiyah Ciputat
yang berasal dari MI dan SD.
1 75 65 4 2 16 4
2 65 60 -6 -3 36 9
3 70 65 -1 2 1 4
4 75 55 4 -8 16 64
5 75 75 4 12 16 144
6 60 60 -11 -3 121 9
7 55 60 -16 -3 256 9
8 75 60 4 -3 16 9
9 75 70 4 7 16 49
1 65 80 -6 17 36 289
0
1 70 60 -1 -3 1 9
1
1 80 60 -9 -3 81 9
2
1 75 55 4 -8 16 64
3
1 80 70 9 7 81 49
4
1 75 65 4 2 16 4
5
1 80 55 9 -8 81 64
6
1 75 60 4 -3 16 9
7
1 70 50 -1 -13 1 169
8
1 65 70 -6 7 36 49
9
2 60 65 -11 2 121 4
0
0 0 980 1020
1420 1260
M1 – M2
to = √ (∑x1² + ∑x2²) (N1 + N2)
(N1 + N2 – 2 ) (N1 . N2)
71 – 63
= √ (980 + 1020) (20 + 20)
(20 + 20 – 2) (20 . 20)
8
= √ 2000 . 40
38 400
= 8 = 3,487 (dibulatkan menjadi 3,49)
2,294
Interpretasi Data
Langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap t0 : df = (N1 + N2)
– 2 = (20 + 20) – 2 = 38. dengan df sebesar 38 kita berkonsultasi dengan Tabel
Nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikansi 1%
ternyata bahwa:
Pada taraf signifikansi 5% t tabel = 2,03
Pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,72
Karena to telah kita peroleh sebesar 3,49; sedangkan t tabel = 2,03 dan
2,72 maka to adalah lebih besar daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian hipotesa Nihil yang
diajukan ditolak; ini berarti bahwa adanya perbedaan sekor nilai ujian
semester/Raport BTQ siswa SMP Islamiyah yang berasal dari SD dan yang
berasal dari MI terdapat perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan
(signifikan).
Tabel 12
Perhitungan untuk memperoleh Mean data nilai Tes Lisan membaca siswa siswa SMP Islamiyah Ciputat yang
berasal dari MI dan SD.
1 75 70 1 6 1 36
2 70 60 -4 -4 16 16
3 70 65 -4 1 16 1
4 80 55 6 -9 36 81
5 80 75 6 11 36 121
6 75 60 1 -4 1 16
7 55 65 -19 1 361 1
8 70 60 -4 -4 16 16
9 75 75 1 11 1 121
1 70 80 -4 16 16 256
0
1 80 60 6 -4 36 16
1
1 85 60 11 -4 121 16
2
1 75 55 1 -9 1 81
3
1 80 70 6 6 36 36
4
1 75 65 1 1 1 1
5
1 80 55 6 -9 36 81
6
1 85 60 11 -4 121 16
7
1 80 50 6 -14 36 196
8
1 60 75 -14 11 196 121
9
2 60 65 -14 1 196 1
0
0 0 1280 1230
1480 1280
to = 10 = 3,89
2,57
Interpretasi Data
Langkah berikutnya, memberikan interpretasi terhadap to : df = (N1 + N2)
– 2 = (20 + 20) – 2 = 38. dengan df sebesar 38 kita berkonsultasi dengan Tabel
Nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikansi 1%
ternyata bahwa:
Pada taraf signifikansi 5% t tabel = 2,03
Pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,72
Karena to telah kita peroleh sebesar 3,45; sedangkan t tabel = 2,03 dan
2,72 maka to adaalah lebih besar daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian hipotesa Nihil yang
diajukan ditolak; ini berarti bahwa adanya perbedaan sekor nilai tes lisan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah yang berasal dari SD dan yang berasal
dari MI terdapat perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan
(signifikan).
keterangan:
X : Sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an (BTQ)
Y : Kemampuan (kompeten) dalam membaca al-Quran (nilai raport
BTQ)
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
∑xy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
N : Number of cases.
2. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment.
a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” product moment di bawah ini:
Besarnya “r” product moment Interpretasi
0.00-0.20 Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut
diabaikan (diangap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y.
0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0.90-1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
KD = r² x 100%
3. Hasil angket
Tabel 14
Siswa Membaca al-Qur’an Setiap Hari di Sekolah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 6 15%
2. Sering 13 32,5%
3. Kadang-kadang 21 52,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%
Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa siswa membaca al-
Qur’an setiap hari kurang dari setengahnya (15%) responden menjawab selalu,
kemudian responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (32,5%), dan
lebih dari setengahnya (52,5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya siswa kadang-kadang membaca al-Qur’an setiap hari di
sekolah.
Tabel 15
Sekolah memberikan jam tambahan khusus dalam membaca al-Qur’an di
luar jam pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 3 7,5%
2. Sering 3 7,5%
3. Kadang-kadang 14 35%
4. Tidak pernah 20 50%
Jumlah 40 100%
Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa kalau belajar
membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan sama sekali kurang dari setengahnya
(10%) responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering
kurang dari setengahnya (20%), dan hampr setengahnya (37,5%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir setengahnya (32,5%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa
kadang-kadang kalau belajar membaca al-Qur’an tidak ada peningkatan sama
sekali.
Tabel 26
Siswa senang belajar membaca al-Qur’an dengan guru al-Qur’an di sekolah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 25 62,5%
2. Sering 10 25%
3. Kadang-kadang 5 12,5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%
Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa kalau belajar
membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang lain kurang dari setengahnya (7,5%)
responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering kurang
dari setengahnya (17,5%), dan kurang dari setengahnya (35%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir setengahnya (40%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya tidak ada
siswa kalau belajar membaca al-Qur’an harus dipaksa oleh orang lain.
Tabel 31
Siswa setiap hari mempelancar membaca al-Qur’an di rumah
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 10 25%
2. Sering 14 35%
3. Kadang-kadang 10 25%
4. Tidak pernah 6 15%
Jumlah 40 100%
Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa yang setiap
hari mempelancar membaca al-Qur’an di rumah kurang dari setengahnya (25%)
responden menjawab selalu, kemudian responden yang menjawab sering kurang
dari setengahnya (35%), dan kurang dari setengahnya (25%) responden yang
menjawab kadang-kadang, dan hampir tidak ada (15%) responden menjawab
tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Siswa
setiap hari sering mempelancar membaca al-Qur’an di rumah.
Tabel 32
Siswa setiap hari belajar membaca al-Qur’an di tempat-tempat pengajian,
misalnya di musholla, majlis ta’lim dsb
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 35 87,5%
2. Sering 3 7,5%
3. Kadang-kadang 2 5%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%
Dari informasi tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa Siswa setiap hari
belajar membaca al-Qur’an di tempat-tempat pengajian, misalnya di musholla,
majlis ta’lim lebih dari setengahnya (87,5%) responden menjawab selalu,
kemudian responden yang menjawab sering kurang dari setengahnya (7,5%), dan
kurang dari setengahnya (5%) responden yang menjawab kadang-kadang, dan
tidak ada (0%) responden menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya Siswa setiap hari selalu belajar membaca al-Qur’an di
tempat-tempat pengajian, misalnya di musholla, majlis ta’lim.
Tabel 33
Siswa jika membaca al-Qur’an memperkuat keimanan dan meningkatkan
ketakwaan seseorang
No. Jawaban Frekuensi Prosentase
1. Selalu 38 95%
2. Sering 2 5%
3. Kadang-kadang - 0%
4. Tidak pernah - 0%
Jumlah 40 100%
Tabel 35
Mencari Mean dari Angka Variabel X
No x f fx
1 68 1 68
2 67 2 134
3 66 1 66
4 63 4 252
5 62 3 186
6 61 4 244
7 60 7 420
8 59 3 177
9 58 4 232
10 57 3 171
11 56 3 168
12 53 1 53
13 52 2 104
14 51 1 51
15 50 1 50
Jumlah 40 2376
Berikut ini akan dicari mean dari angket Variabel X sebagai berikut:
Mx = ∑ fX
N
Mx = 2376 = 59,4
40
Berdasarkan hitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata
siswa yang berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran membaca al-
Qur’an adalah 59,4. Untuk mengetahui kualifikasi hasil angket siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan dalam pembelajaran membaca al-Qur’an siswa
SMP Islamiyah, maka penulis menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor
tertinggi yaitu 68 dan terendah adalah 50. Kemudian data-data tersebut disusun
menjadi inteval. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 36
Klasifikasi Skor Angket Variabel X
Nomor Klasifikasi Jumlah Kualifikasi
1 65-70 4 Amat Baik
2 60-64 18 Baik
3 55-59 13 Cukup
4 50-54 5 Kurang
Jumlah 40
Setelah merujuk dari tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 59,4
yang berada pada interval 55-59, sehingga dapat diketahui bahwa hasil sikap
siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an termasuk kategori cukup. Hal ini
juga dapat dibuktikan bahwa siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada
interval 55-59 yaitu sebanyak 13 orang.
Tabel 37
Nilai kemampuan Membaca Al-Qur’an Kelas 1 SMP Islamiyah (Variabel Y)
No. Nama Siswa Nilai
1 Abdul Kholik 75
2 Agus Pujiono 65
3 Andi Topan 70
4 Annisa Mutia 75
5 Dian Wulandari 75
6 Fajar Adi Putra 60
7 Gunawan S. 55
8 Hanafi Hidayat 75
9 Imam Pramono 75
10 Irwan Ade Putra 65
11 Ita Rosita 70
12 Iis Kurniawati 80
13 Kiki Rizki 75
14 Lismayati 80
15 Mardiansyah 75
16 Suhayati 80
17 Sumartini H 75
18 Ratih Purwasih 70
19 Romy Rahmat R 65
20 Zakaria Saputra 60
21 Azzulfa Rahma 65
22 Ahmad Saidi 60
23 Aris Tastaftian 65
24 Dio Pramesta 55
25 Elin Aryani 75
26 Melli Setiawati 60
27 Nur Hauliayani 60
28 Rizki Randi S 60
29 Santi Dwi Putri 70
30 Sartika Tri U 80
31 Yoga Mustofa 60
32 M. Abdullah 60
33 Mickel Andrian 55
34 Rehulina Putri 70
35 Eka Surati F 65
36 Guntur yoga 55
37 Iqbal Zulmi 60
38 Hermawan 50
39 Sulfia Aminah 70
40 Fitri Sri Mulyani 65
Jumlah ∑ 2680
Tabel 38
Mencari Mean dari Nilai Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa
No X f fx
1 80 4 320
2 75 9 675
3 70 6 420
4 65 7 455
5 60 9 540
6 55 4 220
7 50 1 50
Jumlah 40 2680
Berikut ini akan dicari mean dari nilai kemampuan baca al-Qur’an siswa
kelas 1 SMP Islamiyah sebagai berikut:
Mx = ∑ fX
N
Mx = 2680 = 67
40
Berdasarkan hitungan di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata
kemampuan membaca al-Qur’an siswa adalah 67. Untuk mengetahui kualifikasi
nilai kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah, maka penulis
menyusun jumlah skor siswa yang mencakup skor tertinggi yaitu 80 dan terendah
adalah 50. Kemudian data-data tersebut disusun menjadi inteval. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 39
Kualifikasi Skor kemampuan baca al-Qur’an Siswa SMP Islamiyah
Nomor Klasifikasi Jumlah Kualifikasi
1 74-80 13 Amat Baik
2 66-73 6 Baik
3 58-65 16 Cukup
4 50-57 5 Kurang
Jumlah 40
Setelah merujuk dari tabel di atas, maka dengan nilai rata-rata sebesar 67
yang berada pada interval 66-73, sehingga dapat diketahui bahwa nilai
kemampuan membaca al-Qur’an siswa termasuk kategori baik. Hal ini juga dapat
dibuktikan bahwa siswa yang memiliki jumlah skor hasil angket pada interval 66-
73 yaitu sebanyak 6 orang.
Tabel 40
Perhitungan Antara Variabel X (sikap siswa) dan Variabel (Y) Kemampuan
(Kompetensi) Siswa dalam baca al-Qur’an
Subjek X Y XY X² Y²
1 59 75 4425 3481 5625
2 60 65 3900 3600 4225
3 59 70 4130 3481 4900
4 67 75 5025 4489 5625
5 66 75 4950 4356 5625
6 58 60 3480 3364 3600
7 51 55 2805 2601 3025
8 60 75 4500 3600 5625
9 62 75 4650 3844 5625
10 60 65 3900 3600 4225
11 59 70 4130 3481 4900
12 63 80 5040 3969 6400
13 60 75 4500 3600 5625
14 68 80 5440 4624 6400
15 58 75 4350 3364 5625
16 63 80 5040 3969 6400
17 62 75 4650 3844 5625
18 60 70 4200 3600 4900
19 56 65 3360 3136 4225
20 56 60 3360 3136 3600
21 63 65 4095 3969 4225
22 62 60 3720 3844 3600
23 57 65 3705 3249 4225
24 53 55 2915 2809 3025
25 61 75 4575 3721 5625
26 61 60 3660 3721 3600
27 58 60 3480 3364 3600
28 58 60 3480 3364 3600
29 60 70 4200 3600 4900
30 67 80 5360 4489 6400
31 56 60 3360 3136 3600
32 57 60 3420 3249 3600
33 52 55 2860 2704 3025
34 61 70 4270 3721 4900
35 61 65 3965 3721 4225
36 57 55 3135 3249 3025
37 52 60 3120 2704 3600
38 50 50 2500 2500 2500
39 63 70 4410 3969 4900
40 60 65 3900 3600 4225
2376 2680 159965 141822 182200
Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai “rxy”, penulis memberikan
interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi r Product Moment melauli dua cara
yakni:
1. Interpretasi dengan cara sederhana atau cara kasar; interpretasi terhadap
rxy dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan
Variabel Y tidak bertanda negatif; artinya di antara kedua variabel tersebut
terdapat korelasi yang positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatikan besarnya rxy (yaitu 0,57), yaitu berkisar antara
0,40 - 0,70 berarti terdapat korelasi positif antar variabel X dan variabel Y
itu termasuk korelasi yang sedang atau cukup.
2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” Product Moment.
Rumusan Hipotesa kerja/Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (Ho), yang
penulis ajukan dari awal adalah:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa yang berbeda latar
belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan terhadap kemampuan (kompeten)
siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.
Adapun kriteria pengajuannya adalah: jika r hitung > r tabel maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima.
Kemudian penulis mencari derajat bebasnya (df atau db). Rumusnya
sebagai berikut:
Df = N – nr
= 40-2
= 38
Dengan memeriksa tabel “r” product moment ternyata dengan df sebesar
38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325; sedangkan pada taraf
signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro pada taraf
signifikansi 5% lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325), maka pada signifikansi
5% Hipotesa alternatif (Ha) diterima, sedangkan Hipotesa Nol (Ho) ditolak,
berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu memang terdapat korelasi positif yang
signifikan antar variabel X dengan variabel Y karena korelasinya sedang atau
cukup. Selanjutnya karena pada taraf signifikansi 1% r xy atau ro adalah lebih
besar dari r tabel (0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 1% Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa
pada taraf signifikansi 1% itu memang terdapat korelasi positif yang signifikan
antar variabel X dengan variabel Y korelasinya sedang atau cukup.
Maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya sikap siswa
yang berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya (berpengaruh)
terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran
membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi yang sedang atau
cukup.
Adapun perhitungan koefisiensi determinasi (KD), yang penulis
manfaatkan untuk mengetahui variabel X dan variabel Y, sebagai berikut:
KD = r² x 100
= 0,57² x 100% (nilai r berasal dari hasil perhitungan rxy)
= 0,3249
Jadi, variabel sikap siswa yang ada pengaruhnya terhadap variabel
kemampuan membaca al-Qur’an siswa sebesar 0,3249%. Menunjukkan bahwa
kontribusi sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan terhadap
kemampuan (kompeten) siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an adalah
0,3249%, sedangkan sisanya 99.6751% adalah sumbangan dari variabel lain yang
juga menunjang tingkat kemampuan baca al-Qur’an siswa. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah SMP Islamiyah dan guru al-
Qur’an yang menyatakan bahwa banyak faktor lain yang menunjang kemampuan
baca al-Qur’an siswa selain sikap siswa antara lain: peran orang tua, kesungguhan
siswa dalam mempelajari bacaan al-Qur’an, kemampuan dasar yang dimiliki
siswa dalam membaca al-Qur’an seperti tajwid, pengucapan huruf (Makharijul
Huruf), pengetahuan tentang huruf serta tingkat kemampuan siswa tentang ilmu
membaca al-Qur’an.
Dengan demikian sikap siswa yang berbeda latar belakang pendidikan
terhadap kemampuan (kompeten) dalam pembelajaran membaca al-Qur’an pada
siswa SMP Islamiyah Ciputat, terdapat pengaruh atau sebab akibat yang positif,
walaupun korelasinya yang sedang atau cukup. Berdasarkan penelitian ini sikap
siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an merupakan salah satu faktor
pendukung/berpengaruh dalam penentuan tingkat kemampuan (kompeten) siswa
dalam pembelajaran membaca al-Qur’an.
BAB V
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan kemampuan
membaca al-Qur’an siswa SMP Islamiyah dan pengaruh antara sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan dengan kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an menghasilkan rumusan yang dapat penulis
ajukan. Adapun kesimpulan tersebut adalah:
1. Sekor hasil nilai raport mata pelajaran Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) dalam
memahami tajwid antara siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan
Sekolah Dasar di SMP Islamiyah Ciputat terdapat perbedaan yang
signifikan. Karena t tes yang telah diperoleh sebesar 3,49, sedangkan t
tabel 2,03 dan 2,72 maka t tes adalah lebih besar daripada t tabel, baik
pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Ini
mengandung makna, bahwa kemampuan membaca al-Quran yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah lebih unggul dibandingkan siswa yang berasal
dari Sekolah Dasar.
2. Sekor hasil tes lisan dalam memahami tajwid antara siswa yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar di SMP Islamiyah Ciputat
terdapat perbedaan yang signifikan. Karena t tes yang telah diperoleh
sebesar 3,89; sedangkan t tabel 2,03 dan 2,72 maka t tes adalah lebih besar
daripada t tabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf
signifikansi 1%. Ini mengandung makna, bahwa kemampuan membaca al-
Quran yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah lebih unggul dibandingkan
siswa yang berasal dari Sekolah Dasar.
3. Interpretasi dengan cara sederhana atau cara kasar; interpretasi terhadap
rxy dari perhitungan rumus Product Moment ternyata angka korelasi
antara siswa yang berbeda latar belakang pendidikan terhadap kemampuan
(kompeten) siswa dalam pembelajaran baca al-Qur’an siswa tidak bertanda
negatif; artinya diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi yang
positif (korelasi yang berjalan searah). Dengan memperhatikan besarnya
rxy (yaitu 0,57), yaitu berkisar antara 0,40 - 0,70 berarti termasuk korelasi
yang sedang atau cukup.
4. Dengan memeriksa tabel “r” product moment ternyata dengan df sebesar
38 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,325; sedangkan pada
taraf signifikansi 1% diperoleh r tabel = 0,418; karena r xy atau ro pada
taraf signifikansi 5% dan 1% itu lebih besar dari r tabel (0,573 > 0,325 dan
0,573 > 0,418), maka pada taraf signifikansi 5% dan 1% Hipotesa
Alternatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesa Nihil (Ho) ditolak, berarti
bahwa pada taraf signifikansi 5% dan 1% itu memang terdapat korelasi
positif yang signifikan dan korelasinya adalah sedang atau cukup. Maka
kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya sikap siswa yang
berbeda latar belakang pendidikan itu ada hubungannya (berpengaruh)
terhadap tinggi rendahnya kemampuan (kompeten) siswa dalam
pembelajaran membaca al-Qur’an, dan korelasi positif itu adalah korelasi
yang sedang atau cukup.
5. Angka koefisien determinasi/penentu sebesar 0,3249%, sehingga
menunjukkan kontribusi siswa yang berbeda latar pendidikan terhadap
kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah sebesar
0,3249%, sedangkan sisanya adalah 99,6751% sumbangan dari variabel
lain yang juga menunjang tingkat kemampuan baca al-Qur’an siswa.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Hasil analisis terbukti bahwa kemampuan membaca al-Qur’an siswa yang
berasal dari Madrasah Ibtidaiyyah lebih unggul dibandingkan siswa yang
berasal dari Sekolah Dasar. Untuk itu kegiatan pembelajaran al-Qur’an di
SMP Islamiyah Ciputat perlu ditingkatkan dan dipertahankan serta
dijadikan tolak ukur bagi lembaga pendidikan tersebut untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran membaca al-Qur’an tersebut mulai
dari persiapan, pengawasan pelaksanaan dan Follow up untuk menarik
minat siswa untuk senantiasa mempelajari al-Qur’an baik di sekolah
maupun di rumah.
2. Pihak sekolah hendaknya mengadakan program belajar baca al-Qur’an di
luar jam pelajaran sehingga siswa merasa terbiasa baca al-Qur’an dan
meningkatkan kemampuan baca al-Qur’an lebih baik lagi.
3. Guru hendaknya mempunyai target atau strategi khusus untuk
mengajarkan al-Qur’an dengan tepat dan cepat supaya siswa kompeten
dalam membaca al-Qur’an dengan benar.
4. Orang tua hendaknya selalu memberikan dorongan, semangat, dan
bimbingan baca al-Qur’an di rumah, sehingga anak merasa cara membaca
al-Qur’annya mendapat perhatian dan berupaya untuk meningkatkan
kemampuan baca al-Qur’an lebih baik lagi.
Ahmad Saefulmillah
DAFTAR PUSTAKA